Erik Sumbaga
SKRIPSI
RINGKASAN SEMINAR
Judul : Pengaruh Padat Penebaran: 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan
Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus
Jurusan/P.S : Budidaya Perairan/Teknologi dan Manajemen Akuakultur
Nama : Erik Sumbaga
NRP : C14103019
Pembimbing I : Ir. Dadang Shafrudin, M.si
Pembimbing II : Ir. Irzal Effendi, M.si
Tempat/Tanggal : R. Benk/29 Januari 2009
PENDAHULUAN
Lobster air tawar capit merah atau redclaw Cherax quadricarinatus sudah
dibudidayakan secara komersil di Australia (Mosigh, 1998). Selain itu, merupakan komoditas
perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, didalam negeri sendiri pada awal tahun 2007 harga
lobster air tawar ukuran 100 gram ditingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. Rata-rata
kebutuhan pasar dunia mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor Eropa dan Asia
Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat
(Lukito dan Prayugo, 2007).
Namun, potensi lobster air tawar di atas belum dimanfaatkan secara optimal karena
budidaya ikan ini masih menghadapi kendala, diantaranya sering terjadi kematian benih
sehingga produksi benih masih terbatas. Peningkatan produksi benih dapat dilakukan melalui
intensifikasi pendederan dengan meningkatkan padat penebaran, padat penebaran yang
tinggi menyebabkan kompetisi dalam memperoleh pakan dan ruang gerak, akibat lanjut dari
proses tersebut dapat menimbulkan sifat kanibalisme udang lobster air tawar dan
menjadikan produksi rendah dan untuk mencegah kanibalisme tersebut digunakanlah shelter
dalam wadah produksi.
Untuk itu, pada media pemeliharaan lobster diperlukan jumlah padat penebaran yang
menghasilkan produksi optimal dengan penggunaan jumlah shelter seminimal mungkin.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m 2
dan ratio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar
Cherax quadricarinatus
2
HASIL
Selama 40 hari masa pemeliharaan terjadi penurunan derajat kelangsungan hidup
berkisar antara 56,52-73,81%, peningkatan bobot dengan bobot akhir rata-rata berkisar
antara 1,46 -1,96 gram, pertambahan panjang dengan panjang akhir rata-rata berkisar antara
3,70-4,19 cm). Hasil uji analisis ragam pada selang kepercayaan menunjukkan peningkatan
kepadatan, pengurangan rasio shelter dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada
tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak,
efiesiensi pakan dan produksi (p>0,05). Nilai hasil penrcobaan lobster air tawar selama
pemeliharaan disajikan pada tabel 1.
RS : Ratio shelter
SR : Survival rate (tingkat kelangsungan hidup) (%)
SGR : Specifik growth rate (Laju pertumbuhan harian) (%)
EP : Efisiensi pakan (%)
PPM : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Selama 40 hari masa pemeliharaan didapatkan nilai suhu berkisar antara 25,4-25,9
0
C, pH berkisar antara 7,033-8,633, oksigen terlarut berkisar antara 5,7-8,3 mg/l, alkalinitas
berkisar antara 19,900-75,620 mg/l CaCO3, kesadahan berkisar antara 14,017-57,057 mg/l
CaCO3, ammonia berkisar antara 0,0003-0,2697 mg/l. nilai kualitas air selama masa
pemeliharaan disajikan pada table 2.
Tabel 2. Nilai fisika kimia air media pada masing-masing perlakuan selama masa
pemeliharaan dengan kepadatan 75,100 dan 125 ekor/m2 (PT) dan ratio shelter (RS)
1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan.
