Anda di halaman 1dari 6

Konsumsi Pakan

Menurut Parakkasi (1999), konsumsi ransum merupakan jumlah makanan


yang dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan ad libitum dalam
jangka waktu tertentu dan tingkat konsumsi ini menggambarkan palatabilitas.
Ternak mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan zat makanan untuk
keperluan produksi dan reproduksi. Tilman et al. (1998), menyatakan konsumsi
diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak. Zat makanan
yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan
untuk produksi hewan tersebut.
Menurut Pond et al. (1995), palatabilitas pakan atau ransum merupakan
daya tarik suatu ransum atau bahan ransum yang dapat menimbulkan selera
makan ternak. Hubungan ransum tehadap palabilitas dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang mempengaruhinya yaitu rasa, bau dan warna dari bahan ransum.

Tabel Kebutuhan pakan itik sesuai tahapan pertumbuhan

Sumber : Prasetyo et al. (2010)

Tabel 1 Konsumsi Pakan Pemeliharaan Day Old Duck


Jumlah Minggu ke -

Pakan 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8

Disedia 2343 24955 24955 26040


3485 8897 14539 20181
kan(gr) 6

Sisa 0 0 0
0 0 0 0 0
(gr)

Konsu 2309 24955 24955 26040


1227 4081 7293 10494
msi (gr) 5
Grafik Konsumsi Pakan Pemeliharaan Day Old Duck

Konsumsi Pakan
30000

26040
25000 24955 24955
23436

20000 20181

15000 14539

10000
8897

5000
3435

0
Minggu 0-1 Minggu 1-2 Minggu 2-3 Minggu 3-4 Minggu 4-5 Minggu 5-6 Minggu 6-7 Minggu 7-8

Konsumsi pakan DOD setiap minggunya mengalami peningkatan,


dikarenakan semakin bertambah umur ternak maka kebutuhan akan pakan
semakin meningkat juga. Pakan yang kami berikan merupakan pakan untuk ayam
broiler fase starter yang berbentuk pelet sesuai dengan perkataan Cahyono (2011)
yang mengatakan bahwa sebaiknya, anak itik yang berumur 20 hari diberikan
pakan buatan pabrik jenis BR 511 yang berbentuk pelet. Pakan dalam bentuk
halus dan kering akan banyak terhambur (Santa, 2005). Pakan yang kami berikan
dalam bentuk kering dan mulai di basahi pada minggu ke 7 tidak sesuai dengan
Cahyono (2011), pakan diberikan dalam bentuk basah atau bubur karena akan
lebih mudah dimakan. Jumlah pakan yang diberikan sedikit demi sedikit dan
diusahakan jangan sampai ada pakan tersisa. Apabila ada pakan sisa, sebaiknya
dibuang karena memungkinkan tumbuhnya jamur Aspergillus flavus yang sangat
membahayakan bagi anak itik.
Wakhid (2013) mengatakan bahwa pakan pada DOD sebaiknya dilakukan
sebelum pemberian minum. Tujuannya agar pakan tidak basah terkena air minum,
karena itik hobi bermain di air sehingga jika air minum dimasukkan terlebih
dahulu atau bersamaan dengan pemberian pakan DOD bisa keasyikan bermain air.

Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan


Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1979) adalah pertambahan dalam
bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak
dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah
zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot
badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.
Tillman et al (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan umumnya dinyatakan
dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan
penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan badan tiap
hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainya.
Pada kondisi ideal bentuk kurva pertumbuhan untuk semua spesies ternak
adalah serupa yaitu mengikuti pola kurva pertumbuhan sigmoidal (Soeparno
1998). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pertumbuhan mula-mula terjadi
sangat lambat, kemudian mengalami akselerasi yaitu pertumbuhan yang cepat
setelah itu mengalami deselerasi yaitu pertumbuhan yang berangsur-angsur
menurun.
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki
pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan
energi pakan yang tepat dengan kebutuhan itik dapat mempengaruhi konsumsi
pakannya.

Tabel Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan

Minggu ke -
Paramat
er Awa 5 6 7
1 2 3 4
l (0)

BB rata- 44,4 88,7 159,4 359,6 533,7 768,2 887,9


269,48
rata (gr) 9 6 4 5 7 9 6

PBB
44,2 174,1 234,5 119,6
rata-rata 0 70,68 110,04 90,17
7 2 2 7
(gr)
Grafik Bobot Badan dan Pertumbuhan Bobot Badan

Bobot Badan dan Pertumbuhan Bobot Badan


1000
900 887.96
800
768.29
700
600
533.77
500
400
359.65
300
269.48
234.5
200
159.44 174.12
100 110.04 119.67
88.76 70.68 90.17
44.49 44.27
0 0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7

Bobot Badan Pertumbuhan Bobot Badan

Ditinjau dari segi pertumbuhannya, itik ratu (persilangan Alabio-Mojosari)


mempunyai pertambahan bobot badan per minggu sekitar 200 gram sampai umur
2 bulan dan pada umur 3 bulan telah mencapai puncak pertumbuhannya
(Supriyadi, 2010). Data pertambahan bobot badan yang kita peroleh selama 8
minggu pemeliharaan menunjukkan angka yang fluktuatif setiap minggunya dan
angka yang didapatkan masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan literatur yang
ada.
Prasetyo et. al, 2016 mengatakan bahwa bobot DOD seharusnya sekitar 40-
45 g, saat itik berumur 1 bulan bobot badan yang dicapai sekitar 257,5 g – 325 g
(hasil rataan dari bobot jantan dan betina). Itik yang berumur 2 minggu memiliki
bobot badan sekitar 1.050 g – 1.200 g (hasil rataan dari bobot jantan dan betina).
Bobot DOD yang kami pelihara pada minggu 0 memiliki bobot rataan yang sesuai
dengan Prasetyo et. al, 2016. Pada itik yang berumur 1 dan 2 bulan masih jauh
dari saran Prasetyo et. al, 2016. Hal ini diakibatkan manajemen pemeliharaan
yang kurang baik serta penerangan yang kurang pada kandang itik pun juga
berpengaruh terhadap keinginan itik untuk makan.

Konversi Pakan
Menurut North dan Bell (1990), konversi pakan adalah unit pakan yang
diperlukan untuk menghasilkan unit pertambahan bobot badan. Semakin tinggi
konversi pakan menunjukkan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan bobot badan per satuan berat dan semakin rendah angka konversi
pakan berarti kualitas pakan semakin baik. Konversi pakaan ini berguna untuk
mengukur produktivitas ternak.
Lacy dan Vest (2000), menyatakan beberapa faktor utama yang
mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, kualitas ransum, penyakit,
temperatur, sanitasi kandang, ventilasi, pengobatan, dan manajemen kandang.
Faktor pemberian ransum, penerangan juga berperan dalam mempengaruhi
konversi pakan, laju perjalanan pakan dalam saluran pencernaan, bentuk fisik
pakan dan komposisi nutrisi pakan.
Menurut Munt et al. (1995), bentuk pakan untuk menghasilkan konversi
pakan yang baik untuk unggas adalah pakan bentuk crumble dan pellet
dibandingkan dengan mash. pakan bentuk crumble dan pellet cenderung
mengurangi jumlah pakan yang hilang di dalam litter dibandingkan dengan pakan
bentuk mash.

Tabel Konversi Pakan

Minggu ke -
Parameter
1 2 3 4 5 6 7

Konversi
2,37 4,06 4,26 7,22 4,34 3,43 6,73
pakan (FCR)

Grafik Konversi Pakan

Konversi Pakan
8

7.22
7
6.73
6

4.26 4.34
4 4.06
3.43
3
2.37
2

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7

Konversi pakan hasil pemeliharaan kami selama 8 minggu, memunculkan


angka yang fluktuatif disetiap minggunya. FCR terbaik diperoleh pada minggu ke
1 sebesar 2,37 dan FCR yang paling buruk diperoleh pada minggu ke 4 sebesar
7,22. FCR umumnya mempunyai nilai sebesar 3,2-5 (Suci, 2013). Nilai konversi
pakan yang tinggi mengakibatkan penggunaan pakan yang banyak sehingga
biayanya menjadi lebih tinggi. Bervariasinya nilai konversi pakan disebabkan oleh
faktor genetik itik lokal yang masih sangat bervariasi dan umumnya belum
dilakukan seleksi untuk memilih itik dengan produktivitas tinggi. Selain itu
manajemen pemeliharaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan juga
berpengaruh terhadap nilai konversi pakan yang bervariasi (Suci, 2013).

Mortalitas

Jumlah Minggu ke -

ternak Awal 1 2 3 4 5 6 7

Total
39 34 32 31 31 31 31 31
(ekor)

Itik yang
mati 5 2 1 0 0 0 0 0
(ekor)

Mortalitas
12,82 5,88 3,13 0 0 0 0 0
(%)

Pada umumnya mortalitas paling tinggi pada ternak terjadi pada fase awal
kelahiran (fase starter), hal tersebut dikarenakan pada awal masa kelahiran, anak
itik cenderung lemah dan memiliki imunitas yang sangat rendah dan dari pihak
peternak pun harus memperhatikan dengan baik dan benar. Angka mortalitas yang
tinggi pada minggu awal dikarenakan manajemen pasca DOD ditetaskan sangat
buruk, serta perkandangan yang tidak layak dipakai menyebabkan DOD banyak
yang mati pada minggu-minggu awal. Tetapi kami berusaha untuk mengevaluasi
dan memperbaiki manajemen pemeliharaan kami, sehingga pada minggu-minggu
selanjutnya mortalitas mulai turun dan tidak ada mortalitas pada minggu ke 3
sampai ke 8.

Anda mungkin juga menyukai