DI SUNGAI CILIWUNG
Tabel 2 Data hasil perhitungan nilai K1 dan La pada seluruh titik sampling metode
slope
Titik
K1 (/hari) La (mg/L)
Sampling
1 -0,14 -6,48
2 -0,14 -6,54
3 -0,14 -6,38
4 -0,14 -6,10
5 -0,14 -5,75
6 -0,14 -5,55
7 -0,14 -6,48
8 -0,14 -6,63
Kemudian pada Tabel Y juga disajikan hasil perhitungan terhadap nilai BOD ultimate
(La). Nilai La memiliki rentang -5,55 mg/L sampai -6,63 mg/L. Nilai yang berada dibawah
nol atau negatif tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk melakukan aktivitas purifikasi air sungai.
Menurut, kajian yang dilakukan oleh Damarany et al. (2009) yang melakukan
perhitungan nilai K1 dan La di sungai Cipinang, di Sungai Cipinang tersebut memiliki
rentang nilai K1 diantara 0,259 /hari sampai 0,376 /hari dan untuk La diantara 76,08 mg/L
sampai 87,12 mg/L. Berdasarkan hasil perhitungan yang bernilai negatif tersebut pada K1
dan La, maka metode slope kurang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas asimilatif
pada Sungai Ciliwung.
Metode Momen
Metode momen dikembangkan oleh Moore et al. (1950) digunakan untuk menghitung
nilai konstanta deoksigenasi dan BOD ultimate dan menyederhanakan perhitungan
sebelumnya pada metode slope. Metode ini menghitung nilai oksigen yang terlarut atau
yang dikonsumsi bakteri berdasarkan pada fase pertumbuhan bakteri dalam air, yakni fase
adaptasi (Lag Phase), fase pertumbuhan (Log Phase), fase stasioner (Stationer Phase) dan
fase kematian (Death Phase). Lag phase merupakan fase penyesuaian diri bakteri terhadap
lingkungan dan lamanya mulai dari satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini
tergantung pada macam bakteri, umur biakan, dan nutrien yang terdapat dalam medium
yang disediakan. Pada fase ini bakteri beradaptasi dengan lingkungan, belum mampu
mengadakan pembiakan, terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi perbesaran
ukuran sel bakteri (Volk dan Wheeler 1990).
Metode momen terbagi menjadi dua berdasarkan fase pertumbuhan bakteri. Pertama
momen tanpa lag, metode momen yang menganggap bahwa dalam badan sungai tersebut
bakteri yang hidup telah mengalami pendewasaan secara optimum. Kedua momen dengan
lag, metode ini menganggap dalam badan sungai terdapat bakteri yang masih dalam masa
pertumbuhan. Perbedaan fase ini tentu berpengaruh pada kebutuhan makanan pada bakteri,
seharusnya bakteri pada fase tanpa lag lebih membutuhkan banyak oksigen dalam
kebutuhan hidupnya. Data yang diolah merupakan data sekunder DO dari Sungai Ciliwung.
Terdapat lima titik sampling dengan pengamatan lima hari. Perhitungan ty, Σy/Σty, t 2, t2y,
dan y/n titik sampling 1 ditunjukkan pada tabel 3
Nilai BOD titik sampling dihitung dengan mencari selisih DO dengan DO0. Setelah
perhitungan seperti tabel X, data kembali diolah dengan menggunakan rumus, kurva, dan
metode ekstrapolasi. untuk menentukan nilai konstanta deoksigenasi (K) dan konstanta
reaerasi (k1). Hal ini disebabkan oleh kurva yang dikembangkan oleh Moore et al (1950)
memiliki nilai keterbatasan maksimum. Hasil perhitungan nilai konstanta deoksigenasi dan
BOD ultimate Sungai Ciliwung ditunjukkan oleh tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan nilai K yang diperoleh sebesar -0,05987 hingga -0,06183. Nilai
K menunjukkan besaran nilai pengurangan kadar oksigen sehingga tidak mungkin nilainya
di bawah nol. Apabila nilai tersebut bernilai 0 atau dibawah nol, berarti tidak ada aktivitas
bakteri dalam badan sungai tersebut. Sedangkan nilai BOD ultimate sebesari 2,530 hingga
3,015 mg/L. Nilai ini menunjukkan jumlah total oksigen yang dikonsumsi ketika reaksi
biokima dibiarkan terlarut secara sempurna.
Perbedaan nilai K dan L antara kedua metode ditentukan oleh bahan pencemar yang ada
di badan sungai. Menurut Yustiani et al. (2019), semakin besar nilai K1 maka semakin
besar kemampuan sungai untuk melakukan dekomposisi dan purifikasi secara alami.
Namun, semakin tinggi jumlah bakteri maka jumlah oksigen yang berada di dalam air
semakin berkurang.
Simpulan
Sungai Ciliwung memiliki rentang nilai K1 diantara 0,259 /hari sampai 0,376 /hari dan
untuk La diantara 76,08 mg/L sampai 87,12 mg/L. Berdasarkan hasil perhitungan yang
bernilai negatif tersebut pada K1 dan La, maka metode slope kurang dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas asimilatif pada Sungai Ciliwung. nilai K yang diperoleh sebesar -
0,05987 hingga -0,06183. Nilai K menunjukkan besaran nilai pengurangan kadar oksigen
sehingga tidak mungkin nilainya di bawah nol. Apabila nilai tersebut bernilai 0 atau
dibawah nol, berarti tidak ada aktivitas bakteri dalam badan sungai tersebut. Sedangkan
nilai BOD ultimate sebesari 2,530 hingga 3,015 mg/L. Nilai ini menunjukkan jumlah total
oksigen yang dikonsumsi ketika reaksi biokima dibiarkan terlarut secara sempurna.
Perbedaan nilai K dan L antara kedua metode ditentukan oleh bahan pencemar yang ada
di badan sungai. Menurut Yustiani et al. (2019), semakin besar nilai K1 maka semakin
besar kemampuan sungai untuk melakukan dekomposisi dan purifikasi secara alami.
Namun, semakin tinggi jumlah bakteri maka jumlah oksigen yang berada di dalam air
semakin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Christiana E, Anggraini IM, Syahwanti H. 2020. Analisis kualitas air dan status mutu serta
beban pencemaran sungai mahap di kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Serambi
Engineering. 5(2): 941-950.
Damarany P, Fachrul MF, Astono W. 2009. Kajian kualitas air sungai cipinang bagian hilir
ditinjau dari parameter BOD dan DO menggunakan model QUAL2E. Jurnal
Teknologi Lingkungan. 5(2): 62-74.
Volk dan Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar: Jilid 2 edisi V. Diterjemahkan oleh Sumarto
Adisumartono. Jakarta (ID): Erlangga.
Yustiani YM, Hasbiah A, Saputra MPW. 2017. Studi laju deoksigenasi pada sungai
cikapundung untuk ruas siliwangi-asia afrika bandung. Infomatek. 19(1): 29-36.
Yustiani YM, Wahyuni S, Kadir AAA. 2019. Identifikasi nilai laju deoksigenasi di daerah
padat penduduk (studi kasus sungai cicadas bandung). Journal of Community Based
Environmental Engineering and Management. 3(1): 9-14.
LAMPIRAN
Lampiran1 Contoh perhitungan metode slope pada titik sampling 1
BOD(1) = DO(0) − DO(1)
BOD(1) = 6,8 − 6,19
BOD(1) = 0,61
𝑡 −𝑡 𝑡 −𝑡
(𝑦𝑖 −𝑦𝑖−1 )( 𝑖+1 𝑖 )+(𝑦𝑖+1 −𝑦𝑖 )( 𝑖 𝑖+1 )
𝑡𝑖 −𝑡𝑖−1 𝑡𝑖+1 −𝑡𝑖
′
y = 𝑡𝑖+1 −𝑡𝑖−1
′ 1,71−0
y = 2−0
y ′ = 0,855
yy ′ = 0,61 × 0,855
yy ′ = 0,521
y 2 = 0,612
y 2 = 0,37
𝑛𝑎 + 𝑏Σ𝑦 = Σy ′
4𝑎 + 10,13𝑏 = 5,04…………………...(1)
K1 = −b
K1 = −0,1385
K1 ≈ −0,14 /hari
𝑎
La = −
𝑏
0,905
La = −
0,1396
La = −6,48 mg/L