Anda di halaman 1dari 13

Jurnal

EKONOM I
PEM BANGUNAN
Kajian Ekonomi Negara Berkembang
Hal: 193 – 205

ANALISIS DISTRIBUSI AYAM BROILER DI PROPINSI


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Abstract

Production of broiler chicken at Yogyakarta Province exceeds its consumption so


that Yogyakarta province becomes one of suppliers of chicken for other regions, especially
Jakarta. The objective of this research is to formulate distribution channel of broiler chicken,
to determine transmission price elasticity and to estimate margin among distribution channels.
The results show that pattern of production system consists of non-cooperative sys-
tem and cooperative (nucleus-core) system. Distribution channel of the non-cooperative
system is more various than of that nucleus-core system. The margin of former system is also
more efficient but more risky. Finally, producers are less responsive to price changes than
distributors.

Keywords: broiler chickens, distribusion channels, nucleus core system.

PENDAHULUAN merupakan hasil penelitian kerja sama PPE-


Salah satu tujuan dalam pembangu- FE UII dengan Proyek Pengembangan Kelem-
nan sektor pertanian adalah terpenuhi kebu- bagaan Ketahanan Pangan Propinsi DIY.
tuhan pangan penduduk yang terus mening- Berdasarkan tabel tersebut, menun-
kat. Swasembada pangan harus dimantapkan jukkan bahwa jumlah pengeluaran konsumsi
dalam arti luas tidak hanya terbatas pada penduduk Indonesia masih terfokus pada
beras akan tetapi mencakup kebutuhan pangan protein yang bersumber padi-padian. De-
rakyat secara total termasuk hasil ternak yang ngan demikian pengeluaran konsumsi
merupakan sumber karbohidrat, protein dan masyarakat masih bertumpu pada makanan
lemak. Kondisi ini akan mendorong tercip- pokok serta dominannya komposisi karbo-
tanya sistem pangan yang berkelanjutan. hidrat dalam pengeluaran untuk makanan.
Sistem Pangan adalah segala sesuatu Indikasi ini memberikan gambaran sebagian
yang berhubungan dengan pengaturan, pem- besar penduduk masih mengutamakan
binaan dan atau pengawasan terhadap pengeluaran konsumsi pangan sebagai ke-
kegiatan atau proses produksi pangan dan butuhan pokok yang sangat esensial. Untuk
peredaran pangan sampai siap dikonsumsi masyarakat Yogyakarta kosumsi kalori yang
manusia (UU No. 7 tahun 1996). Keterse- bersumber daging pada tahun 1993 sejumlah
diaan pangan dapat dibedakan bersumber 25,82 gram; tahun 1996 sejumlah 46,61
dari nabati maupun hewani yang bersifat gram dan tahun 1999 sejumlah 22,09 gram.
fisik maupn ketersediaan dalam jumlah, Ada pun konsumsi protein pada tahun 1993
kualitas, waktu, tempat dan harga yang ter- sejumlah 1,75 kkal; tahun 1996 sejumlah
jangkau. Besarnya konsumsi protein per 3,04 kkal dan tahun 1999 sejumlah 1,45
kapita penduduk Indonesia dalam satuan kkal. Mencermati data tersebut, kebutuhan
gram dan energi dalam kilo kalori masing- daging penduduk Yogyakarta di atas rata-
masing disajikan pada tabel 1 dan 2 yang rata konsumsi nasional.

193
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari


Protein (gram)
No. Jenis Komoditas
1987 1990 1993 1996 1999
1 Padi-padian 24,14 24,08 23,26 27,03 25,04
2 Umbi-umbian 0,93 0,88 0,81 0,44 0,43
3 Ikan 6,23 7,01 7,26 7,16 6,07
4 Daging 1,20 1,31 1,40 2,52 1,33
5 Telur dan Susu 1,36 1,33 1,67 2,07 1,43
6 Sayuran 2,87 2,85 2,63 2,43 2,23
7 Kacang-kacangan 4,40 4,65 4,97 5,08 4,81
8 Buah-buahan 0,46 0,51 0,43 0,41 0,33
9 Konsumsi Lainnya 2,41 2,71 2,87 2,79 2,40
10 Makanan dan Minuman Jadi 0,13 - - - -
11 Minuman Beralkohol - - - - -
Sumber: BPS Tahun 2002

Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Kalori per Kapita per Hari


Energi (gram)
No. Jenis Komoditas
1987 1990 1993 1996 1999
1 Padi-padian 1245,03 1247,20 1210,26 1152,86 1066,50
2 Umbi-umbian 104,60 106,57 93,70 58,12 60,73
3 Ikan 34,16 38,33 40,14 42,62 36,04
4 Daging 17,91 20,02 20,91 38,74 20,07
5 Telur dan Susu 22,35 21,53 27,79 34,82 24,39
6 Sayuran 40,10 40,33 37,75 36,25 32,28
7 Kacang-kacangan 45,77 49,17 51,07 60,48 52,40
8 Buah-buahan 39,49 42,88 37,83 40,43 32,71
9 Konsumsi Lainnya 302,41 330,02 349,31 384,88 205,90
10 Makanan dan Minuman Jadi 127,64 87,03 149,31 170,46 170,78
11 Minuman Beralkohol 0,13 0,15 0,14 0,12 0,04
Total 1979,35 1983,23 2018,97 2019,79 1849,36
Sumber: BPS Tahun 2002

Berdasarkan alokasi proporsi penge- ging terdapat kecenderungan menurun. Hal


luaran penduduk ternyata pengeluaran untuk ini berbeda dengan porsi pengeluaran daging
pangan masih sangat besar. Komparasi be- secara nasional yang menunjukkan kecen-
sarnya porsi pengeluaran konsumsi untuk derungan meningkat. Berdasarkan aspek
pangan dan non pangan, penduduk Yogya- pengeluaran penduduk Yogyakarta khusus-
karta dan secara nasional disajikan dalam nya dan umumnya Indonesia, keduanya
tabel 3. menunjukkan adanya kecenderungan yang
Mencermati data pada tabel tersebut, terus meningkat dari waktu ke waktu teru-
menunjukkan bahwa porsi pengeluaran tama untuk pengeluaran makanan dan mi-
masyarakat Yogyakarta untuk alokasi da- numan.

194
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

Tabel 3. Persentase Rata-rata pengeluaran per Kapita per Bulan


Penduduk Indonesia dan Yogyakarta
Protein (gram)
Jenis Komoditas
1987 1990 1993 1996 1999
Kelompok Pangan & Non Pangan
Pangan Nas. 61,28 60,36 56,86 55,34 52,94
DIY - 52,68 47,52 49,99 53,46
Non Pangan Nas 38,72 39,64 43,14 44,66 37,06
DIY - 47,32 52,48 50,01 45,54
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Jenis Komoditas
Padi-padian Nas. 28,56 29,89 24,30 23,12 26,66
DIY - - 18,98 18,55 15,49
Umbi-umbian 1,86 1,66 1,49 1,22 1,24
Ikan Nas. 8,75 9,38 9,15 8,65 -
DIY - - 2,33 2,35 1,77
Daging Nas. 4,66 4,83 5,22 5,85 17,13
DIY - - 7,11 6,52 3,41
Telur dan Susu 4,40 4,55 5,10 5,35 -
Sayuran 8,83 8,86 8,73 8,96 -
Kacang-kacangan 3,95 4,06 3,93 3,51 16,90
Buah-buahan 5,26 5,51 4,81 5,22 -
Konsumsi Lainnya 14,85 14,91 14,87 14,62 14,46
Makanan dan Nas. 10,60 8,40 13,51 15,35 15,07
Minuman Jadi
DIY - - 20,38 22,13 35,65
Minuman Beralkohol 0,18 0,20 0,19 0,14 0,08
Tembako, Sirih 8,9 7,77 8,70 8,03 8,46
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,0
Sumber: BPS Tahun 2002

Dalam kerangka agribisnis sebagai sangat vital dalam upaya mewujudkan pe-
suatu pendekatan pengelolaan usaha yang ningkatan pendapatan petani dan nilai tam-
secara menyeluruh, maka penanganan peter- bah. Oleh karenanya melalui pelaksanaan
nakan sebagai rangkaian kegiatan beberapa tataniaga yang efisisen sangat memungkin-
sub sistem yang saling terkait dan mempe- kan terciptanya insentif yang menarik bagi
ngaruhi satu sama lain. Sub-sub sistem peternak.
tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk Tataniaga yang efisien adalah sam-
kegiatan peternakan (on-farm activities) dan painya produk ke konsumen akhir menurut
kegiatan luar peternakan (of-farm activities) tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan
yang mencakup: 1) pengadaaan sarana pro- konsumen dengan biaya yang serendah-ren-
duksi 2) industri pengolahan hasil 3) tata- dahnya serta adanya pembagian yang adil
niaga 4) jasa-jasa penunjang (Bungaran, 1993). dari harga yang dibayar konsumen akhir
Adanya berbagai kegiatan yang ter- kepada semua pihak yang terkait dalam
kait dalam sistem agribisnis tersebut maka kegiatan produksi dan tataniaga tersebut
kegiatan tataniaga mempunyai peranan yang (Mubyarto, 1992).

