Anda di halaman 1dari 70

NILAI SOSIAL DALAM

KONSUMSI & DIVERSIFIKASI


KONSUMSI PANGAN

Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si.


Lektor Kepala Bidang Ilmu Gizi – Poltekkes Kemenkes Malang

Disampaikan oleh:
Carissa Cerdasari, S.Gz., MPH., RD.

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2019
Nilai Sosial Pangan/Makanan

Berbagai jenis makanan / BM


---à nilai sosial tertentu
---à masy akan mengkonsumsi
makanan tertentu yg mempunyai nilai
sosial sesuai dg tingkat naluri pangan yg
terdapat pada masyarakat tertentu

Makanan orang kaya dan orang miskin


Dahulu, di pedesaan ayam dianggap
makanan orang kaya / berpangkat,
dan tidak selayaknya rakyat biasa
makan daging ayam, telur dan susu.

Pendapat tsb tidak mempunyai akar


kuat, shg tidak sulit untuk
menghilangkannya.
Dalam situasi saat ini, tidak lagi
pendapat ini dibiarkan bertahan.
Dg memperhatikan tingkat-tingkat naluri
dan hasrat unt mencapainya,
maka pendapat yg merugikan keadaan
gizi masyarakat relatif mudah dihilangkan.

Nilai Sosial Makanan :


tidak berhubungan dg bahan dasar dari
makanan tsb.
Bahan dasar makanan tertentu mungkin
mempunyai nilai sosial rendah, tetapi nilai
ini menjadi meningkat bila diolah atau
dihidangkan dg cara tertentu.
Berbagai kel. masyarakat memberikan
nilai sosial yang berbeda-beda pada
suatu jenis makanan / BP tertentu

Indonesia, tidak dijumpai


“FARINA DE MESA” di hotel atau restoran
dihidangkan di atas meja. Tetapi biasa
ditemukan di Brazil.
CORN CRISPIES KELLOG :
nilai sosial tinggi (bahan dasar : jagung
yg dianggap nilai sosial rendah)
Pantangan Makan atau Tabu

Suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis


makanan tertentu karena terdapat ancaman
bahaya/hukuman terhadap barang siapa yang
melanggarnya.

Kesan Magis, yaitu adanya kekuatan


“super power” yang berbau mistik yg
akan menghukum orang-orang yang
melanggar tabu/pantangan tersebut.
Tabu (agama / kepercayaan) : absolut
Yg lain dpt diubah / dihilangkan

Tidak semua tabu merugikan / jelek bagi


kondisi gizi dan kesehatan

Tabu/pantangan :
sesuatu diwariskan dari leluhur ke
orangtua, terus ke generasi-generasi y.a.d.
Tidak diketahui kapan suatu
tabu/pantangan dimulai dan apa
sebabnya.
Pantangan/tabu selain berdasarkan
agama / kepercayaan, memerlukan
penangulangan berbeda.

1. Tabu merugikan gizi / kesehatan :


dihapuskan
2. Tabu menguntungkan gizi / kesehatan
: diperkuat / dilestarikan
3. Tabu tidak jelas akibatnya thd gizi /
kesehatan : dibiarkan dianut masy
Penanggulangan tabu secara tepat,
harus dicari asal mula dan sebab
terjadinya tabu tsb,
untuk memperkirakan mudah / tidak
ditanggulangi,
misal dihapuskan / dilemahkan

Tidak semua tabu dapat ditelusuri asal


mula dan sebab terjadinya, dan banyak
pula yg tidak rasional dan tidak dapat
dipahami secara naluriah
Tabu, banyak berkaitan dg
EMOSI, shg sebagian besar tabu
dianut oleh para wanita / anak
yg masih di bawah perlindungan
dan asuhan wanita

Semua tabu berhubungan dg status


gizi / kesehatan
Diversifikasi Konsumsi Pangan

Upaya menganekaragamkan pola


konsumsi pangan masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu
gizi makanan yg dikonsumsi yg
pada akhirnya akan meningkatkan
status gizi masyarakat
Definisi
Susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
(masyarakat) pada waktu tertentu

Menunjukkan keberagaman pangan


(Diversifikasi Konsumsi Pangan) ---à Kualitas

yang diamati dari parameter


Pola Pangan Harapan (PPH)
w Pola konsumsi pangan masyarakat belum
beragam, bergizi seimbang dan aman, dan
masih didominasi nasi/ beras

w Pemanfaatan pangan lokal, khususnya sumber


karbohidrat, belum optimal

w Total permintaan kebutuhan beras terus


meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang masih tinggi (1.49% per tahun)

w Percepatan peningkatan status gizi perlu segera


dilakukan, salah satunya melalui peningkatan
kualitas konsumsi

w Keragaman pangan yang dikonsumsi


mencerminkan kualitas zat gizi
Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah
w Keberhasilan upaya diversifikasi
baik di bidang produksi,
penyediaan dan konsumsi
pangan penduduk ----à
diperlukan suatu parameter

w Salah satu parameter untuk


menilai tingkat keanekaragaman
pangan (diversifikasi) :
Pola Pangan Harapan (PPH)
Kuantitas
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
w Zat gizi yang dihitung adalah energi, protein, lemak,
karbohidrat, air, vitamin A, tiamin (B1), asam folat (B9),
siano kobalamin (B12), vitamin C, kalsium, fosfor, besi dan
zink.
w Perhitungan Mutu Gizi Pangan (MGP) dibagi menjadi tiga
kategori:
1) MGP empat zat gizi (MGP4) (energi, protein, lemak, dan
karbohidrat);
2) MGP 10 zat gizi (MGP10) (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium,
fosfor, dan besi); dan
3) MGP 14 zat gizi (MGP14) (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin
B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi dan zink).
Pengelompokan mutu gizi
konsumsi pangan 4 kategori
(Hardinsyah 1996):
1) sangat Kurang (<55)
2) Kurang (55—70)
3) Cukup (70—85)
4) Baik (≥85)
Kriteria untuk Menelaah
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
(Depkes RI, 1996)

> 120% AKG : Di Atas AKG


90 – 119% AKG : Normal
80 – 89% AKG : Defisit Tingkat Ringan
70 – 79% AKG : Defisit Tingkat Sedang
< 70% AKG : Defisit Tingkat Berat
Kriteria untuk Menelaah
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
(Studi Diet Total/SDT, 2014)

≥ 130% AKE : Lebih dari AKE


100 – > 130% AKE : Sesuai AKE
70 – < 100% AKE : Kurang
< 70% AKE : Sangat Kurang
Kriteria untuk Menelaah
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
(Studi Diet Total/SDT, 2014)

≥ 120% AKP : Lebih dari AKP


100 – > 120% AKP : Sesuai AKP
80 – < 100% AKP : Kurang
< 80% AKP : Sangat Kurang
w Metode PPH dapat menghasilkan satu skor
yang tidak hanya mencerminkan tingkat
kecukupan energi dan zat gizi namun juga
mencerminkan mutu dan keragaman pangan
secara keseluruhan.

w Skor PPH dihitung berdasarkan sembilan


kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-
umbian, pangan hewani, minyak dan lemak,
buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula,
sayur dan buah, serta lain-lain (Hardinsyah et al.
2002).
Definisi POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

w Pola Pangan harapan (PPH) : suatu komposisi pangan


yang seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi
kebutuhan gizi penduduk
w PPH dapat dinyatakan dalam bentuk:
– Komposisi energi (kalori) aneka ragam pangan
dan/atau
– Komposisi berat (gram atau kg) aneka ragam pangan
yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk
w Pola pangan harapan mencerminkan susunan konsumsi
pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif
Kelompok Bahan Pangan :
1. Padi2an : beras, beras ketan, jagung, terigu & olahannya
2. Umbi2an : ketela pohon, ketela rambat, kentang, terigu, dll
3. Pangan Hewani : daging, ikan, telur, susu & produk olahannya
4. Minyak & lemak : minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa
sawit, margarin & bahan olahannya
5. Buah & biji b’minyak : kelapa, kemiri, mete, coklat & produk
olahannya
6. Kacang2an : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang lain &
produk olahannya
7. Gula : gula pasir, gula merah
8. Sayur & buah
9. Lain2 : teh, kopi, bumbu, mkanan & minuman b’alkohol
Pertimbangan dalam merumuskan PPH
w Pola konsumsi pangan penduduk saat ini;
w Kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola
kebutuhan energi (asumsi : dengan makan
aneka ragam pangan, kebutuhan akan zat gizi
lain akan terpenuhi);
w Mutu gizi makanan yang dicerminkan oleh
kombinasi makanan yang mengandung
protein hewani, sayur dan buah;
w Pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang
berhubungan dengan gizi;
w Kecenderungan permintaan (daya beli);
w Kemampuan penyediaan dalam konteks
ekonomi dan wilayah.
No Kelompok PPH PPH Kisara Konsumsi Konsumsi Skor
Pangan FAO Nasional n Energi Bahan Pangan Bobot PPH
(%) (%) (%) (Kkal) (gram/kap/hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Padi-padian 40.0 50.0 40-60 1100 300 0,5 25,0


2 Umbi-umbian 5.0 6.0 0-8 132 100 0,5 3,0
3 Pangan 20.0 12.0 5-20 264 150 2,0 24,0
Hewani
4 Kacang2an 6.0 5.0 2-10 110 35 2,0 10,0
5 Sayur dan 5.0 6.0 3-8 132 250 5,0 30,0
Buah
6 Biji Berminyak 3.0 3.0 0-3 66 10 0,5 1,5
7 Lemak 10.0 10.0 5-15 220 25 0,5 5,0
&Minyak
8 Gula 8.0 5.0 2-8 110 30 0,5 2,5
9 Lainnya 3.0 3.0 0-5 66 - 0,0 0,0

Jumlah 100.0 100.0 100.0 2200 - 99


No Kelompok Konsumsi % terhadap
Pangan Energi Asupan Energi Bobot Skor PPH
(KKalori)
1 2 3 4 5 6

1 Padi-padian a (a kkal/Σ 0,5 aa*0,5


2 Umbi- b kkal)*100%=aa 0,5
umbian
3 Pangan c 2,0
Hewani
4 Kacang2an d 2,0
5 Sayur dan e 5,0
Buah
6 Biji f 0,5
Berminyak
7 Lemak g 0,5
&Minyak
8 Gula h 0,5
9 Lainnya i 0,0

Jumlah Σ Kalori 100% …?


No Kelompok Konsumsi % terhadap Bobot Skor
Pangan Energi Asupan Energi
(Kalori)
1 2 3 4 5 6
1 Padi-padian 887 48,54 0,5 24,27
2 Umbi- 32 1,77 0,5 0,88
umbian
3 Pangan 142 7,77 2,0 15,54
Hewani
4 Kacang2an 51 2,77 2,0 5,54
5 Sayur dan 71,41 3,91 5,0 19,55
Buah
6 Biji 266 14,56 0,5 7,28
7 Berminyak 230 12,58 0,5 6,29
Lemak
8 &Minyak 94 5,13 0,5 2,56
9 Gula 54 2,95 0,0 0
Lainnya
Jumlah 1827 100,00 81,91
Kriteria untuk Menelaah
Pola Konsumsi Makan (Depkes RI, 1996)

< 85% Standar = Sangat Rendah


85 – 94% Standar = Rendah
95 – 105% standar = Cukup/Sesuai Standar
106 – 115% Standar = Tinggi
> 115% Standar = Sangat Tinggi
Skor Mutu PPH berdasarkan Jenis Kelamin
Skor Mutu PPH (Tahun 2014) Standar
Kelompok
Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Skor Mutu
Pangan
Perempuan PPH
Padi-padian 20,1 17,8 18,8 25,0
Umbi-Umbian 0,1 0,1 0,1 2,5
Pangan 12,8 12,0 12,4 24,0
Hewani
Minyak dan 0,1 0,1 0,1 5,0
Lemak
Buah/Biji 0 0 0 1,0
Berminyak
Kacang- 9,3 9,3 9,3 10,0
kacangan
Gula 0,2 0,1 0,1 2,5
Sayur dan 12,1 12,3 12,2 30,0
Buah
Lain-lain 0 0 0 0
Total 54,6 51,7 53,1 100,0
PGS Jepang
>>> 30 jenis BM/Hari
Kebiasaan ditanamkan sejak usia > 6 bulan

