Disusun Oleh :
G42182215
Golongan D3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu zat gizi makronutrien yang mengandung asam
amino essensial yang terdiri dari, lisin, metionin, treonin, triptofan, isoleusin, leusin,
fenilalanin, tirosin, valin, histidin dan sistein. Protein berfungsi sebagai pertumbuhan,
perkembangan, serta sebagai sumber energi. Mutu protein ditentukan oleh daya cerna
(digestibility), dan memiliki daya serap serta komposisi asam amino yang ada di
dalamnya. Daya cerna protein ialah suatu pengukuran presentase protein yang di
hidrolisis dengan bantuan enzim pencernaan dan dapat diserap sebagai asam amino
pada tubuh. Nilai protein pada pangan dipengaruhi dengan adanya proses pengolahan,
senyawa malnutrisi dan adanya reaksi antara protein dengan senyawa lain yang
terkandung dalam bahan pangan, mutu protein pangan. Untuk menentukan penilaian
terhadap mutu pangan protein menggunakan metode dengan berbagai cara. Salah satu
penilaian mutu protein ialah menggunakan Net Protein Utilization (NPU) dan Ratio
Protein Energi (Rasio P-E).
Net Protein Utilization merupakan perbandingan antara jumlah asam-asam
amino yang dapat ditahan oleh tubuh dengan jumlah protein yang dikonsumsi. NPU
menunjukkan tingkat kemanfaatan protein bersih yang dikonsumsi (Tejasari,2005).
Nilai NPU berkisar dari 0-100, pada jumlah 0 dapat dikaitkan dengan tidak adanya
nitrogen yang di sediakan lalu dikonversi menjadi protein, sedangkan pada jumlah
100 menunjukkan bahwa 100% pemanfaatan nitrogen makanan. Dan NPU juga sering
dimanfaatkan pada industri perternakan yang bertujuan menentukan jenis pakan untuk
meningkatkan berat daging, dengan harga yang relatif lebih murah sebagai
perbandingan antara jumlah nitrogen yang ditahan didalam tubuh dengan jumlah
nitrogen yang dikonsumsi. Sedangkan Rasio PE ialah perbandingan energi dari
protein senilai telur (PST) terhadap total energi yang dikonsumsi sehari, perhitungan
energi dari PST didapat dari pangan yang dikosumsi menggunakan faktor atwater
untuk protein. Protein senilai telur merupakan protein kasar yang dikoreksi
menggunakan mutu protein bahan pangan dan nilai cerna, nilai protein-energi persen
(PE%) sebagai parameter atau ukuran kecukupan gizi yang sesuai aktifitas dan umur.
Tabel 1. Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan bagi Orang Indonesia
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara mutu gizi pangan yang
dikonsumsi dengan sistem metabolisme & penyerapan zat gizi.
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan untuk menilai / menaksir mutu gizi
pangan yang dikonsumsi.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu & Tempat
1. Kertas HVS
2. Alat Tulis
3. Alat Hitung
4. Lembar Soal
5. Bahan Makanan
Konsumsi PST × 4
Rasio PE= ×100
Total Konsumsi Energi
SAA C
Tot . P rotein Makanan yg di konsumsi × × ×4
100 100
Rasio PE=
Total Konsumsi Energi
BAB III
HASIL
Nama Responden : Riza Kurnia D
Berat Badan : 47 kg
Table 2. Perhitungan Protein dan Mutu Cerna Teoritis berdasarkan Recall 1 × 24 Jam.
