Di dunia ini penuh dengan berbagai macam gelombang. Misalnya saja gelombang di
permukaan air, gelombang bunyi, gelombang elektromagnetik seperti gelombang TV,
gelombang radio, gelombang mikro, cahaya tampak, cahaya tak tampak (ultra violet), dan
sinar X. Selain itu juga ada gelombang gempa bumi dan gelombang otak yang kesemuanya
hanya sebagian kecil dari contoh-contoh gelombang yang ada di permukaan bumi.
Getaran adalah salah satu bentuk gerak yang khusus. Kita hanya akan meninjau
getaran atau osilasi yang sederhana. Untuk itu, jika kita akan meninjau energi potensial
yang dimiliki sebuah partikel bermassa m yang berada dalam keadaan kesetimbangan
stabil di sekitar titik 0. Secara umum bentuk energi potensialnya adalah
dengan O(x3) adalah suku-suku energi potensial dengan variabel x berpangkat tiga atau
lebih, yang tentunya harus sangat kecil dibandingkan suku pangkat duanya (bila tidak
maka bukan kesetimbangan stabil). Gaya yang terkait dengan energi potensial ini dapat
dicari dari
bila suku gaya pangkat dua atau lebih sangat kecil atau dapat diabaikan, maka ini
tidak lain dari gaya pegas, dan dengan 2a = k maka persamaan di atas dapat dituliskan
sebagai
Apabila kita amati gelombang seperti penyebaran pola riak air ketika di
permukaannya dijatuhkan batu, maka akan ada dua fenomena yang diamati yaitu ada
osilasi atau getaran, seperti titik di permukaan air yang bergerak naik dan turun dan adanya
perambatan pola .
Kalau kalian amati gelombang tali, pola yang terbentuk merambat sepanjang tali
sedangkan gerakan komponen tali (simpangan) terjadi dalam arah tegak lurus tali. Gelombang
dengan arah osilasi tegak lurus arah rambat dinamakan gelombang transversal.
t=0
a b c d e f g
t = T/4
t = T/2
t = 3T/4
t=T
Gambar 2.4. Gelombang mekanik pada tali oleh sistem pegas massa
Gelombang yang merambat pada tali yang disebabkan oleh getaran massa pada
Gambar 2.1 merupakan salah satu contoh dari gelombang mekanik. Pada Gambar 2.1.
tampak bahwa semua titik dalam medium tali bergerak naik turun, dan gelombang tali
merambat dari kiri ke kanan. Pada saat t = 0, semua titik masih dalam keadaan setimbang.
Pada saat t = T/4, titik a bergerak keatas, sedangkan titik yang lain masih diam. Pada t =
T/2, titik a sudah turun dan berada dalam posisi setimbang, titik b berada di posisi atas,
sedangkan titik yang lain masih diam. Pada t = 3T/4, titik a berada di posisi bawah, titik b
kembali pada posisi setimbang dan titik c berada di atas, sedangkan titik yang lain masih
diam. Pada saat t = T (satu periode), titik a kembali pada kedudukan setimbang, titik b
berada di bawah, titik c berada pada posisi setimbang dan titik d sedang berada pada posisi
atas, sedangkan titik yang lain masih diam. Demikian seterusnya, gerakan semua titik
dalam medium tali dari waktu ke waktu berikutnya.
Dapat kita lihat, bahwa pada saat t = T (satu periode), maka gelombang sudah
menempuh jarak sepanjang satu panjang gelombang ( ) atau sama dengan panjang satu
bukit gelombang ditambah satu lembah gelombang. Dengan kata lain, panjang gelombang
adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang selama satu periode.
Jika cepat rambat gelombang atau jarak yang ditempuh oleh gelombang tiap satuan
waktu dinyatakan dengan cw , maka hubungan antara cw, dan T adalah
cw (2.1)
T
Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang melewati sebuah titik tiap
1
satuan waktu. Karena , maka
T
c w (2.2)
Sesungguhnya yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari jauh dari keadaan
gelombang sinusoidal sederhana. Gelombang-gelombang tersebut memiliki struktur yang
cukup rumit. Suara manusia dapat dengan mudah disaksikan di osiloskop dengan
mendekatkan mikrofon ke tenggorokan. Maka tampak pada osiloskop bentuk gelombang
yang cukup rumit yang hampir tidak mendekati gelombang sinusoidal.
Tidaklah penting seberapa rumit bentuk gelombang, tetapi tetap ada jalan keluar
untuk mendekati bentuk gelombang-gelombang tersebut ke dalam bentuk gelombang-
gelombang sinusoidal. Prosedur ini disebut dengan analisis fourier yang akan kita pelajari
dalam bab ini juga. Oleh karena itu kita dapat mendiskusikan gelombang dalam bentuk
fungsi sinusiodal sederhana, cosinus atau sinus.
2π
y A sin x (t = 0) (2.3)
λ
yang merupakan bentuk periodik dengan jarak tempuh . Hasil pemotretan selanjutnya saat
t = , yaitu saat seluruh bentuk gelombang telah berpindah ke arah x positif sejauh cw
meter. Jika fungsi f (x) berubah kedudukan ke arah sumbu x positif sejauh a diberikan oleh
persamaan f (x-a), maka persamaan yang menggambarkan bentuk gelombang saat t =
diberikan oleh :
2π
y A sin x - c w τ (2.4)
λ
2π
y A sin x - 2c w τ (2.5)
λ
dan seterusnya, sehingga kita dapat dengan mudah membuat persamaan untuk kasus
sembarang waktu t, dan sembarang posisi x dengan persamaan
2π
y A sin x - c w t (2.6)
λ
Jadi dapat kita lihat, bahwa simpangan merupakan fungsi f (x,t) dan dapat ditulis:
2π
f (x,t) = A sin x - c w t (2.7)
λ
2π
dengan x - c w t dinamakan sudut phase gelombang. Untuk selanjutnya, kita
λ
2
perkenalkan suatu besaran yang didefinisikan sebagai k , yang disebut bilangan
gelombang, yang menyatakan banyaknya gelombang tiap satuan panjang. Satuan bilangan
gelombang adalah 1/m atau m-1. Dengan demikian persamaan (2.7) dapat ditulis sebagai
cw
t= 0 x
t= x
cw
t = 2 2 cw x
Gambar 2.3. Hasil pemotretan gelombang pada saat t = 0, dan pada saat gelombang
sudah berpindah sejauh cw dan sejauh 2cw
.
Sampai pada persamaan (2.8) kita masih membatasai diri pada persoalan
gelombang tali. Gelombang semacam ini baik sekali digunakan sebagai contoh penjalaran
gelombang dan sifat gelombang satu dimensi, sebab medium yang digunakan, yaitu tali,
dapat dianggap mempunyai dimensi satu. Jadi tali dianggap hanya mempunyai panjang
saja dan gelombang hanya dapat menjalar disepanjang tali, sehingga hanya ada satu
dimensi arah penjalaran. Dengan mempelajari sifat gelombang pada tali, kita dapat
mempelajari banyak sifat gelombang yang lain.
Contoh 2.1
Cepat rambat gelombang dalam tali adalah 20 m/s. Penggetar yang mempunyai
frekuensi 15 hertz dikaitkan dengan ujung tali tersebut. Carilah dari gelombang
yang muncul dalam tali. Jika amplitudonya 2,0 cm tentukan persamaan gelombang
tali tersebut !
Penyelesaian
Persamaan gelombang secara umum adalah
y = A sin (kx - t)
Panjang gelombang dapat ditentukan
c w 20
λ 1,3 meter
υ 15
2 π 2 3,14
k 4,83 rad/m
λ 1,3
ω 2 π υ 2 3,14 15 94,25 rad/s
A 2 cm 0,02 m
Sehingga persamaan gelombang yang merambat pada tali adalah
y = 0,02 sin (4,83 x – 94,25 t) meter
Gelombang pada permukaan air merupakan suatu contoh gelombang dua dimensi,
karena medium gelombang ini yaitu permukaan air, mempunyai dimensi dua, yaitu
panjang dan lebar. Gelombang periodik pada permukaan air dapat berupa gelombang
lingkaran atau gelombang lurus. Sebuah gelombang disebut gelombang lingkaran jika
muka gelombang berbentuk lingkaran dan disebut gelombang lurus jika muka gelombang
berbentuk garis lurus.
y X’
k
Y’
Muka
gelombang
x
Gambar 2.4. Gelombang lurus sinus menjalar pada arah k
Dalam medium berdimensi dua, vektor kecepatan gelombang dinyatakan dengan
vektor v . Bilangan gelombang juga harus dinyatakan dengan vektor k yang memenuhi
ω
hubungan k , dengan sebagai frekuensi gelombang. Jadi arah sinar gelombang
v
dapat dinyatakan oleh vektor gelombang k . Pada Gambar 2.4. sudut phase gelombang di
titik P sama dengan sudut phase gelombang di titik Q, karena kedua titik ini terletak pada
muka gelombang yang sama. Sudut phase di titik Q adalah
Q kx't
Selanjutnya, suatu gelombang lurus atau gelombang datar dapat kita nyatakan dengan
fungsi gelombang
y A sin k .r t 0 (2.9)
2
dengan k adalah vektor bilangan gelombang yang mempunyai besar dan mempunyai
arah sama dengan arah rambat gelombang.
Contoh 2.2
Penyelesaian
2
Panjang gelombang dapat ditentukan dengan persamaan
k
k 2 (3iˆ 4 ˆj )m 1 atau k (6iˆ 8ˆj )m 1
k kx ky
2 2
6 2 8 2 10
2 2
0,2m atau 20 cm
k 10
k .r t 6 10 8 15 10 10 80 rad
Simpangannya adalah
d2 f
2
2 f 0
dt
Untuk persamaan gelombang haruslah ada tambahan variabel dari perambatan (dimensi
ruang), sehingga persamaan gelombang dapat dinyatakan seperti persamaan (2.8).
persamaan tersebut adalah periodik untuk koordinat ruang x dan waktu t, sehingga
d2 f d2 f
persamaan diferensialnya berisi dan yang dapat dituliskan sebagai berikut
dt 2 dx 2
f x, t A sin kx ωt
ωAcoskx ωt
df
dt
d 2f
2
ω 2 Asin kx ωt
dt
kA coskx ωt
df
dx
d 2f
2
k 2 A sin kx ωt
dx
ω d 2f 2
2 d f
Jika c w , maka 2 c w (2.11)
k dt dx 2
Persamaan (2.11) berlaku secara umum untuk segala macam gelombang bebas satu
dimensi, baik gelombang transversal maupun longitudinal. Persamaan ini juga tidak
bergantung pada jenis medium.
Jika
d
kx ω t ω dinamakan diferensial parsial dan dapat dituliskan sebagai
dt x konstan
kx ω t , maka
t
f
kx ω t dA sin kx ωt
t t dkx ω t
ω A cos kx ω t
2f 2 f
2
c (2.12)
t2 x 2
w
2f 2f
atau const (2.13)
t2 x2
Persamaan (2.12) disebut dengan persamaan gelombang dalam bentuk diferensial, yang
mempunyai solusi
f x, t f x c w t atau
f x, t f x c w t
tanda (-) artinya gelombang merambat ke kanan, dan (+) menyatakan arah rambatnya ke
kiri. Fungsi f(x - cwt) tidak selalu mempunyai bentuk sinusiodal, tetapi dapat mempunyai
beberapa bentuk, misalnya pulsa, segitiga, bujursangkar dan sebagainya, atau yang disebut
dengan gelombang nonsinusiodal. Sebagai contoh, marilah kita lihat persamaan gelombang
yang dinyatakan dengan
x cwt 2
f x c w t Ae a2
x2
f x cwt Ae a2
Fungsi ini mempunyai bentuk pulsa eksponensial yang merambat kearah positif dengan
cepat rambat cw, setelah t detik, pulsa menempuh jarak cw t seperti pada Gambar 2.5.
