Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 4 minggu mengenai

pemeliharaan ayam broiler dari DOC (Days Old Chick), dilakukan pencatatan selama periode

pemeliharaan (recording). Pencatatan saat periode pemeliharaan ayam broiler ini meliputi jumlah

konsumsi ransum dan bobot badan ayam. Dari data tersebut akan diketahui mengenai perfoma dari

ayam tersebut (pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan konsumsi ransum ayam) dan

indeks prestasi ternak.

(1) Performa Ayam

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh ternak.

Pertambahan bobot badan ini didapat dari pengukuran/penimbangan yang dilakukan setiap

minggunya selama periode pemeliharaan. Data pertambahan bobot badan yang diperoleh dari hasil

penimbangan minggu ke-2 adalah 30,9, 39,8, 32,4, 36,2 dan 23,6. Angka yang diperoleh dengan

dibandingkan standar performa mingguan ayam broiler menurut PT. Charoen Pokphand (2006)

yang tertera pada tabel 1 itu jauh berbeda, tetapi jika dilihat dari laju pertambahan bobot badannya

sudah sesuai.

Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707


Bobot Pertambahan Konsumsi pakan
Minggu Badan Bobot Badan Per hari Kumulatif FCR
(g/e) (g/e) (g/e/h) (g/e)
1 175,00 19,10 - 150,00 0,857

2 486,00 44,40 69,90 512,00 1,052

3 932,00 63,70 11,08 1167,00 1,252

4 1467,00 76,40 15,08 2105,00 1,435

5 2049,00 83,10 17,90 3283,00 1,602

6 2643,00 83,60 19,47 4604,00 1,748

Sumber : PT. Charoen Pokphand (2006)


Laju pertambahan bobot badan itu naik, karena menurut Manurung (2011) perubahan bobot badan

membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau

berhenti.

Rata – rata bobot badan ayam pada minggu keempat (akhir periode pemeliharaan)

didapatkan sebesar 424,8 gram/ekor. Hal ini tidak jauh berbeda dengan standar performa

mingguan ayam broiler CP 707 PT. Charoen Pokphand (2006) yaitu 244,5 gram/ekor. Perbedaan

yang tidak terlalu signifikan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor genetik, karena bangsa ayam

yang dipelihara ini berbeda dengan literatur. Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi

pertambahan bobot badan. Kondisi lingkungan pemeliharaan ayam broiler ini dirasa cukup tinggi,

karena dilihat dari perilaku ayam yang bernapas dengan cepat (panting). Menurut Manurung

(2011) perilaku seperti itu akan menyebabkan peredaran darah banyak ke organ pernapasan,

sedangkan peredaran darah ke organ pencernaan mengalami penurunan sehingga menggangu

pencernaan dan metabolisme ternak.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah konsumsi ransum yang dikonsumsi

dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manurung (2011) yang

menyatakan bahwa konversi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR) adalah perbandingan

antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertumbuhan bobot badan. Selama periode
pemeliharaan ini, didapatkan bahwa FCR kumulatif per minggu (selama 4 minggu) nya adalah

1,46, 1,22, 1,68, dan 2,01. Data tersebut tidak sesuai dengan standar performa mingguan ayam

broiler menurut PT. Charoen Pokphand (2006) yang menyatakan bahwa seharusnya nilai FCR

ayam broiler ini setiap minggunya bertambah (pada tabel 1), tidak naik-turun seperti yang

didapatkan pada praktikum ini.

Hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan pemeliharaan yang kurang mendukung, seperti

suhu dalam kandang yang cukup tinggi. Suhu yang cukup tinggi ini ditandai dengan perilaku ayam

yang terlihat panting dan air minum yang cepat habis. Selain itu, menurut Lacy dan Vest (2000)
dapat disebabkan oleh ventilasi yang kurang baik, kualitas pakan, jenis pakan, kualitas air,

manajemen pemeliharaan, dsb.

Pada minggu terakhir pemeliharaan, didapat bahwa FCR kumulatif nya adalah 2,02. Nilai

tersebut dirasa kurang menguntungkan karena semakin tinggi nilai FCR menandakan bahwa

semakin boros juga pakan yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manurung (2011)

yang menyatakan bahwa nilai konversi pakan yang sudah jauh diatas angka dua, maka

pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi.

