Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK

Oleh :

Kelompok 6C

Achmad Izza Maulana 23010119130240

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN


TERNAK

Kelompok : 6C (ENAM C)

Program Studi : S1 PETERNAKAN

Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Tanggal Pengesahan : NOVEMBER 2020

Menyetujui,

Koordinator Praktikum Asisten Pembimbing


Ilmu Pemuliaan Ternak Ilmu Pemuliaan Ternak

Annisa Ayu Febrianti Nur Hafidzah Devi Kartika


NIM. 23010117130122 NIM. 23010117130121

Mengetahui,

Koordinator Matakuliah
Ilmu Pemuliaan Ternak

Prof. Dr. Ir. Edy Kurnianto, M. S.


NIP. 19610416 198603 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manajemen pada usha peternakan sapi potong memiliki kesulitan yang


tinggi oleh karna itu evaluasi yang cermat dan teratur di perlukan agar
produktivitas ternak maksimal. Linkungan dan genetik merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan sapi, hal ini harus dikendalikan oleh peternak agar
usaha produksi lancar dan dalam masa pemotongan akan dicapai bobot yang
diinginkan. Pencatatan mutu genetik diperlukan oleh perternak, data tersebut
meliputi informasi mengenai ternak per individu yang meliputi identitas sapi,
pertambahan bobot badan, kesehatan ternak, dan data reproduksi. Bedasarkan data
tersubut dapat digunakan untuk program seleksi untuk meningkatkan kualitas
manajemen usaha produksi peternakan.

Tujuan

Pratikum ini bertujuan untuk mengevaluasi bobot lahir dan bobot sapi sapi
potong agar dapat mengetahui nilai heritabilitas, nilai korelasi genetik, dan nilai
ripitabilitas. Sehingga dapat mengetahui manfaat yang bisa didapatkan dari nilai
tersebut.

Manfaat

Pratikum ini bermanfaat karena mahasiswa dapat melakukan perbaikan


mutu genetika sesuai dengan evaluasi bobot lahir dan bobot sapih sapi potong
menggunakan perhitungan nilai heritabilitas, nilai korelasi genetik, dan
ripitabilitas, dengan cara seleksi perkawinan. Dengan demikian mahasiswa dapat
mengetahui kekurangan dari kualitas dari sapi seperti dagingnya yang nantinya
akan dipotong sesuai dengan bobot yang dininginkan, kemudian dapat melakukan
perbaikan sehingga memperoleh keturunan sapi potong yang berkualitas.
BAB II

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dengan materi Heritabilitas, Korelasi


Genetik, dan Ripitabilitas dilaksanakan pada hari jum’at, 30 Oktober 2020 pukul
09.00-11.00 di Laboratorium Genetika Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.

Materi

Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dengan materi Heritabiltias, Korelasi


Genetik, dan Ripitabilitas menggunakan bahan berupa data produksi ternak. Alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu handphone, alat tulis, dan kalkulator.

Metode

Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dengan materi Heritabiltias, Korelasi


Genetik, dan Ripitabilitas dilakukan dengan melihat video yang diupload oleh
Tim Asisten Laboratorium Genetika Pemuliaan dan Reproduksi (GPR) di channel
youtube Lab GPR. Hal yang dilakukan pertama adalah memilih dua jenis data
yang di inginkan, kemudian membuat data dummy untuk perhitungan dengan dua
sifat yang sudah ditentukan dengan pilihannya sebanyak minimal 20 data,
selanjutnya mahasiswa melakukan perhitungan heritabilitas, korelasi genetik, dan
ripitabilitas. Langkah ketiga adalah menyusun laporan praktikum berisikan data
perhitungan tersebut. Langkah keempat adalah mengonsultasikan hasil laporan
kepada asisten pembimbing.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Di sebuah peternakan terdapat 4 ekor sapi potong jantan yang dikawinkan