f(x,t)
A Cω t
t =0 Cω t t
Cω t
Gambar 2.5. Gelombang pulsa eksponensial dilihat pada saat yang berbeda
2 f
cw 2 f
2
(2.13a)
t 2
2 f 2 f 1 2 f
(2.13c)
r 2 r r c w 2 t 2
Untuk tempat yang jauh dari sumber r >>, gelombang bola dapat dipandang sebagai
gelombang datar, karena jari-jari muka gelombang mendekati tak hingga, sehingga muka
gelombangnya mendekati bidang datar.
Contoh 2.3
a. f Ax 2t 2
b. f A sin x 2 4t
Penyelesaian
a. f Ax 2t 2
f
2 Ax 2t
x
2 f
2A (2.14)
x 2
f
2 Ax 2t 2 4 Ax 2t
t
2 f
4 A 2 8 A (2.15)
t 2
2 f 2 f
4 2 , dengan mengingat persamaan (2.12), maka fungsi tersebut adalah
t 2 x
menyatakan persamaan gelombang merambat, dengan kecepatan rambatnya sebesar
cw 4 2 .
b. f A sin x 2 4t
f
x
2 xAcos x 2 4t
2 f
2 x A sin x 2 4t 2 x A cos x 2 4t (2.16)
x 2
f
t
4 A cos x 2 4t
2 f
16 A sin x 2 4t (2.17)
t 2
2f 2f
t2
const
x2
sehingga fungsi
f A sin x 2 4t bukan persamaan
gelombang merambat
2.4.Superposisi Gelombang
Kita telah mengetahui bahwa jika suatu gelombang merambat melalui suatu titik,
maka gelombang itu akan menimbulkan gangguan di titik tersebut. Gangguan ini dapat
berupa besaran vektor dan dapat pula berupa besaran skalar. Gangguan yang berupa
besaran vektor, misalnya kuat medan listrik dan magnet pada gelombang elektromagnetik
serta simpangan elemen dawai pada gelombang transversal dalam dawai tegang. Gangguan
skalar misalnya perubahan tekanan pada gelombang bunyi. Semua gangguan tersebut
bergantung kepada posisi titik yang kita tinjau dan juga tergantung pada waktu (saat
terjadinya gangguan).
Pada bagian ini kita akan membahas apa yang terjadi jika kita mempunyai dua atau
lebih gelombang yang sejenis melalui suatu titik atau melalui deretan titik-titik dalam
ruang atau yang melalui suatu daerah dalam ruang. Sebagai contoh dua gelombang bunyii
yang sama-sama berada di udara. Gelombang pertama akan menyimpangkan titik-titik dalam
medium antara –A sampai +A. Gelombang kedua juga akan menyimpangkan titik-titik dalam
medium antara –A sampai +A. Sehingga simpangan total titik-titik dalam medium ketika dua
gelombang merambat bersamaan merupakan jumlah dari simpangan yang dihasilkan oleh
masing-masing gelombang. Fenomena ini dikenal dengan superposisi gelombang.
Dua buah gelombang dapat dijumlahkan atau disuperposisikan. Ini terjadi ketika
dua gelombang yang sejenis berada dalam tempat dan waktu yang sama. Ada beberapa
kasus yang akan kita tinjau. Kasus dua gelombang dengan ω dan k sama tetapi berbeda
fasenya. Kasus dua gelombang dengan ω dan k sama tetapi arah geraknya berlawanan.
Kasus dua gelombang dengan ω dan k nya berbeda sedikit. Prinsip superposisi yaitu sifat
yang menyatakan bahwa resultan gangguan di setiap titik dalam suatu medium adalah
jumlah aljabar dari masing-masing gelombang yang membentuknya. Untuk pembahasan
berikut ini kita batasi pada gelombang sinus.
2.4.1. Superposisi dua gelombang sinus yang memiliki amplitudo sama tapi frekuensi
berbeda
Kita bahas terlebih dulu dua gelombang sinus yang mempunyai amplitudo sama,
tetapi mempunyai frekuensi berbeda yaitu 1 dan 2 ,yang keduanya merambat dalam
arah positif. Dua gelombang tersebut mempunyai bilangan gelombang yang berbeda yaitu
k1 dan k2. Persamaan dua gelombang tersebut adalah
f1 x, t A sin k1 x 1t , dan
f 2 x, t Asin k 2 x 2t
Hasil penjumlahan dua gelombang adalah
f x, t Asin k1 x 1t sin k 2 x 2t (2.18)
Ingat bahwa
sin sin 2 sin cos (2.19)
2 2
maka
k k 2 x 1 2 t k k 2 x 1 2 t
f x, t 2 A sin 1 cos 1
2 2
........................(2.20)
Jika 1 dan 2 mempunyai harga yang persis sama, demikian juga k1 dan k2, maka
persamaan gelombang resultan adalah
f x, t 2 Asin k1 x 1t (2.21)
Dalam persamaan (2.21) tampak bahwa gelombang resultan mempunyai amplitudo dua
kali amplitudo gelombang asal.
Superposisi Gelombang Sinusoidal
Sekarang kita tinjau gelombang yang bentuknya sederhana, yaitu gelombang
sinusoidal. Untuk superposisi dua buah gelombang. Simpangan masing-masing
mudahnya kita hanya batasi pada gelombang adalah
Kita tinjau kasus sederhana di mana amplitudo, periode dan panjang gelombang kedua
gelombang sama,
A1=A2
T1 = T2
λ1 = λ2
Layangan
Jika 1 dan 2 mempunyai harga yang berselisih sedikit, demikian juga k1 dan k2,
sehingga dapat dinyatakan bahwa
1 2 dengan berharga kecil (2.22)
demikian juga
k1 k 2 k dengan k berharga kecil (2.23)
maka persamaan gelombang resultan adalah
k
f x, t 2 A sin k1 x 1t cos x t (2.24)
2 2
1 2 21
Karena 1
2 2
k1 k 2 2k1 k
Dan k1
2 2
Dari persamaan (2.24) dapat dilihat bahwa gelombang resultan merupakan gelombang
harmonis, yang mempunyai amplitudo
k
AR x, t 2 A cos x t (2.25)
2 2
Amplitudo ini juga berbentuk gelombang yang merambat dengan kecepatan
2 (2.26)
k k
2
amplitudo gelombang berbentuk amplop atau group gelombang, sehingga disebut
gelombang group. Kecepatan gelombang group dinyatakan dengan
d
cg (2.27)
k dk
dengan panjang gelombangnya adalah
2
g (2.28)
k
2
Dari persamaan (2.24) kecepatan gelombang harmonis disebut kecepatan phase
1
c ph (2.29)
k1
dan panjang gelombangnya adalah
2
(2.30)
k1
Gambar 2.6. Hasil superposisi dua gelombang dengan perbedaan frekuensi yang
kecil
Jika kita memotret gelombang resultan yang dinyatakan dalam persamaan (2.24)
atau kita potret gelombang tersebut pada saat t = 0, maka
k
f x,0 2 A sin k1 x cos x (2.31)
2
k
Karena k<< k maka panjang gelombang yang berkaitan dengan adalah
2
2 2
, dengan demikian > 1 karena 1 dan adalah panjang gelombang
k k1
2
layangan.
1 2
Periode layangan = (2.32)
Dan frekuensi layangan adalah = 1 2 (2.33)
2
Contoh terjadinya layangan adalah jika dua sumber gelombang bunyi yang masing-masing
mempunyai frekuensi dengan beda sedikit, misal 567 Hz dan 570 Hz yang dibunyikan
bersama-sama, maka akan kita dengar bunyi layangan dengan frekuensi 7 layangan per
detik.
Contoh 2.4
Dua buah gelombang sinusiodal mempunyai persamaan
f1 x, t 2 sin 5x 1500t dan f 2 x, t 2 sin 5,1x 1530t . Tentukan
a. persamaan gelombang resultannya
b. frekuensi layangan
c. panjang gelombang layangan
Penyelesaian
0,1 30
f x, t 4 sin 5,054 x 1515t cos x t
2 2
30
b, Frekuensi layangan adalah 4,8 Hz
2 2
2 2
c. Panjang gelombang layangan = 62,8m
k 0,1
Contoh 2.6.
Kecepatan fase riak pada permukaan cairan ialah √2𝜋𝑆/𝜆𝜌 dengan S menyatakan
tegangan permukaan dan kerapatan cairan. Cari kecepatan grup riak tersebut.
Penyelesaian :
2𝜋
𝑣 = √2𝜋𝑆/𝜆𝜌 𝜆= 𝑘
𝑣 = √𝑘𝑆/𝜌
1
𝜔
𝑣 = 𝑘 2 √𝑆/𝜌 𝜔 = 𝑣𝑘 ,𝑣 = 𝑘
1
𝜔
= 𝑘 2 √𝑆/𝜌
𝑘
3
𝜔 = 𝑘 2 √𝑆/𝜌
𝑑𝜔
Kecepatan grup 𝑢 = 𝑑𝑘
32 s
d k
d
u
dk dk
d 3 12 s d 3 s
u k u k
dk 2 dk 2
Slope = konstan
k
Selama merambat, gelombang nondispersif mempunyai pola yang tetap. Bila gelombang
berupa pulsa, maka pulsa akan merambat tanpa mengalami deformasi, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.8.
Cw t
x
Gambar 2.8. Pola gelombang nondispersif
d
kecepatan group
dk
kecepatan phase
k
k
d
Gambar 2.9. Dalam gelombang dispersif, kecepatan group tidak sama
dk
dengan kecepatan phase
k
Dalam medium dispersif, pulsa yang merambat mengalami perubahan bentuk,
semakin lama, tinggi pulsa makin pendek dan lebar pulsa makin besar, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.10. Untuk gelombang mekanik, hampir semua medium bersifat dispersif,
misal gelombang yang merambat pada tali, maka semakin lama, tinggi pulsa makin rendah
dan akhirnya hilang sama sekali. Sedangkan contoh untuk gelombang nondispersif adalah
gelombang elektromagnet yang merambat dalam hampa.
Hubungan kecepatan group dan kecepatan gelombang (kecepatan phase) adalah
c ph maka c ph k
k
Sedangkan
d d c ph k dc ph
cg c ph k (2.34)
dk dk dk
2
Karena k maka dk 22 d , sehingga persamaan (2.34) dapat dituliskan
2 dc ph
c g c ph
2 d
2
dc ph
c g c ph (2.35)
d
Berarti kecepatan group tergantung pada panjang gelombang medium. Medium yang
mempunyai sifat seperti ini disebut medium dispersif. Pada gelombang dispersif, kecepatan
group tidak sama dengan kecepatan phase atau
d
(2.36)
dk k
CP t
P CP ≠ C A
CA t
P’
A A’
x
Gambar 2.10. Dalam medium dispersif, pulsa yang merambat mengalami perubahan
bentuk.
Contoh 2.5.
Penyelesaian
a. Kecepatan phase gelombang = = 1000 – 3x 10-2 k2
k
d
Kecepatan group = 1000 9 10 2 k 2
dk
b. Pada saat k = 100 rad/m, kecepatan phase gelombang adalah = 700 rad/m
2.4.2. Superposisi dua gelombang yang mempunyai frekuensi dan amplitudo sama,
tetapi phase berbeda
Misal dua gelombang tersebut mempunyai persamaan masing-masing adalah
k
y 2 A cos sin k x t (2.37)
2 2
Gelombang resultan adalah gelombang harmonis, yang mempunyai frekuensi sama dengan
frekuensi gelombang penyusun, tetapi mempunyai amplitudo sebesar
k
2 A cos 2 A cos (2.38)
2
1
Jika << , maka besarnya amplitudo hampir sama dengan 2A, dan jika ,
2
maka besarnya amplitudo mendekati harga nol.
Jika = 0, maka besar amplitudo sama dengan 2A, dalam hal ini jika dua
gelombang yang bersuperposisi mempunyai phase sama, dikatakan bahwa dua
gelombang tersebut saling konstruktif.
1
Jika , maka besarnya amplitudo sama dengan nol, atau dalam hal ini dua
2
gelombang yang bersuperposisi mempunyai phase yang berlawanan dan hasilnya
adalah nol, dikatakan bahwa dua gelombang tersebut saling destruktif
Y = Y1 + Y2
Y2
Y1
(a)
Y2
Y = Y1 + Y2
(b)
Y1
Gambar 2.11. Superposisi dua gelombang a. Superposisi konstruktif, b. Superposisi
destruktif
2.4.3. Superposisi dua gelombang harmonis dengan frekuensi sama, tetapi amplitudo
dan phase awal berbeda.
Jika kedua gelombang mempunyai amplitudo a1 dan a2, serta memiliki frekuensi
yang sama maka persamaan dua gelombang tersebut masing-masing dapat dituliskan
y1 = a1 sin (kx - t - 1)
y2 = a2 sin (kx - t - 2 )
Hasil superposisi dari dua gelombang dapat ditentukan dengan dua cara :
Cara aljabar
y = A sin ( X - )
Cara fasor
y2 x, t a2 coskx t 2
Hasil superposisi kedua gelombang ini dapat dinyatakan dengan fungsi gelombang
Untuk menyelesaikan hal ini, tiap suku pada persamaan (2.47) kita pandang sebagai suatu
vektor. Untuk gelombang pertama
yaitu suatu vektor yang panjangnya sama dengan amplitudo gelombang a1 dan membuat
sudut 1 kx t 1 dengan sumbu x. Jadi arah vektor ini dinyatakan oleh sudut
phasenya, terutama tetapan phasenya, oleh karena itu disebut fasor.
y y1
1
Arah acuan
a1
kx t
x
Gambar 2.13. vektor y1 a 11
Dengan menggunakan fasor, superposisi kedua gelombang pada persamaan (2.47)
merupakan jumlah fasor
y R y1 y2
AR
a1
a2 0R
1 2
x
Gambar 2.14. penjumlahan fasor
Contoh 2.6
Penyelesaian
y1 5 sin kx t 450
y1 5 cos kx t 450 5 cos kx t 1350
2
y2 3 cos kx t 300
Fungsi gelombang superposisi adalah
yR AR coskx t 0 R
Amplitudo gelombang resultan dapat ditentukan dengan :
AR 5 2 3 2 2 5 3 cos 135 0 30 0 5,022
2
AR 2,24
Tetapan phasenya dapat ditentukan dengan
tg 0 R
5 sin 135 0 3 sin 30 0
3,535 1,5
2,172
5 cos 135 3 cos 30
0 0
3,535 2,598
0 R 65,28 0
Jadi fungsi gelombang superposisi adalah
y R 2,24 cos kx t 65,280