Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS

Kecelakaan Kerja Area Pertambangan di Kutai Timur


SANGATTA – Jumlah kecelakaan pekerja tambang di Kutai Timur (Kutim) terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari data yang dikeluarkan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi (Distamben) Kutim, pada tahun 2014, pihaknya hanya mencatat
delapan kecelakaan tambang. Rinciannya, empat kasus di PT. Kaltim Prima Coal, dua di PT.
Indominco Mandiri, dan dua di PT. Kitadin. Masing – masing pekerja menderita cedera berat.
Sedangkan pada tahun 2015, terhitung sejak Januari hingga pertengahan Desember,
tercatat 14 kasus kecelakaan kerja. Dengan rincian, 12 kasus di KPC, dan masing – masing satu
kasus di PT. Tambang Damai serta PT. Indomico Mandiri. Sedangkan tiga perusahaan lainnya
yang aktif saat ini seperti PT. Indexim Caolindo, PT Perkasa Inakerta dan PT. Santan Batu
terlihat nihil. Artinya, jika dikalikan maka jumlah kecelakaan kerja tambang mengalami
peningkatan hingga tujuh kasus untuk satu tahun terakhir ini.
“Yang meninggal 2 orang, 12 orang lainnya cedera berat”, ujar Kadistamben Wijaya
Rahman didampingi Kepala Seksi Teknis dan Pembinaan Pertambangan Andi Palesangi bersama
Inspektur Tambang Zainuddin. Jumat (18/12).
Namun katanya, dari hasil investigasi lapangan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), rata –
rata disebabkan oleh kelalaian pekerja itu sendiri bukan bersumber dari perusahaan setempat.
Mulai dari pelanggaran SOP, masalah keluarga, kurang tidur, tidak memperhatikan keamanan
kerja, over shif dan berbagai macam masalah lainnya.
Meskipun demikian, semua korban kecelakaan mendapat asuransi dari perusahaan dimana
dirinya bekerja. Baik korban meninggal maupun yang mengalami cedera berat. Sedangkan
pelaku yang dianggap lalai langsung diberikan sanksi tegas dari perusahaan berupa Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Karena selain dianggap membahayakan diri sendiri, pekerja lain dan
tentunya merugikan perusahaan.
ANALISIS STUDI KASUS
1. Sesuai dengan model stress yang menyatakan bahwa kecenderungan mendapatkan
kecelakaan kerja akan meningkat jika tugas, lingkungan atau stressor individual
menurunkan kapasitas individu dalam memenuhi tuntutan tugas, lingkungan atau
stressor individual menurunkan kapasitas individu dalam memenuhi tuntutan tugas,
atau jika tuntutan-tuntutan tugas meningkat melebihi jauh diatas kapasitas normal
inidvidu.
Kasus kecelakaan kerja di atas juga disebabkan oleh stress yang dialami pekerja akibat
adanya masalah keluarga serta over shif. Adanya masalah keluarga yang dialami oleh
pekerja akan menjadikan seseorang mengalami stress kemudian cenderung
mendapatkan kecelakaan kerja, apalagi jika orang tersebut mengalami stress taraf
tinggi. Seseorang yang mengalami stress taraf tinggi akan mengalami penurunan
kemampuan dan penyimpangan kognitif. Penurunan fungsi kognitif ini dapat merusak
performasi seseorang yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.stress disimpulkan
menjadi factor precipitating bagi terjadinya kecelakaan kerja dan juga memiliki
kontribusi untuk periode yang lama pada ketidakmampuan (disability) seseorang.

2. Sesuai dengan model kepribadian yang menyatakan bahwa individu memiliki beberapa
sifat kepribadian yang mempengaruhi atau memberi predisposisi terhadap kecelakaan
kerja. Dalam kasus kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan pertambangan yang ada
di Kutai Timur faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, contohnya adalah sifat
lalai yang ada pada diri pekerja dapat menimbulkan kecelakaan kerj, seperti
pelanggaran SOP, tidak memperhatikan keselamatan kerja.

SOLUSI
1. Sebaiknya perusahaan melakukan penegakan pelaksanaan SOP serta memberikan sanksi
kepada pekerja yang melanggar SOP, melaksanakan tes psikologi dengan jangka waktu
yang telah ditentukan.

2. Perusahaan menyususn shif kerja yang sesuai dengan aturan penyusunan jam kerja dalam
K3, serta memberikan waktu istirahat dan waktu libur pada pekerjanya agar pekerjanya
agar tidak mengalami stress maupun kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai