I. PENDAHULUAN
80
peternakan perah. Untuk mempermudah anda dalam mempelajari 5 ini maka
pembahasan materi selanjutnya dikemas dalam beberapa topik yaitu: a)
penanganan pedet jantan; b) pakan sapi jantan; c) menaksir berat badan; d)
mengawinkan pejantan dan e) memilih pejantan.
II. PENYAJIAN
81
sudah terbiasa dengan tugas dan kewajibannya. Untuk maksud ini maka seorang
peternak harus memiliki keberanian, ketekunan, kesabaran serta kasih sayang
terhadap ternaknya sehingga ternak juga merasa dekat dengan manusia (peternak).
Adapun latihan bagi pejantan meliputi pengenalan menggunakan tali leher dan
tidak berontak ketika diikat, menuntun keluar kandang (agar terbiasa dituntun
orang/peternak), mengenali tambat dan bahkan tidak beraksi menolak vagina
buatan (ketika semen ditampung) serta aktivitas-aktivitas lainnya dari ternak
jantan.
82
dihindari karena dapat mengurangi libidonya dan menyebabkan stres parah serta
kelemahan kaki dan paha.
Kelebihan kalsium dalam ransum jantan terutama pada jantan yang lebih
tua dapat menyebabkan masalah. Apabila diberikan legum maka konsentrat yang
diberikan tidak boleh mengandung suplemen kalsium. Biasanya campuran
konsentrat mengandung tambahan kalsium untuk memenuhi kebutuhan induk
laktasi yang kehilangan kalsium tubuh untuk produksi susu. Tetapi dalam hal ini
jantan tidak mengalami kehilangan kalsium. Kelebihan kalsium akan berakibat
ruas tulang belakang dan tulang lainnya membengkok. Karena itu jantan harus
diberikan campuran konsentrat yang berbeda dengan yang diberikan untuk induk
laktasi. Tabel-tabel berikut menyajikan data kebutuhan zat makanan untuk jantan
muda (Tabel 5.1.) dan pejantan dewasa (Tabel 5.2.)
83
600 863 18,13 4,91 26 20 14,8
700 873 19,93 5,09 27 20 14,8
800 887 19,60 5,24 27 20 14,8
900 903 20,22 5,38 28 21 14,8
1000 917 20,89 5,53 28 21 14,8
Sumber: Siregar (1990) Hal 85-86
Seekor sapi perah jantan memiliki bobot 250 kg, diharapkan dengan
pengelolaan pakan yang baik dapat memberikan pertambahan bobot rata-rata 0,6
kg/hari. Zat makanan yang dibutuhkan terdiri atas bahan kering 6,3 kg; protein
kasar 0,702 kg; energi TDN 3,78 kg/hari. Bahan pakan yang tersedia berupa
rumput lapangan (sebagai pakan utama) dan tepung jagung (sebagai pakan
tambahan). Kandungan bahan kering rumput lapangan 15,0%; dari bahan kering
tersebut protein kasar sebesar 10,2% dan TDN 53,0%; sedangkan bahan kering
tepung jagung 86%; dari bahan kering tersebut terdapat protein kasar 10,6% dan
TDN 90,0%.
Pertanyaan:
Bagaimanakah anda memformulasikan ransum tersebut agar bisa
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan bagi sapi jantan tersebut?
Penyelesaian:
Untuk memenuhi energi 3,78 kg TDN/hari dibutuhkan rumput lapangan
sebanyak 3,78/0,53 x 1kg = 7,13 kg bahan kering atau dalam bahan segar menjadi
100/15,0 x 7,13 = 47,5 kg. Dalam 47,5 kg rumput segar tersebut terdapat:
- bahan kering sebanyak: 7,13 kg, dan
84
- protein kasar sebanyak: 10,2% x 7,13kg = 0,727kg
85
menggunakan alat timbang konvensional atau alat timbang khusus. Namun
demikian ada satu hal yang patut diperhatikan bahwa selain harga timbangan yang
kemungkinan mahal dan tidak terjangkau oleh petani juga kemungkinan
timbangan khusus yang dimaksud (misalnya untuk ternak besar seperti sapi dan
kerbau) tidak mudah dibawa kemana-mana apalagi sampai ke pelosok daerah
perdesaan.
