Anda di halaman 1dari 62

42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Pengamatan

Data yang digunakan merupakan data geolistrik dan well logging

yang meliputi daerah penelitian Lampung Timur dan Way Kanan, total data

yang digunakan sebanyak 18 data berikut merupakan rinciannya.

5.1.1. Data Geolistrik

Data geolisrik yang digunakan ialah data dengan format excel dimana

terdapat sebanyak 9 data geolistrik yang meliputi daerah penelitian Lampung

Timur dan Way Kanan, secara rinci terdapat 4 data geolistrik di Lampung

Timur dan 5 data geolistrik di Way Kanan. Berdasarkan data tersebut akan

dilakukan pengolahan 1D dengan software resty, dimana hasil pengolahan

yang telah diperolah selanjutnya akan dilakukan interpretasi zona produktif

akuifer air tanah dalam.

Pada Tabel 6. terlihat bahwa data yang terukur berupa nilai resistivitas

semu, nilai arus, nilai tegangan. Dimana data yang terukur pada alat berupa

nila arus dan tegangan, kemudian dimasukkan kedalam program excel untuk

dihitung nilai resistivitas semunya ( rho) dimana dihitung berdasarkan jarak

elktroda, faktor geometri dan nilai arus, tegangan.


43

Tabel 6. Data Pengukuran Geolistrik

Data
AB/2 MN/2
No K (m) I
(m) (m) V (mV) Rho (Ohm.m)
(mA)
1 1,5 0,5 6,3 43,0 2439,0 356,2
2 2,5 0,5 18,8 41,0 618,0 284,0
3 4 0,5 49,5 73,0 238,0 161,2
4 6 0,5 112,3 66,0 56,2 95,6
5 8 0,5 200,2 40,0 8,2 41,0
6 10 0,5 313,2 48,0 3,9 25,4
7 12 0,5 451,4 63,0 2,8 20,1
8 15 0,5 705,7 51,0 1,3 18,0
9 15 5 62,8 51,0 12,2 15,0
10 20 5 117,8 73,0 8,3 13,4
11 25 5 188,4 61,0 4,3 13,3
12 30 5 274,8 69,0 3,7 14,7
13 40 5 494,6 38,0 1,3 16,9
14 50 5 777,2 46,0 0,9 15,2
15 60 5 1122,6 47,0 0,7 16,7
16 75 5 1758,4 86,0 0,9 18,4
17 75 10 867,4 88,0 1,5 14,8
18 100 10 1554,3 29,0 0,4 21,4
19 125 10 2437,4 23,0 0,3 31,8
20 150 10 3516,8 28,0 0,2 25,1
21 175 10 4792,4 34,0 0,2 28,2
22 200 10 6264,3 40,0 0,1 15,7
23 250 10 9796,8 122,0 0,1 8,0
24 300 10 14114,3 153,0 0,1 9,2

5.1.2. Data Well Logging

Data yang digunakan dalam pengolahan logging merupakan data

dengan format excel, dimana dalam data tersebut terdapat nilai log

resisitivitas dan log sp per kedalaman. Selain data nilai resistivitas dan sp,

metode well logging didukung juga dengan data hasil cutting pemboran.

Untuk cotoh data pengukuran well logging terdapat pada Tabel 7.


44

Tabel 7. Data pengukuran Well Logging

Kedalaman SP Res-4' Res-16'


No (Ohm- (Ohm-
(m) (mV) m) m)
1 -85 -0,494 15,7 9
2 -84 -0,51 22,2 16,8
3 -83 -0,488 40,7 31,7
4 -82 -0,5 54,6 34,6
5 -81 -0,498 57,9 37,6
6 -80 -0,498 42,4 20,9
7 -79 -0,494 20,1 9,9
8 -78 -0,502 12 10,2
9 -77 -0,499 12,3 7,6
10 -76 -0,506 10,1 6,4
11 -75 -0,5 10,4 7,4
12 -74 -0,496 10,4 7,7
13 -73 -0,497 8,6 9,3
14 -72 -0,497 9,3 9,1
15 -71 -0,504 11,6 9,7
16 -70 -0,506 9,8 10,2
17 -69 -0,515 16,8 12,1
18 -68 -0,515 59,3 46,9
19 -67 -0,516 58 43
20 -66 -0,516 52,7 41,4
21 -65 -0,516 47,6 45,7
22 -64 -0,515 48,4 42,3
23 -63 -0,517 73,3 56,7
24 -62 -0,517 79,3 60
25 -61 -0,514 65,5 49,4
26 -60 -0,515 58,1 40
27 -59 -0,517 34,1 22,1
28 -58 -0,517 19,6 14,2
29 -57 -0,51 16,1 11
30 -56 -0,509 12,4 10,3
31 -55 -0,518 19,1 12,3
32 -54 -0,52 20 17,7
33 -53 -0,521 33,9 25,1
34 -52 -0,517 53 37,7
35 -51 -0,512 29,9 21,1
36 -50 -0,518 30,2 17,1
37 -49 -0,514 19 13,5
38 -48 -0,512 8 9,5
39 -47 -0,506 10,4 7,3
45

5.2. Pengolahan dan Pemodelan Data

Setelah didapat data pengukuran berupa data geolistrik dan data well

logging, tahap selanjutnya ialah dilakukan pengolahan dan pemodelan data

tersebut. Pengolahan dan pemodelan data nantinya dijadikan dasar

interpretasi untuk menentukan zona prospek akuifer air tanah dalam.

Pegolahan dan pemodelan data yang dilakukan ialah 1D geolistrik dan well

logging. Untuk proses dan hasil pengolahan data penelitian ini secara rinci

ditunjukkan oleh penjelasan berikut.

5.2.1. Pengolahan dan Pemodelan Data Lampung Timur

Data yang digunakan dalam pengolahan dan pemodelan pada daerah

lampung timur sebanyak 8 data yang terbagi menjadi 4 data geolistrik dan 4

data well logging pada 4 titik pengukuran, secara rinci adalah sebagai berikut.

A. Metode Geolistrik

Pengolahan dan pemodelan data geolistrik pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan software Resty. Dari pengolahan dan

pemodelan data geolistrik diperoleh hasil berupa model 1D geolistrik,

dimana berbentuk grafik yang menunjukkan nilai resistivitas dari

suatu lapisan, dengan nilai resistivitas tersebut digunakan sebagai

dasar interpretasi zona akuifer air tanah. Setelah dilakukan

pengolahan dan pemodelan geolistrik maka diperoleh nilai resistivitas

yang sebenarnya yang menunjukkan jenis litologi perlapisan yang


46

disesuaikan dengan dengan literatur berupa tabel nilai resistivitas

batuan ( Tabel.4. ). Berikut adalah hasil pengolahan dan pemodelan

data geolistrik yang telah dilakukan.

a. Titik SK-01

Gambar 15. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-01

Pada Gambar 15, merupakan hasil pemodelan dari titik SK-

01 yang berada pada desa Jaya Asri, Lampung Timur. Dimana dari

hasil pemodelan tersebut memiliki kedalaman penetrasi hingga 300

meter. Dimana grafik hasil pemodelan dapat terbaca dan dari hasil

pemodelan diketahui nilai resistivitas yang sebenarnya dan

perlapisannya.
47

b. Titik SK-02

Gambar 16. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-02

Hasil pengolahan pada titik SK-02 yang berlokasi pada desa

Mekar Mulyo Lampung Timur, menunjukkan grafik nilai resitivitas

yang dapat terbaca. Pada titik ini memiliki penetrasi kedalaman

sebesar 200 meter. Pengolahan dengan software resty dilakukan

untuk mengetahui nilai resistivitas sebenarnya dari suatu perlapisan

batuan. Dimana data yang terukur merupakan nilai resistifitas semu,

lalu data rho dan jarak elektroda diinput kedalam software resty dan

dilakukan pengolahan agar didapat nilai resistivity sebenarnya

dengan nilai eror yang sekecil mungkin.


48

c. Titik SK-03

Gambar 17. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-03

Hasil pengolahan pada titik SK-03 desa labuhan ratu,

lampung timur memiliki penetrasi kedalaman sebesar 200 meter,

dengan grafik yang sedikit berbeda dengan hasil pengolahan pada

titik lainnya, hal ini disebabkan perbedaan jenis litologi pada daerah

penelitiian.
49

d. Titik SK-04

Gambar 18. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-04

Hasil pengolahan dan pemodelan geolistrik pada titik SK-04

pada desa sidomulyo dan lampung timur, dimana dari hasil

pengolahan dan pemodelan data geolistrik diperoleh hasil berupa

model 1D geolistrik yang merupakan grafik nilai resistivitas

sebenarnya perlapisan pada daerah penelitian. Dari hasil pengolahan

dan pemodelan data geolistrik Gambar 18. Grafik nilai resistivitas

dapat terbaca dan memiliki kualitas data yang baik.


50

B. Metode Well Logging

Pengolahan dan pemodelan data well logging dilakukan

dengan software Log Plot. Berdasarkan ( Tabel 7.) data penelitian

berupa data nilai resistivitas dan data nilai SP perkedalaman pada

suatu sumur, dimana dari data tersebut diinput kedalam software log

plot beserta keterangan hasil cutting perkedalaman. Dari hasil

pengolahan dan pemodelan data well logging merupakan dasar dari

penentuan zona prospek akuifer air tanah dalam. Hasil dari

pengolahan dan pemodelan adalah grafik log dan hasil litologi

perkedalaman, grafik log yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

a. Sumur SK-01

Sumur SK-01 berada pada daerah penelitian Lampung Timur

tepatnya pada desa Jaya Asri. Pemodelan dan pengolahan data

well logging dilakukan dengan cara memasukkan nilai

resistivitas perkedalaman, nilai SP, dan keterangan hasil

cutting perkedalaman. Dari hasil pengolahan dan pemodelan

diperoleh grafik log dan hasil cutiing perkedalaman yang

selanjutnya diinterpretasi dimana zona prospek akuifer air

tanah. Pada hasil pengolahan dan pemodelan sumur SK-01,

memiliki penetrasi kedalaman data logging sebesar 66 meter

dengan kedalaman sumur total ialah 76 meter. Data logging

hanya diperoleh sampai pada kedalaman 66 meter dikarenakan

pada saat pengukuran pada pada kedalaman 66-76 meter alat


51

tak dapat menembus akibat adanya endapan lumpur, namun

data pada kedalaman tersebut didukung oleh data cutting.

Grafik log terbaca dengan cukkup baik, untuk hasil grafik log

dapat dilihat pada Gambar 19.

b. Sumur SK-02

Sumur SK-2 berada pada desa Mekarmulyo, Lampung Timur,

dengan memiliki kedalaman sumur 84 meter dan kedalaman

logging hanya sampai pada 53 meter, hal ini disebabkan oleh

endapan lumpur yang sangat padat sehigga alat logging tidak

dapat menmbus hingga kedalaman akhir sumur. Untuk data

yang diperoleh yang diinput kedalam microsoft excel cukup

baik dan setelah itu diinput kedalam software logplot supaya

diperoleh pemodelan 1D. Dari hasil pemodelan sumur SK-02,

grafik log resistivitas dapat terbaca dengan baik, sedangkan

grafik log SP juga terbaca dengan baik. Untuk hasil

pengolahan dan pemodelan dapat dilihat pada Gambar 20.

c. Sumur SK-03

Sumur SK-03 berada di desa Labuhan Ratu, Lampung timur.

Pada titik ini memiliki kedalaman total sumur 80 meter dengan

data logging didapat hanya sampai pada kedalaman 58 meter, hal

ii disebbkan oleh adannya endapan lumpur yang mengakibatkan

alat logging sulit untuk membus dan mendapatkan data sampai


52

kedalaman 80 meter. Setelah diperoleh data pengukuran

kemudian dilakukan pengolahan dengan software log plot untuk

menghasilkan model 1D well logging. Grafik log yang

dihasilkan cukup baik dimana grafik log berupa log resistivitas

dan log sp serta hasil cutting pemboran. Defleksi grafik log SP

maupun resistivitas dapat terbaca dengan jelas. Untuk hasil

pengolahan dan pemodelan sumur SK-03 dapat dilihat pada

Gambar 21.

d. Sumur SK-04

Sumur SK-04 berada pada titik pengukuran di desa Sidomulyo,

Lampung Timur. Pada Sumur SK-04 memiliki data logging yang

cukup bagus dimana data logging yang berupa log sp dan log

resistivitas terekam hingga dasar sumur dengan kedalaman 85

meter. Selain data logging data pendukung yang digunakan

adalah data cutting per kedalaman, dimana sampel cutiing

diambil per tiga meter pemboran. Setelah data logging dan data

cutting telah didapat langkah selanjutnya adalah menginput data

tersebut kedalam software logplot, dari hasil pengolahan dan

pemodelan (Gambar 22.) grafik dapat terbaca dengan jelas.


53

Gambar 19. Hasil pengolahan data Well logging Sumur SK-01


54

Gambar 20. Hasil pengolahan data Well logging Sumur SK-02


55

Gambar 21. Hasil pengolahan data Well logging Sumur SK-03


56

Gambar 22. Hasil pengolahan data Well logging Sumur SK-04


57

5.2.2. Pengolahan dan Pemodelan Data Way Kanan

Data pengamatan di kabupatan Way Kanan sebanyak 10 data yang

terbagi menjadi 5 data geolistrik dan 5 data well logging. Pengolahan dan

pemodelan data dilakukan agar diperoleh model 1D dimana model tersebut

nantinya diinterpretasi dan menjadi dasar pendugaan akuifer air tanah dalam.

Untuk lebih jelas pengolahan dan pemodelan data pada daerah Way Kanan

dijelaskan sebagai berikut.

A. Pengolahan dan Pemodelan Data Geolistrik

Pengolahan dan pemodelan data geolistrik pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan software Resty. Dari pengolahan dan

pemodelan data geolistrik diperoleh hasil berupa model 1D geolistrik,

dimana berbentuk grafik yang menunjukkan nilai resistivitas dari

suatu lapisan, dengan nilai resistivitas tersebut digunakan sebagai

dasar interpretasi zona akuifer air tanah. Setelah dilakukan

pengolahan dan pemodelan geolistrik maka diperoleh nilai resistivitas

yang sebenarnya yang menunjukkan jenis litologi perlapisan yang

disesuaikan dengan dengan literatur berupa tabel nilai resistivitas

batuan ( Tabel.4. ). Berikut adalah hasil pengolahan dan pemodelan

data geolistrik yang telah dilakukan.


58

a. Titik SK-05

Gambar 23. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-05

Titik SK-05 berada pda daerah penelitian Way Kanan,

tepatnya terletak pada desa Sri Numpi. Pada titik ini meiliki

penetrasi kedalaman sebesar 200 meter. Seperti pada ( Tabel 6. )

data yang diperoleh tersebut diinput kedalam software resty agar

diperoleh nilai resistivitas perlapisan dalam bentuk grafik seperti

pada Gambar 23. Grafik nilai resistivitas pada titik SK-05 dapat

terbaca.
59

b. Titik SK-06

Gambar 24. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-06

Titik SK-06 berada pada daerah pengukuran Way Kanan,

tepatnya terletak pada desa Mulyoharjo. Berdasarkan data

geolistrik yang telah terukur pada titik ini, selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan software resty, dimana

dilakukan pengolahan agar didapat nilai resistivitas lapisan bawah

permukaan sehingga nantinya dapat diinterpretasi zona akuifer air

tanah dalam. Dari hasil pengolahan dan pemodelan geolistrik pada

titik SK-06 (Gambar 24.) grafik yang dihasilkan dapat terbaca

dimana pada hasil pengolahan dan pemodelan memiliki kedalaman

penetrasi hingga 200 meter.


60

c. Titik SK -07

Gambar 25. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-07

Titik SK-07 berada pada daerah pengukuran Way Kanan,

tepatnya berada pada desa Tanjung Dalom. Pada data pengamatan

penetrasi kedalaman terukur hingga kedalaman 300 meter. Setelah

didapatkan data nilai resistivitas semu yang didapat dari hasil

pengukuran dilapangan langkah berikutnya ialah menginput data

kedalam software resty sehingga diperoleh hasil berupa model 1D

geolistrik. Dari hasil pengolahan dan pemodelan geolistrik

(Gambar 25.) menunjukkan nilai resitivitas perlapisan dan grafik

nilai resistivitas dapat terbaca yang nantinya akan dilakukan

interpretasi untuk menunjukkan zona akuifer air tanah dalam.


61

d. Titik SK-08

Gambar 26. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-08

Titik SK-08 berada pada daerah pengukuran Way Kanan

tepatnya berada di desa Karangan. Dari data pengukuran, titik

pengukuran SK-08 memiliki kedalaman penetrasi hingga 300

meter, dimana pada data pengukuran tersebut diperoleh nilai

resistivitas semu sehingga perlu dilakukan pengolahan dan

pemodelan data supaya hasil yang diperoleh ialah nilai resistivitas

yang sebenarnya, dari nilai resistivitas tersebut nantinya akan

dijadikan acuan sebagai penentuan zona akuifer air tanah dalam.

Dari hasil pengolahan dan pemodelan geolistrik pada titik SK-08

(Gambar 26.) dimana grafik resistivitas dapat terbaca.


62

e. Titik SK-09

Gambar 27. Hasil pengolahan data geolistrik titik SK-09

Titik SK-09 berada pada daerah pengukuran Way Kanan

tepatnya berada di desa Wonoharjo. Berdasarkan data pengukuran

yang telah diperoleh pada titik SK-09 memiliki penetrasi kedalaman

hingga 300 meter. Setelah didapat data pengukuran pada titik SK-09

selanjutnya data tersebut diinput kedalam software resty agar

diperoleh nilai resistivitas yang sebenarnya sehingga nanti akan

dilakukan interpretasi untuk menentukan zona akuifer air tanah

dalam. Berdasarkan dari hasil pengolahan dan pemodelan pada titik

SK-09 (Gambar 27.) grafik yang dihasilkan tidak begitu bagus, hal

tersebut mungkin disebabkan beberapa faktor, misalkan pada saat

pengukuran banyak nois yang muncul sehingga data pengukuran

yang diperoleh tidak semaksmal mungkin, lalu mungkin disebabkan


63

oleh sensifitas alat yang pada saat dilakukan pengukuran tidak

maksimal.

B. Metode Well Logging

Pengolahan dan pemodelan data well logging dilakukan dengan

software Log Plot. Berdasarkan ( Tabel 7.) data penelitian berupa data

nilai resistivitas dan data nilai SP perkedalaman pada suatu sumur,

dimana dari data tersebut diinput kedalam software log plot beserta

keterangan hasil cutting perkedalaman. Dari hasil pengolahan dan

pemodelan data well logging merupakan dasar dari penentuan zona

prospek akuifer air tanah dalam. Hasil dari pengolahan dan pemodelan

adalah grafik log dan hasil litologi perkedalaman, grafik log yang

dihasilkan adalah sebagai berikut.

a. Sumur SK-05

Sumur SK-05 berada pada daerah penelitian Way Kanan tepatnya

terletak di desa Sri Numpi dan memiliki kedalaman sumur 68

meter. Data logging yang dimiliki dimulai dari 38 meter dan hanya

sampai kedalaman 55 meter. Setelah data diperoleh kemudian

pengolahan dilakukan dengan menggunakan software log plot,

grafik yang dihasilkan tidak begitu baik diakibatkan data yang

diperoleh terbatas. Dimana pada sumur SK-05 telah dilakukan

pemasangan casing sehingga ketika alat logging masuk kedalam


64

sumur arus listrik terhambat oleh casing pvc, grafik logging seperti

pada Gambar 28.

b. Sumur SK-06

Sumur SK-06 berada pada daerah penelitian Way Kanan tepatnya

di desa Mulyoharjo, memiliki kedalaman sumur hingga 80 meter

dan data logging dimulai dari kedalaman 55 meter hingga 77

meter. Hal tersebut dipengaruhi pemasangan casing pvc dan

endapan lumpur yang berada didalam sumur yang mengakibatkan

keterbatasan data logging yang didapat. Untuk hasil pengolahan

dan pemodelan data Well logging ( Gambar 29. ) dimana grafik

yang dihasilkan tidak maksimal namun data sumur didukung oleh

data semple cutting perkedalaman sehingga nanti pada saat

interpretasai zona akuifer air tanah dalam dapat digunakan sebagai

acuan.

c. Sumur SK-07

Sumur SK-07 berada pada daerah penelitian Way Kanan tepatnya

berada di desa Tamjung dalom. Berdasarkan data pengukuran,

pada sumur ini memiliki kedalaman 70 meter dan memiliki

kedalaman data logging 51 meter. Hal yang mengakibatkan data

logging tak sampai pada dasar kedalaman sumur adalah adanya

endapan lumpur sehingga alat logging tak mampu menembus

kedasar sumur. Dari hasil pengolahan dan pemodelan sumur SK -


65

07 ( Gambar 30.) dimana dapat dilihan grafik log yang

ditunjukkan cukup bagus dan mudah terbaca (grafik log

resistivitas). Dan untuk grafik logging didukung dengan data

cutting yang nantinya sebagai acuan dalam interpretasai zona

akuifer air tanah dalam.

d. Sumur SK-08

Sumur SK-08 berada pada daerah penelitian Way Kanan tepatnya

berada di desa Karangan. Pada sumur SK-08 memiliki kedalaman

63 meter dan memiliki data logging yang terbatas dimana data

loging dimulai dari kedalaman 35 meter sampai 55 meter. Hal ini

dikarenakan pada sumur telah dipasang screen pvc sehingga pada

saat dilakukan pengukuran terhalang oleh pipa pvc sehingga tidak

mampu membaca lapisan batuan. Selain itu alat logging juga

terhambat oleh endapan lumpur sehingga tak mampu menjangkau

hingga kedasar sumur. Setelah data penelitian diperoleh, langkah

selanjutnya adalah menginput data kedalam software log plot,

sehingga diperoleh grafik log pada sumur SK-08 ( Gambar 31. ).

Grafik hasil pengolahan dan pemodelan tak terlalu bagus akibat

pada saat pengukuran data yang diperoleh terbatas, namun hal

tersebut dapat dibantu oleh data cutting sumur SK-08 sehingga

pada saat interpretasi zona akuifer air tanag juga diperhatikan data

pendukung berupa data cutting.


66

e. Sumur SK-09

Sumur SK-09 memiliki kedalaman sebesar 64 meter, dengan

kedalaman data logging hingga 64 meter. Selain itu data yang

diperoleh tidak maksimal dikarenakan pada sumur SK-09 telah

dipasang sceren sehingga alat logging tak mampu menembus

lapisan karena terhalang oleh screen pvc yang menghambat aliran

listrik. Dari hasil pengukuran data diolah dengan menggukan

software log plot untuk dihasilkan grafik 1D nilai resistivitas dan

SP, grafik yang dihasilkan tidak maksimal, namun pada hasil

pemodelan didukung dengan data cutting pemboran yang nantinya

sebagai dasar acuan dalam interpretasi zona akuifer air tanah

dalam ( Gambar 32. ).


67

Gambar 28. Hasil pengolahan data well logging Sumur SK-05


68

Gambar 29. Hasil pengolahan data well logging Sumur SK-06


69

Gambar 30. Hasil pengolahan data well logging Sumur SK-07


70

Gambar 31. Hasil pengolahan data well logging Sumur SK-08


71

Gambar 32. Hasil pengolahan data well logging Sumur SK-09


72

5. 3. Pembahasan

Interpretasi model 1D geolistrik dan well logging dilakukan guna

memperoleh zona akuifer air tanah dalam secara tepat. Kedua metode tersebut

memiliki parameter penentuan zona akuifer yang berbeda, dimana secara umum

dari kedua metode tersebut menghasilkan target berupa zona akuifer air tanah yang

pengukurannya secara garis besar menggunakan sifat kelistrikan suatu lapisan

dibawah permukaan bumi. Hasil pemodelan terbagi menjadi 2 wilayah penelitian

yaitu Lampung Timur dan Way Kanan, penjelasan dari hasil interpretasi ke 2

metode adalah sebagai berikut.

5.3.1. Lampung Timur

Pada daerah penelitian lampung timur terdapat 8 hasil interpretasi

pemodelan geolistrik dan well logging. Interpretasi berupa zona akuifer air

tanah, hasil interpetasi dijelaskan sebagai berikut.

A. Metode Geolistrik

Pendugaan akuifer air tanah dalam dengan menggunakan metode

geolistrik ditentukan dengan nilai tahanan jenis suatu lapisan (batuan),

selain itu dapat dilihat dari kurva ataupun grafik dari pemodelan 1D

geolistrik, dimana dari grafik tersebut dapat juga dilihat nilai resisistivitas

perkedalaman dan nilai resistivitas tersebut di sesuaikan dengan literatur

berupa tabel nilai resisitivitas suatu batuan ( Tabel. 4. ). Nilai resistivitas

yang terukur pada metode geolistrik adalah resistivitas semu yang


73

kemudian dilakukan pengolahan data supaya didapat nilai resistivitas

yang sebenarnya. Dimana masing masing titik memiliki kedalaman

akuifer yang berbeda beda, berikut adalah hasil interpretasi dari metode

geolistrik pada daerah pengukuran Lampung Timur

a. Titik SK-01

Berdasarkan pembacaan grafik 1D titik SK-01 ( Gambar 15. )

nilai resistivitas yang terukur bervariasi dari 8.07 Ωm hingga 202.61

Ωm dimana pada hasil pengolahan 1D data geolistrik resistivitas

tersebut dapat diasumsikan terdiri dari 4 lapisan batuan. Berdasarkan

peta geologi daerah penelitian dan didukung dengan tabel nilai

resisitivitas, maka dapat diidentifikasikan lapisan pertama dengan nilai

resistivitas sebesar 202.61 Ωm di kedalaman 0 - 2.03 meter memiliki

litologi batuan berupa lapisan batupasir tufan yang sedikit basah. Lalu

pada lapisan kedua dengan kedalaman 2.03 - 16.85 meter memiliki

nilai resistivitas sebesar 16.85 Ωm hingga 201.61 Ωm diasumsikan

lapisan ini tersusun oleh batu pasir, lempung dan sisipan batu basalt.

Lapisan ketiga dengan kedalaman 16.85 – 57.54 meter memilki nilai

resistivitas sebesar 16.85 Ωm – 8.07 Ωm yang diasumsikan memliki

litologi berupa batupasir yang memiliki kandungan air dan diduga

merupakan akuifer air tanah. Lapisa keempat dengan kedalaman 57.54

– 300 meter yang memiliki nilai resistivitas sebesar 8.07 Ωm – 63.10

Ωm tersusun oleh batupasir yang tersisipakn lempungan. Dari

identifikasi keempat lapisan batuan pada titik pengukuran SK-01, dapat


74

diasumsikan lapisan akuifer air tanah berada pada kedalaman 15 – 58

meter dengan nilai resistivitas berkisar antara 16.85 Ωm – 8.07 Ωm

dimana merupakan lapisan batupasir yang memiliki kandungan air dan

merupakan jenis akuifer air tanah resapan dalam.

b. Titik SK-02

Pada titik pengukuran SK-02 (Gambar 16.), dapat dilihat

dari pemodelan data geolistrik bahwa titik SK-02 terdiri dari 4 lapisann

batuan. Dimana dari keempat lapisan tersebut memiliki variasi nilai

resistivitas yang berbeda-beda, nilai resistivitas berkisar antara 9.40

Ωm – 20.89 Ωm. Lapisan pertaman pada kedalaman 0 – 3.63 meter

dengan nilai resistivitas sebesar 94.04 Ωm dimana pada lapisan ini

diasumsikan memililiki litologi batuan berupa lapisan pasir kuarsa

kering tersisip lempungan. Lapisan kedua berada pada kedalaman 3.63

meter – 30.20 meter dengan nilai resistivitas berkisar antara 94.04 Ωm

– 20.26 Ωm. Lapisan kedua diasumsikan tersusun oleh litologi

batupasir diselingi dengan batu lempungan. Lalu lapisan ketigaa

dengan kedalaman 30.20 meter – 78.22 meter memiliki nilai resistivitas

sebesar 20.26 Ωm – 9.40 Ωm. Lapisan ketiga diasumsikan memiliki

batuan penyusun berupa batupasir tufan yang mengandung air serta

diselingi dengan lempung tufan. Lapisan keempat dengan kedalaman

78.22 meter – 92 meter memiliki nilai resistivitas yang bernilai 9.40

Ωm – 20.89 Ωm diasumsikan memiliki litologi batu lempungan.


75

Dari interpretasi di titik SK-02 yang memiliki 4 lapisan dapat

diasumsikan bahwa zona akuifer berada pada kedalaman 50 meter

sampai 80 meter, yang memiliki nilai resistivitas berkisar 20.26 Ωm –

9.40 Ωm dimana memiliki litologi batupasir yang mengandung air dan

merupakan jenis akuifer air resapan dalam.

c. Titik SK-03

Dari pemodelan geolistrik pada titik SK-03 ( Gambar 17. )

dapat dilihat kurva nilai resistivitas suatu lapisan bawah permukaan.

Dari pemodelan tersebut teridentifikasi bahwa pada titik SK-03

memiliki 4 lapisan penyusun batuan dengan nilai resistivitas batuan

yang bervariasi. Lapisan pertama berada pada kedalaman 0 – 1.40

meter dengan nilai tahanan jenis sebesar 20.26 Ωm. Dimana lapisan

pertama diinterpretasikan merupakan lapisan batu pasir tufan yang

sedikit basah tersisip lempungan. Lapisan kedua berada pada

kedalaman 1.40 meter – 14.45 meter dengan nilai resistivitas sebesar

20.26 Ωm – 140 Ωm. Lapisan kedua diasumsikan merupakan lapisan

batupasir dan lapisan batu beku basaltik. Lapisan ketiga berada pada

kedalaman 14.45 meter – 71.34 meter, demgan nilai resistivitas

sebesar 140 Ωm – 61.19 Ωm. Lapisan ini diasumsikan tersusun oleh

lapisan batu beku basaltik dan tersisipkan batu pasir basah yang

mengadung air. Lapisan keempat berada pada kedalaman 71.34 – 90

meter, dengan nilai resistivitas sebesar 140 Ωm – 61.19 Ωm, lapisan


76

ini diasumsikan sebagai lapisan batu pasir yang merupakan akuifer air

tanah.

Dari interpretasi di titik SK-03 yang memiliki 4 lapisan dapat

diasumsikan bahwa zona akuifer berada pada kedalaman 30 meter

sampai 90 meter, yang memiliki nilai resistivitas berkisar 61.19 Ωm –

1.28 Ωm dimana memiliki litologi batupasir yang mengandung air dan

merupakan jenis akuifer air resapan dalam.

d. Titik SK-04

Dari pemodelan geolistrik pada titik SK-04 (Gambar 18.)

dapat dilihat kurva nilai resistivitas suatu lapisan bawah permukaan.

Dari pemodelan tersebut teridentifikasi bahwa pada titik SK-04

memiliki 4 lapisan penyusun batuan dengan nilai resistivitas batuan

yang bervariasi. Lapisan pertama berada pada kedalaman 0 – 1.74

meter dengan nilai tahanan jenis sebesar 196.49 Ωm. Dimana lapisan

pertama diinterpretasikan merupakan lapisan batu lempungan.

Lapisan kedua berada pada kedalaman 1.74 meter – 10.00 meter

dengan nilai resistivitas sebesar 196.49 Ωm – 292.86 Ωm. Lapisan

kedua diasumsikan merupakan lapisan batu lempung tersisipkan batu

pasir. Lapisan ketiga berada pada kedalaman 10.00 meter – 80.00

meter, demgan nilai resistivitas sebesar 292.86 Ωm – 13.59 Ωm.

Lapisan ini diasumsikan tersusun oleh batu pasir basah yang

mengadung air dan merupakan akuifer air tanah. Lapisan keempat

berada pada kedalaman 80.00 meter– 90 meter, dengan nilai


77

resistivitas sebesar 13.59 Ωm – 35.21 Ωm, lapisan ini diasumsikan

sebagai lapisan batu pasir tufan basah tersisip batu lempung.

Dari interpretasi di titik SK-04 yang memiliki 4 lapisan dapat

diasumsikan bahwa zona akuifer berada pada kedalaman 50 meter

sampai 100 meter, yang memiliki nilai resistivitas berkisar 292.86 Ωm

– 13.59 Ωm dimana memiliki litologi batupasir yang mengandung air

dan merupakan jenis akuifer air resapan dalam.

B. Metode Well Logging

Penentuan zona akuifer air tanah dalam dengan metode well logging

parameter yang perlu diperhatikan ialah defleksi kurva log serta didukung

dengan sampel cutting perkedalaman dasi suatu sumur. Adapun jenis log

yang digunakan dalam penentuan zona akuifer air tanah dalam ialah berupa

log SP dan log resisitivity. Untuk penentuan zona akuifer air tanah dalam

dengan log resisitivity ditunjukkan oleh defleksi kurva log yang cenderung ke

arah kanan, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai resistivitas zona akuifer

memiliki nilai yang besar. Nilai resistivitas pada metode logging berbeda

dengan nilai resistivitas pada metode geolistrik, jika pada geolistrik nilai

resistivitas pada zona akuifer cenderung kecil sedangkan pada metode well

logging nilai resistivitasnya besar, hal yang mempengaruhi perbedaan nilai

resistivitas tersebut adalah jenis resitivitas yang terukur pada bawah

permukaan bumi. pada metode well logging, jenis resistivitas yang terukur

merupakan resistvitas formasi dimana pengaruh jenis litologi mempengaruhi

sehingga pada zona akuifer nilai resistivitas well logging cenderung bernilai
78

besar dan ditunjukkan dengan defleksi yang mengarah kekanan. Penentuan

zona akuifer dengan metode well logging juga harus memperhatikan kondisi

geologi regional daerah penelitian, sehingga nanti hasil yang didapat

semaksimal mungkin. Berikut adalah hasil interpretasi pemodelan 1D dengan

menggunakan metode well logging pada daerah lampung timur.

a. Sumur SK-01

Berdasarkan pembacaan grafik 1D sumur SK-01 (pada

Gambar 19. ), dimana pada grafik tersebut menunjukkan hasil rekaman

log yang meliputi log SP dan log resistivitas. Selain itu pada hasil

pengolahan data well logging sumur SK-01 dilengkapi dengan hasil

litologi perlapisan serta didapat zona prospek akuifer air tanah. Dari

hasil pengolahan data tersebut penulis mengidentifikasi bahwa pada

sumur SK-01 terdiri dari lapisan Top soil, lapisan batupasir lempungan,

lapisan batu basaltik, batu lempung, dan lapisan batupasir. Top soil

berada pada kedalaman 0 sampai 7 meter, lapisan ini tersusun oleh tanah

kemerahan hingga lempungan. Lapisan batu lempung berada pada

kedalaman 7 sampai 12.5 meter dan pada kedalaman 54 sampai 76

meter. Lapisan batupasir lempungan berada pada kedalaman 33.5

sampai 36.5 meter. Lapisan batu basaltik berada pada kedalaman 12.5

sampai 18 meter.

Zona akuifer ditentukan berdasarkan hasil interpretasi kurva

log SP dan log resistivitas, dari interpretasi kedua jenis log tersebut dan

didukung dengan hasil cutting pemboran pada sumur SK-01, terdapat 2


79

zona akuifer air tanah dalam. Akuifer pertama berada pada kedalaman

18 sampai 33.5 meter dan akuifer kedua berada pada kedalaman 36.5

sampai 54 meter.Penentuan zona akuifer berdasarkan defleksi kurva

hasil pengolahan data well logging, untuk kurva log SP memiliki nilai

yang tinggi dan ditunjukkan dengan defleksi kearah kanan dan untuk

nilai log resisitivitas memiliki nilai yang cenderung tinggi dan defleksi

kurva kearah kanan. Untuk penentuan zona akuifer dengan metode well

logging juga didukung dengan data cutting pemboran, dimana pada 2

zona akuifer yang telah teridentifikasi memiliki litologi masing masing

berupa batupasir dengan ukuran butir halus hingga menengah.

Berdasarkan kedalaman akuifer air tanahnya, akuifer air tanah pada titik

SK-01 tergolong dalam air tanah dalam. Selanjutnya direkomendasikan

untuk melakukan pemasangan screen pada posisi zona akuifer yang

telah teridentifikasi tersebut.

b. Sumur SK-02
Pengukuran metode well logging pada titik SK-02

menghasilkan model 1D berupa kurva atau grafik log yang

menunjukkan nilai dari hasil pengukuran. Kurva tersebut berupa kurva

log SP dan log resistivity, dan didukung dengan hasil cutting

perkedalaman pada sumur SK-02. Dari hasil interpretasi kurva well

logging serta hasil litologi perkedalaman maka dapat ditentukan zona

prospek akuifer air tanah dalam. Pada sumur SK-02 didindentifikasi

memiliki lapisan berupa lapisan top soil, lapisan batu lempung, lapisan
80

batu lempung pasiran, lapisan batu pasir lempungan dan lapisan batu

pasir. Top soil berada pada kedalaman 0 sampai 7 meter, lapisan ini

tersusun oleh tanah kemerahan higga lempungan. Lapisan batu

lempung berada pada kedalaman 7 sampai 13 meter dan 80 sampai 84

meter, lapisan ini bertindak sebagai sealing lapisan akuifer bawah

permukaan. Selanjutnya lapisan batu pasir berada pada kedalaman 13

sampai 18 meter, 25 sampai 32 meter, dan 46 sampai 80 meter. Lapisan

batu pasir lempungan berada pada kedalaman 18 sampai 25 meter dan

32 sampai 46 meter.

Berdasarkan data litologi yang telah diperoleh serta interpretasi

kurva log yang dilakukan didapat zona akuifer air tanah dalam pada

sumur SK-02 pada kedalaman 46 sampai 80 meter. Dimana pada zona

tersebut ditunjukkan oleh defleksi kurva log resistivity cenderung

kearah kanan ini menunjukkan bahwa nilai reisitivitas yang tinggi

untuk zona akuifer air tanah, serta didukung dengan data litologi

perlapisan yaitu tersusun oleh batu pasir dimana batu pasir merupakan

lapisan yang mudah untuk mengandung air.

c. Sumur SK-03

Pada pengolahan data well logging diperoleh hasil berupa

kurva log sp dan log resistivity serta hasil litologi perkedalaman (

Gambar 21. ). Dari pembacaan hasil pemodelan data well logging

serta didukung oleh dat litologi perkedalaman maka didapat zona

akuifer air tanah dalam. Dari hasil cutting pemboran beserta dengan
81

kurva defleksi log titik SK-03 tersusun oleh lapisan batuan yang

terdiri dari lapisan top soil, lapisan batu lempung pasiran, lapisan batu

pasir, dan lapisan batu beku basaltik. Lapisan top soil berada pada

kedalaman 0 sampai 5 meter dimana memiliki ciri berupa tanah hitam

hingga lempungan, dominan lempung pada kedalaman 4 meter.

Lapisan batu lempung pasiran berada pada kedalaman 5 meter sampai

12 meter. Lapisan batu pasir berada pada kedalaman 12 meter sampai

16 meter, 39 meter sampai 48 meter dan 48 meter sampai 80 meter.

Selanjutnya lapisan batuan beku basaltik, berada pada kedalaman 16

meter sampai 39 meter, dimana batuan beku basaltik ini berongga dan

memiliki nilai resistivitas yang tinggi didukung dengan hasil core

batuan yang menunjukkan rongga batuan yang besar, sampel hasil

cutting tercantum pada Lampiran

Berdasarkan data litologi yang telah diperoleh serta

interpretasi kurva log yang dilakukan didapat zona akuifer air tanah

dalam pada sumur SK-03 pada kedalaman 30 meter sampai 80 meter.

Dimana pada zona tersebut ditunjukkan oleh defleksi kurva log

resistivity cenderung kearah kanan ini menunjukkan bahwa nilai

reisitivitas yang tinggi untuk zona akuifer air tanah, serta didukung

dengan data litologi perlapisan yaitu tersusun oleh batu pasir dimana

batu pasir merupakan lapisan yang mudah untuk mengandung air.

Selain itu pada kedalaman 30-39 merupakan lapisan batuan beku

basaltik berongga dan memiliki nilai resistivitas yang tinggi dan

diinterpretasikan mengandung air dikarenakan memiliki respon


82

resistivitas yang tinggi, hal ini didukung juga oleh hasil core batuan

yang menunjukkan rongga batuan yang cukup besar. Berdasarkan

kedalaman akuifer air tanahnya, akuifer air tanah pada titik SK-03

tergolong dalam air tanah dalam. Selanjutnya direkomendasikan

untuk melakukan pemasangan screen pada posisi zona akuifer yang

telah teridentifikasi tersebut.

d. Sumur SK-04

Berdasarkan pembacaan grafik 1D sumur SK-04 (pada

Gambar 22), dimana pada grafik tersebut menunjukkan hasil

rekaman log yang meliputi log SP dan log resistivitas. Selain itu pada

hasil pengolahan data well logging sumur SK-04 dilengkapi dengan

hasil litologi perlapisan serta didapat zona prospek akuifer air tanah.

Dari hasil pengolahan data tersebut penulis mengidentifikasi bahwa

pada sumur SK-04 terdiri dari lapisan Top soil, lapisan batupasir, dan

lapisan batupasir lempungan. Top soil berada pada kedalaman 0

sampai 10 meter, lapisan ini tersusun oleh tanah hitam kemerahan

hingga lempungan. Lapisan batu pasir berada pada kedalaman 10

sampai 32 meter, 48 sampai 70 meter, dan pada kedalaman 79 sampai

85 meter. Lapisan batu pasir lempungan berada pada kedalaman 32

sampai 48 meter.

Zona akuifer ditentukan berdasarkan hasil interpretasi kurva

log SP dan log resistivitas, dari interpretasi kedua jenis log tersebut
83

dan didukung dengan hasil cutting pemboran pada sumur SK-04,

terdapat 2 zona akuifer air tanah dalam. Akuifer pertama berada pada

kedalaman 48 sampai 70 meter dan akuifer kedua berada pada

kedalaman 79 sampai 85 meter.Penentuan zona akuifer berdasarkan

defleksi kurva hasil pengolahan data well logging, untuk kurva log SP

memiliki nilai yang tinggi dan ditunjukkan dengan defleksi kearah

kanan dan untuk nilai log resisitivitas memiliki nilai yang cenderung

tinggi dan defleksi kurva kearah kanan.

Untuk penentuan zona akuifer dengan metode well logging

juga didukung dengan data cutting pemboran, dimana pada 2 zona

akuifer yang telah teridentifikasi memiliki litologi masing masing

berupa batupasir dengan ukuran butir halus hingga menengah.

Berdasarkan kedalaman akuifer air tanahnya, akuifer air tanah pada

titik SK-04 tergolong dalam air tanah dalam. Selanjutnya

direkomendasikan untuk melakukan pemasangan screen pada posisi

zona akuifer yang telah teridentifikasi tersebut.

5.3.2. Way Kanan

Pada daerah penelitian waykanan terdapat 5 titik pengukuran yang

memiliki hasil pemodelan 1D sebanyak 10 pemodelan, yang terbagi menjadi 5

pemodelan geolistrik dan 5 pemodelan well logging. Untuk hasil interpretasi

dari masing masing metode adalah sebagai berikut.


84

A. Metode Geolistrik

Pendugaan akuifer air tanah dalam dengan menggunakan metode

geolistrik ditentukan dengan nilai tahanan jenis suatu lapisan (batuan),

selain itu dapat dilihat dari kurva ataupun grafik dari pemodelan 1D

geolistrik, dimana dari grafik tersebut dapat juga dilihat nilai resisistivitas

perkedalaman dan nilai resistivitas tersebut di sesuaikan dengan literatur

berupa tabel nilai resisitivitas suatu batuan ( Tabel. 4. ). Nilai resistivitas

yang terukur pada metode geolistrik adalah resistivitas semu yang kemudian

dilakukan pengolahan data supaya didapat nilai resistivitas yang

sebenarnya. Dimana masing masing titik memiliki kedalaman akuifer yang

berbeda beda, berikut adalah hasil interpretasi dari metode geolistrik pada

daerah pengukuran Way Kanan.

a. Titik SK-05

Berdasarkan pembacaan grafik 1D titik SK-05 ( Gambar 23. ),

diketahui bahwa pada titik pengukuran SK -05 teridiri dari 3 lapisan

batuan, dengan nilai resistivitas yang bervariasi. Lapisan pertama pada

kedalaman 0 – 7.13 meter deng nilai resistivitas sebesar 713.40 Ωm,

laapisan ini diasumsikan tersusun oleh batuan tufa pasiran diselingi

dengan material pasir dan kerikil lepasan. Lapisan kedua berada pada
85

kedalaman 7.13 meter – 109.65 meter, memiliki nilai resistivitas

sebesar 713.40 Ωm - 14.45 Ωm, diasumsikan merupakan lapisan

dengan susunan batuan tufa pasiran, lempung, dan batupasir basah

yang diduga mengandung air sebagai akuifer. Lapisan ketiga berada

pada kedalaman 109.65 meter – 300 meter yang memiliki nilai

reristivitas sebesar 14.45 Ωm – 5.05 Ωm, diasumsikan merupakan

lapisan batupasir basah dan diikuti oleh lapisan lempung yang lembab.

Dari interpretasi geolistrik pada titik SK-05 dapat

diasumsikan bahwa lapisan akuifer berada pada kedalaman antara 30

meter – 100 meter dengan nilai resistivitas sebesar 713.40 Ωm - 14.45

Ωm yang merupakan lapisan batupasir yang mengandung air dan

termasuk jenis akuifer air tanah resapan dalam.

b. Titik SK-06

Berdasarkan hasil pegolahan metode geolistrik pada titik

SK-06 ( Gambar 24. ), dapat diketahui bahwa titik SK-06 terdiri dari

4 lapisan batuan yang memiliki nilai resistivitas yang bervariasi.

Lapisan pertama berada pada kedalaman 0 – 3.41 meter dengan nilai

resistivitas sebesar 363.68 Ωm. Lapisan pertama diasumsikan

merupakan lapisan yang tersusun oleh batupasir kuarsa kering,

diselingi dengan kerikil dan material pasir lepasan. Lapisan kedua

berada pada kedalaman 3.41 meter – 36.31 meter dengan nilai

resistivitas sebesar 363.68 Ωm – 14.91 Ωm, lapisan ini tersusun oleh

batupasir kuarsa yang diikuti dengan batupasir tufan yang lembab.


86

Lapisan ketiga berada pada kedalaman 36.31 meter – 163.43 meter,

dengan nilai resistivitas sebesar 14.91 Ωm – 3.74 Ωm, diasumsikan

merupakan lapisan lapisan batupasir tufan yang mengandung air

diselingi dengan lempung tufan. Lapisan keempat berada pada

kedalaman 163.43 meter – 300 meter, dengan nilai resistivitas sebesar

3.74 Ωm – 65.06 Ωm, lapisan ini diasumsikan memiliki batuan

penyusun berupa batu konglomerat yang diikuti dengan batupasir

kering.

Berdasarkan indentifikasi ke-empat lapisan pada titik SK-06,

dapat diasumsikan bahwa lapisan akuifer air tanah berada pada

kedalaman 25 meter – 100 meter dengan nilai resistivitas berikisar

antara 14.91 Ωm – 3.74 Ωm, yang merupakan lapisan batupasir yang

memiliki kandungan air dan termasuk jenis akuifer air tanah resapan

dalam.

c. Titik SK-07

Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik titik SK-07 (

Gambar 25. ), diasumsikan memiliki 4 lapisan batuan yang nilai

resistivitasnya bervariasi. Lapisan pertama berada pada kedalaman 0

– 4.64 meter, memiliki nilai resistivitas sebesar 127.84 Ωm, dimana

diduga lapisan ini tersusun oleh batupasir kuarsa yang kering dan

berbutir halus. Lapisan kedua berada pada kedalaman 4.64 meter –

123.97 meter dengan nilai resistivitas sebesar 127.84 Ωm – 15.85 Ωm,

diasumsikan merupakan lapisan batupasir yang memiliki kandungan


87

air dan diduga merupakan zona akuifer air tanah dalam. Lapisan

ketiga berada pada kedalaman 123.97 meter – 300 meter, memiliki

nilai resisitivitas sebesar 15.85 Ωm – 267.10 Ωm, diasumsikan

lapisan ketiga tersusun oleh batupasir,batu lempung, dan batu

konglomerat.

Dari interpretasi ketiga lapisan pada titik SK-07, zona

akuifer air tanah dalam diasumsikan berada pada kedalaman 20 meter

– 100 meter, dengan nilai resistivitas sebesar 127.84 Ωm – 15.85 Ωm,

yang merupakan lapisan batupasir yang memiliki kandungan air dan

termasuk jenis akuifer air tanah resapan dalam.

d. Titik SK-08

Berdasarkan hasil pengolahan pada titik SK-08 ( Gambar

26. ), diperoleh sebuah grafik yang menunjukkan nilai resisitivitas

perkedalaman suatu lapisan bawah permukaan. Dari pembacaan

grafik tersebut, pada titik SK-08 diasumsikan terdiri dari 5 lapisan

batuan dengan nilai resistivitas yang bervariasi. Lapisan pertama

berada pada kedalaman 0 – 2.29 meter dengan nilai resisitivitas

sebesar 352.10 Ωm, diasumsikan merupakan lapisan batupasir kuarsa

kering diselingi dengan kerikil dan material pasir lepasan. Lapisan

kedua berada pada kedalaman 2.29 meter – 3.41 meter, dengan nilai

resistivitas 352.10 Ωm – 47.86 Ωm, diasumsikan merupakan lapisan

konglomerat yang diikuti dengan batupasir tufan yang lembab.

Lapisan ketiga berada pada kedalaman 3.41 meter – 61.19 meter,


88

memiliki nilai resistivitas sebesar 47.86 Ωm – 13.59 Ωm, diasumsikan

merupakan lapisan batupasir tufan yang mengandung air diselingi

dengan lempung tufaan. Lapisan keempat berada pada kedalaman

61.19 meter – 100 meter, dengan nilai resistivitas sebesar 13.59 Ωm –

54.12 Ωm, diinterpretasikan berupa lapisan batupasir lembab.

Selanjutnya lapisan terakhir berada pada kedalaman 100 meter – 300

meter, dengan nilai resistivitas sebesar 54.12 Ωm – 2.09 Ωm,

diasumsikan merupakan lapisan batupasir yang cukup basah dan

terindikasi adanya akuitard di kedalaman >300 meter,

Dari identifikasi kelima lapisan pada titik SK-08, dapat

diasumsikan bahwa lapisan akuifer berada pada kedalaman 15 meter-

90 meter dengan nilai resistivitas sebesar 47.86 Ωm – 13.59 Ωm.

Lapisan tersebut merupakan lapisan batu pasir yang mengandung air.

e. Titik SK-09

Berdasarkan pembacaan grafik hasil pengolahan metode

geolistrik pada titik SK-09 ( Gambar 27. ), titik SK-09 terdiri dari 3

lapisan batuan dengan nilai resistivitas yang bervariasi. Lapisan

pertama berada pada kedalam 0 – 6.92 meter dengan nilai resistivitas

sebesar 374.40 Ωm. Lapisan pertama diasumsikan merupakan lapisan

batuan konglomerat diselingi oleh material lepasan berupa kerikil dan

pasir. Lapisan kedua dengan kedalaman 6.92 meter – 57.54 meter,

dengan nilai resistivitas sebesar 374.40 Ωm – 2.84 Ωm. Lapisan ini

diasumsikan merupakan lapisan batupasir yang memiliki kandungan


89

air yang diduga merupakan akuifer. Lapisan ketiga berada pada

kedalaman 57.54 meter – 300 meter memiliki nilai resistivitas sebesar

2.84 Ωm – 1584.89 Ωm. Lapisan ketiga ini diasumsikan merupakan

lapisan yang tersusun oleh batupasir, lempung dan batuan lava.

Dari identifikasi ketiga lapisan pada titik SK-09, dapat

diasumsikan bahwa lapisan akuifer air tanah berada pada kedalaman

antara 30 meter – 100 meter, dengan nilai resistivitas sebesar 374.40

Ωm – 2.84 Ωm, yang merupakan lapisan batupasir dengan kandungan

air dan termasuk jenis air tanah resapan dalam.

B. Metode Well Logging

Penentuan zona akuifer air tanah dalam dengan metode well logging

parameter yang perlu diperhatikan ialah defleksi kurva log serta didukung

dengan sampel cutting perkedalaman dasi suatu sumur. Adapun jenis log yang

digunakan dalam penentuan zona akuifer air tanah dalam ialah berupa log SP

dan log resisitivity. Untuk penentuan zona akuifer air tanah dalam dengan log

resisitivity ditunjukkan oleh defleksi kurva log yang cenderung ke arah kanan,

hal tersebut menunjukkan bahwa nilai resistivitas zona akuifer memiliki nilai

yang besar. Nilai resistivitas pada metode logging berbeda dengan nilai

resistivitas pada metode geolistrik, jika pada geolistrik nilai resistivitas pada

zona akuifer cenderung kecil sedangkan pada metode well logging nilai

resistivitasnya besar, hal yang mempengaruhi perbedaan nilai resistivitas

tersebut adalah jenis resitivitas yang terukur pada bawah permukaan bumi.
90

pada metode well logging, jenis resistivitas yang terukur merupakan resistvitas

akuifer dimana pengaruh jenis litologi mempengaruhi sehingga pada zona

akuifer nilai resistivitas well logging cenderung bernilai besar dan ditunjukkan

dengan defleksi yang mengarah kekanan. Penentuan zona akuifer dengan

metode well logging juga harus memperhatikan kondisi geologi regional

daerah penelitian, sehingga nanti hasil yang didapat semaksimal mungkin.

Berikut adalah hasil interpretasi pemodelan 1D dengan menggunakan metode

well logging pada daerah Way Kanan.

a. Sumur SK-05

Berdasarkan pemodelan metode well logging yang telah

dilakukan pada titik SK-05 ( Gambar 28. ), diperoleh hasil berupa

lapisan penyusun serta kurva nilai dari log SP dan log resistivity serta

rekomendasi posisi akuifer air tanah dalam. Titik SK-05 tersusun oleh

lapisan top soil, lapisan batu lempung, lapisan batupasir, dan lapisan

batu lempung pasiran. Lapisan top soil berada pada kedalaman 0

sampai 10 meter. Lapisan batu lempung berada pada kedalaman 10

meter sampai 20 meter. Lapisan batupasir berada pada kedalaman 20

meter sampai 30 meter, 35 sampai 43 meter, dan 46 meter sampai 60

meter. Lapisan batu lempung pasiran berada pada kedalaman 30 meter

sampai 35 meter, 43 meter sampai 46 meter, dan 60 meter sampai 68

meter.

Berdasarkan pembacaan nilai log sp dan log resisitivitas

dimana zona akuifer dicirikan dengan defleksi kurva log resistivitas


91

cenderung kearah kanan yang berarti nilai reisistivitasnya besar dan

di didukung dengan litologi perlapisannya. Sedangkan defleksi kurva

log sp lebih cenderung kearah kanan dikarenakan untuk janis ltologi

batupasir yang mengandung fluida makan nilai sp akan tinggi. Pada

titik SK-05 data logging untuk nilai resistivitas dan potensial diriya

baru terbaca pada kedalaman 30 meter, hal ini dipengaruhi oleh

pemasangan casing yang berupa pipa pvc dari kedalaman 0 sampai 30

meter yang mengakibatkan alat ataupun arus listrik terhalang oleh

pipa pvc tidak tembus kedalam perlapisan batuan.

Zona akuifer air tanah dalam pada titik SK-05 diasumsikan

berada pada kedalaman 35 meter – 43 meter dan 46 meter 60 meter

dan dicirikan oleh nilai reisitivitasnya tinggi dan memiliki batuan

penyusun berupa batupasir dengan ukuran butir menengah hingga

kasar.

b. Sumur SK-06

Berdasarkan hasil pengolahan data well logging pada titik

SK-06, diketahui bahwa pada titik ini memiliki lapisan penyusun

berupa lapisan top soil, batu lempung, lapisan batupasir lempungan,

dan lapisan batupasir. Lapisan top soil berada pada kedalaman 0

sampai 9 meter, tersusun oleh tanah pasir lempungan dengan ukuran

butir pasir halus hingga sangat halus. Lapisan batu lempung berada

pada kedalaman 9 sampai 20 meter. Lapisan batupasir lempungan


92

berada pada kedalaman, 30 sampai 35, 40 meter sampai 58 meter, dan

68 meter 71 meter, biasanya lapisan batupasir lempungan bertindak

sebagai lapisan penyekat akuifer air tanah. Lapisan batupasir berada

pada kedalaman 20 meter sampai 30 meter, 35 meter sampai 40 meter,

58 meter sampai 68 meter, dan 71 meter sampai 80 meter.