Diketahui :
SAA = 2,69
C = 0,776 g
Total Konsumsi Protein = 103,06 g
Total Konsumsi Energi = 925,05 kkal
Jawab :
SAA ×C
NPU Teoritis=
100
2,69× 0,776
NPU Teoritis=
100
2,08
NPU Teoritis=
100
NPU Teoritis=0,0208
Konsumsi PST × 4
Rasio PE= ×100
Total Konsumsi Energi
103,06 × 4
Rasio PE= × 100
925,05
41.224
Rasio PE=
925,05
Rasio PE=44,56
3. Rasio Protein-Energi (Rasio PE)Rumus 2
SAA C
Tot . Protein Makanan yg di konsumsi × × ×4
100 100
Rasio PE=
Total Konsumsi Energi
2,69 0,776
103,06 × × ×4
100 100
Rasio PE=
925,05
0,085
Rasio PE=
925,05
PEMBAHASAN
Protein merupakan makronutrien yang mengandung asam amino esensial yang diikat
satu sama lain dengan ikatan peptida dan membentuk rantai peptida dengan berbagai panjang
dari 2 asam amino (dipeptida), 4-10 peptida (olipeptida), dan lebih dari 10 asam amino
(polipeptida). Agar sintesis dalam tubuh berjalan dengan lancar , misalnya untuk menjamin
pertumbuhan pada anak-anak atau untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen di dalam
tubuh orang dewasa maka asam-asam amino esensial harus terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi karena tubuh tidak dapat mensintesisnya. Penilaian kualitas protein pada bahan
makanan dapat ditentukan berdasarkan skor protein dan deraja cerna. Sedangkan pada nilai
protein pangan dapat dipengaruhi dengan proses pengolahan, adanya senyawa malnutrisi dan
adanya reaksi antara protein dengan senyawa lain yang terkandung dalam bahan pangan. Dan
pada mutu protein pangan ditentukan oleh kandungan asam amino essensial dengan susunan
yang lengkap dan komposisi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Salah satu metode untuk
menentukan penilaian mutu pangan dapat dilakukan dengan menggunakan Net Protein
Utilization (NPU) dan Rasio Protein Energi (Rasio P-E)
Pada praktikum kali ini tentang penilain mutu pangan menggunakan metode Net
Protein Utilization (NPU) dan Rasio Protein Energi (Rasio P-E) dengan menggunakan data
recall yang sama pada praktikum sebelumnya yang memiliki usia 20 tahun, berat badan 47kg,
tinggi badan 148 cm, dan IMT 21,45 yaitu berstatus gizi normal. Untuk mengetahui nilai
NPU kita terlebih dahulu mencari nilai SAA dan Mutu cerna (C), pada nilai SAA didapat
hasil 2,69 dan hasil dari mutu cerna yaitu 0,776. Sehingga hasil yang didapat pada NPU
diperoleh hasil 0,0208 yang menjukkan bahwa bagian protein yang dapat dimanfaatkan oleh
tubuh dibanding dengan protein yang dikonsumsi. NPU sendiri bahan pangan yang
tergantung pada kecernaan bahan pangan dan sejauh mana komposisi sembilan jenis asam
amino essensial dengan susunan asam amino protein essensial yang dibutuhkan oleh tubuh
yang dapat menyebabkan protein yang terkandung dalam makanan tidak semua dimanfaatkan
oleh tubuh. Sebelum menghitung rasi protein energi, kita terlebih dahulu harus mengetahui
hasil kebutuhan energi yang dikonsumsi. Diketahui hasil total kebutuhan energi yang didapat
ialah 925,05 kkal. Pada rasio protein energi dengan menggunakan rumus 1 didapatkan hasil
44,56 sedangkan hasil rasio protein energi menggunakan rumus 2 didapatkan hasil 9,18,
dimana jika dibandingkan dengan tabel Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan
bagi Orang Indonesia untuk usia 20-59 tahun pada wanita yaitu 7.9/7.1/6.3 dapat kita artikan
bahwa angka rasio protein energi melebihi dari batas yang dianjurkan menurut usia
responden. Maka, jika protein energi melebihi dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti,
menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan
demam. Dari data food recall menu makanan yang mempunyai kandungan protein tinggi
terdapat pada bahan daging ayam, dimana daging ayam termasuk bahan pangan protein
hewani merupakan sumber protein yang lebih baik jika dibanding dengan protein nabati,
dilihat dari kandungan protein per 100 gram bahan makanan (Sutomo,2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum penilaian mutu pangan menggunakan metode NPU dan Rasio
Energi Protein, didapat hasil pada NPU adalah 0,0208 yang menjukkan bahwa bagian
protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh dibanding dengan protein yang
dikonsumsi. Sedangkan pada nilai rasio energi protein pada rumus 1 yaitu 44,56
sedangkan pada rumus 2 yaitu 9,18, dimana hasil dari rasio energi protein melebihi
tabel Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan bagi Orang Indonesia untuk
usia 20-59 tahun pada wanita yaitu 7.9/7.1/6.3. Jika kita mengalami kelebihan
konsumsi pada protein maka akan mengalami gangguan kesehatan yaitu menimbulkan
asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan
demam.
5.2 Saran
Fachruddin,P.,Hardiansyah. 2013. Analisis, Jenis, Jumlah dan Mutu Gizi Potein Konsumsi
Sarapan Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 89(1) : 39-46
Sholihah,R., dkk. 2017. Formulasi Tepung Ikan Gabus (Channa Striata), Tepung Kecambah
Kedelai (Glycine Max Merr) Dan Tepung Kecambah Jagung (Zea Mays) Untuk Sereal Instan
Balita Gizi Kurang. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia. 3(02) : 132-144
Almatsir, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/protein-dalam-makanan/