Menghadapi persoalan seperti ini maka dipergunakan metode pendekatan
dengan menaksir atau menduga bobot badan berdasarkan data berbagai ukuran
linear tubuh. Umumnya ukuran linear tubuh dimaksud mencakup panjang badan,
lingkar dada dan tinggi pundak/gumba. Ukuran-ukuran tersebut, didefenisikan
oleh Hardjosubroto dan Astuti (1993) sebagai berikut:
1. Tinggi pundak/gumba (cm): jarak lurus antara titik tertinggi tulang gumba
sampai permukaan tanah, diukur pada ruas tulang rusuk ke 3 dan 4.
2. Panjang badan absolute (cm): jarak antara ujung sendi bahu sampai ke
bungkul tulang duduk.
3. Lingkar dada (cm): ukuran keliling yang dikur mengelilingi dada tepat di
belakang tulang siku.
Peralatan yang dipakai berupa tongkat ukur (untuk mengukur panjang
badan dan tinggi pundak/gumba) dan pita ukur untuk mengukur lingkar dada.
Suatu penelitian pendugaan berat sapi perah menggunakan ukuran lingkar dada
telah didapatkan satu persamaan regresi yang bisa dipakai dalam menduga berat
badan sapi perah, yaitu:
1. untuk sapi perah jantan:
B = 101,1 – 2,493 L + 0,02317 L2
2. untuk sapi perah betina dewasa:
B = 601,8 – 9,033 L + 0,04546 L2
Keterangan: B = bobot badan (kg)
L = lingkar dada (cm)
Misalkan seekor sapi perah betina memiliki ukuran lingkar dada 120cm,
maka bobot badan sapi tersebut adalah:
B (kg) = 601,8 – 9,033 (120) + 0,04546 (120)2
= 601,8 – 1083,96 + 654,624
= 172,5
86
Jadi bobot badan sapi betina tersebut adalah 172,5 kg.
Selain menggunakan satu ukuran linear tubuh, pendugaan bobot badan
juga dapat dilakukan dengan menggunakan data dari dua ukuran linear tubuh.
Camoens (1976) menggunakan data tinggi pundak dan lingkar dada dalam
menduga berat badan kerbau dengan formula:
B = 40 T – 11 L -450
Keterangan: T = tinggi pundak (inchi)
L = lingkar dada (inchi)
B = berat badan (pound)
1 inchi = 2,54 cm; 1 pound = 0,4536 kg
Misalkan seekor kerbau memiliki tinggi pundak 45 inchi dan lingkar dada
50 inchi, maka bobot badan kerbau tersebut adalah:
B (pound) = 40 (45) – 11 (50) - 450
= 1800 – 550 – 450
= 800
Jadi bobot badan kerbau tersebut adalah 800 pound atau 362,88 kg
Disadari bahwa bobot badan yang diperoleh dari hasil pendugaan ini
belum tepat seratus persen sebagaimana yang didapatkan dengancara menimbang
menggunakan alat timbangan ternak. Hasil pendugaan dengan menggunakan
formula sebagaimana di atas hampir mendekati bobot sesungguhnya. Dengan
demikian dapat membantu masyarakat terutama petani peternak yang jauh dari
jangkauan alat timbang, berapa bobot badan ternak sapi/kerbau yang
dipeliharanya.
87
dengan pertambahan umur maka frekwensi kawin dapat ditingkatkan yakni pada
umur 2 tahun dengan frekwensi 2 – 3 kali seminggu.
Pada umur 3 – 4 tahun sudah dapat dipakai untuk memacek 4 kali
seminggu maksimal selama 2 minggu kemudian diistirahatkan selama 10 – 14
hari baru boleh dipakai lagi. Kemampuan dan kapasitas hasil perkawinan dari
pejantan tersebut yang terbaik diketahui setelah umur 5 – 7 tahun, hal ini ada
hubungannya dengan puncak pertumbuhan tubuh jantan tersebut tercapai pada
umur 5 tahun. Apabila jantan sering dipakai untuk mengawini betina sebelum
puncak pertumbuhannya tercapai dapat berakibat penurunan kondisi tubuh, libido
(nafsu untuk kawin) dan fertilitasnya.
Hasil-hasil perkawinan yang dilakukan selama periode-periode
sebelumnya sebaiknya dicatat untuk dijadikan sebagai sumber informasi yang
penting terutama untuk pelaksanaanseleksi/pemilihan jantan terbaik yang akan
dijadikan sebagai unggulan dalam peternakan tersebut. Tidak hanya itu saja, tetapi
ketika jantan itu mulai digunakan untuk mengawini betina maka sebaiknya diikuti
pula dengan kegiatan/prosedur evaluasi kualitas semen. Evaluasi terhadap semen
meliputi kuantitas dan kualitas, yakni menyangkut: volume semen, jumlah dan
kepadatan sperma, motilitas dan pergerakan.
88
Pada peternakan kambing perah, syarat yang paling penting adalah
kambing harus sehat, usia masih muda dan tidak pernah terkena penyakit
berbahaya/menular. Untuk calon pejantan (pemacek) adalah: tidak cacad fisik,
bentuk tubuh baikdan normal, kaki kokoh dan otot kuat, tanduk yang serasi,
berbulu halus dan bersih, scrotum besar dan normal, usia kurang dari satu tahun
dengan bobot 20 – 25 kg.
PEDET-PEDET
JANTAN
III. PENUTUP
III.1. RANGKUMAN
89
Pengelolaan pejantan dilakaukan semenjak masa pedet, sehingga
mengetahui performansnya dariawal. Ketika pedet jantan berumur 6 – 8 bulan,
sebaiknya dipisahkan dari pedet betina untuk menghindari kemungkinan
terjadinya “perkawinan dini”. Pemberianpakan yang abaik dapat menunjang
pubertas dan kualitas semen serta laju pertumbuhan. Selain konsentrat bebas,
jantan muda harus diberi pilihan bebas terhadap hay berkualitas baik. Pada umur
10 bulan porsi terbesar ransum jantan muda berupa rumput bebas, silase atau hay.
Konsentrat dengan kadar protein kasar 12 % sudah memadai untuk jantan muda
dan dewasa yang mengkonsumsi pakan serat berkualitas baik legum ataupun
rumput. Ketika pubertas (umur 10 – 12 bulan) belum dibolehkan diapakai sebagai
pejantan. Penggunaan untuk mengawini betina secara bertahap mulai berumur 1 ½
tahun dengan frekwensi kawin 1 kali seminggu; 2 – 3 kali seminggu pada umur 2
tahun; 4 kali seminggu pada umur 3 – 4 tahun. Jantan yang secara eksterior tidak
bagus dikeluarkan dan yang baik dilakukan uji keturunan (progeny test).
Jantan yang baik dari hasil uji ini dipertahankan sebagai unggulan dalam
peternakan.
90
S pilihan bebas terhadap hay berkualitas baik, pada umur 10 bulan
porsi terbesar ransum jantan muda berupa rumput bebas, silase
atau hay.
4 B - Sapi perah jantan muda dengan bobot 400 kg membutuhkan
S kalsium dalam ransum lebih sedikit dibandingkan dengan yang
berbobot 250 kg.
5 B - Seekor sapi jantan membutuhkan bahan kering ransum sebanyak
S 6,30 kg; Jika sapi tersebut diberikan rumput lapangan sebanyak
47,5 kg (BK = 15,0%) maka akan terdapat kekurangan bahan
kering sebanyak 0,83 kg
6 B - Seekor sapi jantan membutuhkan Protein kasar ransum sebanyak
S 0,702 kg; Jika sapi tersebut diberikan rumput lapangan sebanyak
47,5 kg (BK = 10,2%) maka akan terdapat kelebihan protein
kasar sebanyak 0,025 kg
7 B - Pedet jantan sudah mencapai pubertas pada umur 10 – 12 bulan ,
S namun demikian belum direkomendasikan pemakaiannya sebagai
pejantan. Penggunaannya untuk mengawini betina baru dimulai
pada saat berumur 1 ½ tahun dengan frekwensi kawin 1 kali
seminggu.
8 B - Kemampuan dan kapasitas hasil perkawinan dari pejantan yang
S terbaik diketahui setelah umur 5 – 7 tahun.