195
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

Faktor-faktor yang mendukung ter- tribusi harga yang adil diantara para pelaku
ciptanya tataniaga yang efisien mencakup: tataniaga ayam broiler, maka perlu dilaku-
struktur pasar, lembaga tataniaga yang terli- kannya analisis pola tataniaga yang terjadi
bat, dan transmisi harga. Pengukuran dalam distribusi ayam broiler.
efisiensi tataniaga pertanian secara umum
dapat dibedakan secara kualitatif dan secara Tujuan Penelitian
kuantatif. Ukuran secara kualitatif sebagai Berdasarkan rumusan masalah terse-
upaya mengungkapkan keterkaitan tataniaga but di atas, maka penelitian ini bertujuan:
terhadap kesejahteraan masyarakat yang 1. Merumuskan model saluran distribusi
menggunakan pendekatan teknik S-C-P, ayam broiler,
yaitu; market strcture, market conduct dan 2. Menentukan elastisitas transmisi harga
market performance (Sukartawi, 1993). Ada antar lembaga saluran distribusi
pun pengukuran secara kuantatif digunakan 3. Menentukan marjin tataniaga antar lem-
beberapa konsep antara lain: 1) Elastisistas baga saluran distribusi
Transmisi Harga dan 2) Marjin Tataniaga
Para produsen dan pedagang ayam Kegunaan Penelitian
broiler dalam upaya memasarkan produk Hasil penelitian ini diharapkan dapat
ayam broiler di samping memasok kebutu- bermanfaat sebagai bahan masukan pihak-
han di Propinsi DIY, membuka pasar de- pihak terkait dengan usaha pengelolaan pe-
ngan mengirim ke luar Propinsi DIY. Me- ternakan ayam broiler khususnya tentang
lalui terciptanya perdagangan antar daerah penyajian informasi distribusi daging ayam
tersebut secara ekonomi berdampak pada broiler.
dorongan harga jual ayam broiler. Namun
demikian harga yang tinggi di tingkat KAJIAN PUSTAKA
pengecer perlu dikaji, apakah dapat dinik- Efisiensi tataniaga merupakan salah
mati secara wajar oleh produsen atau hanya satu komponenen penting dalam mencipta-
dinikmati para pedagang? kan sistem tataniaga yang dapat memberikan
keuntungan kepada berbagai pihak yang
Perumusan Masalah terkait dalam tataniaga ayam broiler, seperti:
Perkembangan peternakan ayam peternak, pedagang dan konsumen. Melalui
broiler yang relatif tersebar pada wilayah pelaksanaan tataniaga yang efisien pada
kabupaten-kabupaten di Propinsi DIY telah akhirnya akan berpengaruh pada pembentu-
menciptakan kesempatan sebagian masyara- kan tingkat harga.
kat untuk terlibat dalam tataniaga ayam Terdapat banyak penelitian yang te-
broiler. Sistem distribusi ayam broiler dari lah dilakukan para ekonom yang berkaitan
produsen sempai ke konsumen umunya ter- dengan masalah ini. C.Peter Timmer (1987)
diri dari berbagai rantai mulai dari pedagang dalam bukunya yang berjudul “The Corn
pengumpul tingkat desa, kecamatan atau Economy Of Indonesia” telah meneliti tentang
kabupaten dan pedagang besar serta peda- efisiensi tataniaga jagung dengan mengambil
gang pengecer. Besarnya keuntungan variabel harga jagung pedesaan atau harga
masing-masing pelaku pasar akan tergan- jagung pertama untuk bulan t, harga jagung
tung dengan struktur pasar setiap tingkatan, pasar pusat atau perkotaan untuk bulan t,
posisi tawar masing-masing pelaku dan dan variabel musiman yang dapat mempe-
efisiensi usaha pada masing-masing pelaku ngaruhi pembentukan harga lokal yang be-
tataniaga. Dalam upaya mengetahui pola bas dari harga pusat periode 1973 – 1982 di
tataniaga yang mampu mencerminkan dis- daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

196
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

Menurutnya pasar Kediri memiliki Teknik Pengambilan Data


hubungan pasar yang terburuk dalam jangka Responden yang dijadikan sampel
pendek dengan satu nilai IMC yang hanya terdiri dari peternak, pedagang eceran,
sebesar dan pasar ini juga memiliki korelasi pedagang besar dan pihak-pihak terkait de-
sederhana tertinggi dengan pasar grosir Ja- ngan usaha peternakan ayam broiler yang
karta. Sedangkan pasar Boyolali memiliki berada di wilayah 4 kabupaten. Metode pe-
hubungan terburuk dalam jangka pendek mahanam terhadap populasi digunakan RRA
dengan pasar Jakarta dengan IMC sebesar (Rapid Rural Appraisal) melalui pendekatan
5.5. Hubungan jangka panjang pasar di "snow ball sampling" dengan strategis point
Boyolali merefleksikan kekurangan hubu- dari peternak. Adanya berbagai pertimba-
ngan jangka panjang sebesar 0.235 dan ngan seperti waktu, tenaga dan kendala
hubungan jangka panjang di pasar Kediri biaya, maka wawancara terhadap elemen
merefleksikan kuatnya hubungan pasar sampel dilakukan secara mendalam pada
jangka panjang sebesar 0.993 karena β2 yang responden yang benar-benar memahami
mendekati satu menunjukan semakin kuat- persoalan tataniaga ayam broiler.
nya hubungan antar pasar dalam jangka
panjang. Sumber Data dan Metode Pengumpulan
Winandi ASB et al (1994) juga telah Data
mengkaji masalah ini pada efisiensi tata- Data yang akan digunakan dalam
niaga ayam pedaging (ras) di wilayah Jabo- penelitian ini berupa data primer dan sekun-
tabek dengan menggunakan data Cross-Sec- der. Data primer dikumpulkan dari peternak
tion dan juga menggunakan data sekunder yang dipilih sebagai sampel dengan meng-
time series bulanan untuk tahun 1991-1993 gunakan kombinasi dari metoda wawancara,
menemukan bahwa perubahan harga di mengajukan daftar pertanyaan yang telah
pasar acuan tidak kuat mempengaruhi peru- dipersiapkan. Data sekunder berasal dari
bahan harga di pasar lokal (produsen) de- literatur, atau publikasi ilmiah baik swasta
ngan β2 =0,36 dalam keterpaduan pasar maupun pemerintah yang berkaitan dengan
jangka panjang. Sedangkan hasil IMC=0,97 usaha peternakan ayam broiler serta laporan-
menunjukan bahwa produksi ayam ras laporan dari lembaga atau instansi yang
pedaging di Jabotabek cenderung diprio- mendukung, seperti: Pemerintah Desa, Di-
ritaskan untuk memenuhi kebutuhan setem- nas Peternakan, Badan Pusat statistik (BPS)
pat, kondisi ini ditunjukkan oleh adanya se- dan Dinas Pertanian.
macam pembagian wilayah produksi dalam
pemasaran dimana Jabotabek merupakan Metode Analisis Data
satu kesatuan wilayah. Analisis dalam penelitian ini dilaku-
kan secara deskriptif dan kuantatif. Analisis
METODE PENELITIAN deskriptif digunakan untuk:
Lokasi Penelitian 1. Mengetahui latar belakang melakukan
Penelitian dilakukan pada 4 wilayah usaha peternakan ayam broiler.
kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, 2. Merumuskan model saluran distribusi
Kulon Progo dan Gunung Kidul. Pemilihan ayam broiler.
lokasi ini didasarkan pertimbangan bahwa 4 Analisis kuantitatif diterapkan untuk
kabupaten tersebut merupakan sentra pro- menganalisis elastisitas transmisi harga dan
duksi komoditas ayam pedaging di wilayah marjin tataniaga antar lembaga saluran dis-
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. tribusi.