Makin Banyak Ragam BP Makin Baik


1. Tidak ada satu jenis makanan di dunia/bumi
ini kecuali ASI untuk Bayi, yang
mengandung semua zat gizi dan zat
kesehatan lain yang dibutuhkan tubuh
2. Jenis dan jumlah zat gizi yang terkandung
dalam setiap jenis makanan berbeda-beda
Langkah Kebijakan

1. Penyediaan beranekaragam pangan


dlm jumlah mencukupi
2. Peningkatan daya beli masyarakat
3. Mengubah perilaku masyarakat agar
mengkonsumsi beranekaragam
makanan yang bermutu gizi tinggi
Pola konsumsi pangan yg lebih banyak
menekankan pada energi berasal dari
KH didorong untuk berubah ke arah pola
pangan sesuai dg PGS

Kebijakan yg menyertai,
penyediaan berbagai komoditas
pangan dlm jumlah cukup (IKAN,
Sumber Protein Hewani lainnya, sayuran,
dan buah-buahan.
Disamping itu, kebijakan harga yg
terjangkau bagi masyarakat luas
PGS
- Kebutuhan gizi rata-rata penduduk
(RDA)
- pola penyakit yang terkait dg gizi,
- pola / budaya makan setempat

Membiasakan makan beranekaragam


(diversifikasikan konsumsi pangan)
sehari-hari untuk siapa saja dg jenis dan
jumlah/porsi yang tepat
Basic Four, Basic Five, dan PGS AS
Dietary / Nutritional Guideline for American People
(Pedoman Gizi Seimbang Rakyat AS) dg logo atau
simbol piramida

Bahan Makanan Jumlah (Porsi)

Roti, Nasi, Cereal, Pasta 6 – 11


Sayuran 3–5
Buah 2–4
Daging, Unggas, Ikan, Kacang- 2–3
kacangan, Telur
Susu & Produk Susu 2–3
Lemak, Minyak, Gula Pergunakan Seperlunya
(Menjaga Keseimbangan Gizi)
Basic Seven USDA (1940)
1. Leavy, Green and Yellow Vegetables
2. Citrus, Fruit, Tomatoes, Raw Cabbage
3. Potatoes and Other Vegetables & Fruit
4. Milk, Cheese, Ice Cream
5. Meat, Poultry, Fish, Eggs, Dried Peas,
Beans
6. Bread Flour, Cereals Whole Grain or
Enriched
7. Butter and Fortified Margarine
LOGO dan ISI PGS di AS Tahun 2005
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Gizi dan Pola
Penyakit,
Setiap 5 tahun manfaat dan dampak pada
perubahan pola makan dan pola penyakit
dievaluasi.

Makanan tidak dikelompokkan dalam kotak


piramida, tetapi dalam kerucut yang lebar
(bawah) dan makin menyempit (ke atas) yang
berbeda-beda warna.

Prinsip :
Setiap orang (kecuali bayi 0 – 6 bulan) setiap hari
memerlukan aneka ragam jenis makanan dari
setiap kelompok. Perbedaannya pada
jumlah/porsi yang harus dikonsumsi.
Patokan PERBEDAAN :
Kegiatan/aktivitas fisik yang digambarkan dg orang naik
tangga di sebelah piramida

MOTTO :
One Size Does Not Fit for All
(Tidak ada suatu pedoaman gizi untuk hidup sehat yang
hanya satu macam dan cocok untuk semua orang)

Selain berdasarkan Umur, Kegiatan/Aktivitas Fisik, dan


Kondisi Fisiologis,
Juga disusun PGS khusus untuk BUDAYA tertentu atau
KEBIASAAN MAKAN
Gambar. Makanan Trdisional PGS Orang Asia
Gambar. PGS Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI (1993)
Pesan dan Isi PGS
Nasihat / Anjuran tentang apa yg harus dilakukan
dalam memilih makanan & hidup sehat
Untuk dilaksanakan, bukan untuk dihafal