9 B - Sehubungan dengan memilih pejantan, maka jantan yang secara
S eksterior tidak bagus sebaiknya disingkirkan dan digemukkan
untuk dijadikan ternak potong.
10 B - Jantan-jantan dengan eksterior yang bagus selanjutnya sudah
S dapat dijadikan pejantan unggul dalam peternakan.
Sekarang, cocokkan jawaban anda dengan jawaban tes formatif yang ada
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian
gunakan rumus yang ada berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
mempelajari materi modul satu ini.
91
maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian yang
anda belum menguasainya.
No. 1 Jawaban B
Jelas, bahwa hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya perkawinan dini
dimana ini tidak diharapkan.
No. 2, Jawaban S
Memberikan cincin pada hidung pedet jantan ketika mulai berumur 6 bulan,
dimaksudkan untuk memudahkan peternak dalam menangani pedet tersebut,
karena pada umur 6 bulan sifat-sifat/tanda kelamin sekunder mulai muncul
seperti, nervus, galak dan lainnya.
No. 3, Jawaban B
Hal ini dimaksudkan agar jantan muda tersebut tidak mengalami kegemukan.
No. 4. Jawaban S
Semakin besar ukuran tubuh (semakin berat) tuntutan kebutuhan akan kalsium
juga bertambah; dengan demikian kebutuhan kalsium bagi jantan muda dengan
bobot 400 kg lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki bobot 250 kg.
No. 5. Jawaban S
Kebutuhan bahan kering sapi tersebut = 6,30 kg. Jumlah rumput lapangan segar
yang diberikan sebanyak 47,5 kg dengan kandungan bahan kering 15,0%. Ini
berarti bahwa bahan kering rumput lapangan yang diberikan sebanyak 15/100 x
47,5 kg = 7,13. Jadi ada kelebihan bahan kering sebanyak 0,83 kg- bukan
kekurangan.
No. 6. Jawaban B
Kebutuhan protein kasar sapi tersebut = 0,702 kg. Jumlah rumput lapangan segar
yang diberikan sebanyak 47,5 kg dengan kandungan protein kasar 10,2%. Ini
berarti bahwa protein kasar dalam bahan kering rumput lapangan yang diberikan
sebanyak 10,2/100 x 7,13 kg = 0,727 kg. Jadi ada kelebihan protein kasar
sebanyak 0,025 kg
92
No. 7. Jawaban B
Walaupun sudah menunjukkan pubertas itu berarti kedewasaan kelamin sudah
tercapai namun kedewasaan tubuh belum tercapai. Oleh karenanya perlu untuk
ditangguhkan beberapa saat hingga berumus 1 ½ tahun baru dapat dipakai
mengawini betina itupun dengan frekuensi yang terbatas.
No. 8. Jawaban B
Karena pada umur tersebut seekor pejantan sudah mencapai usia
kematangan/kedewasaan yang sesungguhnya.
No. 9 Jawaban B
Karena jantan tersebut tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai pejantan,
namun masih bisa dialih fungsikan dalam hal ini menghasilkan daging. Disinilah
letak keunggulan ternak perah dimana selain susu sebagai produk utama juga
menghasilkan daging dalam jumlah dan kualitas yang tidak kalah dengan ternak
sapi potong.
No. 10 Jawaban S
Sekalipun jantan tersebut memiliki eksterior bagus, namun untuk bisa dijadikan
sebagai pejantan unggul harus melalui uji keturunan, untuk membuktikan bahwa
jantan tersebut memiliki keturunan yang mempunyai kinerja/performans yang
baik.
III.6. KEPUSTAKAAN
Hardosubroto, W. dan J.M. Astuti, 1993. Buku Pintar Peternakan, PT. Gramedia
Widisarana Indonesia, Jakarta.
93
Murti, T.W. dan G. Ciptadi, 1987, Kerbau Perah dan Kerbau Kerja, Mediyatama
Sarana Perkasa, Jakarta.
Murtidjo, B.A., 1993, Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah, Kanisius,
Yogyakarta.
Siregar S. 1990. Sapi Perah; Jenis , Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha,
Penebar Swadaya, Jakarta
94