197
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

Elastisitas Transmisi Harga 3. Et < 1, kepekaan perubahan nisbi harga


Elastisitas transmisi harga merupakan tingkat peternak lebih kecil dari kepe-
keterpaduan pasar dan sistem informasi kaan perubahan harga tingkat pedagang.
pasar. Angka elastisitas transmisi harga Elastisitas transmisi harga umumnya
menunjukkan rasio persentase perubahan bernilai lebih kecil satu. Apabila nilai Et
harga di tingkat lembaga tataniaga dengan suatu pasar lebih tinggi dari pasar yang lain,
persentase perubahan di lembaga tataniaga berarti pasar tersebut lebih efisiensi karena
yang lain. Indeks keterpaduan pasar menun- perubahan harga (fluktuasi) di tingkat pro-
jukkan tingkat keterpaduan produsen dan dusen ditransmisikan dengan lebih sempurna
konsumen. Indeks keterpaduan pasar nilainya ke konsumen.
mendekati satu menunjukkan semakin ting-
ginya tingkat keterpaduan antara produsen Marjin Tataniaga
dan konsumen, atau perubahan harga di Marjin tataniaga adalah perbedaan
pasar konsumen dapat mempengaruhi pe- harga yang dibayar oleh konsumen akhir
rubahan harga di pasar produsen. dengan harga yang diterima produsen (Lim-
Informasi pasar biasanya berupa data bong, 1987). Menurut George dan King
mengenai perkembangan harga produk, vo- (1975), marjin merupakan fungsi dari ting-
lume penjualan, dan lokasi daerah produksi. kat harga eceran. Secara matematik dapat
Apabila data cukup tersedia dan dapat de- dituliskan dalam persamaan: Pr = a + b (Pj);
ngan mudah diperoleh oleh pihak produsen Pj merupakan harga yang diterima
dan konsumen menunjukkan sistem infor- lembaga tataniaga pertama, (Pr) adalah
masi pasar berjalan dengan baik yang pada harga yang dibayar lembaga tataniaga beri-
akhirnya dapat menunjang adanya sistem kutnya. Harga yang dibayar konsumen akhir
tataniaga yang efisien. sangat menentukan besarnya marjin tata-
Perhitungan elastisitas transmisi niaga dan struktur pasar yang menghubung-
harga di setiap rantai tataniaga, ditentukan kannya.
dengan formulasi: Efisiensi tataniaga akan tercipta apa-
dPf Pr bila berada dalam mekanisme pasar yang
Et   bersaing sempurna dengan besarnya marjin
dPr Pf
tataniaga konstan. Indikator lain yang
Keterangan:
digunakan untuk mengukur efisiensi tatani-
Et = Elastisitas Transmisi harga
aga adalah bagian yang diterima oleh peter-
DPr = Perubahan harga di tingkat pedagang
nak (farmer share). Berkaitan marjin tata-
dPf = Perubahan harga di tingkat peternak
niaga dan efisiensi, Raju dan Oppen (1980-
Pr = Harga rata-rata komoditas di tingkat
1982) menyatakan terdapat dua ukuran
pedagang
efisiensi tataniaga, yaitu: 1) efisiensi opera-
Pf = Harga rata-rata komoditas di tingkat
peternak. sional, dan 2) efisiensi harga. Ukuran
Kemungkinan nilai Et: efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya
tataniaga dan marjin tataniaga. Efisiensi
1. Et = 1, kepekaan perubahan nisbi harga
harga dicerminkan oleh korelasi harga seba-
di tingkat peternak sama dengan kepe-
gai akibat pergerakan produk dari pasar satu
kaan di tingkat pedagang.
ke pasar yang lain. Marjin tataniaga lebih
2. Et > 1, kepekaan perubahan nisbi harga
sering digunakan untuk analisis efisiensi ta-
tingkat peternak lebih besar dari kepe-
taniaga, karena dapat menggambarkan pe-
kaan perubahan harga tingkat pedagang.
nyebaran marjin tataniaga, dan efisiensi ope-
rasional (Sukartawi, 1993).