dengan 5 ekor betina, den menghasilkan indeks bobot lahir yaitu 25,4- 30,0 kg
dan bobot sapihnya 115,8-130,1 kg..
Pejantan Betina Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
Lahir I Lahir II lahir III SapihI SapihII SapiIII
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
(Kg) (Kg)
1 1 30 29,8 29,8 116,8 127,5 130
2 29,5 27,8 26,9 117,1 130,0 124
3 28,7 28,9 26,1 117,5 128,7 127
4 27,4 30,0 - 115,9 121,8 -
5 27,5 28,6 - 121,8 129,4 -
2 1 29,9 30,0 30,0 127,3 123,6 120
2 26,5 26,2 26,1 118 129 125
3 28,0 25,4 26,0 119 130,1 128
4 26,7 25,5 - 120,9 116 -
5 25,9 28,9 - 126 117 -
3 1 26,3 26,5 26,4 118 124 118
2 25,5 26,2 26,2 120,1 128,2 116
3 26,3 25,8 26,3 115,9 127,1 125
4 29,7 29,3 - 125 119 -
5 26,6 27,7 - 128 116 -
4 1 29,7 30,0 26,0 130 116,3 123
2 27,6 25,5 27,1 127,3 129,2 119
3 25,6 26,1 28,0 119 125 130
4 25,8 25,8 - 116,5 123 -
5 26,5 26,4 - 128 118,1 -

Referensi:

Jakaria, J., Edwar, E., Ulum, M. F., & Priyanto, R. 2019. Evaluasi Kinerja
Pertumbuhan Sapi Silangan Belgian Blue dan Peranakan Ongole.
Jurnal Agripet, 19(2): 136-141.

3.1. Pendugaan Nilai Heritabilitas Indeks Bobot Lahir Sapi I

Tabel . Rekapitulasi Data Heritabilitas Protein Susu Sapi I

Rekapitulasi Data Heritabilitas Bobot Lahir Sapi I (kg)


Pejantan 1 Pejantan 2 Pejantan 3 Pejantan 4
Betina Betina Betina Betina
A A2 A A2 A A2 A A2
1 30 900 1 29.9 894.01 1 26.3 691.69 1 29.7 882.09

2 29. 2 2 2
5 870.25 26.5 702.25 25.5 650.25 27.6 761.76

3 28. 3 3 3
7 823.69 28 784 26.3 691.69 25.6 655.36

4 27. 4 4 4
4 750.76 26.7 712.89 29.7 882.09 25.8 665.64

5 27. 756.25 5 25.9 670.81 5 26.6 707.56 5 26.5 702.25


Yi. 5143.1 Yi. 137 Yi. 134.4 Yi. 135.2
Yi.2 20477.61 Yi.2 18769 Yi.2 18063.36 Yi.2 18279.04

¿=5 s=4

n ∙=20 k =5

3.1.1. Faktor Koreksi


2
(Y ∙∙) 302170
FK = = =15.109
n∙ 20

3.1.2. Jumlah Kuadrat antar Pejantan (JKs)

2
JKs = Ʃi Yi . – FK
¿

= (755 . 589 )– 15.109


= 9,2975

3.1.3. Jumlah Kuadrat antar Anak dalam Pejantan (JKw)

Yi.2
JKw = ƩiƩk Yik2 – Ʃi
ni
= 15.155 – 15.118
= 37,488
3.1.4. Derajat Bebas antar Pejantan (DBs)

DBs =S–1
=4–1=3
3.1.5. Derajat Bebas antar Anak dalam Pejantan (DBw)

DBw = n ∙−S

= 20−4=16

3.1.6. Kuadrat Tengah antar Pejantan (KTs)

JKs
KTs =
DBs

9,2975
=3

= 3,0992
3.1.7. Kuadrat Tengah antar Anak dalam Pejantan (KTw)

JKw
KTw =
DBw
37,488
= 16

= 2,343

3.1.8. Kuadrat Tengah Harapan antar Anak dalam Pejantan (KTHw)

KTHw = σ2w = KTw = 2,343

3.1.9. Kuadrat Tengah Harapan antar Pejantan (KTHs)

2 2 KTs−KTw
KTHs = σ w + k 1 σ s =KTw +k 1
k

3,0992−2,343
= 2,343+5 =3,0992
5

3.1.10. Heritabilitas

4 σ 2s 4 × 0.1512
h² = = = 0,2425
2
σ +σ
s
2
w
0.1512+2,343

3.1.11. Daftar Sidik Ragam


Tabel . Daftar Sidik Ragam Heritabilitas Bobot Lahir Sapi I

Derajat
Sumber Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah
Bebas
Keragaman (SK) Kuadrat (JK) Tengah (KT) Harapan (KTH)
(DB)
Faktor Koreksi 1 15.109 - -
Antar pejantan (s) 3 9,2975 3,0992 3,0992
Antar anak dalam
16 37,488 2,343 2,343
pejantan (w)
3.2. Pendugaan Nilai Heritabilitas Indeks Bobot Sapih Sapi II