Perhitungan FCR :
Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-1 = 426 / 301 = 1,41
Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-2 = 1708 / 1145 = 1,49

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-3 = 4500 gram – 271 gram / 2765 gram – 162 gram = 1,62

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-4 = 6500 gram / 3218 gram = 2,02

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu 1-4 = 9277/5896 =1,57

Feed Intake (Konsumsi Pakan)

Konsumsi pakan (feed intake) merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak dalam

jangka waktu tertentu. Pada periode pemeliharaan selama 4 minggu ini, setiap minggunya

bertambah yaitu dari 85,2, 258,4, 445,8, dan 400 gram/hari/ekor. Hal tersebut karena kebutuhan
ternak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur ternak. Konsumsi pakan yang

diperoleh ini angkanya berbeda dengan standar performa mingguan ayam broiler PT. Charoen

Pokphand (2006) yang tertera pada tabel 1. Konsumsi pakan pada literatur lebih banyak jika

dibandingkan dengan praktikum pemeliharaan yang dilakukan, ini dikarenakan oleh perbedaan

suhu lingkungan, aktivitas, kualitas pakan, dan bobot badan ayam.

Rata-rata konsumsi ransum selama 4 minggu adalah 1855 gram/hari/ekor. Menurut

penelitian Santosa (2002) konsumsi ayam broiler dengan mulai pemeliharaan minggu ke-tiga
sampai minggu ke-lima sebesar 2525 gram/ekor, hal ini jauh berbeda dengan pemeliharaan yang
dilakukan. Pada pemeliharaan yang dilakukan konsumsi pakan lebih sedikit dibandingkan

literatur, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor lingkungan. Suhu

lingkungan yang terlalu panas akan menyebabkan proses metabolisme ternak terganggu sehingga

pakan tidak tercerna dengan baik dan nutrien pakan banyak dibuang dalam bentuk feses, ini

terbukti dengan banyaknya feses pada litter dan seringnya penambahan sekam yang dilakukan.

Selain itu, kualitas pakan juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi. Menurut Manurung (2011)

jika kandungan energi ransum rendah maka ternak cenderung meningkatkan konsumsinya, tetapi

sebaliknya jika kandungan energi pada ransum tinggi maka konsumsi ransum akan menurun.

(2) Indeks Prestasi Ayam Broiler

Indeks prestasi atau indeks performa pada ayam broiler merupakan suatu indikator yang

digunakan dalam melihat keberhasilan pemeliharaan yang telah dilakukan. berdasarkan hasil

perhitungan, didapatkan bahwa indeks performa pada pemeliharaan yang telah dilakukan sebesar

281,847. Berdasarkan kriteria indeks performa ayam pedaging menurut Sudaryani dan Santosa

(2004), nilai tersebut dinyatakan kurang baik. Indeks performa yang dikatakan cukup adalah >300.

Hal tersebut menandakan bahwa pemeliharaan yang dilakukan kurang baik dan efisien yang

disebabkan oleh manajemen yang kurang baik dan faktor lingkungan yang kurang mendukung.

Suhu lingkungan kandang yang cukup tinggi dengan ventilasi yang kurang baik dan litter yang

terkadang basah membuat ternak tidak nyaman sehingga konsumsi pakan dan konversi pakan
kurang baik.

Perhitungan Indeks Performa minggu 1-4 :

Indeks Performa = (( 100% x 1,239 kg )/(28 x 1,57)) x 100% = 281,847


Lampiran
Lampiran Perhitungan

Perhitungan FCR :
Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-1 = 426 / 301 = 1,41
Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-2 = 1708 / 1145 = 1,49

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-3 = 4500 gram – 271 gram / 2765 gram – 162 gram = 1,62

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu ke-4 = 6500 gram / 3218 gram = 2,02

Feed Converstion Ratio (FCR) minggu 1-4 = 9277/5896 =1,57

Perhitungan Indeks Performa :


Indeks Performa = (( 100% x 1,239 kg )/(28 x 1,57)) x 100% = 281,847
Daftar Pustaka

PT. Charoen Pokphand Indonesia. 2006. Manajemen broiler modern. Kiat-kiat memperbaiki FCR.
Technical Service dan Development Departement, Jakarta
Manurung, Eddy Julius. 2011. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu Pemberian
Pakan yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lacy, M. & L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler : A Guide for Growers.
Springer Science and Business Media Inc, New York.
Sudaryani, T. & H. Santosa. 2004. Pemeliharaan Ayam Ras Pembibit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai