Bahan pangan pokok berperan penting pada aspek sosial, ekonomi, serta
politik. Namun hingga saat ini pemerintah belum memiliki klasifikasi komoditi
bahan pangan pokok yang tetap (Prabowo, 2014). Pada Rencana Strategis Badan
Ketahanan Pangan 2010-2014 (Kementerian Pertanian, 2010) mengklasifikasikan
komoditas pangan pokok menjadi 2 kelompok yaitu pangan nabati dan pangan
8
9
hewani. Pangan Nabati terdiri dari 10 jenis komoditi diantaranya ada beras, jagung,
kedelai kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran, buah-buahan, minyak goreng
serta gula putih. Pangan hewani meliputi 5 komoditi yaitu daging sapi dan kerbau,
daging ayam, telur, susu, serta ikan. Dalam Rencana Strategis Kementerian
Perdagangan 2010-2014 pengelompokan komoditi pangan sebagai indikator
kinerja stabilisasi harga yaitu pangan pokok beras, gula, minyak goreng, daging
ayam, daging sapi, dan telur.
SK Renstra
Renstra BKP SK Menko
Komoditi Memperindag Kemendag
2010-2014 No.28/2010
No. 155/1998 2010-2014
Beras ✓ ✓ ✓ ✓
Jagung ✓ ✓ ✓
Kedelai ✓ ✓
Kacang Tanah ✓
Ubi Kayu ✓
Ubi Jalar ✓
Sayuran ✓
Buah-buahan ✓
Minyak Goreng ✓ ✓ ✓ ✓
Gula ✓ ✓ ✓ ✓
Daging Sapi ✓ ✓ ✓ ✓
Daging Kerbau ✓
Daging Ayam ✓ ✓ ✓ ✓
Telur ✓ ✓ ✓ ✓
Susu ✓ ✓ ✓
Ikan ✓
10
SK Renstra
Renstra BKP SK Menko
Komoditi Memperindag Kemendag
2010-2014 No.28/2010
No. 155/1998 2010-2014
Mentega ✓
Minyak Tanah ✓
Garam Beryodium ✓
Tepung Terigu ✓ ✓
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2014
Dalam Neraca Bahan Makanan yang disusun oleh BKP Kementerian
Pertanian yang bekerjasama dengan BPS 2019 mengklasifikasikan bahan pangan
dalam 11 kelompok berdasarkan jenis serta prosesnya, diawali dengan produksi
hingga dipasarkan dan siap untuk dikonsumsi, baik dalam bentuk dasar ataupun
turunannya. Bahan pangan turunan diklasifikasikan pada kelompok pangan yang
sama atau berbeda jenis dari bahan pangan asalnya. Tabel 5 menjelaskan tentang
Pengklasifikasian Bahan Pangan Dalam Neraca Bahan Makanan yang disusun oleh
BKP Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan BPS pada tahun 2019.
Kelompok Bahan
No. Keterangan/Jenis Bahan Makanan
Makanan
1. Padi-padian Padi – padian terdiri atas: gabah (gabah kering
giling) beserta produksi turunannya beras, jagung
(pipilan), dan jagung basah gandum beserta
produksi turunannya tepung gandum (tepung
terigu).
2. Makanan Berpati Makanan berpati adalah bahan makanan yang
mengandung pati yang berasal dari akar/umbi dan
lain – lain bagian tanaman yang merupakan bahan
makanan pokok lainnya. Kelompok ini terdiri atas;
ubi jalar, ubi kayu dengan produksi turunannya
yaitu gaplek dan tapioca, tepung sagu yang
merupakan produksi turunan dari sagu.
3. Gula Kelompok ini terdiri atas gula pasir dan gula merah
(gula mangkok, gula aren, gula semut, gula
siwalan, dan lain – lain), baik yang merupakan hasil
olahan pabrik maupun rumah tangga.
4. Buah/biji berminyak Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan
makanan yang mengandung minyak yang berasal
dari buah dan biji – bijian. Bahan makanan dalam
kelompok ini adalah; kacang tanah berkulit beserta
produksi turunannya kacang tanah lepas kulit,
11
Kelompok Bahan
No. Keterangan/Jenis Bahan Makanan
Makanan
kedelai, kacang hijau, kelapa daging (produksi
turunan dari kelapa berkulit), dan kopra (turunan
dari kelapa daging)
5. Buah-buahan Kelompok ini terdiri atas; alpokat, jeruk, duku,
durian, jambu, mangga, nenas, pepaya, pisang,
rambutan, salak, sawo, dan lainnya
6. Sayur-Sayuran Kelompok ini terdiri atas; alpokat, jeruk, duku,
durian, jambu, mangga, nenas, pepaya, pisang,
rambutan, salak, sawo, dan lainnya
7. Daging Kelompok ini terdiri atas; daging sapi, daging
kerbau, daging kambing, daging domba, daging
kuda/lainnya, daging babi, daging ayam buras,
daging ayam ras, daging itik, dan jeroan semua
jenis.