Enam Prinsip Isi PGS


1. Membiasakan Diversifikasi Konsumsi Pangan
2. Memperhatikan / Mempertahankan BB Ideal
3. Mengatur Porsi Makan
4. Menjaga Keamanan Makanan
5. Khusus untuk Kel. Masy. dg Masalah Gizi tertentu
6. PGS sifatnya Spesifik / Khusus
TUMPENG GIZI SEIMBANG 4 Pilar Gizi
PANDUAN KONSUMSI SEHARI-HARI Seimbang
dalam
Tumpeng
Gizi
Seimbang
(TGS)
PGS Jepang
>>> 30 jenis BM/Hari
Kebiasaan ditanamkan sejak usia > 6 bulan

Makin Banyak Ragam BP Makin Baik


1. Tidak ada satu jenis makanan di dunia/bumi
ini kecuali ASI untuk Bayi, yang
mengandung semua zat gizi dan zat
kesehatan lain yang dibutuhkan tubuh
2. Jenis dan jumlah zat gizi yang terkandung
dalam setiap jenis makanan berbeda-beda
Kebiasaan hanya menyukai satu / dua
jenis makanan tertentu :
kebiasaan tidak sehat
(mis, hanya nasi sbg makanan pokok)
Sebaliknya,
Kebiasaan berganti-ganti makanan
pokok, tidak selalu nasi dari beras setiap
hari : kebiasaan makan yang sehat,
disamping membantu pemerintah untuk
mengurangi impor beras
Salah satu fungsi makanan : Kenikmatan

Kenikmatan makanan
sering terkait dengan adat dan
kebiasaan / budaya makan.
---à dari 5 (lima) butir isi PGS Jepang,
butir terakhir : “Enjoy Your Food”

Selain mempertahankan keseimbangan gizi,


makanan Jepang juga memperhatikan aspek
seni dan keindahan
Anjuran Jumlah Porsi Sehari
menurut Kecukupan Energi

Kecukupan Jumlah Porsi bahan Makanan ( Porsi = p)


Energi
(Kalori) Nasi Tempe Daging Sayur Buah Gula Minyak

1.300 3 3 2 2 3 0 3

1.500 3,5 3 2 3 3 2 4

1.700 4 3 2 3 4 2 5

1.900 4,5 3 2,5 3 4 2 5

2.100 5 3 3 3 4 2 6

2.300 6 3 3 3 4 2 6

2.500 7 3 3 3 4 2 6

2.800 8 3 3 3 5 2 7
Nasi = 100 g Daging = 50 g
Sayur = 100 g Minyak = 5g
Buah = 100 g Gula = 10 g
Tempe = 50 g Susu = 200 ml

Sumber Protein : Makanan Pokok :


Ikan = 50 g Nasi = 100 g
Roti = 80 g
Pengganti : Mi Basah = 100 g
Daging = 50 g Kentang = 200 g
Tempe = 50 g
Tahu = 100 g

Sayuran : Buah :
Bayam = 100 g Pisang = 75 g
Wortel = 100 g Semangka = 150 g
Buncis = 100 g Nenas = 75 g
Labusiam = 100 g Pepaya = 100 g
Konsumsi Protein
46,2 Gram/Kapita/Hari
hanya sebesar 22,7% berasal dari
Pangan Hewani

Peranan Teknologi Pangan


Diversifikasi Konsumsi Pangan :
Upaya perubahan perilaku dalam
memilih pangan untuk dikonsumsi
Contoh, wilayah terdiri dari
agroekosistem yang berbeda,
Sumber KH non beras, seperti sagu, jagung, pisang,
dan umbi-umbian.

Komoditi tsb, merupakan bahan utama pengolahan


makanan tradisional atau pangan lokal, seperti :
1. “Loka Anjoroi” dari Mandar (etnis Mandar) dg
bahan dasar pisang
2. “Kapurung” dari Luwu (etnis Bugis) dg bahan
dasar sagu
3. “Bassang” (etnis Makassar) dg bahan dasar jagung
Faktor yang Mempengaruhi
DKP :
1. Pengetahuan
2. Ekonomi
3. Ketersediaan pangan di pasar
4. Makanan mudah diolah, daya simpan
tinggi, bersih, dan aman
5. Memenuhi citarasa (inderawi), kemasan,
bentuk, rupa, rasa, tekstur, dan suhu.
DKP disesuaikan dg :
kebiasaan makan serta
perkembangan sistem sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat

---à sangat diperlukan


pengembangan teknologi pangan
tepat guna,
untuk mengubah berbagai BP
menjadi makanan siap olah.
Susunan PPH Nasional (Standar)
No. Kelompok Pangan Energi % Konsumsi/ Bobot Skor
(Kal) PPH g/kap/hari PPH
1. Padi-padian 1100 50 300 0,5 25
2. Umbi-umbian 132 6 100 0,5 3
3. Pangan hewani 264 12 150 2 24
4. Minyak & lemak 220 10 25 0,5 5
5. Buah/biji berminyak 66 3 66 0,5 1,5
6. Kacang-kacangan 110 5 110 0,5 2,5
7. Gula 110 5 30 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 132 6 250 5 30
9. Bumbu-bumbu 66 3 0 0
Total 2200 100 100
Skor PPH = % PPH x Bobot
PPH Aktual berdasarkan Susenas 1999
No. Kelompok Pangan Energi % Bobot Skor
(Kalori) Energi PPH

1. Padi-padian 1.239 56,3 0,5 28


2. Umbi-umbian 69 3,1 0,5 1,6
3. Pangan hewani 89 4,1 2 8,1
4. Minyak & lemak 171 7,8 0,5 3,9
5. Buah/biji berminyak 41 1,8 0,5 0,9
6. Kacang-kacangan 53 2,4 2 4,8
7. Gula 92 4,2 0,5 2,1
8. Sayur dan buah 71 3,2 5 16,1
9. Bumbu-bumbu 26 1,2 0 0
Total 1.852 84,2 62,6
Skor PPH = % PPH/AKG x Bobot
Kecenderungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Wilayah Pedesaan dan Perkotaan , Tahun 2002 - 2009
Pola Konsumsi Pangan,
Wanita Menopause (Osteoporosis)

Kelompok Pangan Aktual Standar

Energi % Energi Skor PPH Energi % Energi Skor PPH


Padi-padian 521 49,14 24,57 1075 50.00 25.0
Umbi-umbian 15 1,46 0,73 108 5.00 2.5
Pangan Hewani 63 5,97 11,95 329 15.30 30.6

Minyak dan Lemak 181 17,10 17,10 215 10.00 10.0

Buah/Biji Berminyak 33 3,08 1,54 63 3.00 1.5

Kacang-kacangan 97 9,16 18,32 108 5.00 10.0


Gula 80 7,52 3,76 144 6.70 3.4

Sayuran dan Buah 70 6,57 13,14 108 5.00 10.0


Jumlah 1059 100.00 91,1 2150 100.00 93.0
TABEL 1
Perbandingan antara Ketersediaan untuk Dikonsumsi,
Konsumsi Riil, dan Konsumsi Ideal Penduduk Sulawesi Selatan

Kelompok Ketersediaan Komsumsi Konsumsi


Bahan Pangan unt Dikonsumsi *) Riil **) Ideal ***)
Kalori Gram Kalori Gram Kalori Gram
Padi-padian 3537 1015.5 1329.2 366.1 1100 320
Umbi-umbian 257 170.7 48.2 31.2 132 85
Pangan Hewani 153 153.4 144 112.6 264 175
Minyak & Lemak 291 33 174 19.8 220 25
Buah/Biji Berminyak 156 82 52.5 9.7 66 15
Kacang-kacangan 120 30.2 47 12.9 110 85
Gula 110 30.1 106.1 29.1 110 30
Sayur dan Buah 132 348.4 80.6 184.6 132 300
Lain-lain - - 30.2 27.8 66 86.5
Jumlah 4756 1863.3 2011.8 793.8 2200 1121.5
Sum ber : BKPD Sulaw esi Selatan, 2002
Keterangan :
*) Angka Ketersediaan untuk Dikonsum si, dari NBM Tahun 2002
**) Angka Konsum si Riil, dari SUSENAS Tahun 2002
***) Angka Konsum si Ideal, dari PPH Nasional
w TUGAS
w Catat apa yang kita makan selama 24 jam,
meliputi jenis dan jumlah makanan
w Hitung asupan energi kita dibandingkan
dengan kebutuhan
w Tetapkan Skor PPH
w Analisa hasil skor PPH yang diperoleh
w Jelaskan upaya yang bisa dilakukan untuk
memepertahankan atau meingkatkan skor
PPH yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai