Data konsumsi pangan aktual berdasarkan hasil Susenas tahun 2011, terlebih dahulu
dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan yanga ada di dalam Pola Pangan Harapan.
Pengelompokkan tersebut disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan yaitu kelompok
:
Data yang didapat sesuai dengan pengelompokkan tersebut selanjutnya dibandingkan antara
skor konsumsi pangan aktual dengan sasaran PPH Nasional dan dilakukan analisis secara
deskriptif.
Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 115/MPP/KEP/2/1998
tentang Jenis Barang Kebutuhan Masyarakat mengklasifikasikan bahan pangan sebagai beras,
gula pasir, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung,
minyak tanah, dan garam beryodium.Sedangkan menurut Surat Keputusan Menko
Perekonomian No. Kep-28/M.EKON/05/2010 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Stabilisasi Pangan Pokok, Bapok meliputi beras, gula, minyak goreng, terigu, kedelai, daging
sapi, daging ayam, dan telur ayam.
Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan
keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan.
Sesuai Pola Pangan Harapan (PPH), secara implisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi kecuali
untuk zat gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok pangan. Oleh karena itu skor pola
konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman
konsumsi pangan.
Bobot (rating) adalah nilai yang diberikan untuks setiap kelompok bahan pangan dengan
mempertimbangkan kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas dan citarasa terhadap
komoditas tersebut.
Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yang
menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola
Pangan Harapan (PPH) tahun 2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk
hidup sehat bagi penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan Nasional adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional
Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi yang diketahui tetapi sekaligus juga
mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima
masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan PPH ini dapat dinilai mutu
pangan penduduk berdasarkan skor pangan. Semakin tinggi skor pangan maka semakin beragam dan
semakin baik komposisinya (BKP, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=63775&ftyp=potongan&potongan=S2-
2013-323346-chapter1.pdf (Diakses pada rabu tanggal 23 Maret 2016)