198
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

HASIL DAN PEMBAHASAN lakang responden adalah relatif homogen


Latar Belakang Sosial Ekonomi Responden pada pendidikan menengah dan pendidikan
Berdasarkan latar belakang sosial tinggi.
ekonomi para responden yang terdiri dari:
peternak, pedagang pengumpul dan peda- Jenis Pekerjaan Responden
gang pengecer ayam broiler (ras) dan Rata-rata responden yang menekuni
pengelola Rumah Potong Ayam (RPA) re- usaha ayam broiler (ras) sebagai pekerjaan
latif sama diantara sesamanya. Secara umum pokok sebanyak 68,75 % dan sisanya
karakterisitik sosial ekonomi para responden 31,25% menempatkan sebagai pekerjaan
disajikan pada tabel 5. sampingan. Pekerjaan sampingan yang dila-
Responden peternak sejumlah 16 kukan oleh para responden meliputi: wira-
orang terdiri dari responden berumur antara swasta, PNS, peternak, polisi, dan petugas
30-60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan. Pekerjaan sampingan yang dila-
responden berada pada usia produktif. Ber- kukan oleh para peternak paling banyak
dasarkan jumlah anggota keluarga yang di- adalah: wiraswasta. Ada pun pekerjaan
miliki responden dalam 1 kepala keluarga sampingan paling banyak untuk pedagang
(KK) sebanyak 13 responden mempunyai pengumpul adalah ibu rumah tangga dan
tanggungan lebih kecil dari 5 anggota kelu- pedagang pengecer adalah peternak sedang-
arga, sedangkan 3 responden yang lain ber- kan pengelola RPA adalah peternak.
anggotakan lebih dari 5 anggota keluarga. Sebagian responden yang menjalan-
Dari aspek pendidikan terakhir yang kan usaha ayam broiler sebagai usaha agri-
ditamatkan, sebanyak 6 respoden (37,5%) bisnis secara profesional dengan skala besar
berpendidikan tinggi (S1), sebanyak 8 res- minimal 3.000 ekor ternak, terutama peter-
ponden (50,0 %) berpendidikan SLTA dan 2 nak di kabupaten Bantul dan Gunung Kidul
(12,5 %) responden berpendidikan SLTP, yang menjadi peternak plasma dan memper-
sedangkan yang berpendidikan SD atau ti- oleh bantuan pengelolaan usaha ayam
dak mengenyam pendidikan formal tidak broiler berupa: bibit, obat-obatan dari peru-
ada. Hal ini menunjukan bahwa latar be- sahaan yang berasal dari Sidoarjo Jawa Timur.

Tabel 5 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden


Peternak Pengumpul Pengecer Pengelola
No Keterangan
sebaran sebaran Sebaran RPA
1 Umur (tahun) 30 - 60 32 - 55 23 - 60 33 - 40
2 Pendidikan SD – S1 SD - SMU SD – S1 SD – SMU
3 Jumlah anggota keluarga (jiwa) 2-5 2-5 3–6 3–4
Sumber: Data Primer diolah

Tabel 6. Jumlah Ayam Broiler yang Dikelola Responden


Keterangan Jumlah Ayam Broiler (ekor)
Kabupaten Kulon Progo 600 – 12.000
Kabupaten Sleman 400 – 12.000
Kabupaten Bantul 4.500 – 20.000
Kabupaten Gunun Kidul 1.000 – 5.000
Sumber: Data Primer, diolah.

199
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

Pelaksanaan Usaha Ternak Ayam Broiler krisis ekonomi yang berkepanjangan. Me-
Usaha Peternakan ayam broiler (ras) lalui kerjasama ini para peternak plasma
ditinjau dari aspek finansial merupakan tidak perlu mengeluarkan modal yang se-
salah satu usaha di bidang agribisnis yang lama ini masih merupakan momok utama
memberikan keuntungan (Bambang Suhar- untuk investasi dalam usaha ayam broiler.
no, 2002). Dalam menjalankan usaha ayam Responden yang menjadi peternak plasma
broiler terdapat 2 jenis pengelolaan, yakni tersebar di Kabupaten Gunung Kidul dan
dikelola secara mandiri (peternak mandiri) Bantul. Para pedagang dan para peternak
dan dikelola dalam bentuk plasma-inti (pe- dalam menjalankan usaha ayam broiler se-
ternak plasma inti). Dalam pengelolaan sis- cara umum menyatakan bahwa usahanya
tem plasma-inti, pihak peternak sebagai menguntungkan. Para pedagang dalam
plasma, sementara perusahaan pakan dan menjalankan usahanya benar-benar dikelola
perusahaan yang bergerak pada pemasaran sebagai usaha memperoleh pendapatan un-
DOC dan pakan ayam umumnya sebagai inti. tuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lain
Pada sisi lain para peternak mandiri dalam halnya dengan para peternak yang dalam
menjalankan usahanya segala aktivitasnya menjalankan usahanya relatif kurang mem-
dibiayai dengan menggunakan modal sendiri. berikan keuntungan, sehingga sebagian kecil
Dalam menjalankan kerja sama de- para peternak dalam melakukan usahanya
ngan pihak perusahaan selaku pihak inti, sebagai usaha sampingan.
peternak plasma menandatangani kontrak
harga jual ayam broiler pada saat Dijual. Analisis Tataniaga
Apabila harga pasar ayam broiler di bawah Saluran Tataniaga
harga kontrak, peternak tetap menerima Tataniaga yang terjadi pada suatu
harga jual seperti pada saat penandatanga- komoditas tidak terlepas dari pengaruh
nan kontrak harga jual ayam broiler. Namun struktur pasar yang terjadi. Di samping itu,
demikian apabila harga pasar lebih tinggi pada perdagangan ayam broiler (ras) saluran
dari harga kontrak, peternak selaku plasma tataniaga dipengaruhi juga adanya produk
memperoleh penerimaan sesuai harga kon- yang dihasilkan secara periodik dan produ-
trak ditambah insentif dari pihak inti. Para sen relatif tersebar. Sebagai konsekuensinya
peternak plasma hanya diminta menyiapkan harga daging ayam sangat dipengaruhi
kandang dan tenaga, sedangkan kebutuhan fluktuasi pasokan.
anak ayam atau "day old chicken" (DOC), Secara umum usaha para peternak
pakan, sampai obat-obatan diberi oleh pihak mandiri ayam broiler, hasil produksinya
inti. Setelah ayam broiler yang dibeli kurang dijual kepada para pedagang pengumpul
lebih berumur sekitar 35 hari – 40 hari maka yang terdapat di desa-desa kemudian ke
ayam broiler dijual ke pedagang yang pedagang besar atau ke pedagang-pedagang
ditunjuk pihak inti. pengecer yang berada dalam 1 wilayah
Bentuk kerjasama plasma-inti sangat maupun di luar wilayah kabupaten, seperti
menguntungkan khsusnya para peternak Solo dan Purworejo bahkan ke Jakarta. Salu-
yang terbatas pada kemampuan penyediaan ran tataniaga ayam broiler yang terjadi se-
modal. Terlebih dalam situasi sulit akibat cara rinci disajikan pada gambar berikut:

200
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

Gambar 1. Saluran Tataniaga Ayam Broiler Para Peternak Mandiri

30% 15% 15%

40% 10%
PDG PD G
PET ER NA K PEN GU M PUL B ESAR PEN GECER K ON SU M EN
50% 20%
30%

Hasil produksi ayam broiler oleh para 1) Elastisitas transmisi harga peternak
peternak mandiri yang dijual mencapai 90 terhadap pedagang pengumpul: 0,8365
persen dari produk yang dihasilkan. Sisanya 2) Elastisitas transmisi harga pedagang pe-
sekitar 10 persen dikonsumsi baik dikon- ngumpul terhadap pedagang pengecer:
sumsi sendiri maupun untuk keperluan ritual 0,9262
yang dibagikan kepada sanak saudara. Pada
gambar di atas, peternak mandiri dalam Besarnya nilai-nilai elastisitas trans-
melakukan penjualan sebagian besar adalah misi harga terhadap pedagang pengumpul
kepada pedagang pengumpul. Untuk peter- dan pedagang pengecer masing-masing
nak plasma, produksi ayam broiler semua- adalah 0,836536 dan 0,926226. Nilai elas-
nya dijual kepada pedagang pengumpul tisitas transmisi harga rantai tataniaga antara
yang ditunjuk perusahaan inti. peternak terhadap pedagang pengumpul
Para pedagang pengumpul dalam adalah 0,836536 dengan kata lain bahwa
memperoleh komoditas dagangannya adalah kepekaan perubahan nisbi harga di tingkat
menerima penjualan dari para peternak yang pedagang pengumpul terhadap harga tingkat
langsung menjual kepada mereka tetapi peternak sebesar 0,836536 (Et < 1). Hal ini
yang paling banyak dengan "sistem jemput menunjukan apabila terjadi perubahan harga
bola". Terlebih-lebih dalam upaya memper- pada pedagang pengumpul 1 persen maka
oleh dagangannya di luar daerah dan pada harga ayam broiler di tingkat peternak akan
saat-saat permintaan daging ayam sangat berubah sebesar 0,836536 persen. Sedang-
tinggi. Momen semacam itu terjadi pada kan nilai elastisitas transmisi harga rantai
saat-saat hari raya keagamaan seperti hari tataniaga dari pedagang pengecer terhadap
raya idul fitri, hari natal dan tahun baru. peternak adalah 0,926226 (Et < 1) dengan
Para pedagang besar dalam upaya kata lain bahwa kepekaan perubahan nisbi
memperoleh komoditas dagangannya mem- harga di tingkat pedagang pengecer adalah
peroleh pasokan dari para peternak dan sebesar 0,926226. Hal ini menunjukan apa-
pedagang pengumpul yang langsung datang. bila terjadi perubahan harga pada pedagang
Untuk penjualan yang mereka lakukan di pengecer 1 persen maka harga ayam broiler
samping di wilayah propinsi Daerah istimewa di tingkat peternak akan berubah sebesar
Yogyakarta, mereka juga melakukan penjualan 0,926226 persen.
di kota-kota besar utamanya Jakarta. Berdasarkan kedua nilai elastisitas
transmisi harga tersebut, menunjukkan
Elastisitas Transmisi Harga bahwa perubahan harga-harga di tingkat
Berdasarkan hasil perhitungan elas- pedagang pengecer yang ditransmisikan
tisitas transmisi harga diperoleh hasil seba- terhadap pedagang pengumpul lebih besar
gai berikut: dibandingkan perubahan harga pedagang

201
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

60pengumpul terhadap peternak. Kenyataan Marjin Tataniaga


ini memberi suatu indikasi bahwa perubahan Berdasarkan gambar 2 terdapat 5 saluran
harga di tingkat pedagang pengecer terhadap dalam sistem pemasaran ayam ras pedaging
pedagang pengumpul lebih sensitif diban- (broiler) yaitu:
dingkan terhadap perubahan harga pada Saluran I : Peternak – P. Pengumpul – P.
pedagang pengumpul terhadap peternak. Eceran – Konsumen
Dengan demikian hal ini menunjukkan indi- Saluran II : Peternak – P. Pengumpul –
kasi bahwa pada tingkat peternak relatif Konsumen
kurang bisa menerima signal pasar, hal ini Saluran III : Peternak – P. Pengumpul – P.
disebabkan peternak relatif lambat menerima Besar – P. Eceran – Konsumen
informasi pasar dibandingkan pedagang. Saluran IV: Peternak – P. Besar – P. Eceran
Namun demikian para peternak res- – Konsumen
ponden ada juga yang menjual ayam broiler Saluran V : Peternak – P. Eceran – Kon-
ke pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan, sumen
karena pedagang pengumpul mengunakan Peternak plasma menggunakan salu-
strategi "menjemput bola" yakni dengan ran I, II, dan III karena peternak plasma
mendatangi para peternak ke rumah-rumah menjual produksi ayam broiler semuanya
untuk membeli ayam broiler yang baru dijual kepada pedagang pengumpul yang
dipetik. Manfaat yang diperoleh peternak ditunjuk perusahaan inti. Sedang peternak
dengan melakukan penjualan ini adalah ti- mandiri memasarkan produksi melalui ke-
dak perlu melakukan tambahan aktivitas lima saluran pemasaran. Adapun sebaran
menjual ke pasar. Di samping itu para peda- marjin pemasaran untuk setiap saluran pe-
gang pengumpul banyak yang berasal dari masaran dapat ditunjukkan pada table 7.
desa setempat dan tidak sedikit yang masih
mempunyai hubungan kerabat.

Tabel 7. Sebaran Marjin Pemasaran dari Saluran Pemasaran Ayam Broiler


di Daerah Istimewa Yogyakarta
Saluran Penerimaan Marjin Tataniaga (Rp/kg)
Pemasaran Peternak (Rp/Kg) Biaya Keuntungan
1.875 344 1.656
Saluran I
(48,39) (8,88) (42,74)
1.975 322 1.278
Saluran II
(50,97) (8,31) (32,98)
1.875 361 839
Saluran III
(60,98) (11,74) (27,85)
1.575 344 1.156
Saluran IV
(51,22) (11,19) (37,59)
2.175 317 1.783
Saluran V
(50,88) (7,42) (41,71)
1.895 337,6 1.342,4
Rata-rata
(53,01) (9,44) (37,55)
Keterangan: Angka di dalam kurung adalah persen

202
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

Dari kelima saluran pemasaran, rata- menjual ke pasar. Di samping itu para peda-
rata penerimaan peternak per kg ayam gang pengumpul banyak yang berasal dari
broiler adalah Rp.1.895 (53,01 persen). desa setempat dan tidak sedikit yang masih
Biaya tataniaga adalah Rp.337,6 (9,44 per- mempunyai hubungan kerabat.
sen), dan keuntungan tataniaga adalah
Rp.1.342,4 (37,55). Penerimaan peternak KESIMPULAN DAN SARAN
tertinggi pada saluran kelima yaitu Rp.2.175 Bentuk usaha ternak ayam ras
(50,88 persen) secara absolut, sehingga tam- pedaging di wilayah DIY adalah sistem
pak bahwa peternak akan memperoleh pene- plasma dan sistem mandiri. Pada peternak
rimaan yang relatif besar apabila menjual plasma menggunakan tiga saluran pema-
pada saluran ini. Resiko kegagalan usaha saran dan yang dominan saluran peternak –
pada saluran kelima sangat besar karena pedagang pengumpul – pedagang besar –
merupakan saluran peternak mandiri, di- pedagang pengecer – konsumen. Sedang
mana peternak menghadapi fluktuasi harga peternak mandiri lebih bervariasi ada lima
dan jumlah yang tinggi untuk input khusus- saluran pemasaran dan yang dominan adalah
nya DOC saluran peternak – pedagang pengecer –
Faktor yang memungkinkan terjadi- konsumen.
nya hal ini adalah kedekatan secara sosiolo- Rataan sebaran marjin pemasaran
gis, yang secara umum para pedagang yaitu penerimaan peternak 53%, biaya tata-
pengecer ayam broiler adalah masyarakat niaga 9,44% dan keuntungan lembaga tata-
setempat dan tidak sedikit para pedagang niaga 37,55%. Dari sebaran marjin pema-
pengecer adalah masih kerabat keluarga saran per saluran terdapat kecenderungan
peternak ayam broiler. Pada sisi lain para bahwa peternak mandiri lebih efisien dari-
pedagang pengecer lebih memperhatikan pada dibandingkan peternak plasma. Namun
aspek bisnis dalam upaya untuk meperoleh resiko kegagalan usaha peternak mandiri
keuntungan dari hasil kerjanya. Kondisi ini sangat besar, sedang dari skala usaha peter-
tercipta karena para pedagang pengecer nak plasma lebih besar dibandingkan peter-
senantiasa menjaga kepercayaan dari para nak mandiri, sehingga tingkat efisiensi dari
produsen ayam broiler yang secara rutin saluran pemasaran peternak mandiri belum
menjual produknya kepada mereka. Berda- mencerminkan kelayakan usaha.
sarkan aspek geografis jarak produsen ke Elastisitas transmisi menunjukkan
"Pusat Penjualan Ayam Broiler" yang perubahan harga di tingkat pengecer mau-
berada di wilayah Kecamatan Sleman relatif pun pedagang tidak sepenuhnya ditransmisi-
dekat terlebih memperoleh dukungan kan ke tingkat peternak. Hal ini disebabkan
prasarana dan sarana transportasi yang sa- oleh keterkaitan peternak terhadap
ngat memadai. inti/perusahan penyedia input, harga telah
Namun demikian para peternak re- ditentukan di depan sesuai kontrak antara
sponden ada juga yang menjual ayam broiler plasma dan inti. Begitu juga elastisitas
ke pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan, transmisi pedagang pengecer terhadap peda-
karena pedagang pengumpul mengunakan gang pengumpul lebih besar daripada elas-
strategi "menjemput bola" yakni dengan tisitas transmisi pedagang pengumpul terha-
mendatangi para peternak ke rumah-rumah dap peternak, hal ini menunjukkan peternak
untuk membeli ayam broiler yang baru relatif kurang bisa menerima signal pasar
dipetik. Manfaat yang diperoleh peternak daripada pedagang. Hal ini juga mengindi-
dengan melakukan penjualan ini adalah ti- kasikan pedagang lebih baik menerima in-
dak perlu melakukan tambahan aktivitas formasi pasar daripada peternak dan juga

203
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: 193 – 205

ketergantungan yang besar peternak terha- gang diupayakan tidak hanya memikirkan
dap perusahaan penyedia input sehingga keuntungan sendiri, dalam jangka panjang
posisi tawar peternak sangat lemah. keberlangsungan usaha diutamakan dengan
Implikasi dari kesimpulan bagi peter- menciptakan perdagangan yang adil bagi
nak adalah para peternak bersatu dalam semua pihak baik bagi pedagang sendiri
suatu lembaga seperti koperasi sehingga maupun peternak.
akan memperoleh kemudahan memperoleh
input dan melakukan pemasaran. Bagi peda-

DAFTAR PUSTAKA
_______, (1994). Konsep dan Strategi Pembangunan dalam PELITA VI. Badan Agribisnis,
Departemen Pertanian, Jakarta.
_______ , (1993). Menanti Gerakan Agribisnis. Warta Pertanian Tahun X/1993, Jakarta.
_______, (1994). Pedoman Pemasyarkatan Agribisnis. Badan Agribisnis, Departemen Perta-
nian, Jakarta.
_______, (1986). Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta: Kanisius.
Anwar, Affendi. (1995). Kajian Kelembagaan Menunjang Pengembangan Agribisnis.
Makalah Seminar, IPB Bogor.
Chambers, Robert. (1996). Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.
Dahl, Dale C And Hammond J, W. (1977). Market and Price Analysis the Agricultural
Industries. Singapore: Mc Graw-Hill.
Hernanto, Fadholi, (1991). Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Jafar, Hafsah, (1994). Perencanaan Agribisnis. Makalah Lokakarya Pengembangan
Kurikulum Program Studi PWD, Pascasarjana IPB, Bogor.
Limbong, WH Dan Sitorus P, (1987). Pengantar Tataniaga Partanian. Bogor: Fak. Pertanian
IPB.
Mubyarto, (1992). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S.
Nasution, Ibrahim Lufti, (1994). Kebijaksanaan Pertanahan Nasional dalam Mendukung
Pembangunan Ekonomi. Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Saefuddin, (1980), Makalah seminar.
Saefuddin, (1983), Makalah seminar.
Saragih, Bungaran, (1998). Pengembangan Pemasaran Hasil Perkebunan dan Dukungan Ke-
bijakan dalam Memperkuat Perekonomian. Makalah Seminar, UNWAMA Yogyakarta.
Siagian, Renville. (1997). Pengantar Manajamen Agribisnis. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-
versity Press.
Soekartawi, (1986). Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta:
UI-Press

204
Analisis Distribusi Ayam Broiler di Daerah Istemewa … (Unggul Priyadi, Indah Susantun & Awan Setya Dewanta.)

Soekartawi, (1993). Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Soekartawi, (1993). Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suharno, Bambang, (2002). Agribisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya.
Timmer. Peter, (1984). The Corn Economy of Indonesia. Singapore: Mc Graw Hill.
Quikey, John et al (1988). Ekonomi Pemasaran dalam Pertanian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

205

Anda mungkin juga menyukai