PERLAKUAN
Parameter
Waktu PT. 75; PT. 75; PT. 100; PT. 100; PT. 125; PT. 125;
Kualitas air Tandon
RS. 1 RS. 0,5 RS. 1 RS. 0,5 RS. 1 RS. 0,5
Awal 25,30 25,56 25,73 25,43 25,83 25,40 25,55
Suhu Tengah 25,87 25,87 25,99 25,81 26,01 25,65 25,70
Akhir 25,70 26,20 26,50 26,00 26,26 25,90 25,63
Awal 8,10 8,24 8,17 8,23 8,23 8,21 8,38
7,26- 7,313- 7,313- 7,46- 7-60- 7,60-
pH Tengah 7,81
7,63 7,470 7,47 7,55 7,67 7,67
Akhir 7,03 7,07 7,17 7,13 7,17 6,67 7,10
Awal 6,50 6,30 6,27 6,07 6,20 5,77 6,00
DO Tengah 7,80 7,45 7,42 7,42 7,51 7,30 6,76
Akhir 7,41 7,11 7,16 7,22 6,99 7,07 6,91
Awal 22,31 75,62 70,31 66,33 70,31 70,31 59,70
Alkalinitas Tengah 15,17 46,80 44,58 52,18 43,34 53,07 49,09
Akhir 23,80 25,21 22,55 29,19 19,90 42,25 26,53
Awal 31,40 24,02 28,03 30,03 33,03 22,02 37,04
Kesadahan Tengah 31,83 36,37 32,70 33,70 36,70 53,07 38,71
Akhir 33,03 41,04 40,04 46,05 49,05 55,06 57,06
Awal 0,0041 0,0388 0,0407 0,0512 0,0540 0,0455 0,0281
N-NH3 Tengah 0,0011 0,0018 0,0018 0,0043 0,0018 0,0034 0,0059
Akhir 0,0076 0,1140 0,0993 0,1543 0,1127 0,1200 0,2697
Keterangan :
PT : Padat tebar (ekor/m2)
RS : Ratio shelter
DAFTAR PUSTAKA
Lukito, A dan Prayugo S. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, Pembenihan dan
Pembesaran, Sumber Modal Usaha, Peluang dan Strategi Pasar, Analisis Usaha
Pembenihan dan Pembesaran. Jakarta. Penebar Swadaya
Mosigh, J. 1998. The Australian Yabby Farmer. 2th edition. Austalia: Lanklink Press
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Erik Sumbaga
C14103019
RINGKASAN
Erik Sumbaga. Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan Rasio
Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air
Tawar Cherax quadricarinatus. DADANG SHAFRUDIN dan IRZAL
EFFENDI
ERIK SUMBAGA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Padat Penebaran
75, 100 dan 125 ekor/m2 dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar, Cherax qudricarinatus” ini
dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ir. Dadang Shafrudin, M.Si dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M.Si selaku
Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala yang telah memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsi
3. Ayahanda Hasanudin dan Ibunda Imas Mulyati, kakakku Hasbi
Suryadilaga, Iwan Dirwana dan Feri Firmansyah atas kasih sayang, do’a,
dukungan semangat baik moril dan materil
4. Pak Jajang, Pak Aam, Pak Henda, Pak Ranta, Pak Wasjan, Mba Yuli, Pak
Marijanta, Kang Asep, Kang Abe atas bantuan yang diberikan
5. Sahabatku Giri, Dawud, Firman dan BDP’40 lainnya, kakak kelas
BDP’39, BDP’38, BDP’37 dan adik kelas BDP’41, BDP’42.
6. Teman ”satu atap” Riky, Abah, Roby, Yasir, Budi, Dedi, Boni, Ucup, Mas
Yanto, Indra, Aceng, Nana, Ade, Ujang Dindin dan keluarga besar Pak
ucup yang telah memberikan kebersamaan selama penyelesaian skripsi
7. Teman ”ngumpul bareng” Erman, Rowa, Kidal, Hamdan, Hendra dan
sahabat lainnya yang tidak mungkin dipaparkan, atas kebersamaan do’a
dan dukungan semangatnya.
ERIK SUMBAGA
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................41
LAMPIRAN.........................................................................................................45
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan…
14. Konsentrasi amoniak (mg/l) pada masing-masing perlakuan selama
masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2
pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan…. 31
15. Kandungan alkalinitas (mg/l CaCO3) pada masing-masing perlakuan
selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125
ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa
pemeliharaan…………………………………………………………… 32
16. Kandungan pH pada masing-masing perlakuan selama masa
pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada
rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……… 33
17. Kandungan kesadahan (mg/l CaCO3) pada masing-masing perlakuan
selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125
ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa
pemeliharaan…………………………………………………………… 34
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Denah percobaan................................................................................. 45
2. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR %) Lobster Air Tawar Cherax
quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan......................... 46
3. Bobot Lobster Air Tawar (gram) Cherax quadricarinatus Selama 40
Hari Masa Pemeliharaan..................................................................... 48
4. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (LPBH %) Lobster Air Tawar Cherax
quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan…………………. 49
vi
I. PENDAHULUAN
Lobster air tawar capit merah atau red claws Cherax quadricarinatus
merupakan salah satu jenis lobster air tawar yang dibudidayakan secara komersil
di Australia (Mosigh, 1998). Di Indonesia dengan iklim tropis, lobster air tawar
berumur periode 1 tahun dapat menghasilkan telur 200-500 telur dan dapat
memijah 3-5 kali dalam satu tahun (Iskandar, 2003). Lobster air tawar juga
banyak diminati masyarakat karena merupakan komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis tinggi. Di dalan negeri sendiri, harga lobster air tawar lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan produk perikanan air tawar lainnya, terlihat pada
awal tahun 2007 harga lobster air tawar ukuran 100 gram ditingkat petani
mencapai Rp 125.000/kg. Menurut Rural Industries Researche and Development
Corporation (RIRDC), produksi lobster air tawar di Australia pada kurun waktu
tahun 1996-1999 rata-rata 421 ton per tahun. Pada periode 2004/2005, nilai ini
diprediksi mencapai 1.589 ton. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai 2.000 ton per
tahun dengan pasar ekspor ke Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti
Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat (Lukito dan Prayugo,
2007). Potensi lobster air tawar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
dikarenakan budidaya lobster air tawar masih menghadapi kendala, diantaranya
produksi benih masih terbatas.
