GEOLOGI UMUM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan karunia-Nya,
maka BUKU PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI UMUM Program Studi Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura dapat
terselesaikan. Buku ini dimaksudkan untuk memudahkan praktikan serta Tim Asisten
untuk melakukan proses praktikum. Kami Penulis sadar bahwa buku cetakan yang pertama
ini masih banyak kekurangan dan masih perlu banyak diperbaiki lagi. Maka kritik dan saran
yang membangun akan sangat diterima oleh kami Tim Asisten dan Pengampu Mata Kuliah
Perpetaan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Besar harapan bahwa buku panduan ini akan bermanfaat untuk
jalannya Praktikum. Kami harapkan agar buku panduan ini dapat bermanfaat dan
memenuhi fungsinya dalam memperlancar pelaksanaan praktikum Geologi Umum di
Program Studi Geofisika FMIPA Universitas Tanjungpura.
***
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup
Kata geologi berasal dari kata latin, gea berarti bumi, dan logos berarti ilmu. Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman tentang
bumi. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi sebagai obyek utama, dan
sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar dari bumi yaitu kerak bumi.
Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil; tidak hanya sebagai obyek, tetapi
menyangkut penjelasan tentang sejarah pembentukannya. Geologi juga mempelajari dan
menjelaskan gambaran fisik serta proses yang berlangsung dipermukaan dan dibawah
permukaan bumi, pada saat sekarang dan juga pada masa lalu. Geologi fisik didalam hal
ini merupakan dasar untuk mempelajari kesemuanya ini, dengan dimulai mempelajari
unsur utama, yaitu batuan sebagai penyusun kerak bumi, mengenal proses
pembentukannya, serta menjelaskan kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.
Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup sangat luas, yang didalam pengkajiannya lebih
dalam berkembang sebagai cabang ilmu yang bersifat lebih khusus dan terinci. Beberapa
cabang ilmu geologi antara lain:
Petrologi, adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya, serta
penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan dengan studi
tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral (kristalografi).
Stratigrafi, adalah studi tentang urutan perlapisan pada batuan, membahas tentang
hubungannya dan proses-proses sedimentasinya (sedimentologi) serta sejarah
perkembangan cekungan sedimentasinya.
Paleontologi, adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam di
dalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan batuan, umur
relatif, serta menjelaskan keadaan dan proses yang terjadi pada masa lalu (paleogeografi).
Geologi struktur, adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai hasil dari
proses perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi didalam
bumi.
Selain itu geologi berhubungan dengan ilmu sebagai dasar ilmu terapan, misalnya:
dibidang pertambangan (Geologi pertambangan), perminyakan (Geologi Minyak), teknik
sipil (Geologi Teknik), hidrologi (Hidrogeologi), lingkungan (Geologi Lingkungan) dan
sebagainya.
BAB 2 KRISTAL DAN MINERAL
2.1 Definisi
Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi
kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur kristal karakteristik
yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya.
Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-mineral
utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan. Mineral-mineral
tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian terbesar di bumi,
antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL), Besi (Fe), Kalsium (Ca),
Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg).
Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya. Sebagai
contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan mudah dirasakan. Komposisi kimia
seringkali tidak cukup untuk menentukan jenis mineral, misalnya mineral grafit
(graphite) dan intan (diamond) mempunyai satu komposisi yang sama yaitu karbon (C).
Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti bentuk kristal, sifat belahan
atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana seperti pisau atau potongan gelas
dengan mudah diuji kekerasannya.
Mineral dapat dipelajari dengan seksama dengan memerikan dari bentuk potongan (hand
specimen) dari mineral, atau batuan dimana dia terdapat, dengan menggunakan lensa
pembesar (hand lens/loupe), dan mengujinya dengan alat lain, seperti pisau, kawat baja,
potongan gelas atau porselen dan cairan asam (misalnya HCL). Mineral juga dipelajari
lebih lanjut sifat fisik dan sifat optiknya dalam bentuk preparat sayatan tipis (thin section)
dengan ketebalan 0,03 mm, dibawah mikroskop polarisasi.
Kilap (Luster)
Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral. Ini akan
tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan trasparansi).
Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui bidang
lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini umumnya sejajar dengan
satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan diperikan dalam istilah sempurna, baik,
cukup atau buruk. Beberapa bentuk belahan ditunjukkan pada Gambar 2.4
Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau mineral tersebut
pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai rekahan (fracture).
Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya pada kwarsa membentuk lengkungan
permukaan yang kosentris (conchoidal fracture). Beberapa istilah lain adalah, serabut
(fibrous) pada asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty, pada mineral yang
lunak misalnya kaolinit.
Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini ditentukan dari
dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui denga mineral lain yang
telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala kekerasan relatif dari mineral-
mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling keras. Untuk pemakaian praktis,
dapat digunakan kuku ( 2,5), jarum tembaga ( 3,5), pisau silet (5 - 5,5), pecahan
kaca ( 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan ( 6,5).
10 Diamond (Intan)
9 Corundum (korundum)
8 Topaz
7 Quartz (Kwarsa)
6,5 > Kawat baja
6 Felspar
5,5 > Kaca
5-5, 5 > Pisau silet
5 Apathite (Apatit)
4 Fluorite (Fluorit)
3,5 > Jarum tembaga
3 Calcite (Kalsit)
2,5 > Kuku
2 Gypsum (Gips)
1 Talc (Talk)
Dilapangan agak sulit menentukan dengan pasti biasanya dengan perkiraan; berat, sedang
atau ringan. Beberapa mineral yang dapat dipakai sebagai perbandingan misalnya:
Transparansi (Transparency)
Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk meneruskan
cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang menembus potongan mineral yang
transparan. Bila obyek tersebut terlihat secara samar, dipakai istilah transculent.
Tabel 2.3 Derajat Transparansi
Transparent obyek terlihat jelas
Sub-transparent obyek sulit terlihat
Transculent obyek tak terlihat, sinar masih menembus kristal.
Sub-translucent sinar diteruskan hanya pada tepi kristal
Opaque sinar tidak tembus.
Keliatan (Tenacity)
Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Beberapa istilah
untuk memerikan sifat ini seperti pada berikut;
Sifat lain untuk beberapa mineral misalnya rasa (taste), sifat refraksi ganda, dan sifat
kemagnetan. Dalam pengenalan mineral sering digunakan asosiasi mineral untuk
mengenal jenis mineral yang lain. Beberapa mineral dapat bersamaan, dan adakalanya
tidak pernah ditemukan dengan mineral lain.
Mineral Silikat
Mineral silikat merupakan bagian terbesar dari mineral pembentuk batuan. Mineral ini
merupakan kombinasi unsur-unsur utama yang terdapat di bumi ; O, Si, Al, Fe, Ca, Na,
K, Mg. Perbedaan yang mudah dapat dilihat dari contoh potongan dari dua mineral dalam
batuan adalah warna, yaitu terang dan gelap. Pengelompokan sederhana ini merupakan
dasar yang berguna, karena terdapat hubungan empiris antara warna, kompisisi mineral,
serta peranan individu dalam kristalisasi dan pembentukan batuan.
