Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nanda Paquita Syaharani

NPM : 1915051028
Tugas : Gelombang Dalam Geofisika

Kelompok : 2 (Dua)
Pembahasan : Gelombang Longitudinal
Sub bab : Definisi Gelombang Longitudinal

Definisi Gelombang Longitudinal

Gelombang yang terbatas pada ruang, ketika gelombang menjalar akan ada
pantulan gelombang pada kedua ujungnya, sehingga akan menciptakan
gelombang berjalan dalam dua arah. Gelombang dan pantulannya berinterferensi
sesuai dengan prinsip superposisi. Dengan frekuensi yang tepat, gelombang akan
terlihat seperti berdiri. Gelombang inilah yang disebut dengan gelombang berdiri
atau disebut juga dengan gelombang stasioner. Sedangkan frekuensi-frekuensi
yang menghasilkan pola-pola tersebut disebut frekuensi resonansi (Aditya dkk,
2017).

Terdapat beberapa sifat dari gelombang berdiri, yaitu:


1. Simpul: titik-titik yang selalu diam. Simpul terjadi ketika dua buah
gelombang berjalan memiliki besar perpindahan yang sama, tetapi
perpindahannya dalam arah yang berlawanan.
2. Perut: titik-titik yang dapat mencapai simpangan maksimum. Perut terjadi
ketika gelombang berdiri bergetar dengan amplitudo maksimum (Aditya
dkk, 2017).

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang memiliki arah getaran yang sama
dengan arah rambatan artinya arah gerakan medium gelombang sama atau
berlawanan arah dengan perambatan gelombang. Gelombang longitudinal
dibentuk pada pegas yang terentang dengan secara bergantian menekan dan
meregangkan satu ujung. Gelombang longitudinal termasuk kedalam gelombang
mekanis sebab gelombang longitudinal membutuhkan media untuk
perambatannya.
Serangkaian rapatan dan regangan merambat sepanjang pegas. Satu gelombang
pada gelombang longitudinal terdiri atas satu rapatan dan satu regangan, satu
rapatan dan satu rapatan lainnya atau satu regangan dengan satu regangan lainnya
dan satu gelombang penuh dapat terjadi apabila pada medium di beri satu getaran
(t = T). Rapatan adalah daerah-daerah dimana kumparan-kumparan mendekat
selama sesaat. Regangan (penipisan) adalah daerah-daerah dimana
kumparankumparan menjauh selama sesaat. Rapatan dan regangan berhubungan
dengan puncak dan lembah pada gelombang transversal (Giancoli, 2001).

Properti Gelombang
 Periode (T)
Adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu
getaran dengan satuannya dala SI adalah detik (Ishaq, 2003).
t
T=
n

Dalam gambar di bawah satu periode adalah dari a ke b

 Frekuensi (f)
Frekuensi suatu gelombang menunjukan seberapa cepat gelombang
bergetar bolak-balik di sekitar titik setimbangnya. Semakin besar frekuensi
gelombang maka semakin cepat dia berosilasi di sekitar titik setimbang
(Ishaq, 2003).
Satuan frekuensi adalah Hertz atau detik-1 dan bisa dihitung melalui
periodanya melalui hubungan:

1 n
f= atau f=
T t

Sebagai contoh perhatikan gelombang berikut:


Kita ambil satu panjang gelombang dari a ke b. Waktu yang ditempuh dari
a ke b adalah 10 detik. Kita katakan periode gelombang 10 detik sehingga
frekuensinya adalah
1 1
f = = =0,1 Hz
T 10

 Kecepatan Rambat Gelombang (v)


Ada dua jenis kecepatan gelombang, yaitu pertama, kecepatan osilasi yaitu
kecepatan gelombang bolak-balik di sekitar titik setimbang, dan kedua,
kecepatan gelombang untuk menjalar, yang disebut dengan kecepatan
rambat gelombang (Ishaq, 2003).
Rumus cepat rambat gelombang adalah
λ
λ=v . f atau v=
T

Keterangan:
t = waktu (s)
n = banyaknya getaran
f = frekuensi (Hz)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
λ = panjang gelombang (m)
T = periode
(1 gelombang longitudinal  = 1 λ  = 1 rapatan + 1 regangan)

Rumus Umum Gelombang

f (x)

Rumus umum, f ( x )= A sin ⁡(ωt )


v
Dengan, ω=2 πf atau 2 π
λ
v
Dan f = , sehingga
λ
f ( x )= A sin k . vt → f ( x )= A sin k . x

Persamaan di atas osilasi hanya terjadi di satu posisi dan gelombang tersebut tidak
berpindah ke posisi lain. Lantas bagaimana bila osilasi berpindah dari satu posisi
ke posisi lain? Hal yang perlu kita lakukan adalah dengan memasukan variable
posisi pada persamaan diatas.

1
f (x−vt)

Karena gelombang berpindah sejauh x dimana saat perpindahan itu terjadi


dipengaruhi oleh cepat rambat gelombang dan waktu, sehingga

f ( x )= A sin k (x−vt¿) ¿
f ( x )= A sin (kx−k . vt)
f ( x )= A sin (kx−ωt¿) ¿
f ( x , t )= A sin(kx−ωt¿) ¿

Maka, untuk bentuk umum fungsi gelombang adalah


y ( x , t )=f ( x−vt )+ g ( x+ vt)
Catatan:
- f ( x−vt ) : variabel bergerak ke kanan
- g ( x+ vt ) : variable bergerak ke kiri

Sifat-sifat Gelombang
 Pemantulan Gelombang

Untuk mengamati pemantulan gelombang dapat dilakukan dengan


menempatkan balok kaca atau logam pada tangki riak sebagai penghalang
gelombang yang mempunyai muka gelombang lurus. Sinar gelombang
tersebut akan dipantulkan pada saat mengenai dinding penghalang
tersebut. Dalam pemantulan gelombang tersebut berlaku hukum
pemantulan gelombang yaitu :
a) sudut datang gelombang sama dengan sudut pantul gelombang
b) gelombang datang, gelombang pantul, dan garis normal terletak dalam
satu bidang datar (Suharyanto dkk, 2009).

 Pembiasan Gelombang
Untuk mempelajari pembiasan gelombang dapat dilakukan dengan
menempatkan balok kaca/logam pada tangki riak yang seluruhnya berada
di dalam air, sehingga akan membedakan kedalaman permukaan air dalam
tangki riak. Hal ini untuk menggambarkan adanya dua medium rambatan
gelombang, permukaan dalam menggambarkan medium yang rapat dan
permukaan air yang dangkal menggambarkan medium yang kurang rapat.
Sinar gelombang yang melewati bidang batas antara kedalaman air terlihat
dibelokkan/ dibiaskan di mana front gelombangnya menjadi lebih rapat.
Hal ini menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang, akan tetapi
frekuensinya tetap yaitu sama dengan frekuensi sumber getarnya. Dalam
pembiasan gelombang berlaku hukum pembiasan yang menyatakan :
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan
bilangan tetap (Suharyanto dkk, 2009).

sin i
=konstan
sin r

Secara umum sering dituliskan:

λ1 v 1 n1
= = =n
λ2 v 2 n2 2.1
dengan:
i = sudut datang gelombang (derajat atau radian)
r = sudut bias gelombang (derajat atau radian)
λ1 = panjang gelombang pada medium 1 (m)
λ2 = panjang gelombang pada medium 2 (m)
v1 = cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s)
v2 = cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s)
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
n2.1 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1

 Interferensi Gelombang

Untuk mengamati gejala interferensi gelombang agar teramati dengan


jelas, maka kedua gelombang yang berinterferensi tersebut harus
merupakan dua gelombang yang koheren. Dua gelombang disebut koheren
apabila kedua gelombang tersebut memiliki frekuensi dan amplitudo yang
sama serta memiliki selisih fase yang tetap atau konstan.

Ada dua sifat hasil interferensi gelombang, yaitu interferensi bersifat


konstruktif dan destruktif. Interferensi bersifat konstruktif artinya saling
memperkuat, yaitu saat kedua gelombang bertemu (berinterferensi)
memiliki fase yang sama. Sedang interferensi bersifat destruktif atau
saling melemahkan jika kedua gelombang bertemu dalam fase yang
berlawanan.
Pada gambar diatas menunjukkan pola interferensi yang ditunjukkan
tangki riak, di mana garis tebal atau tidak terputus adalah hasil interferensi
yang bersifat konstruktif, sedangkan garis putusputus menunjukkan
interferensi yang bersifat destruktif (Suharyanto dkk, 2009).

 Difraksi Gelombang
Difraksi gelombang adalah peristiwa pembelokan/penyebaran (lenturan)
gelombang jika gelombang tersebut melalui celah. Gejala difraksi akan
semakin tampak jelas apabila lebar celah semakin sempit. Dengan sifat
inilah ruangan dalam rumah kita menjadi terang pada siang hari
dikarenakan ada lubang kecil pada genting. Serta suara alunan musik dari
tape recorder dapat sampai ke ruangan lain, meskipun kamar tempat tape
tersebut pintunya tertutup rapat (Suharyanto dkk, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Adytia Permana Putra, Anisa Siti Ganjari, dan Fini Alfionita Umar. 2017.
Gelombang Berdiri Longitudinal. Makalah.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Mohamad Ishaq. 2003. Gelombang: Gelombang Tali, Gelombang Berdiri,


Superposis Gelombang. Makalah.

Suharyanto, Karyono, dan Dwi Satya Palupi. 2009. FISIKA untuk Kelas XII SMA
dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Anda mungkin juga menyukai