Anda di halaman 1dari 35

Management

Poultry Production
(Broiler & Layer)
I. PERTUMBUHAN
Pertumbuhan adalah proses biologis
peningkatan masa tubuh dalam satu
interval waktu tertentu sesuai dengan
karakteristik dari spesies/jenis
hewan/ternak.

Pola pertumbuhan dibagi menjadi dua


fase :
• fase accelerating (percepatan)
• fase declarating (perlambatan)
Model Pertumbuhan
Tubuh Keseluruhan:
 Bobot badan dewasa ditentukan oleh strain dan
jenis kelamin
Bagian-bagian Tubuh :
Pertambahan bobot dan laju pertumbuhan berbeda
Bobot saluran pencernaan dan bagian organ dalam
lain secara proposional menurun sejalan dengan
pertumbuhan
Bobot otot dan lemak meningkat sejalan dengan
pertumbuhan
Mature body weight

Maximum
growth
rate
Body weight

Age when maximum


rate of growth occurs

Age
Model Pertumbuhan
Tubuh Keseluruhan:
 Bobot badan dewasa ditentukan oleh strain dan
jenis kelamin

Mature body weight

Maximum
growth rate
Body weight

Age when maximum rate


of growth occurs

Age
Fisiologi Pertumbuhan
• Pertambahan jumlah sel (hyperplasia)
• Pertambahan ukuran masing-masing sel
(hypertropy)

Komponen pertumbuhan :
1. Peningkatan bobot otot (protein dan air)
2. Peningkatan ukuran kerangka untuk menunjang
pertumbuhan otot (mineral terutama kalsium)
3. Peningkatan penimbunan lemak pada jaringan
adipose (trigliserida dan sedikit air)
4. Peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam
(pada strain ayam pedaging pertumbuhannya
sangat sedikit)
II. PRODUKSI
Produksi daging/telur merupakan hasil
biologis yang kompleks sebagai
resultante dari kemampuan genetik
ternak dengan lingkungan
AYAM PEDAGING/BROILER

Feed conversion ratio (FCR) atau konversi ransum


Konsumsi ransum (pada waktu dan berat yang sama)
FCR =
Kenaikan bobot badan (pada waktu dan berat yang sama)

Feed efficiency (FE) atau efesiensi ransum


FE = Pertambahan Bobot Badan x 100%
Konsumsi Ransum
AYAM PETELUR/LAYER
Jumlah Produksi Telur (butir)
Hen Day Production (HDP) = Jumlah Ayam Hidup x 100%

Jumlah Produksi Telur (butir)


Hen House Production (HDP) = Jumlah Ayam Awal x 100%

Konsumdi Ransum
Feed Conversion Ratio (FCR) = Produksi Telur

Produksi Telur
Feed Efficiency (FE) = x 100%
Konsumsi Ransum
WHY FCR
Rationale: more efficient use of feed has
the potential to increase productivity and
reduce green house gas (GHG) intensity
The feed conversion ratio is a measure of
the amount of feed required (in
kilogrammes) to produce 1 kilogramme of
poultry meat (dressed carcase weight).
It is used here as a proxy measure for the
intensity of on-farm GHG emissions.
CONCLUSION
Nilai efisiensi ransum yang semakin besar
semakin baik
Nilai konversi ransum yang semakin kecil
semakin baik
KUALITAS TELUR
Telur tetas
Oleh pembibit (breeder) lebih ditekankan kepada kualitas ideal
untuk mencapai daya tetas dan daya hidup anak yang tinggi
Telur konsumsi
Lebih diarahkan ke berat telur, kualitas kerabang dan kualitas
kuning telur, karena pertimbangan ekonomi (harga jual)
Bentuk telur
Bentuk telur dinyatakan dengan indeks telur, yaitu perbandingan
antara diameter lebar dan diameter panjang telur yang dinyatakan
dalam persen.

Nilai Indeks telur bervariasi antara 65 – 82% dimana ideal antara


70 – 75%
Kuning Telur (Yolk)
Indeks Yolk = H/W atau tinggi kuning telur (cm) dibagi diameter
kuning telur (cm)
Putih Telur (Albumen)
Indeks Albumen = Tinggi Albumen (cm) dibagi Panjang
Albumen(cm)

Haugh Unit (HU) = Log 100 (H – 1,7W0,37 + 7,57)


Ket. : H = tinggi putih telur (mm) dan W = berat telur (g)

Besarnya nilai Haugh Unit bervariasi antara 20 – 110


Telur yang baik memiliki HU antara 50 - 100

Kelas
AA A B C
HU HU > 79 79>HU>55 55>HU>31 HU<31
Kerabang Telur
Indeks Kerabang Telur (I) = C / S x 100
I = indeks kerabang telur (g/cm2)
C = berat kerabang telur (g)
S = luas permukaan kerabang telur (cm2)

Luas permukaan kerabang telur dihitung berdasarkan berat


telur mengikuti rumus Mongin (1965) :

S = 3,978W0,7056, dimana W = berat telur

Ketebalan Kerabang Telur


Diukur menurut rumus Hamilton, dkk.(1979) yaitu :

T = 3,98 SW/SA + 16,8


T = ketebalan kerabang telur (mm)
SW = berat kerabang telur (g)
SA = Luas permukaan (cm2)
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BROILER
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi daging pada broiler
antara lain :

Genetik (jenis, variasi individu)


Jenis kelamin
Umur
Luas kandang/lantai
Temperatur
Pencahayaan
Ransum
Jenis/Strain
Performa strain broiler berdasarkan pedoman pembibit (breeder)

Cobb 500 (straight run) Hubbard (straight run)


Umur BB Konsumsi (g) BB Konsumsi (g)
(mg) (g) FCR (g) FCR
Mg Kum Mg Kum
1 194 0,90 174 174 168 0,95 160 160
2 461 1,17 367 541 404 1,25 345 505
3 842 1,34 763 1130 726 1,47 562 1067
4 1309 1,48 1181 1944 1116 1,64 762 1829
5 1817 1,62 1762 2943 1533 1,76 869 2698
6 2347 1,76 2369 4131 1955 1,90 1016 3714
7 2897 1,90 3126 5495 2404 2,04 1189 4903
Keterangan: Mg (per minggu) ; Kum (kumulatif)
Jenis Kelamin dan Umur
Performa ayam broiler jantan dan betina yang dipelihara terpisah

Jantan Betina
Umur BB Konsumsi (g) BB Konsumsi (g)
(mg) (g) FCR (g) FCR
Mg Kum Mg Kum
1 152 0,89 135 135 144 0,91 131 131
2 376 1,13 290 425 344 1,17 273 404
3 686 1,33 487 912 617 1,37 444 848
4 1085 1,49 704 1616 965 1,54 642 1490
5 1576 1,64 960 2576 1344 1,66 738 2228
6 2088 1,78 1141 3717 1741 1,86 1001 3229
7 2590 1,93 1281 4998 2134 2,02 1081 4310
Sumber: NRC (1994) ; Mg (per minggu) ; Kum (kumulatif)
Bobot karkas dan prosentase lemak abdominal ayam broiler
Jantan Betina
Umur Bobot Lemak Bobot Lemak
(mg) Karkas (g) Abd (%)* Karkas (g) Abd (%)*
4 781 2,5 720 2,8
5 1237 2,6 1160 3,2
6 1596 3,3 1376 3,4
Keterangan: * prosentase dari bobot karkas
Luas lantai kandang dan kepadatan

Kebutuhan luas lantai kandang dan kepadatan pada broiler


Berat Ayam Luas Lantai Kepadatan Daging yg
Hidup (kg) (m2/ekor) (ekor/m2) dihasilkan
(kg/m2)
1,36 0,05 20,0 28,0
1,82 0,06 16,7 30,3
2,27 0,08 12,5 28,4
2,72 0,09 11,1 30,2
3,18 0,11 9,1 29,0
Sumber: North and Bell (1990)
Pengaruh luas lantai terhadap bobot hidup, tingkat kematian,
Pertumbuhan bulu, dan konversi ransum pada ayam broiler

Luas Bobot Kema- Pertumb. Konversi


Lantai Hidup Umur tian Bulu Ransum
(m2/ekor) 40 hari (kg) (%) Jelek (%)
0,09 1,88 2,0 0,2 1,73
0,08 1,87 2,1 0,4 1,74
0,07 1,86 2,3 1,0 1,75
0,06 1,83 2,6 2,2 1,79
0,05 1,81 3,0 4,8 1,84
0,04 1,79 3,6 8,0 1,91
0,03 1,75 4,5 14,1 1,98
Sumber: North and Bell (1990)
Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum

Umur Rata-rata Temperatur Harian


(mg) 10,0 0 C 21,1 0C 32,2 0 C 37,8 0 C
Kg Ransum/100 ekor/hari
1 1,68 1,68 1,64 1,59
2 4,54 4,14 4,00 3,96
3 6,68 6,50 6,09 7,64
4 9,41 9,05 8,36 8,64
5 12,09 11,50 10,18 9,50
6 15,00 14,37 12,46 11,23
7 18,20 17,09 14,59 12,91
8 20,20 18,82 16,09 13,96
Sumber: North and Bell (1990)
Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi air minum

Umur Rata-rata Temperatur Harian


(mg) 10,0 0 C 21,1 0C 32,2 0 C 37,8 0 C
Liter Air/1000 ekor/hari
1 30 30 34 38
2 45 61 98 182
3 72 95 197 360
4 98 133 273 492
5 133 174 356 644
6 163 216 416 757
7 189 254 462 837
8 216 288 473 863
Sumber: North and Bell (1990)
Upaya mengatur keseimbangan ion akibat cekaman panas
dapat dilakukan melalui penambahan NaHCO3

PBB (g) pH Darah


Perlakuan Tekanan Cekaman Tekanan Cekaman
Normal Normal
Basal 864 407 7,28 7,41
0,5% 871 444 7,29 7,41
NaHCO3
Sumber: Teater, et al., (1985)
Respons broiler yang dipelihara secara straight run terhadap
Berbagai kandungan energi ransum

Level EM
No Ransum BB 6 mg Konsumsi FCR
(k cal/kg) (kg) (kg) (6 mg)
1 2970 1,82 3,72 2,05
2 3080 1,86 3,50 1,88
3 3190 1,89 3,30 1,75
4 3300 1,91 3,28 1,72
5 3410 1,92 3,26 1,70
6 3520 1,93 3,25 1,69
Sumber: North and Bell (1990)
LAYER
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi telur pada ayam layer antara lain :

Genetik (jenis, variasi individu)


Umur
Siklus Produksi
Kepadatan
Temperatur
Pencahayaan
Molting
Ransum
Jenis/Strain
Produksi ayam petelur komersial jenis ringan dan medium pada
Berbagai umur produksi (minggu produksi)

Minggu Nort and Bell (1990) Hy-Line Brown 2000


Produk HDP HHP Kumulatif HDP Morta Kumulatif
si (%) (%) (butir) (%) litas (butir)
21 10,0 10,0 0,7 51 0,2 5,9
36 89,5 86,7 82,3 93 1,0 102,4
45 85,0 80,9 134,8 90 1,5 159,4
60 77,5 71,5 214,5 82 2,5 247,5
74 70,5 63,3 280,2 71 4,0 320,0
HDP: Hen Day Production ; HHP: Hen House Production
Siklus Produksi

Siklus produksi sangat berpengaruh terhadap produksi telur,


Perbandingan produksi telur dari siklus pertama, kedua, dan
ketiga.

Produksi Telur Harian


Umur Siklus I Umur Siklus II Umur Siklus III
(mg) (%) (mg) (%) (mg) (%)
31 92,0 76 80,0 116 73,4
40 87,5 85 80,8 125 73,6
60 77,5 105 70,3
65 75,0
Siklus produksi: siklus I (21-65 mg) ; siklus II (66-105 mg) ; siklus III (106-140 mg)
Kepadatan

Performance results of 1, 2, 3, or 4 Hens per 12 x 18 in Cages


(30 x 45 cm)

Hens per cage


Performance results 1 2 3 4
Hen-day Production (%) 73 69 69 65
Eggs per Hen House 284 267 264 241
Mortality (%) 4.4 5.7 6.7 15.7
Lb feed/dozen 3.8 3.9 3.9 4.1

Sumber: Bell (1986) in Poultry Meat and Egg Production (Parkhurst and
Mountney, 1988)
Pencahayaan
Lamanya pencahayaan (program penyinaran) pada ayam petelur
Sangat penting.

