Anda di halaman 1dari 2

Nama : Meki Lorens Nenobais

Nim : 2123815037

Kelas : C/PAB/III

CARI LAJU INFLASI DAN PANGSA PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK 11 KOMODITAS:

Berdasarkan perhitungan fluktuasi harga, andil inflasi, pangsa pengeluaran rumah tangga serta
histori kebijakan diperoleh pemilihan komoditi prioritas dalam penentuan kebijakan harga.

ANDIL PANGASA
N KOMODIT INFLASI RANK CV(%) PENGELUARAN RANK KEBIJAKAN SKOR RANK
O I (%) RT(%)
1 Beras 0,79 3 18,10 16,88 3 3 2,8 1
2 Gula 0,07 1 12,70 2,39 2 3 2,0 2
3 Cabe 0,20 2 34,70 0,86 1 2 2,0 3
Merah
4 Bawang 0,13 2 20,88 1,05 1 2 2,0 4
merah
5 Daging 0,10 2 9,90 2,23 2 1 1,8 5
ayam
6 Minyak 0,05 1 7,16 3,19 3 0 1,8 6
Goreng
7 Tekur 0,04 1 5,77 2,35 2 1 1,5 7
Ayam
8 Daging 0,08 1 4,14 0,76 1 2 1,5 8
Sapi
9 Terigu 0,01 1 1,24 5,63 3 0 1,3 9
10 Kedelai 0,05 1 2,33 2,62 2 0 1,0 10
11 Jagung 0,06 1 4,03 0,00 1 0 0,8 11

Pertimbangan historis kebijakan, komoditi gula juga merupakan salah satu komoditas pokok
dan strategis di Indonesia. Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan yang mempunyai efek
langsung dan tidak langsung terhadap pasang-surutnya industri gula nasional. Kebijakan pergulaan
nasional diterapkan secara intensif, identik dengan intensitas kebijakan yang berkaitan dengan
industri beras. Di samping intensitasnya tinggi, kebijakan pemerintah tersebut juga mempunyai
dimensi yang cukup luas, mulai dari kebijakan lahan, input, produksi, distribusi, kelembagaan, hingga
kebijakan harga. Secara garis besar kebijakan tersebut dapat dibagi ke dalam tiga regim yang
dilandasi oleh aspek esensi dan periode waktu. Ketiga regim kebijakan tersebut adalah: (i) Regim
Kebijakan Suportif dan Stabilisasi (1971-1997); (ii) Regim Kebijakan Liberalisasi (1997-2002); dan (iii)
Regim Kebijakan Proteksi dan Promosi (2002-sekarang).

Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Pentingnya stabilisasi harga pangan untuk menjaga
daya beli masyarakat dan pengendalian inflasi. Daya beli masyarakat tercermin dari besranya pangsa
pengeluaran terhadap pangan. Dalam waktu 10 tahun, terdapat perubahan karakteristik konsumsi
pangan terhadap pengeluaran yang tercermin dari angka pangsa pengeluaran masyarakat terhadap

0
pangan. Pangsa pengeluaran masyarakat dengan kelompok pendapatan rendah terhadap pangan
baik desa maupun kota selama tahun 2002 ke tahun 2012 meningkat dari 66,06% menjadi 68,04%

Pangsa pengeluaran masyarakat (berpendapatan rendah) ini ada kecenderungan menurun jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hervel, Ivanic, Preckel dan Crandfield (2004)
dalam Ivanic dan Martin (2008) dimana sekitar 70% pengeluaran masyarakat dibelanjakan untuk
kebutuhan Bapok. Sementara, pangsa pengeluaran masyarakat pada kelompok pendapatan
menengah tinggi terhadap pangan justru menurun tetapi meningkat untuk pangsa pengeluaran non
pangan. Hal ini berimplikasi bahwa stabilitas harga pangan penting karena memberi dampak yang
cukup besar bagi masyarakat (berpendapatan rendah).

KELOMPOK 2002 2012


PENDAPATAN KOTA DESA KOTA+DESA KOTA DESA KOTA+DESA
1. 61,31 67,40 66,06 62,18 68,73 68,04
2. 60,31 67,33 65,48 62,69 69,67 67,75
3. 59,41 66,97 64,70 61,08 70,11 66,08
4. 58,42 66,47 63,59 59,09 67,06 63,76
5. 57,19 65,69 62,40 57,13 64,93 61,80
6. 55,68 64,67 60,92 54,58 63,10 60,04
7. 53,74 63,27 58,96 52,32 61,53 57,89
8. 50,88 61,37 56,52 49,61 59,90 55,40
9. 46,78 58,69 52,25 45,22 57,55 50,84
10. 30,79 43,94 35,51 30,69 43,19 34,95

Perkembangan Harga dan Stabilitasnya (MA-Average) Perkembangan Harga komoditi pangan


ditingkat eceran menunjukkan tren positif dengan cenderung naik. Data selama tahun 2009-2014
menunjukkan harga tingkat eceran komoditi beras, gula dan minyak goreng cenderung naik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan harga naik yaitu musim (natural instability), harga
komoditi di pasar internasional serta kebijakan pemerintah. Byerlee et al, (2005) menjelaskan bahwa
fluktuasi harga di pasar internasional berdampak pada instabilitas harga komoditi di dalam negeri,
terutama untuk komoditi yang sebagian besar masih tergantung pada impor

Anda mungkin juga menyukai