Peningkatan produksi benih dapat dilakukan melalui intensifikasi
pendederan. Pada tahap pendederan, lobster air tawar ditebar dengan kepadatan
tinggi dan diberi pakan yang baik. Padat penebaran yang tinggi memungkinkan
terjadinya kompetisi dalam memperoleh pakan dan ruang gerak, akibat lanjut dari
proses tersebut dapat menimbulkan kanibalisme antar lobster. Untuk itu, pada
media pemeliharaan lobster diperlukan pengaturan kepadatan dan tempat
persembunyian (shelter).
Percobaan padat penebaran lobster air tawar Cherax quadricarinatus
pernah dilakukan sebelumnya oleh Nilamsari (2007) dengan tingkat padat
penebaran sebanyak 40-70 ekor/m2 dengan sistem pergantian air, didapatkan
tingkat kelangsungan hidup berkisar antaara 74,36-85,71%, dengan laju
3
1.2 Tujuan
Lobster air tawar termasuk kedalam keluarga Parasticidae. Salah satu jenis
lobster ini dikenal dengan sebutan red claws karena pada kedua capitnya terdapat
warna merah. Menurut Holdich and Lowery (1988) dan Wickins and Lee (2002),
lobster air tawar diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Infraordo : Astacidae
Superfamili : Parastacoidea
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax quadricarinatus
Secara khusus, ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah adalah
warna tubuhnya yang bevariasi antara warna biru keabu-abuan atau hijau keabu-
abuan, pada capitnya terdapat ciri berupa garis merah tajam di bagian luarnya,
memiliki duri-duri kecil berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit.
Lobster air tawar Cherax quadricarinatus merupakan udang air tawar yang
mempunyai bentuk seperti lobster laut kerena memiliki capit yang sangat besar
dan kokoh, serta rostrum picak berbentuk segitiga yang meruncing (Mosigh,
1998)
5
Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan
yang merupakan gabungan antara kepala dan dada yang disebut chephalothorax
serta bagian belakang yang terdiri dari badan yang disebut abdomen dan ekor.
Bagian kepala ditutupi oleh cangkang (carapace) yang mengandung zat tanduk
(chitin) yang dapat mengelupas (moulting) pada interval waktu tertentu untuk
tujuan pertumbuhan (Wiyanto dan Hartono, 2003).
Menurut Lukito dan Prayugo (2007) lobster air tawar telah dibudidayakan
diberbagai belahan dunia terutama di tempat asalnya seperti Amerika serikat,
Eropa dan Australia. Jenis lobster Cherax quadricarinatus banyak di temukan di
sungai air deras serta danau di pantai utara dan daerah timur laut Quessland.
Selain itu, jenis ini juga banyak ditemukan sebelah selatan dari Papua New
Guenea bagian timur (Mosigh, 1998).
Menurut Sukmajaya dan Suharjo (2003) habitat alami lobster air tawar
berupa rawa atau sungai yang biasa ditempati dalam melaksanakan siklus
hidupnya diantaranya habitat yang relatif dangkal dilengkapi dengan dasar yang
terdiri dari campuran lumpur, pasir dan batuan. Menurut Mosigh (1998) di
Australia lobster air tawar dibudidayakan pada kolam dengan kedalaman 1 sampai
1,5 meter untuk indukan dan 0,5 hingga 1 meter untuk kolam pembesaran.
Yabby Yabby
( Cherax tenuimanus ) (Cherax albidus)
6
Red claw
(Cherax quadricarinatus)
Benua Australia
Yabby
(Cherax destructor)
Yabby Yabby
(Cherax tenuimanus) (Cherax albidus)
2.3 Pakan
dari total biomassa per hari pada padat penebaran 100-200 ekor/m2 atau 625-
1917 ekor/m3 dengan ukuran lobster air tawar rata-rata berkisar 2,67-2,78 cm
menghasilkan laju pertumbuhan 2,36-2,90%. Sementara, percobaan Tanribali
(2007) pada pemberian pelet komersil dengan kandungan protein dan tingkat
pemberian pakan yang sama pada padat penebaran 50-150 ekor/m2 dan rasio
shelter 1 dan 1,5 dengan ukuran lobster air tawar berkisar 2,71 cm menghasilkan
laju pertumbuhan 2,394-4,192% (Tabel 1). Menurut Supono dan Hudaidah (2007)
yang melakukan penelitian terhadap perbedaan pemberian pakan pada lobster air
tawar pada ukuran benih, didapatkan pemberian pakan campuran antara pakan
alami dan pelet komersil memberikan pertumbuhan yang tinggi apabila
dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan alami saja atau pelet saja, tapi
tidak berpengruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup. Menurut Trijoko
dan Madyaningrana (2004) yang melakukan penelitian perbedaan pemberian
pakan berupa cacing sutera, kuning telur, pelet komersil, campuran antara pelet
komersil dengan cacing sutera dan campuran antara pelet komersil dengan kuning
telur pada lobster air tawar berukuran juvenil, didapatkan hasil pemberian pakan
pelet komersil memberikan pertumbuhan paling baik dan pemberian kuning telur
menunjukkan pertumbuhan paling rendah. Selain itu, pemberian pakan pelet dan
cacing sutera menunjukkan efisiensi tertinggi apabila dibandingkan dengan
pemberian pakan lainnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan
juvenil lobster air tawar tertinggi dan efisiensi pakan terbaik yaitu dengan
pemberian cacing sutera dan pelet.