Tabel . Rekapitulasi Data Heritabilitas Bobot Sapih Sapi II

Rekapitulasi Data Heritabilitas Bobot Sapih Sapi II (%)


Pejantan 1 Pejantan 2 Pejantan 3 Pejantan 4
Betina Betina Betina Betina
A A2 A A2 A A2 A A2
1 127. 1 123. 1 1 116.
16256.25 15276.96 124 15376 13525.69
5 6 3

2 2 2 128. 2 129.
130 16900 129 16641 16435.24 16692.64
2 2

3 128. 3 120. 3 127. 3


16563.69 14424.01 16154.41 125 15625
7 1 1

4 121. 4 4 4
14835.24 116 13456 119 14161 123 15129
8

5 129. 16744.36 5 117 13689 5 116 13456 5 118. 13947.61


Yi. 4 637.4 Yi. 605.7 Yi. 614.3 Yi. 1 611.6
Yi.2 406278.8 Yi.2 366872.5 Yi.2 377364.5 Yi.2 374054.6

¿=5 s=4

n ∙=20 k =5

3.2.1. Faktor Koreksi

(Y ∙∙)2
FK =
n∙
6 . 095. 961
= = 304.798
20

3.2.2. Jumlah Kuadrat antar Pejantan (JKs)

2
JKs = ∑ i Yi ∙ −FK = 304.914−304.798 = 116,01
¿

3.2.3. Jumlah Kuadrat antar Anak dalam Pejantan (JKw)

2
JKw = ∑ i ∑ k Y 2ik −∑ i Yi ∙
¿
=305289.1−¿ 304914.1
= 375.04

3.2.4. Derajat Bebas antar Pejantan (DBs)

DBs = S−1 = 4−1=3

3.2.5. Derajat Bebas antar Anak dalam Pejantan (DBw)

DBw = n ∙−S = 20−4=16

3.2.6. Kuadrat Tengah antar Pejantan (KTs)

JKs 116,01
KTs = = = 38.67
DBs 3

3.2.7. Kuadrat Tengah antar Anak dalam Pejantan (KTw)

JKw
KTw =
DBw

375.04
= = 23.44
16

3.2.8. Kuadrat Tengah Harapan antar Anak dalam Pejantan (KTHw)

KTHw = σ 2w =KTw = 23,44

3.2.9. Kuadrat Tengah Harapan antar Pejantan (KTHs)

2 2 KTs−KTw
KTHs = σ w + k 1 σ s =KTw +k 1
k

1.6445−1.02325
=23,44+5
5
= 38.67
3.2.10. Heritabilitas

2
4σs 4 × 3,046
h² = = = 0,46
2
σ +σ
s
2
w
3,046+23,44

3.2.11. Daftar Sidik Ragam

Tabel Daftar Sidik Ragam Heritabilitas %Lemak Susu Sapi II

Derajat
Sumber Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah
Bebas
Keragaman (SK) Kuadrat (JK) Tengah (KT) Harapan (KTH)
(DB)
Faktor Koreksi 1 304.798 - -
Antar pejantan (s) 3 116,01 38,67 38,67
Antar anak dalam 375,04 23,44 23,44
16
pejantan (w)
3.3. Pendugaan Nilai Korelasi Genetik Indeks Bobot Lahir I dan Bobot Sapih I Sapi

Tabel . Rekapitulasi Data Korelasi Genetik Bobot Lahir I dan Bobot Sapih I

KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR I DENGAN BOBOT SAPIH I


Pejantan I Pejantan II Pejantan III Pejantan IV
B BL BS B BL BS B BL BS B BL BS
XY XY XY XY
(X) (Y) (X) (Y) (X) (Y) (X) (Y)
3806.2
1 30 116.8 3504 1 1 1
29.9 127.3 7 26.3 118 3103.4 29.7 130 3861

