Anda di halaman 1dari 8

Kelompok ayam petelur

Nama : M. Khoirul Anwar (19230620051)


Muhammad jaenal fauzi (19230620072)
Youan Ridho Bagus (19230620087)

Kelas : 3 A2 Peternakan
AYAM PETELUR

 Ayam petelur merupakan salah satu ternak unggas yang cukup


potensial di Indonesia. Ayam petelur dibudidayakan khusus untuk
menghasilkan telur secara komersial.
 Ayam petelur sudah lama dikenal di masyarakat dan diusahakan
sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Ayam petelur
merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya.
Dikarenakan ayam petelur mempunyai potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan sebagai usaha peternakan karena memiliki kemampuan
yang menguntungkan yaitu mempunyai telur yang nilai gizi tinggi dan
rasa yang lezat.
Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur
Starter Grower Layer
Zat nutrisi
(1-6 mg) (6-20 mg) (>20mg)
Kadar Air (%) Maks 14 Maks 14 Maks 14
Protein
18 – 20 13,5 – 16 15 – 18
Kasar (%)
Serat Kasar
<6,5 <7 <7
(%)
Lemak Kasar
2,5 – 7 2,5 – 7 2,5 – 7
(%)
Abu (%) 5–8 5–8 10 – 14
Kalsium (%) 0,9 - 1.2 0,9 – 1.2 3,25 – 4
Fosfor (%) 0,65 - 0,9 0,6 – 0,9 0,6 – 0,9

Kandungan nutrisi utama yang dibutuhkan dalam pakan


ternak ayam petelur adalah berupa protein, ME, Lemak,
serat kasar, kalsium dan fosfor. Pakan merupakan porsi
biaya terbesar (70 %) dalam usaha peternakan unggas.
Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi
yang dibutuhkan oleh ternak unggas sesuai dengan jenis
dan bangsa unggas, umur, bobot badan. Jenis kelamin
dan fase produksi.
Evaluasi Pemberian Pakan
A. Konsumsi Pakan
Umur Rata – rata Konsumsi pakan produksi

(mingu) Kg/ekor Gr/ekor/hari Total (kg)

1 - 10 0,07 1

4 0,27 35 0,65 5

8 0,59 54 1,97 10

12 0,91 64 3,70 40

16 1,23 72 5,61 65-70

19 1,47 80 7,24 82,3-89,4

20 1,55 82 7,81 92,1-92,7

21 1,62 87 8,49 90,9-93,5

22 1,70 96 9,21 88,7-90,9

23 1,75 100 9,82 82,4-88,7

24-25 1,83 105 11,24 79,5-82,4

26-27 1.92 110 12,78 77,2-79,5

28-40 1,98 120 25,49 75,7-77,2

40-45 2,01 119 27,15 66,4-75,7

46-56 2,03 118 40,76 62,9-65,5

57-60 2,04 117 41,94  

60-63 2,05 117 42,74

63-65 2,05 116 43,37

66-76 2,06 115 52,15  

77-80 2,08 115 55,31

Sumber : PT.Japfa Comfeed, 2001


Bahan baku yang digunakan untuk mencampur pakan ayam adalah
bahan baku pakan yang mengandung zat-zat makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan ayam yang mengkonsumsi.

Menurut Tri Yuwanta (2008) Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam dan biasanya
dilakukan secara ad libitum. Namun sebagai acuan yang terbatas pemberian air minumnya maka dalam
hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
1. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu
minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
 Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100
ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti
stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-
36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-
50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air
minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor. Sedangkan untuk hari-hari selanjutnya pemberian
air minum seperti pada minggu ke-8.
b. HHD & HDP

• Perhitungan HHP didasarkan pada jumlah induk pada saat awal pencatatan, sedangkan
HDP berdasarkan induk yang ada dalam waktu pecatatan.
• Menurut katasudjana (2006) bahwa hen day production merupakan presentase produksi
telur yang didasarkan pada sekelompok ayam yang ada setiap saat dan hen house
production merupakan presentase produksi telur yang didasarkan kepada jumlah ayam
yang mula–mula dimasukan kedalam kandang.
• Beberapa factor yang mempengaruhi hen day production antara lain bibit, umur, kondisi
kesehatan ayam, perkandangan, pencahayaan, pakan dan suhu lingkungan (Muharlien,
2010).
• Farooq (2002) menyebutkan bahwa nilai HHP tergantung pada banyak hal, yakni faktor
lingkungan di samping faktor genetik. Di antara faktor genetik yang dapat memengaruhi
HHP adalah ukuran kandang (size flocks), untuk ayam ras komersial biasanya dipelihara
di kandang batere (cages) atau pun di kandang panggung dan postal (floors).
c. FCR

 Feed convertion ratio atau konversi pakan merupakan perbandingan antara


ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur dengan
berat per kilogram telur. Menurut Sultoni dkk. (2006) fungsi dari perhitungan
konversi pakan adalah untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas pakan yang
diberikan dan selanjutnya dikonversikan menjadi produksi dalam 1 kg telur.
 Faktor yang mempengaruhi konversi pakan dan laju pertumbuhan antara lain :
produksi telur, kandungan energi metabolisme ransum, besar tubuh,
kecukupan zat makanan dalam ransum, suhu lingkungan, dan kesehatan
ternak (Sarwono, 1991). Faktor lain yang bisa mempengaruhi konversi pakan
yaitu : bentuk pakan ternak, strain, kandungan nutrisi ransum, jenis kelamin
serta suhu. Suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan konversi pakan meningkat,
demikian juga pada suhu yang terlalu rendah (Anggorodi, 1995)
d. IOFC

 IOFC adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya ransum
digunakan selama usaha pembesaran ternak atau dengan kata lain harga jual
produk dikurangi biaya pakan (Yuliyanti dkk., 2014).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi IOFC antara lain, konsumsi ransum, jumlah
produksi, lama pemeliharaan, jumlah ternak yang dipelihara, harga pakan dan
harga penjualan (Sugiharto, 2005).
 Semakin rendah produksi telur dan semakin meningkat konversi ransum maka
akan diperoleh nilai IOFC yang rendah. Semakin tinggi nilai IOFC akan semakin
baik, karena tingginya IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil
penjualan ayam juga semakin tinggi (Nuriyasa dkk., 2003)

Anda mungkin juga menyukai