Olivin ((Mg, Fe) K2SiO4) adalah mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi,
mengkristal paling awal. Dalam batuan seringkali dijumpai tidak sempurna karena
pelarutan oleh magma sekitarnya sebelum pemadatan selesai. Pengaruh kandungan air
yang cukup besar setelah atau saat konsolodasi menyebabkan olivin ber-alterasi ke
serpentin.
Piroksen (X2Y2 O6) dengan X : Ca, Fe atau Mg, dan Y : Si atau Al. Mineral ini banyak
jenisnya yang terpenting dalam batuan beku adalah Augit. Augit mengandung silika
dengan presentasi relatif rendah, seringkali terdapat bersamaan dengan olivin. Pengaruh
air menyebabkan alterasi menjadi Khlorit (chlorite), mineral yang mirip dengan serpentin.
Mineral-mineral ini jarang pada batuan sedimen, umum merupakan mineral batuan
Metamorf.
Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau Fe, dan Z : Si atau Al.
Hornblende mengandung silikat cukup banyak. Kristalisasinya dari magma mengandung
komponen air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi menjadi klorit bila
kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak stabil pada kondisi permukaan
(pelapukan).
Biotit (K (Mg, Fe)6 Si6 Al2 O20 (OH)4) merupakan bagian dari kelompok mineral mika
(Mica Group) yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah, sangat mudah
membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari magma yang mengandung air
pada batuan beku yang banyak mengandung silika, juga pada batuan sedimen dan
metamorf. Dapat beralterasi menjadi klorit. Biotit dimanfaatkan untuk bahan isolasi pada
peralatan listrik, bila kristalnya cukup besar.
Garnet (R3, Al2 Si3 O12) dengan R mungkin Fe, Mg, Ca, Mn, Cr, dll. Terdapat pada
batuan metamorf. Kriteria untuk mengenalnya terutama adalah kekerasannya menyamai
kwarsa dan hampir tidak ada belahan. Mineral ini digunakan sebagai bahan kertas yang
cukup baik, dengan memanfaatkan butirannya.
Mineral Silikat Terang
Beberapa sifat penting dari mineral-mineral ini ditunjukkan pada tabel dibawah :
Felspar, dibagi dalam dua jenis utama ; Felspar ortoklas (Orthoclase feldspar) atau K
feslpar, K Al Si3 O8 dan Feslpar plagioklas (Plagioclase feldspar), (Na-Ca) Si3 O8-Ca
Als-Si3 O8. Felspar ortoklas terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Felspar
plagioklas merupakan kandungan utama yang penting dan dipakai sebagai dasar
klasifikasi batuan beku.
Mineral Lempung terbentuk hasil alterasi dari mineral lain, sebagai contoh hasil alterasi
felspar dengan hadirnya air.
Ortoklas berubah menjadi Kaolin : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K (K-hidroksida) dipindah
oleh reaksi dengan air.
Ortoklas + air = Kaolin + silika + K
Perubahan menjadi Illite : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K tidak dipindah secara keseluruhan.
Ortoklas + air = Illite + K
Kandungan air yang cukup besar dapat merubah montmorilonite menjadi kaolin. Dalam
beberapa hal kaolin merupakan hasil akhir, misalnya, pada proses pelapukan.
Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni penambahan zat lain akan merubah warna
beragam, misal hadirnya “mangan” memberi warna kemerahan (rose quartz) besi menjadi
ungu (amethyst), dan merah coklat (jasper) tergantung pada kandungan kombinasi
dengannya. Jenis silika yang lain Kalsedon (Chalcedonic silika) Chert, Flint, Opal dan
Agate.
Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika misalnya granit, juga didapat
bersama mineral lain, termasuk bijih. Kwarsa digunakan sebagai bahan gelas dan untuk
indusri alat-alat listrik.
Muskovit K2 Al4 Si6 Al2 O20 (OH)4 termasuk kelompok mika yang hampir sama dengan
biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Digunakan sebagai bahan isolasi
panas atau listrik. Muskovit terdapat juga pada batuan sedimen dan metamorf. Seperti
jenis mika lainnya, muskovit beralterasi menjadi montmorilonite.
Sulfida
Galena PbS abu-abu hitam 7,5 2,5 3 sejajar sisi kubus hl
Sphalerite T Coklat-kemerahan hitam 4 4 3
Pyrite FeS2 Kuning hitam 5 6 tidak ada
Oksida
Magnetitte Fe3O4 hitam hitam rekahan buruk
Limonite Fe2O3 hitam tanah coklat 5 5 rekahan buruk
Heamatite Fe2O3 hitam, abu-abu coklat 45 5,5 tidak ada
Pirit berbentuk kubus, terdapat dibatuan beku yang kaya silika. Pirit pernah dimanfaatkan
untuk diambil sulfurnya.
Magnetit terdapat dihampir semua batuan beku, juga batuan metamorf sering kali
berasosiasi dengan kholrit. Pada batuan sedimen, mineral-mineral ini dijumpai sebagai
butiran yang terkonsentrasi secara ilmiah karena densitas yang berbeda, kadang-kadang
juga karena adanya kandungan besi pada endapan.
Hematit, terdapat dari hampir semua batuan, juga terkosentrasi dalam bentuk urat,
membentuk jebakan yang ekonomis. Pada batupasir sering kali berfungsi sebagai semen.
Limonit dan Geotit terbentuk oleh kombinasi oksida besi dan air.
Mineral Non Logam
Mineral yang paling umum dijumpai adalah karbonat, sebagian besar kalsit, gips; yaitu
kalsium sulfat. Semuanya berwarna putih atau tak berwarna. Sering dijumpai dalam
bentuk urat bersama bijih logam, umumnya bernilai ekonomis dan hanya sebagai gangue
mineral.
Gips dan asosiasi mineral sulfat, andhidrit, keduanya didapatkan dengan batugaram
(halite) pada endapan yang terbentuk karena penguapan garam-garam air laut. Nama yang
umum dipakai adalah Kelompok Evaporite, Gips, andhidrit dan halit digunakan bahan
industri kimia, bahan bangunan dll. Kalsit adalah mineral yang penting dalam
batugamping dan juga terdapat di banyak sedimen. Merupakan unsur mineral yang
prinsip dalam marmer dan juga terdapat dalam urat sebagai gangue mineral bersama
kwarsa, barite, dan fluorite.
Kelompok Evaporite
Gypsum, CaSO4.2H2O putih-tak berwarna 2 2 1 sempurna
Halite, NaCl tak berwarna 2 2 3 sempurna sejajar sisi kubus
Kelompok Karbonat
Kalsit, CaCO3 putih-tak berwarna 3 2,7 3 sejajar sisi rhombohedron
Dolomite, CaMg(CO3)2 putih pucat 4 3 3 sejajar sisi rhombohedron
Tujuan
Dapat mengidentifikasi sifat fisik mineral (warna, gores, kilap, belahan,
kekerasan, dll.)
Dapat mengidentifikasi mineral penyusun batuan berdasarkan sifat fisik mineral
Peralatan
Praktikum pengenalan mineral menggunakan beberapa peralatan antara lain: kaca
pembesar (min. 10x perbesaran), magnet, paku baja, contoh mineral, dan alat tulis.
Tugas
Setelah mempelajari sifat-sifat fisik mineral, identifikasi mineral yang tersedia
berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kemudian tentukan nama mineral berdasarkan tabel pada
daftar mineral dan sifat fisiknya (Gambar 2.8 hingga Gambar 2.12).
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak
bumi (Gambar 3.1). Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu: batuan beku (igneous
rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam bumi atau
dipermukaan bumi; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil
rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik, atau hasil
penguapan dari larutan; dan batuan metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil
perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan yang
mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat perubahan panas,
tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat
diamati dipermukaan sebagai (singkapan). Proses pembentukannya juga dapat diamati
saat ini. Sebagai contoh, kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan
beku, proses pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah
melalui proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen.
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses
yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu
dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang lain.
Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus) batuan, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.2.
Gambar 3.1 Batuan merupakan kumpulan/agregat dari satu atau lebih jenis mineral
yang terbentuk secara alamiah.
Gambar 3.2 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap,
tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus
Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari
selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini
berasal dari dalam bumi, dimana temperatur pada umumnya bertambah dengan 30 oC
setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini, atau magma,
adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas. Magma
dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava, dan membeku di dalam
bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut sebagai
batuan beku ekstrusif.
Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat
pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor
diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi
yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma
mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang
mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen.
Seri reaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 memberikan petunjuk pembentukan
berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa mineral.
Gambar 3.3 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma
Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di
alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan
kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh
proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan
magma, atau oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda.
3.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku
Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang bermacam-
macam. Gambar 3.4 menunjukkan bentuk-bentuk batuan beku yang umumnya dijumpai
dialam, dan hubungan antara jenis batuan dan keberadaannya ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Hubungan antara jenis batuan dan kebaradaannya pada kerak bumi
Jenis Batuan Bentuk
Pumice Aliran lava, piroklastik
Scoria Kerak pada aliran lava, piroklastik
Obsidian Aliran lava
EKS Ryolit
Andesit Aliran lava, intrusi dangkal
Basalt
Ryolit porfir Korok (Dikes), sill, lakolit,
Andesit porfir diintrusikan pada kedalaman
Basalt porfir menengah - dangkal
Granit
INT Diorit Batolit dan stock berasal dari
Gabro intrusi dalam
Peridotit
Gambar 3.4 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi
Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal kasar
(phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi yang sama,
berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang (tabular), memotong
arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan pada hubungan kontaknya
dengan struktur batuan yang diterobos disebut sebagai bentuk batuan beku yang
diskordan (discordant igneous plutons). Sill, berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith),
tabular dan membumbung dibagian tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan,
yang disebut sebagai bentuk batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).
Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur nya.
Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut
dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian
magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran tentang sejarah atau proses
pendinginan dari magma.
Komposisi Mineral
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur utama
yaitu; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium.
Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu; Felspar, Olivin, Piroksen,
Amfibol, kwarsa dan Mika. Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume
batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.
Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak
mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang,
sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya
mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 merupakan cara
pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada komposisi mineral.
Gambar 3.5 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku
Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan mineral
utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi mineral tambahan
pada kelompok batuan granitik.
Tekstur
Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan butiran atau
kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-tekstur yang utama
yaitu :
Fanerik (phaneric)
Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal) kasar,
umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada pengamatan lebih
seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk kristal yang sempurna
(euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral) bentuk kristal tak baik (anhedral).
Gambar 3.6 Tekstur fanerik yang memperlihatkan mineral yang dapat diidentifikasi
dengan mata telanjang.
Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil dari 1
mm, dan tidak dapat diamati di bawah pengamatan biasa.
Gambar 3.7 Tekstur batuan afanitik, yang tidak dapat diamati dengan mata
telanjang.
Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran (kristal)
yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut sebagai fenokris
(phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau matriks (matrix) yang lebih
halus (dapat berupa kristal halus (afanitik), maupun fanerik).
Gambar 3.8 Tekstur afanitik porfiritik dan fanerik porfiritik.
Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong, oval
atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat
pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal.
Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph).
Gambar 3.9 Beberapa tekstur yang umum dalam batuan beku. Gelas (pertama dari
kiri), vesikuler (kedua dari kiri), porfiritik (ketiga dari kiri), fanerik (keempat dari
kiri).
Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik diantaranya
adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic).
Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses pembekuan
magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik adalah hasil pembekuan
yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang kasar. Umumnya terdapat pada batuan
plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif,
yang merupakan hasil pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat,
dan sebelum keseluruhan magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur
vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava masih
mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas terjadi karena pendinginan yang
sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan
mineral tidak sempat membentuk kristal (amorph). tekstur ini umumnya terdapat pada
lava.
Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang
komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian batuan,
akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan.
Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk
kriteria mineralogi adalah ;
Gambar 3.5 adalah bagan klasifikasi yang umum, yang dapat dipakai untuk pemerian
jenis batuan beku secara makroskopik.
3.6 Praktikum
Tujuan
Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan beku
Dapat mendeskripsi komosisi mineral dari batuan beku
Dapat mengklasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineral
Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan beku dari sumber lain
(internet, buku, dll)
Peralatan
Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan beku.
Tugas
Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari
proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang binatang,
sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran batuan oleh
pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah
oleh proses kompaksi, sementasi menjadi batuan yang padat.
Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir.
Istilah-istilah yang dipakai adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah
sedang dan “terpilah buruk (gambar 3.1).
Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilah-istilah
yang dipakai adalah (gambar 3.2) :
- membundar baik (well rounded)
- membundar (rounded)
- membundar tanggung (sub rounded)
- menyudut tanggung (sub angular)
- menyudut (angular)
Gambar 4.3 Perbandingan kebundaran
Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di antara
semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka” digunakan untuk butiran
yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup” untuk butiran yang saling bersentuhan
Gambar 4.5 Kenampakan kemas terbukan dan tertutup.
Porositas
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan dari
satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif yang merupakan fungsi
daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat diuji dengan meneteskan cairan.
Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas dangat baik” (very good), “baik” (good),
“sedang” (fair), “buruk” (poor.
Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan.
Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan
semen atau butiran yang lebih halus.
Gambar 4.6 Hubungan antara matrik, semen, dan butiran.
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada
saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen yang dapat
diamati pada satuan antara lain :
Perlapisan
Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar
butir atau warna dari bahan penyusunannya. Jenis perlapisan beragam dari sangat tipis
(laminasi) sampai sangat tebal.
Load cast
Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen diatasnya (gambar
3.3).
Gambar 4.7 Beberapa struktur sedimen, perlapisan gelembur (kiri atas), perlapisan
sejajar (kanan atas dan kiri bawah), perlapisan bersusun (kanan bawah).
Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami pelapukan dan
stabil dalam kondisi temperature dan tekanan permukaan. Batuan sedimen dibentuk oleh
4 material utama yaitu :
a. Kwarsa
b. Karbonat
c. Lempung
d. Fragmen batuan
Kwarsa
Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang berasal
dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan tahan terhadap pelapukan.
Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami transportasi oleh air, malahan
sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial pada lingkungan pantai.
Kalsit
Kalsit adalah mineral utama pembentuk batugamping (limestones) yang juga dapat
berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung. Kalsium (Ca) berasal dari
batuan-batuan beku, sedangkan karbonat berasal dari air dan karbon dioksida. Kalsium
diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air laut oleh organisme-organisme dan
dihimpun sebagai material cangkang. Ketika organisme tersebut mati, fragmen-fragmen
cangkangnya biasanya terkumpul sebagai partikel klastik yang paling kaya membentuk
macam-macam batugamping.
Lempung
Mineral-mineral lempung berasal dari pelapukan silikat, khususnya feldspar. Mereka
sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan feldspar dalam
kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah kondisi atmosfer, terlihat
dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan sedimen dalam jumlah yang besar.
Fragmen-fragmen batuan
Batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir
kasar dan endapan klastik seperti kerikil. Fragmen-fragmen batuan adalah juga hadir
sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus.
Golongan detritus/klastik
Breksi (Breccia)
Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya terdiri dari
fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar yang lebih halus dan
tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari proses vulkanisme yang disebut
breksi volkanik.
Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan menjadi,
Batupasir halus, sedang dan kasar.
Jenis-jenis batupasir ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ; “Greywacke”
yaitu batupasir yang banyak mengandung material volkanik. “Arkose”, yaitu batupasir
yang banyak mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-kadang komposisi utama dipakai
untuk penamaannya misalnya; Batupasir kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir
keseluruhannya terdiri dari butiran gamping.
Batulanau (Siltstone)
Berukuran butir antara 1/256 - 1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau betulempung
hanya perbedaan besar butirnya.
Batulempung (Claystone)
Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari mineral-
mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari warnanya (berhubungan
dengan lingkungan pengendapan)
Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidang-bidang
lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).
Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi, yaitu antara
30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang dikenal dengan
nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60% yang disebut
batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan detrius yang
mengandung unsur karbonat).
Golongan karbonat
Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya adalah
mineral kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (CaMg (CO3)2).
Sumber yang utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari kelompok
binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada Gambar.3.6.
Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping, dikenal
sebagai “Batugamping kristalin”, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut dolomit, jika
terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit.
Golongan evaporit
Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan tersebut.
misalnya :
Anhidrit yaitu garam CaSO4
Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O
Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.
Golongan Batubara
Terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan pemanasan.
Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi Carbon dan
Hidrogen :
Golongan silika
Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, bersifat
kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya radiolaria
dan diatomea. Contoh batuan ini adalah : Chert (Rijang), Radiolarit, Tanah Diatomea.
Gambar 4.13 Bagan klasifikasi batuan sediment
Tujuan
Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan sedimen
Mengklasifikasikan batuan sedimen dalam kategori kimia, detritus, dan atau
organik
Dapat mendeskripsi komposisi mineral dari batuan sedimen
Dapat mengklasifikasi batuan sedimen berdasarkan tekstur dan komposisi
mineral
Dapat menginterpretasi struktur sedimen
Dapat memperkirakan lingkungan pembentukan berdasarkan komposisi mineral,
tekstur dan struktur sedimen.
Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan sedimen dari sumber lain
(internet, buku, dll)
Peralatan
Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan sedimen.
HCl, komparator besar butir.
Tugas
1. Deskripsi batuan sedimen.
a. Tentukan sampel batuan sedimen yang anda dapatkan termasuk dalam
golongan klastik, karbonat, evaporit, batubara atau silica!
b. Deskripsikan besar butir dan tekstur lainnya sesuai dengan golongan batuan
sedimennya. Gunakan larutan HCl untuk mengetahui material/mineral
penyusun dan semen (jika ada).
c. Jika tidak terjadi reaksi dengan HCl, tentukan kekerasan mineral penyusun
batuan tersebut, kemudian tentukan nama/jenis mineralnya.
d. Perhatikan baik-baik, apakah sampel anda memiliki fosil dan tekstur khusus
lainnya?
e. Tentukan nama batuan sesuai dengan Gambar 4.14.
f. Minta bantuan asisten untuk memastikan nama batuan dan deskripsi anda
sudah dalam keadaan benar.
BAB 5 BATUAN METAMORFIK
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung
dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P), atau
pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di bawah
permukaan.
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.
Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran
mineral (Gambar 5.1).
Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu tekstur yang
memperlihatkan orientasi kesejajaran mineral. Kadang-kadang foliasi menunjukkan
orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila berasal dari batuan
sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama sekali hubungan dengan
sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga mencerminkan derajat metamorfisme.
Berfoliasi
Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan tekstur
yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang menyeret, dan
mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.
Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya
mineral-mineral lain disamping mika.
Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar
untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera
pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan
garnet.
Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat
“bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan
beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang
tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika,
granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.
Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil metamorfisme
regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung
mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa, umumnya
terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa
kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (regional/thermal), berasal dari batuan sedimen
yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama
batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.
5.5 Klasifikasi
Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah strukturnya
(foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau mineral khas metamorf
(Tabel 5.1 dan Tabel 5.2). Sedangkan klasifikasi secara umum dapat mempergunakan
Gambar 5.2
Tabel 5.1 Mineral pembentuk batuan metamorf
1)
metamorfosa regional
2)
metamorfosa thermal
3)
larutan kimia
5.6 Praktikum
Tujuan
Praktikan dapat membedakan batuan metamorf berfoliasi dan tidak berfoliasi
Dapat mendeskripsi dan membedakan bentuk dan tipe foliasi.
Dapat menentukan jenis mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf
Dapat mengklasifikasi batuan metamorf yang umum ditemukan
Peralatan
Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan metamorf
HCl
Tugas
Bedakan sampel batuan yang ada menjadi dua kemumpok, yaitu kelumpok non
foliasi dan berfoliasi.
Untuk sampel batuan berfoliasi, mulai dari yang memiliki butir kasar, tentukan
mineral yang menyusun batuan tersebut. Kemudian identifikasi jenis foliasi yang
ada. Apakah termasuk dalam gneiss? Sekistose? Filitik? Atau slaty?
Tentukan nama batuan dari sampel-sampel tersebut berdasarkan jenis foliasinya.
Untuk sampel batuan yang tidak berfoliasi, tentukan mineral yang menyusun
batuan tersebut, gunakan larutan HCl dan paku baja serta peralatan lain untuk
menentukan mineral penyusun batuan tersebut.
Minta bantuan kepada asisten praktikum untuk memastikan nama batuan yang
anda deskripsi adalah benar.
BAB 6 PETA TOPOGRAFI
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis-
garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi-rendahnya permukaan dari pandangan
datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai, lembah, danau, rawa, tepi-laut dan
adakalanya pada beberapa jenis peta, ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas
manusia. Pada peta topografi standard, umumnya dicantumkan juga tanda- tanda yang
menunjukkan geografi setempat.
Dikarenakan peta hanya memperlihatkan bagian kecil dari permukaan bumi, diperlukan
posisi dimana peta tersebut terdapat relative terhadap bumi secara keseluruhan. Oleh
karena itu dibentuk garis-garis imaginer yang memotong bumi dan disebut garis lintang
dan garis bujur (Gambar 6.1).
Dikarenakan bentuk bumi yang hampir bulat, sedangkan peta berupa permukaan datar
maka diperlukan system proyeksi untuk memproyeksikan permukaan bola atau sebagian
permukaan bola (permukaan bumi) ke permukaan data (peta). Salah satu proyeksi yang
umum digunakan adalah proyeksi “Mercator”. Namun demikian tetap terdapat distorsi,
yang tidak dapat dihindari, dalam peta yang dihasilkan jika dibandingkan dengan keadaan
sebenarnya. Distorsi tersebut kan kecil di daerah dekat katulistiwa seperti Indonesia, dan
akan besar jika di daerah dekat dengan kutub.
Sistem koordinat UTM umum digunakan di dunia didasarkan pada 60 zona utara selatan
berdasarkan garis bujur. Setiap zona UTM memiliki lebar 6o garus bujur. Grid yang
digunakan dalam system UTM merupakan system metrik, dimana nilai dari kiri ke kanan
(barat ke timur) akan meningkat, dan dari selatan ke utara akan meningkat. Satu titik
dalam sistem koordinat UTM dinyatakan dengan nilai koordinat barat-timur, utara
selatan koordinat, kemudian zona UTM dan hemisphere.
Sedangkan titik di Rote, dengan titik koordinat UTM 50S 528746mE, 8820452mN
menyatakan bahwa titik tersebut berada pada zona UTM 51 di belahan bumi (hemisphere)
selatan, berjarak 528746 meter dari titik acuan semu zona 51 dan berjarak 8820453 meter
dari kutub selatan (geografi).
Gambar 6.2 Pembagian zona UTM di wilayah Indonesia dan sekitarnya.
Petunjuk arah peta ini umumnya menunjukkan dimana arah utara peta. Pada umumnya
utara peta akan berada pada arah atas, namun tidak menutup kemungkinan pada arah yang
lain. Petunjuk arah utara peta ini menunjukkan arah utara geografi. Sedangkan jika kita
menggunakan kompas makan arah utara kompas adalah arah utara magnet bumi yang
tidak sama dengan arah utara geografi. Untuk itu dalam peta topografi diperlukan
informasi perbedaan arah utara magnet bumi dan arah utara geografi. Perbedaan ini
disebut sebagai deklinasi magnetic. Dalam peta topografi yang diterbitkan oleh
BAKOSURTANAL (saat ini berubah nama menjadi Badan Informasi Geospasial),
terdapat juga arah utara grid (UG) yang menunjukkan arah utara dari grid UTM. Contoh
informasi arah deklinasi pada peta topografi terdapat pada Gambar 6.4.
Skala yang dipakai dalam topografi bisa bermacam-macam misalnya, skala verbal contoh
“one inch to one mile”, atau sering kali dipakai Skala grafis berupa pita garis yang
dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai pelengkap dari skala
perbandingan angka yang sudah dicantumkan (Gambar 6.4).
Pada peta topografi yang standard, disamping titik ketinggian hasil pengukuran topografi,
umumnya dicantumkan tanda-tanda menunjukkan sifat fisik permukaan, misalnya sifat
sungai, garis pantai dan juga obyek hasil aktifitas manusia (Gambar 6.5 dan Gambar 6.6)
Gambar 6.4 Unsur-unsur yang terdapat dalam peta topografi yang diterbitkan oleh
BIG (dahulu BAKOSURTANAL).
Gambar 6.5 Tanda-tanda pada peta topografi
Gambar 6.6 Tanda-tanda pada peta topografi (lanjutan).
Gambar 6.7 Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan bentuk muka
bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap.
Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu diketahui unsur-unsur
penting diantaranya; bukit, lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia.
Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat ukur
seperti; teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain- lain. Titik yang menunjukkan
ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut
skala yang tertentu.
Cara membuat kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai
kerangka. Contoh pada Gambar 6.8, titik-titik ketinggian adalah A sampai E mewakili
ketinggian dari bentang alam diukur.
Misalnya pada garis A-B dengan beda tinggi 100 m akan dibuat kontur ketinggian 100m,
maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih harga kontur dengan
titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan dengan jarak A-B pada peta.
Demikian pula misalnya antara A-E akan dibuat kontur 250, maka konturnya adalah
selisih tinggi A dan harga kontur (250) dibandingkan dengan beda tinggi A-E dikalikan
jarak A-E sebenarnya pada peta
.
Gambar 6.8 proses pembuatan garis kontur ketinggian.
Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang-kadang diperlukan gambaran atau
sketsa bentang alamnya misalnya bukit-bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga dapat
mengurangi kesalahan dalam interpolasi.
Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang garis
penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik potong kontur
dan garis penampang pada ketinggian (Gambar 6.9). Kadang-kadang skala tegak dibuat
lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan profilnya.
Bukit-bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali merupakan suatu tubuh batuan
intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal bentuk
“topografi karst” dan sebagainya.
-Dendritik
Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada sungai
utama dengan sudut yang tajam, menunjukkan batuan yang homogen terdiri dari batuan
sedimen yang lunak atau vulkanik.
-Rectangular
Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekar- kekar),
fracture dan bidang folasi, umumnya terdapat pada batuan metamorf dan atau batuan
dengan perlapisan yang datar.
-Angulate
Mempunyai anak sungai yang pendek-pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh sifat
seperti batupasir atau gamping yang mempunyai pola kekar paralel.
-Trellis
Mempunyai anak-anak sungai yang pendek-pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan
struktur dari pada jenis batuannya sendiri, umumnya terdapat pada daerah batuan sedimen
yang mempunyai kemiringan, serta adanya perselingan antara batuan yang lunak dan
keras dimana sungai utama umumnya dikontrol oleh adanya sesar atau rekahan-rekahan.
-Paralel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut anak
sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya dikontrol oleh sesar
atau rekahan-rekahan.
-Radial
Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada
puncak gunung atau bukit-bukit.
-Sentripetal
Sungai menuju kesatu arah, umumnya menunjukkan adanya depresi atau akhir dari pada
antiklin atau siklin yang tererosi.
Gambar 6.10 Jenis pola aliran Sungai
Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan tercermin pada bentuk
lembah dan aliran sungainya. Pada prinsipnya gaya pengikis “erosi” cenderung untuk
meratakan muka bumi ini, sampai pada batas dasar erosi yang berupa, laut, danau atau
sungai yang besar. Sehubungan dengan ini dikenal jenjang-jenjang atau stadium erosi dari
tingkat muda (youth), dewasa (mature) dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang terbatas.
Suatu wilayah dikatakan stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh bentuk
lembah yang curam, berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat berperan. Pada
stadium dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai landai dan berbentuk
U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut, dinding lembah sudah sangat landai,
bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak sekali meander. Seringkali meander
tersebut sudah terputus membentuk oxbow lake (Gambar 6.12).
Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan nya dengan
curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis pemisah air (water
divide) dapat dipelajari dengan melihat bentuk-bentuk punggungan yang meliputi aliran
sungai utama (Gambar 6.11).
Foto udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto udara
dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari perspektif vertikal.
Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan alamiah seperti
tampak pada bentang alam. Objek-objek seperti jalan, bangunan, sawah, danau akan
mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis bentang alam, tubuh batuan
dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman dan dengan kontrol keadaan
geologi yang diketahui.
Salah satu kelebihan dari foto udara adalah dapat memberikan gambaran stereoskopik
sehingga citra bentang alam akan tampil dalam gambaran tiga dimensi. Foto udara
diambil secara berurutan searah jalur terbang dengan kurang lebih 60% mengulangi
daerah yang tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto pada satu jalur digabungkan
dan dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi pandangan pada kedua foto, akan
terlihat gambaran tiga dimensi.
Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan dalam cetak pasangan berbentuk
stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi, letakkan stereoskop diatas stereogram
dan lakukan pandangan tepat pada garis tengah (Gambar 6.13). Atur jarak lensa
stereoskop sesuai dengan jarak mata
Gambar 6.13 Cara melihat gambaran tiga dimensi dengan menggunakan stereoskop
6.11 Praktikum
Tujuan
Dalam praktikum kali ini praktikan diharapakan dapat memahami dan membaca
peta topografi dan foto udara.
Praktikan dapat mengkonstruksi kontur ketinggian sederhana.
Praktikan dapat membuat penampang topografi
Praktikan dapat menganalisa pola aliran sungai
Praktikan dapat menentukan garis pemisah air dari foto udara.
Peralatan
Alat tulis (pensil, penghapus, pensil warna, penggaris, busur derajat, dll.)
Kertas grafik
Kertas kalkir atau plastik transparan
Kertas A4.
Peta-peta sebagai tugas
Tugas
1. Pada Gambar 6.14, terdapat beberapa titik ketinggian (dalam meter) dan garis
yang menunjukkan aliran sungai. Buat kontur dengan interval 10m dari peta
tersebut.
a. Mulai dengan mengamati data ketinggian yang ada, tandai ketinggian
maksimum dan minimum. Amati kemiringan lereng secara umum.
b. Kontur paling bawah (110m) telah dibuat. Tidak ada nilai yang benar-
benar 110m pada peta, namum perhatikan bahwa kontur 110m terletak
dekat dengan titik ketinggian 111m dan relative lebih jauh dari titik 106m.
c. Perhatikan juga bahwa kontur berbentuk “V” ketika melewati sungai.
d. Lanjutkan untuk kontur 120m dan seterusnya.
2. Lakukan langkah-langkah yang sama dengan tugas 1 untuk peta pada Gambar
6.15. kemudian buat penampang barat timur yang memotong titik ketinggian
65m di bagian tengah peta.
3. Gunakan peta dan ilustrasi morfologi pada Gambar 6.16.
a. Buat peta topografi pada lembar tugas dengan interval kontur 20m.
b. Buat penampang topografi barat-timur melewati BM 275 (dengan skala
vertikal dan horisontal yang sama)
4. Gunakan peta topografi daerah Bantarujeg pada Gambar 6.17
a. Identifikasi sungai sungai yang digambarkan pada peta topografi
tersebut.
b. Perhatikan sungai-sungai kecil yang mengalir ke S.Cilutung.
c. Analisis pola aliran sungai yang ada.
5. Gunakan foto udara pada Gambar 6.18 (akan disediakan pada saat praktikum).
a. Gunakan stereoskop untuk melihat foto udara tersebut.
b. Pastikan posisi stereoskop anda sudah benar dan dapat melihat sungai di
tengah foto udara sebagai lembah bukan sebagai tinggian.
c. Identifikasi sungai-sungai kecil yang mengalis ke arah sungai utama
(terlihat pada foto udara).
d. Tentukan mana sungai dan mana punggungan.
e. Tandai sungai-sungai kecil yang mengalir ke sungai utama, kemudian
identifikasi garis pemisah air untuk DAS sungai cabang dari sungai utama
(cabang pertama).
7.1 Fosil
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada lapisan-
lapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain. Fosil merupakan
pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan kehidupan serta evolusi dari
kehidupan purba.
b. Urutan korelasi
Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama umurnya pada lapisan
batuan. Dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan dengan lapisan
yang lain, maka dapat dihubungkan suatu garis kesamaan waktu pembentukan batuan
tersebut.
7.3 Taksonomi
Taxonomi ialah suatu cara pengelompokkan dari kehidupan tumbuhan atau binatang
berdasarkan sifat dan hubungan genetiknya. Urutan taxonomi ialah: Kingdom, Filum,
Subfilum, kelas, ordo, genus dan species.
Umur geologi pada umumnya dikaitkan dengan sejarah kehidupan terdahulu (purba),
urut-urutan satuan batuan dan peristiwa geologi yang menyangkut skala yang besar,
misalnya: pengangkatan, pembentukan pegunungan, pembentukan cekungan dsb.
Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut sebagai umur
relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan mempergunakan metoda radioaktif
dari unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sebagai umur absolut.
Umur relatif ini pada dasarnya adalah umur suatu proses/objek geologi dibandingkan
dengan proses atau objek geologi yang lainnya. Beberapa proses/objek geologi yang
sering digunakan untuk menentukan umur relatif adalah pengendapan sedimen, terobosan
batuan beku, pembentukan struktur geologi (lipatan, sesar dll.), pengangkatan dan erosi.
Perkembangan zaman geologi disusun didalam urutan skala waktu geologi yang meliputi
: Masa (Era), Zaman (Period), dan Kala (Epoch). Masa terdiri dari Kenozoikum,
Mesozoikum, Paleozoikum, dan Pre-Kambrium (terdiri beberapa Masa). Sedangkan
Zaman terdiri dari Kuarter (Quarternary), Neogen (Neogene), Paleogen (Paleogene),
Kapur (Cretaceous), Jura (Jurassic), Trias (Triassic), Perm (Permian), Karbon
(Carboniferus), Devon (Devonian), Silur (Silurian), Ordovisium (Ordovician),
Kambrium (Cambrium) dll. Skala waktu geologi ditunjukan pada Gambar 7.1
Gambar 7.1 Skala Waktu Geologi
BAB 8 PERLAPISAN
Prinsip Superposisi
Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan batuan
lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya.
Pada dasarnya lapisan sedimen diendapkan secara horizontal, kecuali pada lingkungan
dimana posisi sedimen terhadap cekungan mempunyai kemiringan asal (initial dip). Pada
kedudukan lapisan yang sudah terganggu karena tektonik (miring, terlipat dan terbalik),
prinsip ini dapat diterapkan apabila dapat diketahui bagian atas (top) dan bawah (bottom)
lapisan, dengan mempelajari struktur sedimennya (Gambar 4.7).
Prinsip kesinambungan
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau berkesinambungan (continuity), sampai
batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara
lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Kecuali
apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik (misalnya sesar), atau memang terjadi
penipisan secara berangsur-angsur, kemungkinan adanya perubahan facies, atau
hubungan yang tak selaras.
Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung kan satuan
batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain didasarkan pada
kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat dipakai sifat-sifat batuan
(korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan fosilnya (korelasi paleontologi)
yang pada dasarnya merupakan petunjuk kesamaan waktu kejadian pembentuknya.
Bila dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama terdapat
perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat berubah menjadi
napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut “berubah fasies”. Fasies
menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya.
Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan yang
selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan tersebut secara
vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa adanya selang waktu dalam
pengendapan.
Selang waktu yang hilang (time gap), dan berhentinya pengendapan disebabkan oleh
kejadian pengangkatan, perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi),
penurunan dan pengendapan kembali di atas batuan tersebut.
Umumnya bidang ketidakselarasan dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan endapan
lingkungan darat (misal konglomerat dasar).
Pada keadaan geologi dengan berbagai jenis dan satuan batuan, berlaku aturan yang
menyangkut kedudukan batuan (akan dijelaskan pada bab selanjutnya) dan hubungan
antar satuan batuan tersebut. Hubungan antar satuan batuan bisa merupakan hubungan
yang teratur (lihat Gambar 8.1), berupa tidak selaras (lihat Gambar 8.2) dan dapat juga
saling berpotongan. Keadaan potong memotong ini berhubungan dengan umur relatif dan
waktu kejadiannya (lihat Gambar 8.3).
Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda terhadap
batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen, beku metamorf.
Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat menjelaskan kejadiannya.
Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan dan juga struktur geologi (sesar).
Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan merupakan kejadian berikutnya dari satuan
batuan dibawahnya yang memungkinkan juga sudah mengalami beberapa
kejadian, misal, perlipatan, pensesaran dsb. Umur sesar umumnya dapat ditentukan
berdasarkan satuan batuan paling muda yang ikut tersesarkan. Maka umur sesar tersebut
adalah lebih muda dari satuan batuan tersebut.
A B
+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Tak selaras (non
conformity)
Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan
+
+
+
+ +
+ +
+ +
+
+
Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E
Gambar 8.3 Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya
BAB 9 PETA GEOLOGI
9.1 Pengertian dan Kegunaan
Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi
susunan batuan yang ada dan bentuk-bentuk struktur dari masing-masing satuan batuan
tersebut.
Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis-jenis batuan, ketebalan,
kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan batuan, struktur
sesar, perlipatan dan kekar serta proses-proses yang pernah terjadi di daerah ini.
Peta geologi ada kalanya dibuat berdasarkan kepentingan, misalnya untuk kepentingan
ilmiah (science), untuk kepentingan pertambangan, teknik sipil (engineering), pertanian,
lingkungan dsb. Hal ini akan menghasilkan bermacam-macam peta geologi, misalnya
peta geologi teknik.
Peta geologi dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran singkapan di lapangan, yang
kemudian diplot pada peta dasar yang dipakai (peta topografi). Untuk dapat
menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, dipakai beberapa aturan teknis,
antara lain: perbedaan jenis batuan dan struktur geologi digambarkan berupa garis.
Penyebaran batuan beku akan mengikuti aturan bentuk tubuh batuan beku (misalnya sill,
dike, lakolit dsb., Gambar 3.4), sedangkan penyebaran batuan sedimen akan tergantung
pada jurus dan kemiringannya.
Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan suatu bidang.
Bidang tersebut, salah satunya adalah bidang perlapisan suatu batuan sedimen. Pada suatu
singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan sebagai garis arah dan kemiringan
dinyatakan sebagai besaran sudut (Gambar 9.1).
Gambar 9.1 Jurus dan kemiringan pada singkapan batuan berlapis
Secara geometris jurus dapat dinyatakan sebagai perpotongan antara bidang miring
(perlapisan batuan, bidang sesar, dll.) dengan bidang horizontal yang dinyatakan sebagai
besaran sudut, diukur dari Utara atau Selatan. Kemiringan adalah besaran sudut vertikal
yang dibentuk oleh bidang miring tersebut dengan bidang horizontal. Dalam hal ini
diambil yang maksimum, yaitu pada arah yang tegak lurus jurus lapisan batuan (Gambar
9.2).
Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus pada
ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta (proyeksi pada bidang
horizontal), dengan sendirinya garis-garis jurus merupakan garis-garis yang sejajar
dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan batuan yang mempunyai ketebalan tertentu
dapat dibatasi adanya jurus lapisan bagian atas (top) dan jurus lapisan bagian bawah
(bottom) pada ketinggian yang sama. Dari sini dapat ditentukan ketebalan tiap satuan,
apabila penyebaran atau jurus top dan bottomnya dapat diketahui (Gambar 9.3).
F
E B G
M
t' t
I
D
E F
B
t
a
top
E
A B
bottom
I t
F C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
B penentuan ketebalan
satuan
Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan
perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan-
lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas-batas lapisan akan
mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang
dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut
merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis
kontur topografi) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada
ketinggian yang sama (Gambar 9.4).
Proyeksi
pada peta
Titik-titik singkapan
(perpotongan kontur dan jurus)
600
500
lapisan
600
500
400
300
K L M
Penampang A -B
Gambar 9.4 Hubungan jurus lapisan batuan, topografi dan penyebaran singkapan
Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan dipermukaan dengan
mencari titik-titik tersebut, apabila jurus-jurus untuk beberapa ketinggian dapat
ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan
kedudukan lapisan dengan mencari jurus-jurusnya.
Sehubungan dengan ini terdapat suatu keteraturan antara bentuk topografi, penyebaran
singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk torehan lembah, keteraturan ini
mengikuti Hukum V (Gambar 9.5).
a b c
d e f
Gambar 9.5 Pola singkapan menurut hukum V
a. Lapisan horizontal;
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran;
c. Lapisan vertikal;
d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran;
e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran;
f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran)
9.5 Cara penulisan kedudukan lapisan
Kedudukan lapisan batuan diukur dengan kompas geologi di lapangan. Oleh karena itu
kerangka yang dipakai umumnya arah Utara atau Selatan. Dikenal dua jenis skala kompas
yaitu skala azimut (00 - 3600) dan skala kwadran (00 - 900).
Suatu lapisan mempunyai kemiringan berarah Selatan Barat, dituliskan sebagai berikut :
- Skala azimuth N 1200 E/45 SW atau
- Skala kwadran S 600 E/45 SW (Gambar 9.6)
N N
120º
W E W E
S S
Gambar 9.6 Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan
Kwadran
Lazimnya lebih sering dipakai skala azimuth karena lebih praktis karena selalu ditulis
N.... 0 E untuk arah jurusnya, sehingga kadang-kadang tidak dicantumkan pada kwadran
arah kemiringan dicantumkan.
Peta geologi menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan jenis batuan, kedudukan, serta
struktur geologi yang ada pada daerah tersebut. Beberapa simbol yang umum dipakai
ditunjukkan pada Gambar 9.7. Disamping tanda (simbol) litologi, juga sering dipakai
warna, untuk membedakan jenis satuan (Gambar 9.8).
25
Jurus dan kemiringan lapisan
25
Lapisan horisontal
vertikal
Foliasi horisontal
vertikal
antiklin
20
Antiklin dengan arah penunjaman
13 Antiklin rebah
Sumbu sinklin
rebah
Sesar mendatar
U
D
Sesar dengan bidang sesar miring ke arah panah
60º U = up, D = down
Sesar normal
Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan gambaran
bawah permukaan dari keadaan yang tertera pada peta geologi. Keadaan bawah
permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan menggunakan
prinsip dan pengertian geologi yang telah dibahas sebelumnya.
Batupasir Kuning
Lempung Hijau
Batugamping Biru
Batubara Hitam
Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang dibuat
sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal-hal yang penting, misalnya; memotong
seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya.
a. Buat kontur struktur (strike) dari bidang kontak unit batupasir dan batulempung
dengan mengidentifikasi kontak batuan dengan kontur ketinggian sebagaimana
pada Gambar 9.4 dan Gambar 9.9
b. Berdasarkan hasil butir a., buat penampang X-Y sebagaimana dicontohkan pada
Gambar 9.9
Tugas 6.D
Pada peta diatas titik A, B dan C adalah titik lokasi Bor dimana didapatkan lapisan
batubara dengan elevasi sebagai berikut:
Bor A 125mdpl (dari muka laut)
Bor B 50mdpl
Bor C 150mdpl
Buat kontur struktur dari lapisan batubara tersebut, dengan asumsi kemiringan tetap.
Kemudian identifikasi dimana lapisan batubara tersebut tersingkap (dalam seluruh luasan
peta).
Tugas 7 Peta Geologi Lapisan Miring dan Ketidakselarasan
Tugas 7.A
Pada Peta diatas tarik garis kontur struktur (strike) untuk setiap batas litologi.
Kemudian buat penampang yang tegak lurus terhadap garis kontur struktur
(strike) tanpa eksagerasi vertikal (skala vertikal=skala horizontal).
Tentukan besar kemiringan berdasarkan penampang dan menggunakan metode
pada Gambar 9.3.
Tugas 7.B
Problem 2.
The map shows outcrops of breccia-mudstone contact, interpret the run of the contact all
over the map.
Draw a cross-section perpendicular to the strike line.
Calculate the strike and dip of the contact.
BAB 10 STRUKTUR GEOLOGI
10.1 Struktur geologi
Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada saat pembentukan batuan.
Misalnya, struktur sedimen (silang siur, flute cast, dll, lihat Gambar 4.7); struktur kekar
akibat pendinginan magma (kekar kolom dan kekar berlembar) dan struktur perlapisan.
Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari dan membahas bentuk-
bentuk deformasi kerak bumi dan gejala-gejala penyebab pembentukannya. Dibedakan
dengan geotektonik atau tektonik, geologi struktur mempunyai ruang lingkup yang lebih
sempit, yang meliputi deformasi-deformasi pada isi cekungan, sedangkan tektonik
menyangkut skala yang lebih luas dari ini, misalnya proses pembentukan pegunungan
(orgenesa) dsb.
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan yang tidak memperlihatkan pergeseran.
Hampir tidak ada suatu singkapan di muka bumi ini yang tidak memperlihatkan gejala
rekahan. Kekar bukan merupakan gejala yang kebetulan, tetapi merupakan hasil
kekandasan/kegagalan batuan akibat tegasan (stress). Karena itu kekar akan mempunyai
sifat-sifat yang menuruti hukum-hukum fisika. Struktur kekar merupakan gejala yang
paling umum dijumpai dan banyak dipelajari secara luas tetapi merupakan struktur yang
paling sukar untuk dianalisa. Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat diklasifikasikan
menjadi :
- Kekar tektonik, misalnya kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension
joint).
- Kekar non tektonik, misalnya mudcrack, kekar kolom dan kekar berlembar.
Struktur ini banyak dipelajari karena sangat berhubungan erat dengan masalah-masalah
geologi teknik, geologi minyak bumi (terutama masalah cadangan dan produksi), geologi
untuk pertambangan baik dalam hal sistem penambangannya maupun pengerahan
terhadap bentuk-bentuk mineralisasi dll.
Di dalam teknik sipil dan pertambangan, masalah kekar merupakan hal yang sangat
penting, karena meraka merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan. Kesukaran yang
dihadapi dalam membuat analisa struktur ini terletak pada banyaknya sifat-sifat dasar
yang dimilikinya, artinya terdapat bukti-bukti bahwa rekahan-rekahan ini dapat terbentuk
pada setiap waktu kejadian.
Umumnya, dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai dari saat pengendapan,
atau segera setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut masih dalam proses
kompaksi.
Kekar non-tektonik, yaitu kekar yang terbentuk bukan karena gaya tektonik, misalnya
kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku, misalnya kekar kolom
(columnar joints) atau dapat juga terbentuk akibat pembebanan, misalnya “sheeting
joints”.
Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan, dengan arah yang
sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus
yang disebut sesar translasi atau terputar yang dinamakan sesar rotasi. Pergeseran-
pergeseran ini mempunyai demensi berkisar antara beberapa cm sampai mencapai ratusan
km.
Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat pada jalur sesar, dapat berupa
“gouge” yaitu suatu bahan yang halus karena lumat akibat gerusan dan “breksi sesar”
yaitu zona hancuran yang memperlihatkan orientasi fragmen akibat gerusan.
Bidang sesar adalah bidang rekahan dimana terjadi pergeseran antara blok-blok
yang saling berhadapan. Seringkali bidang sesar tercerminkan secara morfologis
sebagai “gawir sesar” (Gambar 10.1).
Hanging wall adalah blok patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.
Foot wall adalah blok yang ada dibagian bawah bidang sesar (Gambar 10.1).
Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada bidang
vertikal (Gambar 10.1).
Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada
bidang horizontal (Gambar 10.1).
X Z = Pergeseran sesar X
Y = Throw
Y Z = Heave
= Kemiringan sesar
Klasifikasi Sesar
Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall
b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall
c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang
tersesarkan.
Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang
bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi (Gambar 10.2).
Maximum
SESAR NAIK
(a)
SESAR NORMAL
Maximum
(b)
Intermediate
Minimum
SESAR MENDATAR
(c)
Gambar 10.2 Diagram blok yang memperlihatkan jenis-jenis sesar
10.4 Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat pengaruh suatu tegasan
(stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan pada perlapisan batuan
sedimen atau foliasi batuan metamorf.
- Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat (b.
pada Gambar 10.3). garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut juga
“hinge-line” atau “axis line” (sumbu perlipatan) (d pada Gambar 10.3).
- Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a. pada Gambar 10.3). Garis yang
melalui titik-titik tersebut “crestal-line” (c pada Gambar 10.3).
- Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g pada
Gambar 10.3).
- Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu dengan
bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi).
- Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis
pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayap-sayapnya (f
pada Gambar 10.3).
- Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e pada
Gambar 10.3).
- Sayap lipatan (Limb) adalah bagian sebelah-menyebelah dari sisi lipatan (I pada
Gambar 10.3).
a c d e
- Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayaonya mempunyai arah kemiringan yang saling
menjauh.
- Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang saling
mendekat.
- lipatan tegak
- lipatan miring
- lipatan rebah
secara diskriptif (berdasarkan posisi bidang sumbu dan sayap), lipatan diklasifikasikan
menjadi:
- lipatan simetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut kemiringan
- lipatan asimetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut kemiringan
tidak sama besar.
Lipatan simetri Lipatan asimetri
• Buat penampang dari X ke Y, kemudian beri simbol struktur geologi jika ada!
• Apakah ada ketidakselarsan dalam peta tersebut?
Tugas 9 Peta Geologi Struktur Sesar
Buat penampang melalui Y-Y’, kemudian tentukan jenis sesar yang ada pada peta
geologi tersebut. Berdasarkan skala yang ada tentukan besar throw dan heave-nya.
a) Gambarkan penampang melalui x-y!
b) Tentukan daerah yang bila dilakukan pemboran akan menemukan dua kali
lipatan batubara (coal seam)!
c) Tentukan jenis sesar tersebut!
Lengkapi peta geologi diatas dan buat penampang melalui A-B, kemudian tentukan
jenis sesarnya dan urutan kejadian geologinya!
Tugas 10 Peta Geologi, Struktur, Ketidakselarasan dan Intrusi
Daftar Pustaka
Busch, R. M. (2000): Laboratory Manual in Physical Geology, Prentice Hall
Lisle, R.J. (2004) : Geological Structures and Maps: A Practical Guide, Third Edition,
Elsevier Butterworth-Heinemann
Zumberge, J. H. dan Rutford, R. H., (1991): Laboratory Manual for Physical Geology,
Wm.C.Brown: Dubuque