3062.5 3513.4
2 29.5 117.1 3454.45 2 2 2
26.5 118 3127 25.5 120.1 5 27.6 127.3 8

3048.1
3 28.7 117.5 3372.25 3
28 119 3332 3 26.3 115.9 7 3 25.6 119 3046.4

3228.0
4 27.4 115.9 3175.66 4 4 4
26.7 120.9 3 29.7 125 3712.5 25.8 116.5 3005.7

5 27.5 121.8 3349.5 5 25.9 126 3263.4 5 26.6 128 3404.8 5 26.5 128 3392

143.
Xi. 137 134.4 135.2 549.7
1
X..
Yi. 589.1 611.2 607 620.8 2428.1
Y..
Keterangan: X=Protein Susu Sapi II
Y=Lemak Susu Sapi II

¿=5 s=4

n ∙=20 k =¿5
3.3.1. Faktor Koreksi
( X ∙ ∙)(Y ∙ ∙) (549.7)(2428.1)
FK = = = 66736.33
n∙ 20
3.3.2. Jumlah Hasil Kali antar Pejantan (JHKs)

Xi ∙Yi ∙
JHKs = ∑ i −FK
¿
= 66709.51 −¿ 66736.33 = -26.8145
3.3.3. Jumlah Hasil Kali antar Anak dalam Pejantan (JHKw)

Xi ∙ Yi ∙
JHKw = ∑ i ∑ k Xik Yik −∑ i
¿
= 66762.56 −¿ 66709.51
= 53.046
3.3.4. Derajat Bebas antar Pejantan (DBs)

DBs = S−1 = 4−1=3

3.3.5. Derajat Bebas antar Anak dalam Pejantan (DBw)

DBw = n ∙−S = 20−4=16

3.3.6. Hasil Kali Rata-Rata antar Pejantan (HKRs)

JHKs −26.8145
HKRs = = = -8.93817
DBs 3
3.3.7. Hasil Kali Rata-Rata antar Anak dalam Pejantan (HKRw)

JHKw 53.046
HKRw = = = 3.315375
DBw 16
3.3.8. Hasil Kali Rata-Rata Harapan antar Anak dalam Pejantan (HKRHw)

HKRHw = Cov w = HKRw = 3.315375

3.3.9. Hasil Kali Rata-Rata Harapan antar Pejantan (HKRHs)

HKRs−HKRw
HKRHs = Cov w + k 1Cov s =
k
−8.93817−3.315375
=3.315375 + 5 = -8.93817
5
3.3.10. Korelasi Genetik (rg)
4 Cov s 4 ×−2.45071
rg = = =¿ -3.7289
√4σ 2
s(x) ∙ 4σ
2
s( y) √ 4 × 0.151233× 4 × 2.8561
3.3.11. Daftar Sidik Ragam
Tabel Daftar Sidik Ragam Korelasi Bobot Lahir I dan Bobot Sapih I

Derajat Jumlah Hasil Kali


Sumber Hasil Kali Rata-Rata
Bebas Hasil Kali Rata-Rata
Keragaman (SK) Harapan (HKRH)
(DB) (JHK) (HKR)
Faktor Koreksi 1 66736.33 - -
Antar pejantan (s) 3 -26.8145 -8.93817 -8.93817
Antar anak dalam 53.046 3.315375 3.315375
16
pejantan (w)
3.4. Pendugaan Nilai Ripitabilitas Bobot Lahir Sapi antar Kelas
Tabel . Rekapitulasi Ripitabilitas bobot lahir Sapi
RIPITABILITAS LEMAK SUSU
Individu Lemak I (X) Lemak II (Y) XY X² Y²
1 27.4 30 822 750.76 900
2 27.5 28.6 786.5 756.25 817.96
3 26.7 25.5 680.85 712.89 650.25
4 25.9 28.9 748.51 670.81 835.21
5 29.7 29.3 870.21 882.09 858.49
6 26.6 27.7 736.82 707.56 767.29
7 25.8 25.8 665.64 665.64 665.64
8 26.5 26.4 699.6 702.25 696.96
6010.1
216.1 222.2 3 5848.25 6191.8
46699.21 49372.84

∑ XY − ∑ n ∑ [
{( X )( Y ) }
]
√[
r =
∑ X − ∑n ( )] [ (∑ Y )
( )]
2 2
( X)
∙ ∑Y −
2 2
n

6010.13−
[ 216.1 ×222.2
8 ]
√[
r = = 0.537269143
( )] [ ( )]
2 2
(216.1) (222.2)
5848.25− ∙ 6191.8−
8 8
3.5. Pendugaan Nilai Ripitabilitas Bobot Sapih Sapi dalam Kelas
Tabel . Rekapitulasi Ripitabilitas Bobot Sapih Sapi
RIPITABILITAS BOBOT SAPIH
Individ Protein I Protein II Protein III
u (X) (Y) (Z) Yi. (Yi.)2
116.8 127.5 130 374.3 140100.4
1 9
117.1 130 124 371.1 137715.2
2 1
117.5 128.7 127 373.2 139278.2
3 4
127.3 123.6 120 370.9 137566.8
4 1
5 118 129 125 372 138384
119 120.1 128 367.1 134762.4
6 1
7 118 124 118 360 129600
120.1 128.2 116 364.3 132714.4
8 9
9 115.9 127.1 125 368 135424
130 116.3 123 369.3 136382.4
10 9
127.3 129.2 119 375.5 141000.2
11 5
12 119 125 130 374 139876

mi=3 n=12 Y ..=¿ 4439.7


m∙=36 k =3

3.5.1. Faktor Koreksi

(Y ∙∙)2 19710936.09 =¿
FK = = 547526
m∙ 36

3.5.2. Jumlah Kuadrat antar Individu (JKb)

Yi ∙2
JKb = ∑i −FK = 547601.5 – 547526 = 75.46083
mi
3.5.3. Jumlah Kuadrat Pengukuran dalam Individu (JKw)
2
Yi ∙
JKw = ∑ i ∑ j Y 2ij −∑ i = 548378.19 −¿ 547601.5
mi
3.5.4. Derajat Bebas antar Individu (DBb)

DBb = n−1 = 12−1=11

3.5.5. Derajat Bebas Pengukuran dalam Individu (DBw)

DBw = n( mi−1) = 12(3−1)=24

3.5.6. Kuadrat Tengah antar Individu (KTb)


JKb 75.46083
KTb = = = 6.860076
DBb 11
3.5.7. Kuadrat Tengah Pengukuran dalam Individu (KTw)
JKw 776.7267
KTw = = = 32.36361
DBw 24
3.5.8. Kuadrat Tengah Harapan Pengukuran dalam Individu (KTHw)

KTHw = σ 2w =KTw =32.36361

3.5.9. Kuadrat Tengah Harapan antar Individu (KTHb)

2 2 KTb−KTw
KTHb = σ w + k 1 σ b=KTw +k 1
k

6.860076−32.36361
= 32.36361+ 3 = 6.860076
3
3.5.10. Ripitabilitas (r)
2
σb −8.50118
r = = = -0.35626
2
σ +σ
b
2
w
−8.50118+32.36361

3.5.11. Pembuatan Daftar Sidik Ragam

Tabel 20. Daftar Sidik Ragam Ripitabilitas Bobot Sapih Sapi

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Kuadrat Tengah
Bebas Kuadrat Tengah
Keragaman (SK) Harapan (KTH)
(DB) (JK) (KT)
Faktor Koreksi 1 547526 - -
Antar individu (b) 3 75.46083 6.860076 6.860076
Pengukuran
dalam individu 16 776.7267
32.36361 32.36361
(w)

B. PEMBAHASAN
Heritabilitas merupakan standar atau tolak ukur genetik yang penggunanya
untuk mengukur genotipe dalam populasi yang mewariskan sifat dimilikinya.
Menurut Jameela et.al, 2014 bahwa Nilai heritabilitas adalah taksiran nilai
kergaman genotipe penamipilan dalam populasi, terutama yang disebabkan faktor
genetik. Rentang nilai heritabilitas yaitu diantara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu),
misal nilai heritabilitas 0,7 bermakna 70% penampilan genotipe dipengaruhi oleh
gentik dan 30% sisanya dipengaruhi oleh lingkungannya. Heritabilitas memiliki
fungsi yaitu untuk seberapa besar peran gen dalam memberikan penampilan
Bedasarkan peratikum yang dilakukan menghasilkan 2 data heritabilitas dari
Bobot lahir sapi I dan Bobot sapih sapi II. Nilai heritabilitas bobot lahir sapi I
yang diperoleh adalah 0.2425 atau 24.25% sedangkan nilai heritabilitas bobot
sapih sapi II yang diperoleh adalah 0.46 atau 46%. nilai hiritabilitas bobot lahir
sapi I yang diperoleh tepat dibawah standart yaitu kisaran 0,525-0,686 (Adinata,
2013). Sedangkan nilai heritabilitas bobot sapih sapi II yang diperoleh tepat di
atas standart yakni dengan kisaran standard 0,45-0,87 (Karnaen, 2008). Pada
penilaian heritabilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memperngaruhi
kualitas antara lain jenis pakan, genetik, unsur udara lingkungan, dan lain-lain.

Korelasi genetik merupakan hubungan anatara kedua genotipe terkait


pengaruh genetik (Nababan dan Daulay., 2016). Hasil korelasi genetik dapat
diperoleh negatif atau positif, nilai korelasi postif menunjukan bahwa jika satu
sifat terdapat peningkatan, maka sifat lainnya juga meningkat. Sesuai dengan
pendapat Putra et al. (2014) yang mengatakan bahwa jika korelasi anatra dua sifat
memiliki hasil yang positif dan tinggi menunjukan bahwa seleksi terhadap satu
sifat dapat menyebabkan respon terhadap sifat lain dalam waktu yang bersamaan.
Jika korelasi negatif maka sifat pertama dari kelompok tetua dapat mempengaruhi
sifat kedua dari keturunannya. Korelasi genetik antara bobot lahir dan bobot sapih
terjadi karena adanya gen yang sama yang mengatur kedua performa pertumbuhan
tersebut. Keeratan hubungan secara genetik antara kedua performa dipengaruhi
oleh korelasi lingkungan. korelasi genetik bobot lahir dan bobot sapih bermanfaat
dalam menghitung estimasi respon seleksi berkorelasi pada bobot sapih bila
seleksi dilakukan pada bobot lahir (Maisyaroh, 2019). Rentang nilai korelasi
genetik antara min satu (-1) sampai dengan satu (1). Dua performa menunjukkan
peningkatan atau penurunan dengan arah yang sama apabila koefisien korelasi
antara dua sifat lebih besar dari nol dan bernilai positif pada peratikum diperoleh
nilai korelasi antara bobot lahir I dengan bobot sapi I yakni dengan nilai negative
yaitu -3,729. Ini menandakan satu performa meningkat dan performa lainnya
menurun (Mashudi et.al, 2017). Pada korelasi genetik dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang memperngaruhi kualitas antara lain jenis pakan, genetik, unsur udara
lingkungan, dan lain-lain.

Ripitabilitas merupakan kebisaan suatu sifat mengalami pengulangan.


Ripitabilitas juga bisa diartikan parameter keterkaitan antara produksi periode
awal dengan periode selanjutnya pada suatu ternak yang mempunyai lebih dari
satu data produksi (Morristiana et al., 2017). Menurut Adinata (2013) bahwa nilai
repitabilitas sebagai nilai yang menunjukkan korelasi fenotip antara
performan sekarang dengan performan yang akan datang pada satu
individu,Melalui ripitibalitas juga dapat memperkirakan faktor yang dipengaruhi
lingkungan yang sifatnya permanent. Rentang nilai ripitabilitas anatara (-1) min
satu sampai (1) satu. Ripitabilitas memiliki dua jenis yang berbeda yakni, korelasi
antar kelas dan korelai dalam kelas. Korelasi antar kelas digunakan untuk
memperkirakan nilai ripitabilitas pada suatu kelompok individu, dengan catatan
bahwa masing-masing memiliki dua catatan penampilan sesuai sifat tersebut.
Korelasi dlam kelas digunakan untuk memperkirakan nilai repitabilitas pada suatu
kelompok individu, dengan catatan penampilan terhadap sifat sebanyak lebih dari
dua kali.
Diperoleh nilai repitabilitas dari pratikum yaitu korelasi antar kelas dari
bobot lahir sapi dan korelasi dalam kelas dari bobot sapih sapi. Nilai repitabilitas
antar kelas dari bobot lahir sapi didapatkan sebesar 0.53727, sedangkan nilai
repitabilitas dalam kelas dari bobot sapih sapi didapatkan sebesar -0,356. Bobot
lahir sapi sudah sesuai dengan penelitian Adiata (2013), yang memperoleh kisaran
0,041-0,805, ini tentunya sudah sangat tinggi untuk tingkat ripitabilitas. Untuk
ripitabilitas bobot sapih termasuk sedang namun dalam nilai negativ. Hal ini
sesuai dengan penelitian Rahmawati (2018) bahwa nilai ripitabilitas sekitar
0,32±0,18 termasuk sedang Pada ripitabilitas terdapat faktor-faktor yang
memperngaruhi kualitas antara lain jenis pakan, genetik, unsur udara lingkungan,
dan lain-lain.
BAB IV