Pembacaan kurva logging baru bisa dimulai pada kedalam

53 meter dikarenakan telah dipasang pvc screen. Berdasarkan

pembacaan kurva logging dan didukung dengan data litologi

diasumsikan titik SK-06 memiliki 3 zona prospek akuifer air tanah

yaitu pada kedalaman 35 meter – 40 meter, 58 meter – 68 meter, dan

71 meter – 80 meter. Zona akuifer dicirikan dengan defleksi kurva log

resistivitas cenderung kearah kanan dan memiliki litologi berupa batu

pasir.

c. Sumur SK-07

Berdasarkan pemodelan metode well logging yang telah

dilakukan pada titik SK-07 (Gambar 30.), diperoleh hasil berupa

lapisan penyusun serta kurva nilai dari log SP dan log resistivity serta

rekomendasi posisi akuifer air tanah dalam. Titik SK-07 tersusun oleh

lapisan top soil, batu lempung, lapisan batupasir lempungan, dan

lapisan batupasir. Lapisan top soil berada pada kedalaman 0 - 8 m.

Lapisan batu lempung berada pada kedalaman 13 – 21 m. Lapisan

batupasir lempungan berada pada kedalaman 31 m – 40 m dan 56 m

– 60 m. Lapisan batupasir berada pada kedalaman 8 m – 13 m, 21 m


93

– 31 m, , 40 m – 56 m, dan 60 m – 70 m, contoh sample cutting dapat

dilihat pada lembar Lampiran 2.

Berdasarkan pembacaan nilai log sp dan log resisitivitas

dimana zona akuifer dicirikan dengan defleksi kurva log resistivitas

cenderung kearah kanan yang berarti nilai reisistivitasnya besar dan

di didukung dengan litologi perlapisannya. Sedangkan defleksi

kurva log sp lebih cenderung kearah kanan yang berarti nilai log sp

untuk litologi batu pasir yang mengandung fluida adalah tinggi.

Pada titik SK-07 zona akuifer diasumsikan terdapat pada kedalaman

21 meter – 31 meter, 40 meter – 56 meter, dan 60 meter – 70 meter,

hal tersebut dicirikan dengan nilai log resisitivitas yang tinggi

(defleksi kearah kanan) dan memiliki litologi penyusun berupa

batupasir.

d. Sumur SK-08

Pemodelan metode well logging pada titik SK-08

menghasilkan informasi berupa litologi perkedalaman serta nilai

resisitivitas perkedalaman yang nantinya dijadikan sebagai acuan

untuk menentukan zona prospek akuifer air tanah dalam. Berdasarkan

hasil pemodelan tersebut diketahui bahwa titik SK-08 terdiri dari

lapisan top soil, batupasir, dan batupasir lempungan. Dimana lapisan

top soil berada pada kedalaman 0 m – 10 m, dengan ciri tanah lempung

pasiran kemerahan. Selanjutnya ialah lapisan batupasir berada pada


94

kedalaman 10 m – 33 m, dan 46 m – 63 m. Lapisan batu lempung

pasiran berada pada kedalaman 33 m – 46 m.

Pemboran pada titik SK-08 hanya sampai pada kedalaman 0

m – 63 m, dan dilakukan pemasangan casing berupa pipa pvc dari

kedalaman 0 m – 38 m. Pemasangan casing berpengaruh terhadap

pembacaan alat logging, dikarenakan pembacaan alat menjadi tidak

responsif pada lapisan yang terpasang casing.

Berdasarkan hasil pengolahan data logging, diperoleh dua

zona prospek akuifer air tanah yaitu pada kedalaman 10 m – 33 m dan

46 – 63 m. Dimana pada zona pertama dicirikan dengan hasil cutting

berupa lapisan batupasir basah. Namun yang menjadi target produksi

berupa zona akuifer air tanah dalam ialah pada kedalaman 46 m – 63

m, dicirikan dengan nilai resistivitas yang tinggi dan memiliki litologi

berupa batu pasir, untuk zona akuifer 10 m – 33 m dikategorikan

sebagai akuifer air permukaan dan bukan merupakan target produksi.

e. Sumur SK-09

Berdasarkan pemodelan metode well logging yang telah

dilakukan pada titik SK-09 ( Gambar 32.), diperoleh hasil berupa

lapisan penyusun serta kurva nilai dari log SP dan log resistivity serta

rekomendasi posisi akuifer air tanah dalam. Titik SK-09 tersusun oleh

lapisan top soil, lapisan batupasir, dan lapisan batu lempung pasiran.

Lapisan top soil berada pada kedalaman 0 - 12 m. Lapisan batupasir


95

berada pada kedalaman 12 m – 28 m dan 33 m- 64 m. Sedangkan

lapisan batu lempung pasiran berada pada kedalaman 28 m – 33 m.

Pemboran yang dilaukan pada titik SK-09 hanya sampai

pada kedalaman 64 meter. Sedangkan pada sumur ini dilakukan

pemasangan casing dari kedalaman 0 meter – 40 meter, pemasangan

casing tersebut mempengaruhi pembacaan nilai log resistivitas dan

log sp dikarenakan alat tidak responsif pada lapisan yang telah

dicasing. Selebihnya identifikasi litologi dan indentifikasi akuifer

berdasarkan sampel cutting batuan saat pemboran.

Berdasarkan pembacaan nilai log sp dan log resisitivitas

dimana zona akuifer dicirikan dengan defleksi kurva log resistivitas

cenderung kearah kanan yang berarti nilai reisistivitasnya besar dan

di didukung dengan litologi perlapisannya. Sedangkan defleksi kurva

log sp menunjukkan nilai yang tinggi menunjukkan lapisan

permeabel. Pada titik SK-09 zona akuifer diasumsikan terdapat pada

kedalaman 33 meter – 64 meter , hal tersebut dicirikan dengan nilai

log resisitivitas yang tinggi (defleksi kearah kanan) dan memiliki

litologi penyusun berupa batupasir.


96

5.3.3. Perbandingan Hasil Metode Geolistrik dan Well Logging

Tabel 8. Perbandingan kedalaman akuifer berdasarkan metode


geolistrik dan well logging
KEDALAMAN AKUIFER
NO TITIK
Geolistrik Well Logging
18 m – 33 m, 36.5 m – 54 m
1 SK-01 15 m – 58 m

46 m – 80 m
2 SK-02 50 m – 80 m

30 m – 80 m
3 SK-03 30 m – 90 m

48 m – 70m, 79 m – 85 m
4 SK-04 50 m – 100 m

35 m – 43 m, 46 m – 60 m
5 SK-05 30 m – 100 m

35 m – 40 m, 58 m – 68 m,
6 SK-06 30 m – 150 m
71 m – 80 m
21 m – 31 m, 40 m – 56 m, 60
7 SK-07 20 m – 100 m
m – 70 m
10 m – 33 m, 46 m – 63 m
8 SK-08 15 m – 90 m

33 m – 64 m
9 SK-09 30 m – 100 m

Berdasarkan Tabel 8. diketahui perbandingan kedalaman akuifer

dari metode geolistrik dan metode well logging, dimana perbandingan

tersebut terlihat selisih kedalaman akuifer air tanah berdasarkan hasil

pengolahan yang dilakukan, serta kesesuaian kedalaman akuifer air tanah.


97

Pendugaan awal zona akuifer air tanah dilakukan dengan metode geolistrik

dimana pemodelan geolistrik diperoleh nilai resistivitas dan perlapisan

dimana akuifer berada, sedangkan metode well logging digunakan untuk

memperjelas batas perlapisan, litologi dan ketebalan zona akuifer, serta

penentuan akuifer permukaan dan akuifer air dalam.

Pada titik SK-01 (Tabel 8.) bahwa selisih kedalaman batas atas dan

bawah pendugaan akuifer tidak begitu tinggi. Berdasarkan metode geolistrik

akuifer berada pada kedalaman 15 – 58 meter, sedangkan dilihat dari metode

well logging akuifer paling atas pada kedalaman 18 m, dan batas bawah

berada pada kedalaman 54 m. Dengan metode well logging batas perlapisan

dapat terbaca dengan baik, dimana pada kedalaman 33 m – 36.5 merupakan

lapisan penyekat berupa lempung pasiran, dimana pada metoode geolistrik

lapisan tersebut masih terbaca sebagai zona akuifer dikarenakan pemodelan

dengan metode geolistrik berdasarkan nilai resistivitas pada lapisan secara

general/ umum, dengan metode well logging dapat diketahui ketebalan suatu

lapisan dikarenakan pengukuran dengan metode well logging didukung

dengan hasil cutting per kedalaman.

Untuk titik SK-02 perbandingan kedalaman akuifer berdasarkan

metode geolistrik dan well logging, tidak terlalu menunjukkan perbedaan

secara signifikan, berdasarkan metode geolistrik akuifer berada pada lapisan

dengan kedalaman 50 – 80 meter, sedangkan well logging akuifer air tanah

dalam ditemukan pada kedalaman 46 meter, sedangkan batas bawahnya

berada pada kedalaman 80 meter, dimana selisih batas atas ialah 4 meter,

dan batas bawah sesuai pada kedalaman 80 meter dikarenakan pemboran


98

hanya samapi pada titik 80 meter. Setelah dilakukan pemodelan well

logging dapat diketahui bahwa kedalaman 4 – 13 m merupakan lapisan, top

soil hingga batu lempung, dimana pada pemodelan geolistrik masih terbaca

zona prospek akuifer dikarenakan rentang nilai resistivitas yang ditunjuuk

tidak begitu tinggi, yaitu 94.04 Ωm – 30.20 Ωm, dimana pada kedalaman 4

– 13 m, nilai resistivitasnya tidak terlalu tinggi, serta disumsikan karena

lapisan yang lembab dan mengandung air sehingga terbaca sebagai lapisan

prospek akuifer. Sehingga dengan dilakukan pemodelan well logging

diperoleh dengan tepat batas perlapisan baik lapisan akuifer, top soil, hingga

lapisan penyekat dan penentuan dimana posisi dan ketebalan akuifer air

dalam. Berdasarkan perbandingan kedalaman akuifer dari metode geolistrik

dan metode well logging zona prospek akuifer air dalam pada titik SK-02

berada pada kedalaman 46 m – 80 m.

Berdasarkan tabel perbandingan nilai kedalaman akuifer pada titik

SK-03 dengan metode geolistrik dan well logging, diketahui perbadingan

kedalamanya tidak begitu besar. Berdasarkan metode geolistrik zona akuifer

berada pada kedalaman 30 m – 90 meter, sedangkan pada metode well

logging zona akuifer berada pada kedalaman 30 – 80 meter, dilihat dari hasil

interpretasi pada metode geolistrik memiliki kesesuaian dengan metode well

logging, namun pada metode well logging pemboran hanya dilakukan

sampai kedalaman 80 meter. Pada metode geolistrik,kedalaman 14 – 71

meter memiliki resistivitas sebesar 140 Ωm – 61.19 Ωm, dan diasumsikan

sebagai lapisan akuifer. Resistivitas yang tinggi dengan nilai 140 Ωm

dipengaruhi oleh litologi pada lapisan tersebut ialah batu beku berupa
99

batuan basaltik yang berongga pada kedalaman 16 m – 39 m, yang

mengakibatkan pembacaan nilai resistivitas yang tinggi, selain tersusun oleh

litologi batu beku basaltik pada kedalaman 16 m - 39 m, lapisan tersebut

juga tersusun oleh lapisan batu pasir, hal tersebut diketahui dari hasil

pemodelan metode geolistrik dan well logging. Sehingga diperoleh zona

prospek akuifer air tanah dalam berada pada kedalaman 30 m – 80 m,

memiliki litologi berupa batu beku basaltik dan batu pasir, dimana pada

kedalaman 30- 39 m merupakan batu beku basaltik dengan nilai resistivitas

pada metode well logging yang tinggi dan didukung hasil sampel yang

menunjukkan batu basaltik berongaa dan diasumsikan mengandung air.

Pada titik SK-04 kedalaman zona akuifer air tanah dengan metode

geolistrik di asumsikan berada pada kedalaman 50 m – 100 m dan pada

metofde well logging akuifer air tanah dalam berada pada kedalaman 48 –

70 m dan 79 – 85 m, dapat dilihat batas atas akuifer hanya berselisih 2 meter,

dimana dengan metode geolistrik dapat memetakan zona akuifer secara

general sedangkan metode well loogging untuk memastikan ketebalan zona

akuifer dan perlapisan yang ada pada titik SK-04.

Pada titik SK-05 berdasarkan pemodelan geolistrik lapisan akuifer

berada diantara kedalaman 30 m – 100 m, dimana dengan nilai resistivitas

sebesar 713.40 Ωm – 14.45 Ωm, sedangkan pemodelan well logging zona

akuifer dimulai pada kedalaman 35 m dan batas akhir pada kedalaman 60

dan pemboran sumur hanya sampai 68 meter. Berdasarkan perbandingan

tersebut diketahui bahwa metode geolistrik yang terukur ialah rentang

resistivitas pada suatu lapisan secara general / umum sehingga untuk


100

ketebalan lapisan tidak terlalu terbaca sehingga dengan metode well logging

dapat diketahui batas suatu lapisan dan ketebalan lapisan dan jenis litologi

secara rinci. Dimana pembacaan metode geolistrik pada kedalaman 7m nilai

resistivitasnya tinggi daikarenakan lapisan tersebut merupakan lapisan top

soil dan lapisan batu lempung, yang telah dipastikan dalam pemodelan

metode well logging. Berdasarkan dari korelasi data geolistrik dan well

logging zona akuifer air tanah dalam pada titik SK-05 berada pada

kedalaman 35 m – 43 m dan 46 m – 60 m.

Berdasarkan tabel perbandingan kedalaman akuifer diketahui bahwa

perbandingan kedalaman pada titik SK-06 ialah sampai dengan 5 meter.

Dimana berdasarkan metode geolistrik keberadaan akuifer diasumsikan

pada kedalaman 30 meter – 150 meter, sedangkan pada metode well logging

zona akuifer berada pada kedalaman 35 m – 40 m, 58 m – 68 m dan 71 m –

80 m. Dari metode well logging diketaui secara jelas batas perlapisan dan

ketebalan suatu akuifer air tanah dalam dan perbandingan dengan metode

geolistrik tidak begitu signifikan dikarenakan batas atas hanya berselisih 5

meter dan untuk batas bawah tidak menyentuh 150 m dikarenakan

pemboran yang hanya sampai pada kedalaman 80 m.

Pada titik SK-07 perbandingan kedalaman berdasarkan metode

geolistrik dan metode well logging tidak begitu signifikan. Dimana pada

metode geolistrik batas atas dari pendugaan akuifer dimulai dari 20 meter

sedangkan metode well logging akuifer mulai terbaca pada kedalaman 21

meter. Sedangkan untuk batas bawah metode geolistrik berada pada

kedalaman 100 meter, sedangkan well logging 70 meter masih merupakan


101

zona akuifer, karena pemboran sumur hanya sampai pada 70 meter.

Perbedaan 1 meter masih dapat ditoleransi karena kemungkinan lapisan

tersebut masih lembab dan terbaca merupakan lapisan akuifer berdasarkan

data geolistrik, lalu dengan metode well logging untuk memperjelas tebal

lapisan dan litologi sari sumur SK-07. Berdasarkan korelasi metode

geolistrik dan metode well logging zona akuifer air tanah dalam berada pada

kedalaman 21 m – 31 m, 35 m – 37.5 m, 40 m – 56 m, dan 60 m – 70 m.

Berdasarkan perbandingan nilai kedalaman akuifer pada titik SK-08

dengan metode geolistrik dan well logging diketahui bahwa nilai perbedaan

batas atas hanya berbeda 5 meter. Dimana pada metode geolistrik

diasumsikan pada lapisan dengan kedalaman 15 m – 90 m merupakan

lapisan akuifer, namun setelah dilakukan pemodelan well logging posisi

akuifer dan ketebalan akuifer dimulai dari kedalaman 10 m – 33 m dan 46

m – 63 m, dan dalam pemboran hanya sampai pada kedalaman 63 meter,

dan selisih batas akuifer menurut metode geolistrik dan well logging hanya

5 meter, namuan pada kedalaman 10 m- 33 m merupakan akuifer permukaan

dan bukan sebagai target produksi. Selisih batas atas dan bawah akuifer

tersebut masih bisa ditoleransi karena tidak terjadi perbedaan yang terlalu

signifikan. Setelah dilakukan korelasi antara metode geolistrik dan metode

well logging diperoleh secara pasti posisi akuifer air tanah dalam berada

pada kedalaman 46 meter – 63 meter.

Pada titik SK-09 memiliki perbedaan batas atas sebesar 3 meter,

dimana pada metode geolistrik pendugaan akuifer berada pada kedalaman

30 m – 100 m, dan pada metode well logging akuifer berada pada kedalaman
102

33 m – 64 meter, dimana kedalaman sumur hanya sampai pada kedalaman

64 meter. Perbandingan antara pendugaan akuifer menggunakan metode

geolistrik dan well logging tidak terlalu signifikan dan masih dapat

ditoleransi dimana perbedaan tersebut dapat dijadikan acuan sebagai

pendugaan akuifer air tanah dalam secara tepat.

5.3.4. Hasil Penampang Litologi Bawah Permukaan

A. Kabupaten Lampung Timur

Gambar 33. Penampang Litologi Daerah Lampung Timur

Hasil pengolahan penampang litologi bawah permukaan pada

daerah Lampung Timur berisi informasi ketebalan lapisan litologi, jenis

litologi yang tergambar ditunjukkan oleh warna yang berbeda. Penentuan

jenis litologi dilakukan dengan menggunakan data well logging dengan

metode tersebut diperoleh secara akurat ketebalan lapisan dengan didukung

data sampel cutting perkedalaman dari masing-masimg sumur. Dengan

penampang litologi dapat diketahui pola sebaran akuifer air tanah dalam
103

yang dicirikan dengan jenis litologi berupa batu pasir. Berdasarkan hasil

dari penampang litologi pada daerah Lampung Timur, sebaran akuifer

menebal ke arah barat laut dari arah titik SK-02 sampai titik SK-04.

B. Kabupaten Way Kanan

Gambar 33. Penampang Litologi Daerah Way Kanan

Penampang bawah permukaan pada daerah penelitian Lampung

Timur memiliki informasi berupa ketebalan lapisan litologi bawah

permukaan. Jenis litologi yang tergambar ditunjukkan dengan warna yang

berbeda-beda. Pada hasil penampang litologi pada Gambar 33. Zona

sebaran akuifer air tanah lebih dominan berada pada litologi batu pasir.

Zona sebaran akuifer menebal dari ke arah barat laut dari titik SK-07 ke SK-

09.

Anda mungkin juga menyukai