8. Telur Mencakup telur ayam buras, telur ayam ras, telur
itik, dan telur unggas lainnya.
9. Susu Terdiri atas susu sapi termasuk susu olahan impor
yang disetarakan susu segar.
10. Ikan Ikan yang dimaksud adalah komoditas yang berupa
binatang air dan biota perairan lainnya yang
meliputi jenis ikan darat dan ikan laut, baik
budidaya maupun tangkap serta rumput laut.
11. Minyak dan Lemak Minyak nabati: minyak kacang tanah, minyak
goreng kelapa, minyak goreng sawit. Lemak
hewani: lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing,
lemak domba, lemak babi.
Sumber: BKP Kementerian Pertanian Bekerja dan BPS 2019.
2.1.2. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah topik multidimensi yang sangat kompleks, meliputi
aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan politik. Aspek politik sering menjadi faktor
yang dominan pada proses pengambilan keputusan dalam menentukan suatu
kebijakan mengenai pangan. Mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan
menjadi topik juga agenda utama dalam berbagai forum yang diadakan oleh
berbagai negara serta lembaga internasional (Suryana, 2014). Berdasarkan UU No.
18 Tahun 2012 mengenai pangan mendefinisikan Ketahanan Pangan merupakan
suatu kondisi pangan yang cukup bagi negara hingga individu, yang terlihat dalam
segi jumlah serta memiliki mutu yang, aman, bergizi, beragam, merata, dan
12
Ketahanan pangan mencakup beragam aspek yang luas, sehingga banyak ahli
yang mencoba membuat definisi berdasarkan tujuan dan data yang dimilikinya.
Reutlinger (1987) mengungkapkan bahwa ketahanan pangan dapat
diinterpretasikan melalui cara yang beragam. Braun et. al. (1992) berpendapat jika
penggunaan istilah ketahanan pangan mampu mengakibatkan perbedaan pendapat
serta banyak bahasan yang rumit, disebabkan oleh indikator ketahanan pangan yang
begitu banyak serta luas definisinya. Namun, konsep ketahanan pangan adalah hal
penting bagi seluruh umat manusia di dunia ini. Begitupun dari masa ke masa
selanjutnya, ketahanan pangan selalu memiliki definisi yang berubah. Di tahun
1970-an, topik ketahanan pangan memberi banyak perhatian terhadap ketersediaan
pangan baik pada tingkat global ataupun nasional dibandingkan dengan ketahanan
pangan tingkat rumah tangga. Pada tahun 1980an lebih terkonsentrasi pada akses
pangan di tingkat rumah tangga dan individu.
tangga dalam memenuhi kecukupan semua anggotanya setiap saat untuk dapat
hidup sehat serta mampu melaksanakan kegiatannya. Pada Commite on Work Food
Security tahun 1995 dalam Soetrisno (1997) ungkapan sebelumnya lebih diperluas
melalui syarat kesesuaian dengan budaya setempat. Pengertian tersebut ditegaskan
kembali pada Deklarasi Roma mengenai Ketahanan Pangan Dunia serta rencana
tindak lanjut Konferensi Tingkat Tinggi terhadap Pangan Dunia pada tahun 1996
yaitu ketahanan pangan dapat terjadi jika setiap orang dapat mengakses pangan
setiap saat secara fisik ataupun ekonomi secara aman, bergizi, dan serta dapat
memenuhi kebutuhan pangan untuk menjalankan aktivitas sehari hari dengan aktif
dan sehat.
ketahanan pangan ini sangat penting diterapkan sesuai dengan standar sistem yang
dipakai agar sesuai dengan hasil yang diinginkan.
2. Menyebar (Dispersed) artinya setiap titik yang berjauhan satu sama lain
atau secara jarak tidak dekat secara bermakna.
3. Acak (Random) artinya titik-titik yang muncul pada lokasi yang acak dan
posisi satu titik dengan titik lainnya tidak saling terkait.