Informasi tentang kepadatan yang optimum untuk lobster air tawar masih
terbatas, namun beberapa percobaan telah dilakukan diantaranya, tertera pada
Tabel 1 yang menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan
hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air tawar Cherax
quadricarinatus yang dipelihara pada padat penebaran dan ukuran berbeda.
8
Tabel.1 Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air
tawar Cherax quadricarinatus pada berbagai ukuran yang dipelihara
dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium.
jumlah atau biomassa benih persatuan luas maka semakin tinggi intensitas tingkat
pemeliharaannya. Peningkatan padat penebaran yang terlalu tinggi dapat
menurunkan mutu air, pertumbuhan ikan lambat, tingkat kelangsungan yang
rendah serta tingkat keragaman ukuran ikan yang tinggi.
Menurut Effendi (1997) pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai
pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan
pertumbuhan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan dalam
individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, hal
ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal
dari makanan. Bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk
metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian
tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah terpakai. Pertumbuhan merupakan
proses biologi yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis, serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut
diantaranya adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan
metabolit, ketersediaan oksigen dan ketersediaan pakan.
Kelangsungan hidup merupakan salah satu parameter produksi, menurut
Effendi (1997) kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam
waktu tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan
budidaya dan interaksi ikan. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) secara alami,
setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dengan lingkungannya dalam batas-batas
tertentu yang disebut dengan tingkat toleransi. Jika perubahan yang terjadi diluar
tingkat toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati.
Selain itu, penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara
drastis, terutama ikan yang berukuran kecil.
10
2.5 Shelter
Menurut penelitian Smith dan Sandifer (1978) dalam Sofiandi (2002) ada
beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup pada juvenil udang, antara lain adanya tempat berlindung dan
bernaung yang cukup, suhu air, pemberian pakan yang cukup dan padat
11
CaCO3 termasuk kedalam perairan yang lunak (tidak sadah). Air yang memiliki
kesadahan tinggi lebih disukai oleh lobter air tawar daripada air lunak. Hal ini
diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut yang cukup tinggi sehingga
menjamin pembentukan cangkang dengan baik. Menurut Rouse (1997) nilai
alkalinitas dan kesadahan yang cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan lobster
air tawar berkisar antara 100-200 mg/l CaCO
15
Lobster yang diuji dalam penelitian ini adalah benih lobster air tawar
jenis red claws Cherax quadricarinatus berasal dari Desa Cibeureum, Bogor.
Bobot rata-rata lobster uji adalah 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm.
3.2.3 Shelter
Shelter yang digunakan terbuat dari pipa paralon PVC berukuran ¾ inch
dengan panjang 10 cm. Jumlah shelter disesuaikan dengan perlakuan dan rasio
shelter yang diujikan yaitu 1 dan 0,5, selanjutnya shelter ditebar secara merata
pada dasar akuarium.
1
1. Hasil
Gambar 6. Bobot rata-rata Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75,
100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40
hari
2
3
4
5
Gambar 10. Efisiensi pakan Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75,
100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40
hari masa pemeliharaan
1.5. Produksi
produksi (p>0,05) (Lampiran 9). Hasil percobaan mengenai produksi pada akhir
pemeliharaan disajikan pada Gambar 12.
Gambar 11. Produksi Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100
dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari
masa pemeliharaan
PT.125;RS
PT.75;RS. 1 PT.75;RS. 0,5 PT.100;RS. 1 PT.100;RS 0,5 PT.125;RS.1
Parameter Waktu 0,5 Tandon
Awal 25,5 25,7 25,4 25,8 25,4 25,5 25,3
Suhu
Akhir 26,2 26,5 26 26,3 25,9 25,6 25,7
Awal 8,23 8,17 8,23 8,23 8,21 8,39 8,10
pH
Akhir 7,03 7,06 7,17 7,13 7,16 6,66 7,10
Awal 6,30 6,26 6,07 6,20 5,76 6,00 6,50
DO
Akhir 7,11 7,15 7,22 6,98 7,07 6,91 7,41
Alkalinita Awal 75,62 70,31 66,33 70,31 70,31 59,7 22,31
s Akhir 25,2 22,55 29,18 19,96 42,25 26,53 39,8
Kesadaha Awal 24,02 28,02 30,03 33,03 22,02 37,04 31,4
6
7
Gambar 12. Suhu (0C) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan
dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter
(RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan
hingga 10 hari pertama untuk tiap perlakuan kemudian cendrung konstan hingga
akhir masa pemeliharaan (panen).
8
9
2. Pembahasan
terlihat kematian terdapat pada setiap perlakuan. Hal ini juga terjadi pada
percobaan yang dilakukan oleh Nilamsari (2007) yang melakukan percobaan
dengan padat penebaran yang lebih rendah, dimana lobster ditebar dengan
kepadatan 40-70 ekor/m2 menghasilkan tingkat kelangsungan hidup berkisar
85,71-74,38% (Tabel 1). Berdasarkan pengamatan, kematian diakibatkan dari
beberapa faktor terutama yang berkaitan dengan sifat alami dari lobster air tawar
diantaranya agresif, gagal moulting dan kanibalisme. Faktor kematian tersebut
ditunjukkan dengan bangkai lobster yang cangkangnya masih lembek,
chephalotoraks terkelupas dan bagian tubuhnya terpotong-potong bahkan ada
lobster yang mati masih dalam keadaan utuh.
Agresifitas antar lobster cenderung ditandai dengan adanya perkelahian
antara lobster yang terlihat sama kuat dan biasanya lobster yang lebih lemah
cenderung menghindar. Agresifitas ini diawali dengan kontak antara kaki capit
terlebih dahulu kemudian baru saling melakukan penyerangan. Perkelahian
tersebut dapat merusak organ tubuh seperti terpotongnya kaki capit, ruas-ruas kaki
atau bagian tubuh lainnya, dan dikuti dengan infeksi penyakit pada lobster yang
terluka. Hilangnya kaki capit membuat pertahanan dari serangan lobster akan
berkurang dan peluang kematian yang diakibatkan oleh serangan lobster
berikutnya semakin besar.
Peluang kematian juga meningkat akibat kondisi lemah ketika terjadi
proses moulting. Pada saat itu lobster kehilangan unsur mineral terutama kalsium
yang berkurang secara drastis dalam tubuhnya akibat lepasnya cankang keras dari
tubuhnya. Pada keadaan tersebut lobster berada dalam kondisi tidak terlindungi.
Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) saat proses moulting, lobster mengeluarkan
bau tertentu yang mengundang lobster lainnya untuk mendekat dan
memangsanya. Akibatnya, gangguan lobster lain yang menyebabkan kejutan pada
lobster yang sedang mengalami moulting juga menyebabkan penyerangan
meningkat dan dapat menyebabkan kematian bagi lobster tersebut bahkan dapat
dimakannya (kanibal).
Peningkatan padat penebaran dikuti dengan tingkat kelangsungan hidup
yang relatif sama (p>0,05) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan kebutuhan pakan
dan lingkungan telah tercukupi. Pada pemeliharaan ini lingkungan berpotensi
10
11
memburuk karena ikan setiap hari diberi pakan. Tetapi karena adanya aktifitas
penyiponan dan pergantian air, kualitas air dapat dikendalikan hingga berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi. Menurut Effendie (1997) akibat dari
persaingan akan terasa apabila persediaan makanan tidak mencukupi, apabila
ketersediaan makanan terpenuhi penggunaan sumber makanan yang sama tidak
akan terasa akibatnya. Walaupun demikian kecendrungan peningkatan kepadatan
diikuti dengan penurunan kelangsungan hidup (p<0,07) (Lampiran 2). Hal ini
diduga karena sifat agresif lobster yang berakibat kematian lebih tinggi pada
kepadatan yang lebih tinggi
Pengurangan shelter dimaksudkan agar lobster memiliki tempat
berlindung dari sesamanya. Pada kenyataannya, kepadatan 75 hingga 125 ekor/m2
tidak semua shelter terisi lobster baik pada rasio shelter 1 ataupun 0,5 pada waktu
yang sama. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan diluar shelter seperti mencari
makan dan moulting. Hal ini diduga menyebabkan perbedaan rasio shelter pada
kepadatan 75 hingga 125 ekor/m2 ini tidak menghasilkan tingkat kelangsungan
hidup yang berbeda.
Laju pertumbuhan bobot harian selama pemeliharaan berkisar antara 3,19-
3,97% dan pertumbuhan panjang mutlak berkisar antara 1,07-1,62 cm.
Berdasarkan hasil analisis ragam didapatkan peningkatan padat penebaran
menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak
yang sama (p>0,05) (Lampiran 4; Lampiran 7). Pada budidaya intensif,
peningkatan kepadatan lobster akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan
oksigen dan makanan serta kotoran (metabolit dan sisa pakan). Menurut Hepher
dan Pruginin (1981) selama oksigen dan pakan tersebut terpenuhi dan keberadaan
metabolit dapat dikendalikan, ikan dapat tumbuh sesuai kapasitasnya (maksimal).
Kebutuhan oksigen pada percobaan ini dipenuhi melalui pemasangan aerasi,
pakan diberikan sebanyak 4% dari bobot total biomassa dengan frekuensi 2 kali
per hari serta setiap hari kotoran dibersihkan dari wadah produksi melalui
penyiponan dan pergantian air sebanyak 2 kali sehari. Keadaan ini menyebabkan
kebutuhan pakan baik pada perlakuan kepadatan rendah (75 ekor/m2) maupun
pada kepadatan tinggi (125 ekor/m2) tercukupi dan kualitas air terkendali dalam
keadaan baik, sehingga pertumbuhan sama.
12
Pada akuarium dengan rasio shelter rendah (0,5) ruang tempat penyebaran
makanan lebih luas daripada akuairum dengan rasio shelter tinggi (1). Pada rasio
shelter 0,5 dan 1 ini lobster ternyata tidak mengalami kesulitan untuk
mendapatkan makanan yang diberikan dengan segera, walaupun sifat agresif
lobster pada kepadatan yang lebih tinggi lebih nyata. Hal ini direspon dengan
pertumbuhan lobster yang relatif sama pada percobaan ini.
Produksi pada percobaan, merupakan gambaran kombinasi antara
kelangsungan hidup dan pertumbuhan yakni selisih dari hasil kali antara jumlah
lobster yang hidup dengan bobot rata-rata pada awal dan akhir selama 40 masa
pemeliharaan. Berdasarkan percobaan, didapatkan produksi benih lobster air
tawar Cherax quadricarinatus berkisar antara 10,63-16,30 gram. Bobot awal
lobster air tawar yang ditebar pada awal percobaan berkisar 0,41 gram dengan
panjang 2,61 cm, setelah dipelihara selama 40 hari menjadi 1,71 dengan panjang
4,03 cm.
Peningkatan padat penebaran hingga 125 ekor/m2 menghasilkan nilai
produksi yang relatif sama (p>0,05) (Lampiran 9). Hal ini karena kecenderungan
penurunan tingkat kelangsungan hidup dan ukuran ikan yang relatif lebih kecil
pada taraf percobaan ikan yang lebih tinggi. Pengurangan rasio shelter dari 1
hingga 0,5 pada percobaan juga menghasilkan pengaruh yang relatif sama
terhadap produksi (p>0,05) (Lampiran 10). Hasil ini menunjukkan pertambahan
biomasa lobster selama percobaan tidak dipengaruhi oleh jumlah shelter yang
diberikan pada media pemeliharaan. Peningkatan padat penebaran akan
meningkatkan produksi biomassa ikan hingga batas padat tebar tertentu, jika
produksi sudah mencapai maksimal selanjutnya peningkatan padat penebaran
akan menghasilkan nilai produksi yang relatif konstan, sesuai dengan daya
dukung wadah
Efisiensi pakan pada dasarnya merupakan perbandingan antara
pertambahan biomassa dengan jumlah pakan yang digunakan. Peningkatan
kepadatan berpotensi menurunkan kualitas air pada wadah pemeliharaan sehingga
nafsu makan ikan menurun. Pada akuarium dengan perlakuan kepadatan rendah
(75 ekor/m2) hingga kepadatan tinggi (125 ekor/m2) lobster diduga tidak
mengalami penurunan konsumsi pakan, karena lingkungan yang ada pada wadah
12
13
14
15
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
16
Boyd, C.E. 1982. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perikanan. Alih
Bahasa: A.S. Sidik. 2001. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan.
Universitas Mulawarman. Samarinda.
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan. Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor
Holdich, D.M. and R.S. Lowery. 1998. Freshwater Cryfish: Biology Management
and Exploitation. Croom Helms, London and Sydney And Timber Press,
Portland Oregon
16
17
Irawan, D.Y. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar
(Cherax quadricarinatus) pada Sistem Resirkulasi Dengan Kepadatan
Berbeda. Skripsi.FPIK, IPB.Bogor.
Kusmini, I.I., W. Hadie. dan E.P. Sianipar. 2005. Suhu Optimum Untuk Laju
Pertumbuhan dan Sintasan Benih Lobster Air Tawar Cherax
quadricarinatus. Vol.II; hal:67-72
Mosigh, J. 1998. The Australian Yabby Farmer. 2th edition. Austalia: Lanklink
Press.
Rouse. D.B. 1997. Production of Red Claws Cryfish. Auburn University Alabama.
UA. 11 Halaman.
Steel, R.G.D. and J.H. Torie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statiska: Suatu
Pendekatan Biometrik. Alih bahasa: B. Sumantri. Ed 2. Cet 2. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Supono dan S. Hudaidah. 2007. Analisa Pertumbuhan dan Kelulusan Red Claw
Cherax quadricarinatus dengan Jenis Pakan yang Berbeda. Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung
www.digilib.unila.ac.id/files/disk1/27/laptunilappgdlres2008suponospi-
1328-2007_lp_-1.pdf.i [ 21 September 2008]
Wickins, J.F. and. D.O. Lee. 2002. Crustacean Farming: Ranching and Culture.
2end edition. London: Blackwell Science.
18
19
Zonneveld, N., E.A. Huisman and J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
16
3.2.4 Pakan
Tabel 3. Kombinasi perlakuan pada percobaan dengan padat tebar 75, 100 dan
125 ekor/m2 dan rasio Shelter 1 dan 0,5
Jumlah benih lobster yang ditebar pada wadah pemeliharaan adalah 75,
100 dan 125 ekor/m2 atau masing-masing adalah 14 ekor/akuarium pada 6 buah
akuarium uji, 18 ekor/akuarium pada 6 buah akuarium uji dan 23 ekor/akuarium
pada 6 buah akuarium uji.
ϖt
α = t −1 ×100%
ϖo
Pm = Lt − L0
Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
_
3.4.5 Produksi
Produksi merupakan selisih biomassa akhir dan biomassa awal dalam satu
periode pemeliharaan, nilai produksi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
y = Bt – B 0
keterangan:
y = Produksi (gram)
Bt = Biomassa lobster pada akhir pemeliahraan (gram)
B0 = Biomassa lobster pada awal pemeliharaan (gram)
1. Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, yang
digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap derajat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang
mutlak, efisiensi pakan dan produksi. Apabila perlakuan diputuskan berbeda
nyata (p<0,05) maka untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji
lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
2. Analisis deskripsi, digunakan untuk menentukan kelayakan media
pemeliharaan bagi kehidupan Cherax quadricarinatus selama percobaan.
1
Keterangan :
Hari ke-
Perlakuan
0 10 20 30 40
100,00 100,00 85,71 78,57 64,29
1 100,00 92,86 92,86 85,71 71,43
100,00 85,71 78,57 78,57 71,43
Rata-rata 100,00 92,86 85,71 80,95 69,05
Simpangan 0,00 7,14 7,14 4,12 4,12
75
100,00 100,00 92,86 78,57 71,43
0,5 100,00 100,00 92,86 85,71 71,43
100,00 100,00 92,86 85,71 78,57
Rata-rata 100,00 100,00 92,86 83,33 73,81
Simpangan 0,00 0,00 0,00 4,12 4,12
100,00 88,89 83,33 66,67 61,11
1 100,00 94,44 88,89 83,33 83,33
100,00 94,44 77,78 61,11 55,56
Rata-rata 100,00 92,59 83,33 70,37 66,67
Simpangan 0,00 3,21 5,56 11,56 14,70
100
100,00 94,44 88,89 66,67 66,67
0,5 100,00 88,89 77,78 77,78 72,22
100,00 94,44 77,78 72,22 66,67
Rata-rata 100,00 92,59 81,48 72,22 68,52
Simpangan 0,00 3,21 6,42 5,56 3,21
100,00 86,96 73,91 65,22 65,22
1 100,00 95,65 82,61 73,91 69,57
100,00 91,30 86,96 82,61 60,87
Rata-rata 100,00 91,30 81,16 73,91 65,22
Simpangan 0,00 4,35 6,64 8,70 4,35
125
100,00 86,96 73,91 65,22 52,17
0,5 100,00 86,96 69,57 65,22 60,87
100,00 91,30 86,96 78,26 56,52
Rata-rata 100,00 88,41 76,81 69,57 56,52
Simpangan 0,00 2,51 9,05 7,53 4,35
2
3
Perlakuan
PT
Ulangan
PT 75;RS 1 PT75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 125;RS
0,5
1 64,29 71,43 61,11 66,67 65,22 52,17
2 71,43 71,43 83,33 72,22 69,57 60,87
3 71,43 78,57 55,56 66,67 60,87 56,52
Jumlah 207,14 221,43 200,00 205,56 195,65 169,57
Rata- 69,05±4,12 56,52±
73,81±4,12b 66,67±14,70ab 68,52±3,12a 65,22±4,35ab
rata b 4,35a
Keterangan: Huruf yang sama menyatakan pengaruh yang sama pada taraf p = 0,07
Hari ke-
Perlakuan
0 10 20 30 40
0,48 1,15 1,30 1,79 2,15
1 0,46 0,95 1,42 1,90 1,94
0,38 0,98 1,07 1,65 2,16
Rata-rata 0,44 1,03 1,26 1,78 2,08
Simpangan 0,05 0,11 0,18 0,12 0,12
75
0,50 0,86 1,74 1,67 1,92
0,5 0,44 0,94 1,23 1,69 1,79
0,44 1,02 1,71 1,50 1,61
Rata-rata 0,46 0,94 1,56 1,62 1,77
Simpangan 0,04 0,06 0,36 0,01 0,09
0,40 0,47 0,84 1,55 1,49
1 0,51 0,93 0,94 1,77 1,91
0,45 0,61 0,98 1,42 1,39
Rata-rata 0,45 0,67 0,92 1,58 1,60
Simpangan 0,06 0,23 0,07 0,18 0,28
100
0,42 0,96 1,29 2,03 1,97
0,5 0,39 0,98 0,91 1,62 1,84
0,40 0,79 1,45 1,64 1,76
Rata-rata 0,40 0,91 1,21 1,76 1,86
Simpangan 0,02 0,01 0,27 0,28 0,09
0,32 0,83 0,95 1,68 1,68
1 0,43 0,75 0,83 1,40 1,57
0,34 0,72 1,08 1,42 1,70
Rata-rata 0,37 0,76 0,95 1,50 1,65
Simpangan 0,06 0,06 0,13 0,16 0,07
125
0,35 0,76 0,90 1,10 1,29
0,5 0,31 1,01 1,01 1,05 1,48
0,43 0,92 1,33 1,36 1,61
Rata-rata 0,33 0,89 0,96 1,08 1,38
Simpangan 0,06 0,13 0,22 0,17 0,16
4
5
Lampiran 4. Pakan komersil yang Dihabiskan (gram) Lobster Air Tawar (gram)
Cherax quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan.