KESIMPULAN

Nilai-nilai yang diperoleh dari pratikum ini antara lain 2 data heritabilitas,
1 data korelasi genetik, dan 2 data ripitabilitas. Hasil perhitungan heritabilitas
ialah bobot lahir sapi I dan bobot sapih sapi II. Nilai heritabilitas bobot lahir sapi I
yang diperoleh adalah 0,2425 atau 24,25% sedangkan nilai heritabilitas bobot
sapih sapi II yang diperoleh adalah 0.46 atau 46%. nilai korelasi yang didapatkan
antara Bobot Lahir I dan Bobot Sapih I sapi yakni -0.3729. Nilai repitabilitas antar
kelas dari bobot Lahir Sapi didapatkan sebesar 0.537269143, sedangkan nilai
repitabilitas dalam kelas dari bobot sapih sapi didapatkan sebesar -0.35626
DAFTAR PUSTAKA

Adinata, Y. 2013. Estimasi nilai pemuliaan bobot lahir sapi Peranakan Ongole
pada unit pengelolaan bibit sumber di Loka Penelitian Sapi Potong.
In Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner (p. S2): 66-73

Jakaria, J., Edwar, E., Ulum, M. F., & Priyanto, R. 2019. Evaluasi Kinerja
Pertumbuhan Sapi Silangan Belgian Blue dan Peranakan Ongole.
Jurnal Agripet, 19(2): 136-141.
Jameela, H., A. N. Sugiharto, dan A. Soegianto. 2014. Keragaman genetik dan
heritabilitas karakter komponen hasil pada populasi F2 buncis (Phaseolus
vulgaris L.) hasil persilangan varietas introduksi dengan varietas lokal.
Jurnal Produksi Tanaman. 2(4): 324 – 329.

Karnaen. 2008. Pendugaan Heritabilitas, Korelasi Genetik, dan Korelasi Fenotipik


Sifat Bobot Badan pada Sapi Madura. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 33(3):
191-196.

Maisyaroh, D. 2019. KORELASI GENETIK DAN FENOTIP ANTARA BOBOT


LAHIR DAN BOBOT SAPIH KAMBING SABURAI BETINA DI
KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS.
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG. (Skripsi).

Mashudi, M. Susanto, dan Darwo. 2017. Keragaman dan Estimasi Parameter


Genetik Bibit Mahoni Daun Lebar (Swietenia macropylla King.) di
Indonesia. J. Penelitian Hutan Tanaman. 14(2): 115-126

Morristiana, K. S. P., H. Indijani, dan D. S. Tasripin. 2017. Pendugaan nilai


ripitabilitas dan daya produksi susu 305 hari sapi perah Fries Holland di
PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS). Jurnal UNPAD. 1(1): 1 –
11.

Nababan, M. S., dan Daulay, A. H. 2016. PENDUGAAN PARAMETER


GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN
PADA BANGSA BABI LANDRACE: ESTIMATION OF GENETIC
PARAMETERS AND VARIAN COMPONENT OF GROWING UP
CHARACTER FOR LANDRACE SWINE. Jurnal Peternakan
Integratif, 4(3): 276-290.

Putra, W. P. D., Sumadi, dan T. Hartatik.2014. Korelasi genetik pada sifat


pertumbuhan sapi aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh. Jurnal
Agripet. 14(1): 37 – 41.

Rahmawati, F. 2018. ESTIMASI NILAI RIPITABILITAS DAN NILAI MPPA


(Most Probable Producing Ability) BOBOT SAPIH SAPI PERANAKAN
ONGOLE (PO) DI DESA WAWASAN KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG. (Skripsi).

Anda mungkin juga menyukai