Pengaruh panjang/lama penyinaran terhadap


Performa ayam petelur

Photoperiod Performa
Pembesaran Produksi 336 hr prod. Bobot Telur
Telur (butir) (g)
8 Jam 14 Jam 271 58,4
14 Jam 14 Jam 256 60,3
Ransum
Pengaruh lama pemuasaan terhadap performa ayam petelur

Lama Pemuasaan (hari)


Performa 6 8 10 12
Hen-day Production (%) 53,9 51,7 53,7 56,3
Jumlah Telur (butir) 142 141 149 153
Bobot Telur (g) 62,2 64,3 63,9 64,0
Konversi Ransum (kg/doz) 2,12 2,20 2,14 2,06
Mortalitas (%) 10,7 12,5 1,8 7,1

Pengaruh protein ransum terhadap performa ayam petelur

Level Hen Day Bobot


Protein (%) Production (%) Telur (g)
16 73 59,3
14 72 58,3
12 69 57,8
Berat Telur

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berat telur antara lain:


genetik, umur, bobot ternak, molting, temperatur, pencahayaan
Dan ransum

Jenis Unggas
Rata-rata berat dan bagian-bagian telur berbagai jenis unggas

Berat Prosentase (%)


Jenis Telur (g) Kuning Putih Kerabang
Unggas Telur Telur Telur
Angsa 155 30-33 55-58 11-13
Itik Pekin 92 33 57,5 9,5
Entok 75 – 85 33-37 50-53 11-13
Kalkun 80 – 90 31-35 54-58 8,5-10,5
Ayam Leghorn 50 – 70 25-33 57-65 8,5-10,5
Puyuh 8 – 10 30-33 52-60 7-9
Merpati 18 18-22 65-75 7-9
Sumber: Sauveur (1988)
Umur
1. Berat telur meningkat sejalan dengan umur
2. Ayam yang mulai bertelur pada umur 21 minggu, secara umum
berat telurnya akan di atas 50 g
3. Berat telur rata-rata pada akhir pemeliharaan mencapai 65 g

Bobot Ternak
Unggas tipe berat secara umum memproduksi telur lebih besar
dari unggas tipe ringan

Molting
Telur yang dihasilkan pada periode produksi kedua secara umum
lebih berat dibandingkan dengan telur pada periode produksi
pertama.

Temperatur
1. Setiap peningkatan temperatur kandang 10C akan
mengakibatkan penurunan berat telur 0,4 g
2. Keadaan kritis terjadi pada temperatur kandang lebih dari 250C
Pencahayaan
1. Di negara empat musim pencahayaan klasik yang ideal untuk
ayam petelur biasanya 14L : 10 D
2. Di Indonesia dapat bervariasi 12L : 12D

Ransum
1. Kenaikan energi ransum dapat menaikan berat telur
2. Peningkatan kandungan protein ransum yang berlebihan dapat
menurunkan berat telur

Pengaruh methionin terhadap berat telur


Umur Ayam % Methionin
(mg) 0,23 0,26 0,29 0,32 0,35 0,38
21 49,8 51,0 51,9 52,1 52,0 52,6
36 53,2 55,0 56,4 56,3 56,3 57,1
45 56,2 57,9 59,6 59,2 59,2 60,0
60 56,8 59,4 59,5 59,5 59,5 60,2
TUGAS

Buatlah makalah berjudul “MANAJEMEN Produksi


AYAM LOKAL/ITIK/KELINCI” *) dengan outline sebagai berikut:

I.Pendahuluan (maks ½ hal A4)


II.Pemilihan BIBIT
III.Pemberian ransum
IV.Persyaratan dan model kandang yang digunakan (1-2 hal A4)
V.Jenis penyakit yang sering ditemukan (1-2 hal A4)
VI.Pertumbuhan dan produksi (1-2 hal A4)
VII.Penutup (maks ½ hal A4)

*) Pilih salah satu

Anda mungkin juga menyukai