Perlakuan
Ulangan
PT 75;RS 1 PT 75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100; RS 0,5 PT 125; RS 1 PT 125;RS 0,5
1 3,37 3,44 3,37 3,65 4,25 3,29
2 3,64 3,57 3,33 3,95 3,27 3,94
3 4,43 3,29 2,88 3,80 4,08 3,37
Jumlah 11,44 10,29 9,58 11,41 11,59 10,60
Rata- 3,81±0,55a
rata b 3,43±0,13ab 3,19±0,27a 3,80±0,14ab 3,86±0,52b 3,53±0,36ab
Keterangan: Huruf yang sama menyatakan pengaruh yang sama pada taraf p = 0,06
6
7
Perlakuan
Ulangan PT75;RS
PT 75;RS 1 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5
0,5
1 63,02 62,49 74,22 83,68 98,04 63,54
2 67,43 62,34 83,53 91,10 92,37 96,61
3 98,65 58,51 49,04 71,34 75,06 67,06
Jumlah 229,30 183,33 206,79 246,13 265,37 227,21
Rata-
rata 76,77±20,11 61,11±2,25 68,93±17,84 82,04±9,98 88,59±12,09 75,74±18,16
Kesimpulan : χ 2 terkoreksi > χ 2 tabel maka minimal ada satu perlakuan yang ragamnya berbeda
dengan yang lain
Hari Ke-
Perlakuan
0 10 20 30 40
2,69 3,28 3,83 4,47 4,26
1 2,71 3,23 3,90 4,03 4,25
2,62 3,12 3,32 3,88 3,97
Rata-rata 2,67 3,21 3,69 4,13 4,16
Simpangan 0,049 0,080 0,315 0,308 0,165
75
2,65 3,24 4,13 3,67 4,03
0,5 2,65 3,12 3,69 4,14 3,82
2,61 3,27 3,56 3,94 4,27
Rata-rata 2,63 3,21 3,79 3,92 4,04
Simpangan 0,02 0,08 0,30 0,24 0,23
2,58 2,70 2,95 3,48 3,80
1 2,70 3,28 3,49 3,99 3,76
2,63 3,06 3,22 3,59 3,55
Rata-rata 2,64 3,01 3,22 3,69 3,70
Simpangan 0,06 0,29 0,27 0,27 0,14
100
2,54 3,12 3,76 3,99 3,72
0,5 2,64 3,52 3,31 4,02 4,19
2,56 3,14 3,73 4,14 4,26
Rata-rata 2,58 3,26 3,60 4,05 4,06
Simpangan 0,05 0,22 0,25 0,08 0,29
2,53 3,23 3,42 3,67 4,69
1 2,64 3,13 3,12 3,59 3,99
2,52 3,02 3,16 3,65 3,87
Rata-rata 2,56 3,13 3,23 3,63 4,18
Simpangan 0,07 0,11 0,16 0,04 0,44
125
2,52 2,94 3,05 3,72 3,85
0,5 2,53 2,85 3,13 3,93 3,97
2,59 3,99 3,17 4,01 4,22
Rata-rata 2,55 3,26 3,12 3,89 4,02
Simpangan 0,04 0,63 0,06 0,15 0,19
8
9
Lampiran 8. Nilai Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) (PPM) Lobster Air Tawar
Cherax quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan
Perlakuan
Ulangan PT75;RS
PT 75;RS 1 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5
0,5
1 1,57 1,38 1,23 1,18 2,16 1,34
2 1,54 1,17 1,06 1,55 1,35 1,44
3 1,35 1,66 0,92 1,70 1,36 1,63
Jumlah 4,47 4,22 3,20 4,43 4,86 4,41
Rata-rata 1,49+0.12 1,41+0.24 1,07+0.16 1,48+0.27 1,62+0.46 1,47+0.15
Perlakuan
Ulangan
PT 75;RS 1 PT75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5
1 12,70 12,25 9,26 16,06 17,83 7,33
2 12,91 11,73 19,39 16,90 15,15 13,43
3 16,24 11,53 5,86 13,99 15,93 11,14
Jumlah 41,85 35,51 34,51 46,95 48,91 31,90
Rata-
13,95+1,99ab 11,84+0,37ab 11,50+7,04a 15,65+1,50ab 16,30+1,38b 10,63+3,08a
rata
Keterangan: Huruf yang sama menyatakan pengaruh yang sama pada taraf p = 0,06
Kesimpulan : χ 2 terkoreksi > χ 2 tabel maka minimal ada satu perlakuan yang ragamnya berbeda
dengan yang lain
10
11
12
13