16
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dapat
mengelola data secara khusus pada data yang memiliki informasi spasial
(keruangan). Sistem Informasi Geografis juga dapat diartikan sebagai sistem
komputer yang dapat digunakan untuk membangun, mengelola, menyimpan dan
menampilkan informasi tentang geografis maupun data geospasial yang dapat
membantu dalam suatu pengambilan keputusan pada perencanaan serta
pengelolaan suatu wilayah, contohnya seperti data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, pada suatu database.
Ilmu wilayah merupakan suatu ilmu yang dikategorikan ke dalam ilmu sosial.
Ilmu yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan suatu wilayah, sering
dianggap sebagai cabang dari ilmu sosial dan ekonomi (Nir & Zilberstein-Levy,
2006). Sasaran utama dari sebuah pembangunan yaitu manusia dan segala
17
Manusia dan lingkungan adalah dua hal berbeda yang tidak dapat dipisahkan
sebab kedua hal tersebut merupakan bagian dari suatu sistem (Nir & Zilberstein-
Levy, 2006). Manusia melakukan aktivitasnya, beradaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungan fisik, merupakan alasan kuat untuk perumusan teori umum yang
menyeluruh dengan mempertimbangkan keduanya (Isard, 1956). Dalam
Perkembangannya, ilmu wilayah tidak hanya menyangkut aspek sosial dan
ekonomi, namun ada hal lain yang berkaitan dengan interaksinya seperti
geobiofisik, ekonomi, kelembagaan serta keadaan politik pada wilayah tersebut.
Singkatnya ilmu wilayah merupakan suatu ilmu interdisiplin. Oleh karena itu
definisi ilmu wilayah saat ini sudah jauh berkembang yang awalnya didefinisikan
oleh (Isard, 1975), dengan pembatasan domain regional science yang tidak
memasuki aspek-aspek kebijakan. Lalu (Isard, 1956) menegaskan kembali
pengertian regional science sebagai salah satu konsep interdisiplin dengan
pengkhususan dalam integrasi analisis-analisis fenomena sosial dan ekonomi
wilayah, mencakup berbagai aspek perubahan, memprediksi berbagai perubahan
dalam perencanaan pembangunan di masa yang akan datang dengan penekanan
pada pemodelan - pemodelan matematis.
Secara konsep, pertanian berkelanjutan adalah pola dan cara pandang yang
harus dikembangkan dengan menerapkan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan
secara harmonis. Pendekatan ekonomi berkelanjutan yang berbasis pada suatu
konsep memaksimalkan aliran pendapatan antar generasi melaui perawatan dan
penjagaan cadangan sumber daya atau modal yang dapat menghasilkan sebuah
19
1. Allifia Analisis Situasi Secara umum Kabupaten Garut Analisis situasi Situasi ketahanan
Maygitasari Ketahanan Pangan dan belum dapat dikatakan tahan Ketahanan pangan di pangan dianalisis
Gizi di Kabupaten Garut pangan dan masih membutuhkan Kabupaten Garut secara deskriptif
Tahun 2009-2014 perbaikan baik dari aspek
ketersediaan pangan, akses
pangan, konsumsi pangan maupun
status gizi.
2. Reny Analisis Ketahanan Hasil penelitian menunjukkan Penelitian bertujuan Indikator analisis
Oktarika Pangan Rumah Tangga bahwa besarnya rata-rata proporsi untuk mengetahui dilihat dari 3 pilar
Ermawati Miskin pada Daerah pengeluaran konsumsi pangan situasi ketahanan ketahanan pangan
Rawan Banjir Di terhadap total pengeluaran adalah Pangan yaitu, ketersediaan,
Kecamatan Jebres Kota 64,96% artinya konsumsi pangan akses dan
Surakarta masih mengambil bagian terbesar pemanfaatan pangan.
dari total pengeluaran rumah Objek penelitian yaitu
tangga miskin masyarakat umum.
3. Nyak Ilham, Penggunaan Pangsa Hasil analisis menyimpulkan Penelitian ini Indikator analisis
dan Bonar Pengeluaran Pangan bahwa pangsa pengeluaran pangan bertujuan untuk dilihat dari 3 pilar
M.Sinaga Sebagai Indikator layak dijadikan indikator menghitung pangsa ketahanan pangan
Komposit Ketahanan ketahanan pangan karena pengeluaran pangan yaitu, ketersediaan,
Pangan mempunyai hubungan yang erat
21
Skenario Strategi
Kondisi di Kabupaten Garut
Ketahanan Pangan
2.4. Hipotesis