Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN HASIL KAJIAN FISIKA 2

“ GELOMBANG DAN OPTIK”

DISUSUN OLEH :

SHINTIA DATU NIM : 21505002

MARTA PURBA NIM : 21505006

NOVYA AMIHI NIM : 21505018

YES WENDA NIM : 17505045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2023
GELOMBANG MEKANIK
A. Definisi Gelombang

Ketika sedang asyik mendengarkan musik atau menikmati deru ombak laut, pada dasarnya
kamu tengah merasakan dan mengamati gejala gelombang. Begitu pula ketika kamu
menggerakkan tali dan slinki seperti kegiatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Ketika
tali atau slinki digerakkan, maka akan terbentuk sebuah pola gelombang.
Gejala gelombang juga dapat diamati secara langsung ketika kamu melempar batu di kolam
atau sungai. Ketika batu mengenai permukaan air kolam lalu masuk ke dalam air kolam
maka akan terbentuk pola gelombang berbentuk lingkaran yang merambat dari batu ke tepi
kolam. Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat. Batu yang dilemparkan
merupakan sebuah usikan atau gangguan, sehingga menimbulkan gelombang pada
permukaan air. Gelombang mengangkut energi tetapi tidak mengangkut materi dari satu
daerah ke daerah lainnya.

Klasifikasi Gelombang

Pengklasifikasian gelombang sangat beragam, misalnya menurut arah getar, amplitudo, dan
medium perambatannya. Coba kita bahas satu per satu klasifikasi gelombang ini agar kamu
dapat memahaminya dengan baik. Menurut ada tidaknya medium untuk perambatan
energinya, gelombang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gelombang mekanik dan
gelombang elektromagnetik.
1) Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik merupakan gelombang yang perambatan energinya dari satu tempat
ke tempat yang lain memerlukan suatu zat perantara yang disebut medium. Ketika
gelombang tersebut berjalan melalui medium, partikel-partikel yang membentuk medium
mengalami pergeseran yang tergantung dari sifat gelombang tersebut. Contoh gelombang
mekanik adalah gelombang bunyi dan gelombang pada tali.
2) Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang perambatan energinya tidak
memerlukan medium perantara. Contoh gelombang elektromagnetik, misalnya gelombang
cahaya, sinar X, gelombang radio, gelombang TV, dan sebagainya. Pembahasan pada bab ini,
hanya dibatasi pada materi gelombang mekanik saja, sedangkan pembahasan tentang
gelombang elektromagnetik akan dibahas secara lengkap di bangku Kelas XII.
Menurut arah getar dan arah rambatnya, gelombang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. 1) Gelombang Transversal
Gelombang transversal merupakan gelombang dengan arah getarannya tegak lurus terhadap
arah perambatan gelombang. Misalnya, jika seutas tali kamu gerakkan ke atas kemudian ke
bawah pada salah satu ujungnya, akan terlihat suatu bentuk gelombang yang berupa lembah
dan puncak.
Berikut dijelaskan istilah- istilah dalam gelombang transversal.
a) Puncak gelombang merupakan titik-titik tertinggi gelombang, misalnya titik B dan H.
b) Menurut arah getar dan arah rambatnya, gelombang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

1) Gelombang Transversal
Gelombang transversal merupakan gelombang dengan arah getarannya tegak lurus terhadap
arah perambatan gelombang. Misalnya, jika seutas tali kamu gerakkan ke atas kemudian ke
bawah pada salah satu ujungnya, akan terlihat suatu bentuk gelombang yang berupa lembah
dan puncak.
Satu panjang gelombang transversal terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Berikut
dijelaskan istilah- istilah dalam gelombang transversal.
 Puncak gelombang merupakan titik-titik tertinggi gelombang, misalnya titik B dan H.
 Dasar gelombang merupakan titik terendah gelombang, misalnya titik E dan K.
 Bukit gelombang merupakan lengkungan atas gelombang, misalnya OBD dan GHJ. Lembah
gelombang merupakan lengkungan bawah gelombang, misalnya DEG dan JKM.
 Simpangan merupakan jarak partikel yang dilalui gelombang terhadap titik seimbang (O).
 Amplitudo merupakan simpangan terbesar gelombang, misalnya BC dan EF.
 Panjang gelombang merupakan jarak dua puncak berurutan (misalnya BH) atau jarak dua
dasar berurutan (misalnya EK).

2) Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal merupakan gelombang dengan arah getarannya sejajar dengan
arah perambatannya. Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi dan
gelombang pada sebuah slinki. Pada gelombang longitudinal terdapat rapatan dan
renggangan. Rapatan dan renggangan dapat terjadi pada zat padat, zat cair, dan zat gas. Satu
panjang gelombang longitudinal merupakan jarak antarpusat rapatan yang berdekatan atau
jarak antarpusat renggangan yang berdekatan. Gelombang longitudinal dapat merambat
melalui zat padat, cair, dan gas.
c) Menurut amplitudonya, gelombang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gelombang
berjalan dan gelombang tegak (stasioner). Gelombang berjalan merupakan galombang yang
amplitudonya tetap, sedangkan gelombang stasioner merupakan gelombang dengan
amplitudo yang berubah. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang gelombang berjalan dan
gelombang stasioner, akan dipelajari pada bab selanjutnya.

B. Besaran dan Karaketeristik Gelombang Mekanik


1. Besaran-besaran Gelombang
a. Penjang Gelombang
Panjang gelombang merupakan salah satu besaran gelombang yang menunjukkan jarak
yang ditempuh gelombang dalam satu periode. Pada gelombang transversal, panjang satu
gelombang adalah jarak antara puncak gelombang dengan puncak gelombang berikutnya
ataupun jarak antara dasar gelombang satu dengan dasar gelombang berikutnya. Sedangkan,
pada gelombang longitudinal panjang satu gelombang merupakan jarak antara pusat rapatan
atau renggangan satu dengan pusat rapatan atau renggangan berikutnya. Panjang gelombang
disimbolkan dengan A dan memiliki satuan yang sama dengan satuan panjang, yakni meter.

b. Periode dan Frekuensi


Periode merupakan waktu yang diperlukan untuk menempuh satu panjang gelombang,
sedangkan frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang terbentuk setiap sekon.
Hubungan antara periode dengan frekuensi gelombang dinyatakan sebagai berikut.
1
T=
f
Ket :
T = Priode (s)
F = Frekuensi (Hz)

c. Cepat Rambat Gelombang


Cepat rambat gelombang di definisikan sebagai jarak yang di tempuh gelombang salama
satu sekon. Secara matemati, cepat rambat gelombang dinyatakan :
λ
V= atau v = λf
T
Ket :
v = Cepat Rambat Gelombang (m/s )
λ = Panjang Gelombang (m)
Jika gelombang merambat melalui zat padat, misalnya dawai, tali dan sebagainya, maka
cepat rambat gelombangnya adalah sebagai berikut :

Ket :
V=
√ F
μ
dengan μ =
m
l

v = cepat rambat gelombang (m/s)


F = Gaya (N¿
μ = rapat massa tali (kg/m)
m = Massa tali (kg)
l = Panjang tali (m)

d. Amplitudo Gelombang
Ampliudo merupakan simpangan maksimum. Gelombang logitudinal tidak memiliki
amplitudo, hanya gelombang tranversal yang memiliki amplitudo. Satuan panjang dari
amplitudo sama dengan satuan besaran panjang.
2. Karakteristik Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik mem[unyai karakteristik misalnya refleksi, refraksi, difraksi, dan
interferensi. Salah satu contoh gelombang mekanik adalah gelombang tali.

a. Pantulan Gelombang ( Refleksi)


Pada istilah SONAR (Sound Navigation Ranging). Sonar merupakan suatu teknik yang di
gunakan untuk menetukan letak benda di bawah laut dengan metode pemantulan gelombang.
Kapal mengirimkan suatu gelombang bunyi dan mengukur waktu yang di butuhkan untuk
kembali setelah pemantulan oleh dasar laut. Selan kedalaman ini, metode ini juga dapat di
gunakan unutk mengetahui Lokasi karang. kapal karam, kapal selam atau sekelompok ikan.
Untuk mempelajari pemantulan gelombang, kamu harus mengenal istilah muka gelombang
dan arah rambat Gelombang.
Pada gelombang air, ketika kamu melempar batu ke sungai, akan terbentuk pola lingkaran..
kumpulan dari pola lingkaran itulah yang di sebut sebagai muka gelombang .
ada gelombang air, ketika kamu melempar batu ke sungai, akan terbentuk pola lingkaran.
Kumpulan dari pola lingkaran itulah yang disebut sebagai muka gelombang. Sedangkan garis
yang ditarik dalam arah gerak gelombang dan tegak lurus dengan muka gelombang disebut
sebagai sinar gelombang. Pada gelombang air, semakin jauh muka gelombang dari sumber
gelombang maka kelengkungan muka gelombang akan mendekati garis lurus seperti
ditunjukkan Gambar 8.10 Hal ini dapat diamati pada gelombang di laut dan disebut sebagai
gelombang datar. pada Hukum pemantulan gelombang berlaku untuk karakteristik ini. Sudut
yang dibentuk oleh gelombang datang sama dengan sudut yang dibuat oleh gelombang
pantul. Sudut datang (θ ) merupakan sudut sinar datang yang tegak lurus muka gelombang,
dan sudut pantul (θ ) merupakan sudut yang berkaitan dengan gelombang pantul.

b. Pembiasan Gelombang (Refraksi)


Jika suatu gelombang datang pada suatu permukaan batas yang memisahkan dua daerah,
dengan laju gelombang berbeda, maka sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian
akan dibiaskan. Pembiasan gelombang adalah pembelokan arah rambat gelombang dari satu
medium ke medium lainnya.
Contoh gejala pembiasan gelombang juga dapat kamu amati pada gelombang air laut.
Gelombang air laut akan membias ketika mendekati bibir pantai dengan kecepatan yang
menurun secara bertahap. Hal berbeda terjadi ketika terdapat dua medium dengan batas yang
jelas seperti ditunjukkan gambar di samping. Cermatilah! Kerapatan muka gelombang
medium 2 lebih rapat daripada muka gelombang 1. Hal ini menyebabkan kecepatan
gelombang dalam medium 2 lebih kecil daripada kecepatan gelombang dalam medium 1.
Oleh sebab itu, arah perambatan gelombang membelok mendekati garis normal dan sudut
bias (θ ) lebih kecil daripada sudut datang (θ ).
Hukum snellius menjelaskan sebagai berikut.
1. Bila suata gelombang datang dari medium kurang ke medium lebih rapat, maka
gelombang tersebut di biaskan menjadi garis normal.
2. Bila suatu gelombang datang dari medium yang lebih rapat ke medium kurang rapat,
maka gelombang tersebut akan di biaskan menjauh garis normal.
Persamaan pembiasan dapat di peroleh dari prinsip Huygens. Perhatikan ADC dan ADB.
Berdasarkan kedua segitiga tersebut, di peroleh
v t v t
Sin θi = 1 dan sin θr = 2
AD AD

v1 t
sin θ i AD
=
sin θr v2 t
AD

sin θ i v 1
sin θr v 2
Ket :
θi = Sudut datang
θr = Sudut bias
V1 = cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s)
V2 = cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s)
Mengingat hubungan v = λ f , maka dapat di tuliskan :
sin θ i v1 λ1 f 1
= =
sin θr v2 λ2 f 2
Pada peristiwa pembiasan, kecepatan gelombang dan panjang gelombang akan berubah,
tetapi frekuensinya tetap (f1 = f2) sehingga dapat dituliskan
sin θ i λ1
=
sin θr λ2
Indeks bias Gelombang
Gelombang datang dengan kecepatan v1 di udara, masuk kedalam medium lain (Misalnya
air atau kaca). Kecepatan gelombang pada medium kedua berkurang v2 = perbendingan
cepat rambat gelobang di medium pertama dan cepat rambat di medium kedua di sebut
indeks bias (n). Secara matematis dapat di nyatakan sebagai berikut.
sin θ i n2 v1 λ1
- Atau = = =
sin θr n1 v2 λ2
Ket :
n1 = Indeks bias medium 1
n2 = Indeks bias medium 2
c. Perpaduan Gelombang ( interferensi )
Ketika bensin tumpah pada air akan terlihat warna pelangi dan keping CD yang terkena
sinar matahari juga berwarna seperti pelangi. Saat kamu menjatuhkan batu ke dalam air maka
akan terbentuk suatu gelombang. Jika puncak gelombang bertemu dengan puncak gelombang
lain (atau dasar gelombang bertemu dasar gelombang lain), maka terjadi interferensi yang saling
membangun yang disebut interferensi konstruktif. Namun, jika puncak gelombang bertemu dasar
gelombang, maka terjadi interferensi yang saling melemahkan yang disebut interferensi
destruktif.
Untuk menjelaskan interferensi, kerap kali digunakan istilah fase untuk menunjukkan
posisi relatif pada puncak gelombang. Perhatikan gambar di samping, dimana dua gelombang
berinterferensi secara konstruktif. jika kedua gelombang disejajarkan, puncak gelombang akan
berinterferensi dengan puncak gelombang lainnya dan kedua gelombang dikatakan sefase.
Puncak salah satu gelombang secara berulang bertemu dengan lembah gelombang lain, begitu
pula dengan dasar gelombangnya. Interferensi kedua gelombang merupakan interferensi
destruktif, sehingga tampak menghasilkan garis lurus, dan dikatakan kedua gelombang tidak
sefase
Peristiwa interferensi juga terjadi pada gelombang permukaan air. Jika kamu melempar
dua batu ke dalam permukaan air dengan posísi yang berdekatan, maka akan terjadi interferensi.
Terdapat dua sumber getaran yang membentuk dua buah gelombang. Dua buah gelombang ini
akan berinterferensi, dengan syarat kedua sumber getaran bergetar secara serentak (memiliki fase
yang sama) dan amplitudo serta frekuensi yang sama. Hal ini juga disebut dengan sumber yang
koheren.

d. Lenturan Gelombang (Difraksi)


Difraksi merupakan lenturan yang disebabkan adanya penghalang berupa celah-celah
sempit. Jika celah berukuran lebar, maka difraksi tidak jelas terlihat, tetapi jika celah dipersempit
maka difraksi akan tampak jelas. Celah bertindak sebagai sumber gelombang yang berupa titik.
Muka gelombang yang melalui celah di pancarkan berbentuk lingkaran-lingkaran dengan celah
tersebut sebagai pusatnya.

e. Polarisasi gelombang
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang sehingga
hanya memiliki satu arah getar saja. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal dan
tidak dapat terjadi pada gelobang longitudinal. Polarisasi akan menyerap arah getar dari
sebuah gelombang seperti ditunjukkan pada gambar di samping! Polarisasi dapat disebabkan
karena beberapa peristiwa, yaitu pemantulan, pemantulan dan pembiasan, dan absorbsi
selektif.
1) Polarisasi karena Pemantulan
Polarisasi karena pemantulan terjadi ketika suatu sinar yang tidak terpolarisasi datang pada
cermin datar, kemudian dipantulkan sehingga terjadi sinar pantul yang terpolarisasi.
2) Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan terjadi ketika sinar datang dari medium dengan
indeks bias n, ke medium dengan indeks bias n, sehingga sinar akan dipantulkan dan
dibiaskan. Jika sudut datang i menghasilkan sudut bias r yang tegak lurus dengan sinar
pantul, akan dihasilkan cahaya terpolarisasi sempurna. Sudut datang semacam itu disebut
sudut Brewster atau sudut polarisasi ip, yang dinyatakan:
n2
tan ip =
n1
ket :
ip = Sudut Polarisasi
n1 = Indeks bias medium 1
n2 = Indeks bias medium 2

3) Polarisasi karena Absorsi Selektif


Sebekar sinar di lewatkan pada dua polaroid, yaitu polarisator dan analisator. Polarisator
berfungsi untuk melewatkan sinar terpolarisasi dengan arah getar sesuai dengan sumbu
P1. Intensitas sinar terpolarisasi sama dengan setenga dari intensitas sinar yang tidak
terpolarisasi I0. Secara matematis, dituliskan :
1
I1 = I 0
2

Selektif polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang
cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah
melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah
melewati polaroid adalah sinar yang berpolarisasi. Peristiwa polarisasi ini di sebut
polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, antara lain pada kamera. Pada saat mengambil foto bnda yang silau, maka perlu
adanya polaroi supaya benda yang di foto fokus dan jelas hasilnya.

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STASIONER

1. Gelombang berjalan

Gelombang berjalan adalah gelombang yang merambat dengan amplitudo tetap.

A. formulasi gelombang berjalan


Perhatikan gambar 1.5. Misalkan titik asal getaran O telah bergetar naik turun selama t
sekon. Persamaan gelombang untuk titik o sesuai dengan persamaan simpangan getaran
harmonik sederhana dengan sudut fase awal θ0  = 0°, yaitu

y = A sin ωt atau y = A sin 2ℼφ (1-3)

t
dengan φ= (1-4)
T

φ adalah fase gelombang untuk titik asal getaran O

Gambar 1.5 Gelombang berjalan kekanan dengan titik


asal getaran adalah O. Titik P berada sejauh x
dari O. Lama P telah bergetar sama dengan lama
O telah bergetar dikurangi waktu untuk merambat
dari O ke P.(Sumber : Fernandez, Fulton. 2014.
"GELOMBANG BERJALAN". )

Pada saat titik asal getaran O telah bergetar selama t sekon, berapa lamakah titik p
pada tali yang berjarak x dari O telah bergetar? Karena gelombang merambat ke kanan,
maka tentu saja O bergetar lebih dahulu dari P . Bila cepat rambat gelombang adalah v,
maka waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari O ke P adalah jarak OP
dibagi v, atau x/v. Jadi, jika titik O telah bergetar selama t sekon, maka titik P telah
bergetar selama t p = t - x/v. Fase getaran naik-turun di P akibat gelombang dari O adalah

tp t−x /v t x
φp = = = -
T T T vT

Karena vT = λ , maka
t x
Fase gelombang φp = - (1-5)
T λ

Dengan memasukkan φ p dari persamaan (1-5) ke persamaan (1-3) kita peroleh

t x
y = A sin 2π ( - ¿
T λ

2π 2π
y = A sin ( t- x¿
T λ

2π 2π
Tetapkan = k, dengan k disebut bilangan gelombang dan = ω disebut frekuensi
T T
sudut, maka persamaan diatas dapat kita tulis dalam bentuk

y = A sin (ωt – kx)

deanga A= amplitudo getaran dititik asal O (m); t = lama titik asal O telah bergetar (s);

k = bilangan gelombang (m−1 ¿; ω = frekuensi sudut ( s−1 atau radian s−1 ); x = jarak titik
sembarang P dari titik asal O; y = simpangan getaran di suatu titik sembarang pada tali
(misalnya titik P), yang berjarak x dari titik asal getaran ada dua bentuk, yaitu

y = ± A sin (ωt ∓ kx )
(1-6)

y = ± A sin 2π ( t ∓ x ¿
T λ
(1-7)

t x
dengan fase gelombang φ = ( ∓ ¿.
T λ

B. Kecepatan dan percepatan partikel


Perhatikan gambar 1.6 misalnya titik P hanya bergerak harmonik naik-turun. Jika simpangan
titik P terhadap waktu t diketahui, maka kecepatan dan percepatan partikel di titik P
Gambar 1.6 Glombang berjalan ke kanan
bisa dihitung dengan cara turunan (diferensial). dengan cepat rambat v. Grafik utuh

menunjukkan gelombang pada saat t


Untuk simpangan partikel di P dinyatakan sebagai
kemudian. Tampak bahwa titik-titik sepanjang

tali (misal P) hanya bergerak harmonik naik-


y = A sin (ωt - kx ). Kecepatan partikel di P adalah turunan
turun. (Sumber Fernandez, Fulton. 2014.

pertama dari fungsi simpangan terhadap waktu. "GELOMBANG BERJALAN".)

dy d
vp = = [A sin (ωt – kx) ]
dt dt

v p = ωA cos (ωt – kx) (1-8)

Percepatan partikel di titik P adalah turunan pertama kecepatan di titik P terhadap


waktu.

d vp d
ap = = [ωA cos (ωt – kx)]
dt dt

a p = -ω 2A sin (ωt – kx) = -ω 2 y p (1-9)

C. Sudut fase, fase,dan beda fase gelombang berjalan

Untuk gelombang merambat ke kanan persamaan simpangannya adalah

t x
y p = A sin (ωt – kx) = A sin 2π ( - ¿
T λ

Besar sudut dalam fungsi sinus (dinyatakan dalam radian) disebut sudut fase.


t x
Sudut fase θ p  = ωt – kx = 2π ( - ¿
T λ
(1-10)

Persamaan (1-10) dapat kita tulis dalam bentuk

t x
θ p  =  2π ( - ¿ = 2πφ p , dengan φ p disebut fase gelombang di titik P, dan telah
T λ
dinyatakan dalam persamaan (1-5).

t x θp
Fase gelombang φ p = - =
T λ 2π

2. Gelombang stasioner

Gelombang stasioner adalah gelombang yang merambat dengan amplitudo berubah.

Prinsip superposisi linear

Ketika dua gelombang atau lebih datang secara bersamaan pada tempat yang sama, resultan
gangguan adalah jumlah gangguan dari masing-masing gelombang. Penjumlahan
bersama dari masing-masing pulsa adalah salah satu contoh dari sebuah konsep umum
yang dikenal sebagai prinsip superposisi linear.

Prinsip ini dapat diaplikasikan pada semua jenis gelombang, termasuk gelombang bunyi,
gelombang permukaan air, dan gelombang elektromagnetik seperti cahaya. Kita telah
mengetahui bahwa jika salah satu ujung tali digetarkan harmonik naik- turun, gelombang
sinusoidal akan merambat sepanjang tali. Gelombang datang ini akan dipantulkan
sehingga terjadilah gelombang pantul.

Dengan demikian, pada setiap titik sepanjang tali, bertemu dua gelombang, yaitu gelombang
datang dan gelombang pantul, yang keduanya memiliki amplitudo dan frekuensi yang
sama. Superposisi kedua gelombang yang berlawanan arah inilah yang menghasilkan

Gambar 1.10. Sebuah pulsa transversal yang

bergerak ke kanan pada tali yang tegang.


gelombang stasioner. (Gelombang stasioner sering disebut juga sebagai gelombang
berdiri atau gelombang diam).

Ujung tali yang tak digetarkan bisa diikat kuat pada sebuah

tiang sehingga tidak dapat bergerak ketika ujung lainnya

digetarkan. Ujung ini disebut ujung tetap. Tetapi, bisa

saja ujung yang tak digetarkan itu diikatkan pada suatu

gelang yang bergerak pada tiang tanpa gesekan. Ujung itu disebut ujung bebas.

A. Formulasi gelombang stasioner pada ujung tetap

Ketika kita mengirim pulsa transfersal dari O ke ujung tetap B, maka setibanya pulsa di
ujung tetap B, pulsa akan dipantulkan dan dibalik perhatikan gambar 1.10. Hal yang sama
terjadi jika kita mengirim gelombang harmonik dari O ke ujung tetap B. Kita telah
mengetahui bahwa gelombang datang yang merambat ke kanan dapat dinyatakan oleh y 1
= A sin (kx – ωt). Sedangkan gelombang pantul yang merambat ke kiri dan dibalik
(berlawanan fase) dapat

dinyatakan oleh

y 2 = -A sin (-kx – ωt) <-> y 2 = A sin (kx + ωt) (1-11)

Hasil superposisi antara gelombang datang y 1 dan gelombang


pantulnya y 2, menghasilkan gelombang stasioner, seperti ditunjukkan

pada gambar 1. 11. Pola gelombang stasioner adalah adanya simpul-


Gambar 1.11. Pola yang dibentuk
oleh kawat . (Sumber
simpul dan perut- perut pada titik-titik tertentu. Ini dengan jelas
Fernandez, Fulton. 2014
"GELOMBANG
ditunjukkan pada gambar. Pada titik sembarang T gelombang datang y 1

bertindihan dengan gelombang pantul y 2 . Sesuai prinsip superposisi

simpangan titik sembarang T diberi notasi y adalah resultan dari y 1 dan y 2.

y = 2A sin kx cos ωt (1-12)

y = A s cos ωt (1-13)

= 2A sin kx
As

(1-14)

Ket:

y = simpangan partikel pada gelombang stasioner oleh ujung tetap

A = amplitudo gelombang berjalan

As = amplitudo gelombang stasioner

x = jarak partikel dari ujung tetap

Letak simpul dan perut

Simpul adalah titik yang amplitudonya nol dan Perut adalah titik yang
amplitudonya maksimum. Perhatikan gambar 1.12 . Di ujung tetap
B (x = 0) partikel tidak dapat bergerak sehingga di ujung tetap selalu terjadi simpul. Jadi,
λ
simpul ke-1 terjadi di x = 0 . Karena jarak antara dua simpul yang berdekatan adalah
2
maka letak Gambar 1.12. Letak simpul
dan perut dari ujung
simpul ke-1, ke-2, ke-3, dan seterusnya adalah
tetap. (Sumber Fernandez,

λ λ λ
x n+1 = 0 , 1 × , 2× , … , n ×
2 2 2

B. Formulasi gelombang stasioner pada ujung bebas

Tidak seperti ujung tetap, pemantulan pulsa datang pada ujung bebas tidak dibalik perhatikan
Gambar 1.13. Ujung bebas tali dapat
didekati
gambar 1.13 . Dengan kata lain, pemantulan pada ujung bebas menghasilkan pulsa dengan mengaitkan tali
pantul
pada suatu gelang yang dapat
yang sepasa dengan pulsa bergerak bebas pada tiang licin.
(Sumber Fernandez, Fulton.
datangnya. Dengan demikian, jika gelombang datang yang merambat ke kanan dapat
dinyatakan oleh y 1 = A sin (kx – ωt) , maka gelombang pantul yang merambat ke kiri
tetapi sepase dinyatakan oleh

y 2 = -A sin (-kx – ωt)

Hasil superposisi gelombang datang y 1 , dan gelombang pantul y 2 , menghasilkan


gelombang stasioner, y dengan persamaan

y = 2A cos kx sin ωt (1-15)

y = A s sin ωt (1-16)

A s = 2A cos kx (1-17)

Letak simpul dan perut


Letak simpul dan perut dari ujung bebas ditunjukkan pada gambar 1.14 . Tampak bawah di
1
ujung bebas (x = 0) terjadi perut ke-1 dan pada x = λ terjadi simpul ke-1.
4

GELOMBANG BUNYI

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi


karena rapatan dan regangan dalam medium gas, cair, atau padat.
Gelombang itu dihasilkan ketika sebuah benda, seperti gitar atau
pita suara, yang digetarkan dan menyebabkan gangguan
kerapatan medium. Gangguan dijalarkan di dalam medium
melalui interaksi molekul-molekulnya. Getaran molekul tersebut
berlangsung sepanjang arah penjalaran gelombang. Seperti pada
kasus gelombang pada tali, hanya gangguan yang dijalarkan: sementara molekul-molekul
itu sendiri hanya bergetar ke belakang dan ke depan di sekitar posisi kesetimbangan.

Sumber:www jsd.clenemont.edu

Bunyi tidak dapat merambat pada ruang vakum karena di


dalam ruang vakum tidak ada medium yang dijadikan
tempat rambatan bagi regangan. Kejadian ini dapat kita
temui dengan membunyikan bel di ruang vakum dan
akibatnya kita tidak akan mendengar bunyi bel tersebut.
Bel tetap bergetar, namun karena disekitarnya tidak
terdapat medium untuk merambatkan getaran ke telinga kita.
Sumber: www.scencephoto.com

Kita sudah tahu bahwa udara merupakan medium penting untuk merambatkan gelombang
bunyi. Akan tetapi. bunyi merambat dengan kelajuan lebih cepat pada medium cair dan
padat daripada ketika pada medium udara. Dengan demikian, mengapa ketika daun
telinga kamu tempelkan pada rel kereta api kamu dapat mendengar kereta api yang
mendekat sebelum mendengarnya melalui udara.

Di dalam gas, kerapatan, dan tekanan terkait erat. Oleh karena itu, gelombang bunyi dalam
gas, seperti udara, dapat dipandang sebagai gelombang kerapatan
atau gelombang tekanan. Di dalam gelombang pada tali,
simpangan transversal tali dinyatakan fungsi gelombang. Fungsi
gelombang untuk gelombang bunyi yang serupa dengan
simpangan transversal tali adalah simpangan longitudinal
molekul-molekul gas dari posisi kesetimbangannya atau fungsi
yang berkaitan- perubahan tekanan gas.
Sumber: DJ image

Beberapa sifat gelombang bunyi yang akan dibicarakan dalam bab ini, seperti interferensi,
difraksi, refleksi, dan refraksi serta efek Doppler yang dapat diterapkan pada semua jenis
gelombang dan akan dijumpai lagi ketika kita mempelajari gelombang cahaya.

A. Gelombang Bunyi

Bunyi adalah gelombang yang dihasilkan dari getaran suatu objek dan dirambatkan melalui
suatu medium dari satu tempat ke tempat lain. Sumber gelombang bunyi adalah benda
yang bergetar. Gelombang bunyi dapat dihasilkan oleh getaran dawai atau semacamnya
(misalnya pada gitar, sasando, kecapi, dan biola), oleh kolom udara yang bergetar
(misalnya pada seruling, terompet, dan harmonika), atau oleh membran yang bergetar
(misalnya pada drum. gendang, tifa, dan pengeras suara). Dalam keadaan bergetar, benda
itu berganti-ganti merapatkan dan merenggangkan udara di sekitarnya. Dalam medium
udara, gangguan ini dirambatkan oleh interaksi berupa tumbukan antarmolekul udara.

Kita dapat membedakan bunyi dalam tiga aspek:

 harus ada sumber bunyi.


 energi yang dipindahkan dari sumber dalam bentuk
gelombang bunyi longitudinal.
 bunyi dideteksi oleh telinga atau suatu alat penerima
bunyi (Gambar 2.1).

Gambar 2.1

Gelombang bunyi yang dapat didengar oleh manusia mempunyai frekuensi tertentu,
yaitu berkisar antara 20 - 20.000 Hz. Frekuensi ini disebut frekuensi audio atau
audiosonik, dan gelombang dengan frekuensi tersebut kita sebut gelombang audio.
Gelombang bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz disebut gelombang infrasonik.
Contoh sumber gelombang infrasonik adalah gelombang seismik (gempa) dan aktivitas
vulkanisme. Telinga manusia tidak mampu mendeteksi gelombang infrasonik, tetapi ada
beberapa hewan yang mampu mendeteksinya. Hewan-hewan yang mampu mendeteksi
gelombang infrasonik antara lain: ikan paus, gajah, badak, jerapah, dan buaya. Hewan-
hewan tersebut menggunakan gelombang infrasonik untuk saling berkomunikasi.

Frekuensi bunyi yang berada di atas 20.000 Hz tidak dapat didengar


oleh manusia, gelombang dengan frekuensi ini disebut
gelombang ultrasonik. Gelombang ini dapat dihasilkan oleh
getaran mekanik pada kuarsa yang dikenai tegangan listrik bolak-balik dengan frekuensi
ultrasonik. Dalam bidang kedokteran, gelombang ultrasonik dapat

Sumber: www.unipv.A

Gambar 2.2
dimanfaatkan untuk melihat janin dalam kandungan atau organ dalam pasien
(ultrasonografi), terapi katarak, dan terapi kanker. Beberapa hewan dapat mendengar
bunyi dengan frekuensi ultrasonik, misalnya anjing, kelelawar, tikus, dan lumba-lumba
(Gambar 2.2).

1. Cepat Rambat (Laju) Bunyi

Cepat rambat bunyi berbeda pada bahan-bahan yang berbeda pula bergantung pada sifat
bahan itu. Di udara pada suhu 0°C dan tekanan 1 atm, laju bunyi sebesar 331 m/s. Laju
bunyi bergantung pada suhu medium, terutama untuk medium gas. Berdasarkan data, laju
bunyi di udara akan bertambah sebesar 0,60 m/s untuk tiap kenaikan suhu 1°C.
Contohnya, laju bunyi di udara pada suhu 20°C adalah 340 m/s.

Dalam zat padat, laju bunyi bergantung pada kekakuan zat padat tersebut. Makin kaku suatu
bahan, makin cepat gelombang bunyi yang melewatinya. Hal ini sama seperti menambah
tegangan pada dawai untuk memperbesar laju gelombang bunyi. Jadi, laju bunyi pada
plastik cukup besar (2.680 m/s) dan pada baja lebih besar lagi (5.960 m/s). Laju bunyi
dalam berbagai medium ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Laju Bunyi dalam Berbagai Medium (1 atm, 20 °C)

Medium Laju (m/s)


Udara 340
Udara (0 ≈ oC) 331
Helium 1.005
Hidrogen 1.300
Air 1.440
Air laut 1.560
Besi 5.000

Gelas 4.500
Plastik 2.680

Aluminium 5.100
Kayu keras 4.000

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal sehingga lajunya dalam medium sama
dengan laju gelombang longitudinal.

Jika udara dianggap sebagai gas ideal, laju bunyi di udara dapat pula
dihitung dengan rumus:

v=
√ γP
ρ

Sumber:DJ.image (gam 2.3)

dengan γ adalah tetapan Laplace, Padalah tekanan udara, dan padalah massa jenisnya.

Tetapan Laplace y merupakan rasio antara kalor jenis zat pada tekanan tetap (cp) dan kalor
jenis zat pada volume tetap (cv).

Dalam gas ideal berlaku persamaan PV = nRT, dengan V adalah volume gas, n adalah jumlah
mol gas, R adalah tetapan umum gas (R = 8.314 J/mol.K), dan T adalah suhu mutlak. Jika
massa total gas nM (massa molekul relatif M dikalikan jumlah mol n), maka berlaku

v=
√ γRT
M

2. Resonansi

Setiap benda mempunyai frekuensi alamiah tertentu. Benda itu akan ikut bergetar jika ada benda
lain yang bergetar dengan frekuensi sama dengan frekuensi alamiahnya. Fenomena ini
dikenal sebagai resonansi. Jadi, resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda
akibat getaran benda lain yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah benda itu.

Resonansi memegang peranan penting dalam instrumen musik.


Dawai tidak dapat menghasilkan nada yang nyaring jika tidak
dilengkapi ruang resonansi (Gambar 2.4). Ruang resonansi ini dapat
beresonansi dengan semua frekuensi yang dihasilkan dawai. Pada
gitar atau biola terdapat ruang udara yang dapat beresonansi dengan
dawai yang bergetar di dekatnya. Tanpa ruang resonansi, gitar dan
biola tidak akan menghasilkan nada dengan nyaring. Sumber getar
terompet adalah getaran bibir peniupnya. Jika terompet tidak
dilengkapi ruang resonansi berupa pipa dengan bentuk tertentu,
getaran bibir saja tidak akan menghasilkan nada yang nyaring dan
merdu. Instrumen musik gamelan juga menggunakan ruang resonansi, demikian juga alat
musik angklung yang sangat terkenal dari Jawa Barat itu.

Sumber: www.physics.usc.edu (gmr 2.4)

(garpu tala dengan ruang resonasi)

3. Gejala-gejala Gelombang pada Gelombang Bunyi

Seperti umumnya gelombang, gelombang bunyi pun mengalami gejala-gejala seperti refleksi,
interferensi, difraksi, dan refraksi (pembiasan). Berbeda dengan gelombang transversal,
gelombang bunyi yang merupakan gelombang longitudinal ini tidak mengalami polarisasi
maupun dispersi.

a. Refleksi (Pemantulan) Gelombang Bunyi


Panggung konser musik biasanya didesain berbentuk parabola (cekung) agar bunyi dapat
didengar oleh seluruh penonton (Gambar 2.5). Jika panggung berbentuk parabola tertutup
(ruangan berbentuk elips). bunyi akan merambat dari satu titik fokus ke titik fokus yang lain.
Jika temanmu berdiri di salah satu titik fokus. sedangkan kamu berdiri menghadapnya di titik
fokus yang lain, bisikan temanmu akan jelas kamu dengar tanpa seorang pun di ruangan itu
dapat mendengarnya.

Refleksi bunyi menimbulkan banyak fenomena yang sangat


menarik. Suara yang terpantul kembali ke telingamu merupakan
gema (echo). Bunyi yang masih terdengar di sebuah auditorium
sesaat setelah sebuah band berhenti memainkan alat musik
merupakan akibat dari refleksi bunyi oleh dinding auditorium
ataupun benda-benda lain. Bunyi itu akan terus bergaung di
seluruh ruangan hingga energinya habis. Suatu gelombang
kehilangan sebagian energinya akibat diserap oleh benda yang
dikenainya. Energi sisanya hilang sebagai energi kalor.

Sum:www ouphonix.com (gam 2.5)

b. Interferensi Gelombang Bunyi

Pada saat dua buah gelombang secara simultan melewati daerah ruang yang sama, mereka
akan bergabung satu dengan lainnya, membentuk pola gelombang baru. Gelombang baru ini
merupakan penjumlahan (superposisi) dari kedua gelombang itu. Interaksi antara kedua
gelombang itu disebut interferensi. Syarat agar interaksi antara dua gelombang dapat
menghasilkan pola interferensi adalah: kedua gelombang itu mempunyai beda fase tetap
(koheren).

Jika kedua gelombang yang berinterferensi itu sefase, keduanya akan saling memperkuat.
Keadaan ini disebut interferensi konstruktif. Sebaliknya, jika kedua gelombang yang
berinterferensi itu berbeda fase 180°, keduanya akan saling melemahkan dan keadaan ini
disebut interferensi destruktif.
Jika gelombang-gelombang bunyi saling berinterferensi konstruktif, bunyi akan terdengar lebih
keras. Jika gelombang-gelombang bunyi saling berinterferensi destruktif, bunyi yang
terdengar lebih lemah.

Perhatikan Gambar 2.6.a. Dua loudspeaker atau


pengeras suara identik menghasilkan gelombang
bunyi yang saling berinterferensi konstruktif di
titik C. Syarat terjadinya interferensi konstruktif
adalah beda lintasan kedua gelombang di suatu
titik merupakan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang.

IAC-BCI = nλ (n = 0, 1, 2, 3, ...).

Gambar 2.6.b menunjukkan interferensi destruktif dari dua


gelombang bunyi di titik D. Syarat terjadinya
interferensi destruktif dari interaksi dua gelombang
bunyi adalah: beda lintasan kedua gelombang di suatu titik merupakan kelipatan bilangan
ganjil dari setengah panjang gelombang.

1
I AD – BDI = n ( λ) (n= 0,1, 2, 3,…).
2

Gam: 2.6 (gel bunyi dari pengeras suara A dan B

berinterferensi konstruksif di C dan berinterferensi secara destruktif di D.)

c. Difraksi Gelombang Bunyi

Kamu mungkin dapat mendengar suara guru di kelas sebelah pada saat belajar di
kelas. Ini merupakan salah satu fenomena gelombang bunyi, yaitu difraksi. Difraksi
adalah peristiwa pelenturan gelombang ketika melewati celah. Gelombang bunyi mudah
mengalami difraksi. Mengapa? Salah satu syarat terjadinya difraksi adalah ukuran
panjang gelombang seorde dengan ukuran celah. Gelombang bunyi di udara mempunyai
panjang gelombang berukuran beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Ukuran ini
seorde dengan ukuran lubang-lubang angin di ruang kelas, jendela, ataupun pintu.

Kamu dapat mendengar suara guru di kelas lain karena adanya difraksi bunyi. Difraksi
menggunakan celah penghalang sebagai sumber bunyi sekunder yang memancarkan
gelombang dalam arah yang baru. Gelombang-gelombang sekunder ini saling tumpang
tindih, saling berinterferensi satu sama lain dan juga dengan gelombang semula sehingga
bunyi terdengar kurang jelas. Difraksi dan interferensi dapat terjadi bersamaan dan
menyebarkan bunyi ke seluruh ruangan.

d. Refraksi (Pembiasan) pada Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi merambat lebih cepat di medium tertentu dibandingkan di medium lain.
Jika gelombang bunyi merambat dan memasuki medium yang berbeda, gelombang bunyi
itu akan dibelokkan. Pembelokan ini disebut refraksi atau pembiasan. Refraksi terjadi jika
gelombang bunyi dari suatu medium memasuki medium lain dengan sudut tertentu.
Refraksi selalu disertai perubahan laju gelombang.
Mengapa suara petir pada malam hari terdengar lebih keras dibandingkan pada siang
hari? Salah satu sifat gelombang adalah mengalami pembiasan menjauhi garis normal
jika merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat. Sebaliknya, jika
gelombang merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, pembiasan yang
terjadi akan mendekati garis normal.

Pada siang hari, lapisan udara bagian atas lebih rapat dibandingkan lapisan udara bagian
bawah sehingga gelombang bunyi dari petir akan dibiaskan menjauhi garis normal
(menjauhi permukaan tanah di bawahnya). Pada malam hari, lapisan udara bagian bawah
lebih rapat dibandingkan lapisan udara bagian atas sehingga suara petir dari lapisan udara
atas akan dibiaskan mendekati garis normal (mendekati permukaan tanah di bawahnya).
Oleh karena itu, suara petir terdengar lebih keras pada malam hari.

B. Karakteristik Beberapa sumber Gelombang Bunyi

Sumber beberapa bunyi adalah suatu benda yang bergetar. Hampir semua benda dapat
bergetar dan menyebabkan sumber bunyi. Pada subbab ini kita akan mempelajari
beberapa sumber bunyi sederhana. terutama alat musik.

Beberapa alat musik menggunakan getaran dawai untuk menghasilkan bunyi (misalnya
pada piano dan gitar) dan sebagian yang lain menggunakan getaran membran (misalnya:
drum dan gendang). Selain itu, ada juga alat musik yang menggunakan getaran kolom
udara untuk menghasilkan bunyi, yaitu pada alat musik tiup (misalnya: seruling,
terompet).

1. Senar (Dawai)

Jika pada senar diberi gangguan (dipetik), maka akan timbul getaran
transversal yang berjalan sepanjang senar itu. Getaran yang
sampai pada ujung tetap akan dipantulkan sehingga dihasilkan
gelombang stasioner pada senar. Selanjutnya gelombang ini
menggetarkan udara di sekelilingnya dan terbentuklah gelombang longitudinal di udara
sehingga dihasilkan gelombang bunyi.

Pada Gambar 2.7 menunjukkan prinsip dasar dari semua alat musik berdawai. Pergerseran
maksimum pada gelombang stasioner disebut perut (P) dan bagian ketika terjadi
pergeseran nol disebut simpul (S). Tinggi nada ditentukan oleh frekuensi resonansi
terendah, frekuensi dasar, yang hanya muncul pada ujung dawai (simpul). Panjang
gelombang dasar sama dengan dua kali panjang dawai sehingga frekuensi dawai adalah
f= v/λ = v/2L dengan u kecepatan gelombang pada dawai.

Gam 2.7 (pada gel berdiri pada dawai yang sesuai dengan

a.) ferekunsi nada dasar dan d.) frekunsi nada atas ke-3)

Pada Gambar 2.7.b, 2.7.c, dan 2.7.d, frekuensi-frekuensi yang lain bernilai v/L, 3v/2L, dan
2v/L. Secara umum, frekuensi-frekuensi yang dihasilkan tersebut memenuhi persamaan

v
f n=n f (n=2, 3, 4, ...).
2 L n1

Rangkaian frekuensi ini merupakan deret harmonik. Para musisi menamakan f. f. dan
seterusnya sebagai frekuensi nada atas (overtone). Frekuensi f, disebut frekuensi nada
atas pertama f 3 disebut frekunsi nada atas kedua, dan seterusnya.

Perbandingan frekunsi nada dasar dan nada atas berikutnya adalah f 1 : f 2 : f 3 :… = 1 : 2 : 3…

Marsene menuliskan frekunsi nada dasar untuk sebuah dawai yang ujung-ujungnya dibuat
tetap dalam bentuk yang lain, yaitu

f 1=

1 F
2L μ

Dengan:

F = besar gaya tari dawai (N)


μ = massa dawai persatuan panjang (g/m).

2. Pipa Organa

Pipa organa adalah alat yang menggunakan kolom udara


sebagai sumber bunyi. Bunyi dihasilkan dari getaran
gelombang berdiri pada kolom udara dalam tabung atau pipa.
Dalam beberapa alat musik (misalnya, terompet), getaran bibir
peniup akan membantu membangun getaran kolom udara.
Udara dalam tabung bergetar dengan berbagai frekuensi. Akan
tetapi, hanya frekuensi tertentu yang bertahan, yang berkaitan dengan gelombang berdiri.
Pada kolom udara, udara bergetar dalam bentuk gelombang berdiri longitudinal.

Gam 2.8 (a. pola nada besar, b. nada atas pertama,

dan c. nada atas kedua pada pipa organa terbuka).

a. Pipa Organa Terbuka

Pipa organa terbuka adalah pipa organa yang kedua ujungnya terbuka. Untuk
gelombang berdiri longitudinal pada pipa organa terbuka ini, titik simpul tekanan
menyatakan titik perut pergeseran. Sebaliknya, titik perut tekanan menyatakan titik
simpul pergeseran. Pipa organa terbuka mempunyai perut pergeseran pada kedua
ujungnya. Dalam satu gelombang, jarak antara dua perut berturut-turut setengah panjang
gelombang. Besaran L menyatakan jarak antara ujung-ujung pipa organa terbuka dan
frekuensi nada dasarnya f 1= v/2L.

Gambar 2.8 menunjukkan pola harmonik pertama (nada dasar). pola harmonik kedua (nada
atas pertama), dan harmonik ketiga (nada atas kedua).
Untuk setiap mode normal pada pipa organa terbuka, frekuensi yang bersesuaian diperoleh
dengan menggunakan hubungan

v v
f n= =n (n = 1, 2, 3, ...)
λn 2L

Harga n = 1 bersesuaian dengan frekuensi nada dasar (harmonik ke-1), n = 2 bersesuaian


dengan frekuensi harmonik kedua dan seterusnya.

b. Pipa Organa Tertutup

Pipa organa tertutup adalah pipa organa yang salah satu


ujungnya tertutup. Gambar 2.10 menunjukkan pipa
organa tertutup dengan ujung atas terbuka dan ujung
bawah tertutup. Gambar 2.10.a menunjukkan mode
normal dengan frekuensi terendah sebagai frekuensi nada
dasar. Pada Gambar 2.10.a. pipa organa mempunyai satu
titik simpul dan satu titik perut yang berjarak sebesar λ/4. Jika jarak simpul ke perut
adalah L, maka L= λ/4 atau λ= 4L. Frekuensi nada dasar f 1 dapat diperoleh berdasarkan
hubungan ƒ = v/λ.

Sum : principle of physics. 1995

(gam 2.9. Pipa pada alat musik)

Tinggi suara pipa organa tertutup lebih. rendah satu


oktaf dari tinggi suara pipa organa terbuka yang
sama. panjangnya. Nada-nada atas yang ada
hanyalah nada-nada atas yang memberikan simpul
pada ujung pipa yang tertutup, dan sebuah titik perut
di ujung yang terbuka. Dengan demi- kian, nada
harmonik kedua, keempat, dan seterusnya tidak ada.
harmonik yang ada hanya harmonik ganjil, yaitu harmonik pertama, ketiga, kelima dan
seterusnya.

Gam 2.10 (pola nada dasar, nada atas pertama,

dan nada atas kedua pada pipa organa tertutup)

Frekuensi nada dasar hingga frekuensi harmonik yang ketiga dapat

v
diperoleh berdasarkan hubungan f n= ,yaitu
λn

v
f n= (n = 1, 3, 5, ...).
4L

Secara umum frekuensi harmonik dapat dinyatakan dalam bentuk frekuensi nada dasar f 1

f n=n f 1 (n= 1,3,5,…).

C. Layangan Bunyi

Sebuah contoh menarik dan penting tentang interferensi adalah


timbulnya fenomena yang disebut layangan (Gambar 2.11).
Hal ini adalah fenomena yang terjadi jika dua sumber bunyi bersuperposisi.

Gam 2.11 (foto layangan yg terbentuk dari dua buah gelombang tali)

Misalnya, dua buah garpu tala, frekuensinya sangat berdekatan tetapi tidak tepat sama.
Gelombang bunyi dari dua sumber akan berinterferensi satu sama lain dan tingkat bunyi
akan bergantian naik dan turun, perubahan intensitas berjarak teratur disebut layangan.
Perhatikan Gambar 2.12. Dua gelombang
yang dinyatakan dalam bentuk
gelombang sinusoidal berfrekuensi 16
Hz dan 18 Hz saling berinteraksi
(Gambar 2.12.a). Gelombang resultan
yang diperoleh dari hasil superposisi
kedua gelombang itu berbentuk seperti
Gambar 2.12.b. Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada t = 0,25 s dan 0,75 s, kedua
gelombang sefase sehingga amplitudo

Gambar 2.12

resultannya maksimum. Namun, karena frekuensinya sedikit berbeda, di waktu lain kedua
gelombang itu tidak sefase. Bahkan, pada t = 0,50 s, kedua gelombang berlawanan fase
sehingga amplitudo resultan di titik itu bernilai nol.

Gelombang resultan (layangan) pada Gambar 2.12.b terlihat seperti sebuah gelombang
sinusoidal tunggal yang amplitudonya berubah-ubah terhadap waktu. Dalam waktu 1 s,
amplitudo. resultan mempunyai dua nilai maksimum dan dua nilai minimum, berarti
frekuensi layangan tersebut flayangan = 2 Hz.

Fenomena layangan pada gelombang bunyi terjadi misalnya pada dua garpu tala yang
frekuensinya hampir sama yang dibunyikan bersama-sama. Satu layangan didefinisikan
sebagai gejala dua bunyi keras atau dua bunyi lemah. Banyaknya layangan yang
terdengar dalam 1 s merupakan selisih frekuensi kedua gelombang bunyi dari kedua
garpu tala tadi. Jika frekuensi kedua garpu tala itu fa dan fb maka frekuensi layangannya
sebesar

flayangan = ‫׀‬fa - fb‫׀‬.

D. Efek Doppler
Kamu mungkin pernah memperhatikan bahwa nada sirene mobil pemadam kebakaran
terdengar lebih keras saat melalui kita. Atau kalian pernah memperhatikan perubahan
tinggi nada bunyi klakson ketika mobil lewat melaju dengan cepat. Ketika sumber bunyi
bergerak ke arah pengamat, tinggi nada akan lebih tinggi daripada sumber yang diam dan
jika sumber bergerak menjauhi pengamat tinggi nada akan mengecil. Fenomena ini
dikenal dengan efek Doppler dan terjadi untuk semua jenis gelombang. mari kita lihat
bagaimana ini terjadi dan menghitung perubahan frekuensi untuk gelombang bunyi.

Untuk menganalisis efek Doppler pada gelombang bunyi, kita akan menentukan hubungan
antara pergeseran frekuensi, kelajuan sumber, dan kelajuan pendengar relatif terhadap
medium (biasanya udara) yang dilalui oleh gelombang bunyi tersebut. Untuk
menyederhanakan, kita hanya akan membahas keadaan khusus, yaitu kecepatan sumber
dan pendengar dengan keduanya terletak pada garis lurus. Misalnya, v s dan v p berturut-
turut menunjukkan komponen-komponen kecepatan sumber bunyi dan kecepatan
pendengar sepanjang garis itu, relatif terhadap medium. Dalam pembahasan efek Doppler
ini, kita akan memilih arah positif untuk v sdan v p sebagai arah dari pendengar P ke
sumber S. Laju perambatan bunyi relatif terhadap medium, yaitu v. selalu dianggap
positif.

1. Pengamat Bergerak, Sumber Bunyi Diam

Gambar 2.13 memperlihatkan ilustrasi dari suatu sumber


bunyi yang diam (S) dan seorang pengamat (P)
bergerak menuju sumber bunyi dengan laju v p Sifat
gelombang bunyi persis seperti gelombang lingkaran
pada air, lingkaran-lingkaran pada gambar menyatakan
muka gelombang dengan jarak satu panjang gelombang, λ=vt.

Gam 2.13 ( efek doppler, pengamat

bergerak menuju sumber bunyi)


Apabila pengamat diam di tempat, ia akan mendengar bunyi dari sumber setelah bunyi itu
menempuh jarak s selama t sekon, gelombang yang diterimanya ialah vt/λ. Akan tetapi,
karena pengamat itu bergerak menuju sumber bunyi, maka ia akan menerima gelombang
tambahan dalam waktu t, sebesar v p . t / λ

Frekuensi bunyi yang diterima pengamat adalah banyaknya gelombang yang diterima per
satuan waktu, yaitu

vt / λ+ vp t / λ v + vp
f p= =
t λ

v + vp
f p=
v/ f s

v +vp
f p=f s
v

dengan v menyatakan kecepatan gelombang bunyi di udara.

Jika pengamatnya bergerak menjauhi sumber yang diam, maka persamaan menjadi

vp
f p=f s (1− )
v

Dengan demikian, seorang pengamat yang bergerak menuju sumber bunyi akan mendengar
frekuensi yang lebih tinggi daripada pengamat yang diam. Sebaliknya, seorang pengamat
yang bergerak menjauhi sumber bunyi akan mendengar frekuensi yang lebih rendah.
2. Sumber Bunyi Bergerak, Pengamat Diam

Tinjauhlah suatu keadaan ketika sumber bunyi bergerak menuju pengamat yang diam.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh keadaan ini adalah pemendekan panjang gelombang.
Pada Gambar 2.14 ditunjukkan oleh jarak antarmuka gelombang yang makin rapat. Jika
sumber bunyi mempunyai frekuensi fs dan laju vs maka dalam setiap getaran sumber itu
bergerak sejauh vs/vp

Sum: pencipta of physics, 1995

Jarak ini sama dengan pemendekan panjang gelombang dalam


tiap getarannya ketika sampai ke pengamat akan makin
berkurang. Pengurangan panjang gelombangnya akan
sebanding dengan jarak perpindahan sumber gelombang.
Panjang gelombang yang diterima oleh pengamat adalah λ
sumber -λperpindahan yaitu

v vs
λ’ = -
f s fs

Gambar 2.14

Jadi, frekuensi yang diterima oleh pengamat akan bertambah besar

v v
f p= =
λ ’ ( v−v s)/ f p

v
f p= = ¿)
λ’

Apabila sumber bunyi bergerak menjauhi pengamat yang diam, maka akan terjadi
pengurangan frekuensi yang diterima oleh pengamat sehingga persamaan menjadi

v
f p=f s ( )
v−v s
3. Sumber dan pengamat sama-sama bergerak
Keadaan lain yang mungkin terjadi adalah apabilah sumber dan pengamat sama-sama
bergerak, misalnya sumber dan pengamat saling menjauhi atau saling mendekati.Untuk
keadaan ini berlaku persamaan.

v ±vp
f p=f s ( )
v ± vs

Tanda (+) digunakan apabila sumber menjauhi pendengar dan pendengar mendekati
sumber. Tanda (-) digunakan apabila sumber mendekati pendengar dan pendengar
menjauhi sumber.

Persamaan merupakan fenomena gelombang bunyi dalam keadaan normal, kecepatan


gelombang bunyi di udara tidak dipengaruhi oleh keadaan lain. Akan tetapi,
bagaimanakah apabila kecepatan angin tidak diabaikan sehingga kecepatan gelombang
bunyi di udara melebihi kecepatan normalnya? Untuk kecepatan angin yang cukup besar,
maka kecepatan gelombang bunyi di udara akan bertambah atau berkurang bergantung
pada arah angin dan arah gelombang bunyi. Untuk angin yang bergerak searah dengan
rambatan bunyi, maka kecepatan gelombang bunyi akan bertambah ύ v+va dan untuk
angin yang bergerak berlawanan dengan arah tambahan bunyi kecepatan gelombang
bunyi akan berkurang ύ = v-va . Jadi, secara umum pengaruh kecepatan angin terhadap
kecepatan gelombang bunyi di udara dapat dituliskan sebagai

v' = v±va

dengan v' menyatakan cepat rambat gelombang bunyi yang dipengaruhi angin dan v a
menyatakan kecepatan angin.

Dalam memecahkan soal-soal maka besaran v dalam persamaan umum sebelumnya


harus digantikan dengan u' sehingga persamaan itu menjadi
v ՛±vp
f p=f s ( )
v ՛±vs

Efek Doppler dapat terjadi pada semua jenis gelombang yang lain juga.
Cahaya dan jenis gelombang elektromagnetik lain memperlihatkan
efek Doppler. Misalnya, dalam astronomi, efek Doppler
dipergunakan untuk mengukur pergeseran spektrum cahaya merah
pada cahaya dari galaksi-galaksi terjauh.

Sumber: www jo,man.ac.uk (gam 2.15)

Oleh karena galaksi-galaksi bergerak menjauhi kita, maka cahaya yang dipancarkan bergeser
menuju spektrum gelombang cahaya yang lebih panjang (frekuensinya rendah), yaitu
gelombang cahaya merah.

E. Intensitas Bunyi

Seperti gelombang berjalan pada umumnya, gelombang bunyi


berjalan juga memindahkan energi dari satu tempat ke tempat
yang lain. Intensitas gelombang, dengan simbol I, didefinisikan
sebagai energi rata-rata yang dipindahkan oleh gelombang per
satuan waktu per satuan luas. Jadi, intensitas I merupakan daya
rata-rata per satuan luas.

Sumber: www jungwooinst.co.uk (alat pengukur intensitas bunyi)

Apabila dalam penjalarannya tidak ada penyerapan energi, maka energi yang diangkut per
satuan waktu oleh gelombang akan tetap konstan sebesar P, yaitu

P = 4 π r 21 I 1= 4 π r 22 I 2
Atau

I 1 r 22
=
I 2 r 21

dengan I, adalah intensitas gelombang di r, dari sumber bunyi dan I adalah intensitas
gelombang di r, dari sumber bunyi.

Apabila terdapat n sumber bunyi yang identik, maka intensitas total gelombang bunyi
merupakan penjumlahan intensitas setiap sumber bunyi.

Oleh karena telinga manusia peka terhadap jangkauan intensitas yang sangat lebar,
maka intensitas biasanya dinyatakan dalam skala logaritmik. Intensitas bunyi yang
dinyatakan dalam skala logaritmik itu kita sebut Taraf Intensitas bunyi (TI). Taraf
intensitas bunyi TI didefinisikan sebagai

I
TI = 10 log
I0

dengan Io = 10-12 W/m² disebut intensitas ambang, yaitu ambang pendengaran manusia.
Satuan taraf intensitas bunyi adalah decibel. disingkat dB (1 dB = 0,1 bell).

F. Pemanfaatan Gelombang Bunyi

1. Sonar

Aplikasi yang memanfaatkan sifat dari gelombang bunyi adalah


SONAR atau Sound Navigation and Ranging. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Amerika selama Perang Dunia II
yang digunakan di kapal-kapal perang, termasuk kapal selam
untuk mendeteksi gerak kapal perang musuh. Sementara itu,
Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yaitu ASDIC (Anti-Submarine Detection
Investigation Committee).

Sumber: www.personal, psu.edu (penggunaan sonor)

Sonar juga merupakan fenomena alamiah. Beberapa hewan seperti kelelawar, lumba-lumba,
dan paus menggunakan sonar alamiah yang disebut echolocation. Hewan-hewan tersebut
dapat menentukan arah dan jarak benda-benda di sekitarnya.

Selain untuk kepentingan militer, sistem sonar digunakan untuk mengetahui keadaan di
bawah air, terutama di laut. Sonar menggunakan gelombang suara bawah air dengan cara
memancarkan dan memantulkan gelombang suara. Sejauh ini sonar telah luas digunakan
untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan
komersial, keselamatan penyelaman. dan komunikasi di laut.

Ketika sonar mengiriman gelombang atau sinyal, akan ada pantulan yang kita terima,
juga dalam bentuk gelombang suara. Pantulan yang kita terima disebut gelombang
pantulan, dalam gelombang bunyi dikenal istilah gema (echo). Pasti kamu tahu
perbedaannya gema dengan gaung. Gema yang diterima diolah ke dalam bentuk data-data
melalui pengeras suara atau monitor.

Ada dua jenis cara kerja sonar yang biasa dipergunakan, yaitu tipe pasif dan aktif. Sonar
aktif mengirimkan dan menerima sinyal dengan menggunakan transducer (komponen
elektronik yang berfungsi sebagai sensor dan mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
suara atau sebaliknya). Sinyal yang diterima kemudian diperkuat dan ditampilkan dalam
bentuk tabel, suara di headphone, di pengeras suara, dan monitor. Adapun sonar jenis
pasif, hanya mampu menerima sinyal.

Dengan kata lain, sonar pasif tidak menghasilkan sinyal suara


sendiri. Akan tetapi, sonar pasif memegang peranan penting
dalam bidang kemiliteran. Secara umum, gelombang bunyi
kelajuan 1 mil per sekon (ubah dalam km/jam!) sehingga
hanya diperlukan waktu 2 s untuk menentukan benda yang
jaraknya 1 mil.
Sumber: www.sconcophoto.com(gam 2.18. foto olahan

dari sonor ketika menentukan relief didasar laut.)

Munculnya sonar tidak terlepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden yang tahun
1822 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan suara di bawah air di
Danau Geneva, Swiss. Hal ini kemudian diikuti oleh Lewis Nixon, yang tahun 1906
menemukan alat pendengar bertipe sonar pertama untuk mendeteksi puncak gunung es.
Minat terhadap sonar makin tinggi pada era Perang Dunia I, yaitu ketika ada kebutuhan
untuk dapat mendeteksi kapal selam. Dalam perkembangan selanjutnya, tahun 1915 Paul
Langevin menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam dengan
menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh dalam
upaya perang, karya Langevin berpengaruh besar dalam desain sonar.

Penggunaan pertama sonar secara resmi dalam militer yang kita pergunakan sekarang
dilakukan oleh Inggris tahun 1921 untuk mendeteksi kapal selam Jerman U-Boats selama
Perang Dunia II. Tahun 1927. Amerika mengikuti Inggris dalam penggunaan sonar.
Teknologi sonar awalnya tetap dirahasiakan sebagai alat militer oleh kedua negara
tersebut, namun setelah perang selesai sonar telah menjadi alat penting bagi para
ilmuwan dan masyarakat.

2. USG (Ultrasonografi) dalam Dunia Kedokteran

Dalam dunia kedokteran gelombang ultrasonik digunakan untuk diagnosis dan


pengobatan. Gelombang ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis mempunyai
intensitas sekitar 0.01 watt/cm².
Cara pengobatan meliputi perusakan jaringan atau benda yang tidak diinginkan dalam
tubuh (seperti tumor atau batu ginjal) menggunakan gelombang ultrasonik dengan
intensitas sangat tinggi yang di fokuskan pada material yang tidak diinginkan. Ultranosik
juga digunakan pada terapi fisik, untuk memberikan pemanasan lokal dari otot yang luka.

Gelombang ultrasonik yang digunakan untuk pengobatan menggunakan ultrasonik yang


intensitasnya lebih besar lagi, kira-kira 1 watt/cm². Gelombang ini dapat menimbulkan
efek panas dari tubuh yang menyerapnya. Efek panas ini digunakan untuk terapi
penyembuhan berbagai penyakit.

Gelombang ultrasonik yang intensitasnya sangat kuat, sekitar 10 3 watt/cm² dapat merusak
jaringan kanker. Dalam beberapa macam pembedahan, ultrasonik dapat digunakan
sebagai pisau bedah. Energi yang besar ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit
misalnya penyakit miniere, sebuah penyakit hilangnya pendengaran dan keseimbangan
seseorang. Dengan ultrasonik, jaringan di dekat telinga tengah yang merupakan penyebab
penyakit ini dapat dihancurkan.

GELOMBANG CAHAYA

Karya praktis dalam masalah optik ini pertama kali dilakukan oleh Ptolemy (90-168 SM). Ia
yang menemukan teori bahwa pada satu keadaan tertentu cahaya itu dibiaskan. Periode
selanjutnya pada 1000 SM. El-Hazen (Ibnu-I Heysem) melakukan berbagai penelitian
dalam masalah optik. Ia menemukan hukum pantulan cahaya, hukum geometris optik,
dan kecepatan cahaya itu terbatas. Pada kuartal pertama abad ke-17, Snell menemukan
hukum pembiasan cahaya yang dinamakan seperti namanya "Hukum Snellius" setelah ia
wafat. Hukum Snellius ini berhasil menjelaskan terbentuknya pelangi dan membantu para
ilmuwan menemukan teori- teori baru tentang cahaya. Dalam bentuk perhitungan
matematis, hukum ini juga memungkinkan untuk menguji berbagai teori lain yang sudah
ada.
Sebagai tambahan dari kehebatannya dalam bidang mekanik, Newton juga menekuni bidang
optik dan mengemukakan ide tentang sifat partikel cahaya. Menurut teori Newton,
cahaya tidak terdiri dari zat, partikel yang hampir tidak bermassa, dan bergerak dengan
kecepatan tinggi. Newton meyakinkan para rekan sesama ilmuwan tentang kebenaran
teorinya tersebut.

Huygens hidup sezaman dengan Newton. Huygens dikenal sebagai sosok yang secara tegas
menolak teori partikel cahaya. Sebagai gantinya ia mengajukan teori gelombang cahaya.
Sayangnya, pada abad ke-17. belum ada alat percobaan untuk mengkonfirmasikan
teorinya tersebut, apakah cahaya berupa partikel atau gelombang. Teori-teori cahaya yang
dikenal, seperti sifat cahaya, perambatan, pantulan, dan pembiasan dapat dijelaskan oleh
kedua teori tersebut (cahaya bersifat partikel ataupun cahaya bersifat gelombang).

Newton dan Huygens menemukan beberapa hal penting dan tidak diketahui oleh orang
banyak tentang sifat cahaya. Beberapa pemahaman baru yang berkecimpung pada dunia
ilmiah mendukung teori partikel cahaya, sebagiannya lagi mendukung teori gelombang
cahaya. Selama 300 tahun penelitian untuk menemukan kebenaran sifat cahaya sangat
lambat, bahkan penuh kegagalan. Pada kuartal pertama abad ke-20 penelitian tentang
cahaya memberikan tonggak baru bagi bangkitnya fisika modern

A. Interferensi Cahaya

Fenomena terpenting dari gelombang adalah interferensi.

Cahaya merupakan suatu macam gelombang atau bahwa cahaya merambat dalam bentuk
seperti gelombang. Nantinya fakta ini membantu kita untuk menjelaskan beberapa
pengembangan teknologi penting. Tidak seperti tali atau gelombang air, kita tidak mudah
mengamati interferensi gelombang cahaya. Oleh karena panjang gelombang cahaya yang
tampak adalah lebih kecil dari panjang gelombang tali dan gelombang air. Namun
demikian, dapat mengamati interferensi cahaya dengan kondisi- kondisi sebagai berikut.

1. Untuk mendapatkan bentuk interferensi yang seragam, gelombang dari sumber cahaya
harus punya panjang gelombang yang sama. Dengan demikian, sumber gelombang harus
mempunyai frekuensi yang tetap. Untuk menjaga kondisi ini, harus menggunakan sumber
cahaya monokromatik.
2. Dua sumber cahaya yang sefase adalah penting.
3. Panjang gelombang cahaya yang tampak terletak pada batasan kira- kira 4 x 10 7 m
sampai 8 x 107 m, untuk itu membutuhkan peralatan dengan dimensi yang lebih kecil
daripada gelombang air.
4. Ketika layar disinari oleh dua titik sumber cahaya, kita tidak dapat melihat bentuk
interferensi, meski interferensi itu terdapat di atas layar. Oleh karena itu, frekuensi
cahaya tampak terlalu besar, maksudnya adalah gelombang yang dihasilkan dari sumber
cahaya tersebut dalam periode waktu yang singkat kira-kira 108 s (seratus juta per sekon).
Bentuk inteferensi dihasilkan dalam waktu yang singkat, jadi kita tidak dapat mengamati
interferensi.

Berikutnya menguji bagaimana ahli fisika Inggris. Thomas Young. mengatasi masalah
tersebut.

1. Percobaan Young (Interferensi pada Celah Ganda)

Young pertama kali melakukan percobaan interferensi cahaya pada tahun 1801. Ia
menggunakan satu sumber cahaya untuk memperoleh cahaya yang seragam (sefase dan
monokromatik) sehingga panjang gelombang dan frekuensinya tetap. Lebar celahnya
cukup kecil untuk melakukan percobaan dengan berbagai spektrum gelombang cahaya.
Gambar 3.1 menunjukkan percobaan Young. Gelombang cahaya yang muncul dari
sumber cahaya monokromatik datang ke dinding pembatas dengan celah sempit (S o).
Gelombang yang melewati celah So, kemudian mencapai celah ganda (S1, dan S2.). Di sini
celah S1, dan S2, berfungsi sebagai dua sumber titik cahaya. Gelombang yang muncul dari
dua celah menghasilkan garis cahaya terang dan gelap berurutan yang sejajar di layar.
Garis-garis ini disebut garis tepi luar. Garis-garis yang terang adalah pita terang (T) dan
garis-garis yang gelap adalah pita gelap (G).
Gambar 3.1 (Interferensi cahaya pada celah ganda.)

Bagaimana pita terang maupun pita gelap tersebut berbentuk?

Gambar 3.2
(Pembentukan pita terang (T) dan pita gelap (G) dan penampilan layar dilihat dari depan.)

Susunan pita terang dan pita gelap hanya dapat terjadi ketika gelombang-gelombang dari
sumber gelombang melalui interferensi konstruktif (saling menguatkan) dan destruktif
(saling menghilangkan) pada layar (Gambar 3.3). Pita terang dihasilkan ketika
gelombang saling menjumlahkan (bukit+ bukit atau lembah + lembah), sedangkan pita
gelap dihasilkan ketika gelombang saling meniadakan satu sama lain (bukit dan lembah).

Gambar 3.3

(pita terang dijelaskan melalui bukit dan bukit (B + B) atau lembah + lembah (L + L)

dan pita gelap dijelaskan melalui bukit dan lembah (B + L)

a. Beda Lintasan
Untuk memperoleh penjelasan kuantitatif tentang susunan pita terang dan gelap, kita
harus menggambarkan dan menyebutkan parameter-parameter yang akan kita gunakan
sebagai berikut.

Seperti terlihat pada Gambar 3.3, dituliskan arti simbol yang digunakan sebagai berikut.

 λ : merupakan panjang gelombang cahaya.


 S dan S : merupakan celah ganda tempat cahaya keluar.
 d : merupakan jarak antara dua celah.
 L : merupakan jarak antara celah ke layar.
 m : merupakan orde pita terang atau pita gelap.
 P : merupakan titik pada pita ke-m.
 Xm : merupakan jarak antara pita ke-m dari terang pusat.

Sekarang, kita akan mengamati gelombang cahaya yang mengalami interferensi konstruktif
dan destruktif.

1. Tidak ada perbedaan waktu antara gelombang cahaya yang datang dari celah S1 dan
S2 ke titik O terhadap garis pusat yang memotong layar. Di titik O, bukit gelombang
dan lembah gelombang datang dari celah S1 dan S2 bersamaan waktunya dan saling
memperkuat satu sama lain. Titik ini diamati sebagai garis terang.
2. Setiap sembarang titik P adalah terang jika gelombang cahaya muncul dari celah S 1
dan S2 berinterferensi secara konstruktif satu sama lain (bukit dan bukit atau lembah
dan lembah). Setiap sembarang titik akan gelap jika gelombang cahaya dari S1 dan S2
saling menghilangkan satu sama lain (bukti dan lembah).

Oleh karena itu, perbedaan antara gelombang cahaya yang muncul dari S 1 dan
gelombang-gelombang dari S2 menentukan kondisi (terang atau gelap) titik P.
Perbedaan ini disebut beda lintasan gelombang cahaya dari celah ke titik P. Jika beda
lintasan (ΔS), maka rumusnya adalah

Beda lintasan ΔS = [PS2 – PS1]

Ketahuilah satuan-satuan parameternya. Pada percobaan, L dalam meter, d dalam


milimeter dan panjang gelombang cahaya λ, dalam mikrometer. Ketika L lebih besar
dari d (L>>d) dan titik P jauh sekali dari celah, garis ‫׀‬PS1‫ ׀‬dan ‫׀‬PS2‫ ׀‬selalu sejajar.
Jadi, ΔS dapat ditemukan dengan penggambaran garis secara tegak lurus dari sumber
S1 ke garis ‫׀‬PS2‫( ׀‬Gambar 3.3).
Pada segitiga S1AS2 sisi ‫׀‬S2A‫ ׀‬merupakan beda lintasan. Jika kita menggambarkan sudut
yang menghadapi beda lintasan sebagai θ, kita memperoleh

ΔS= d. sin θ

Sekarang, gabungkanlah titik P ke titik tengah celah S 1 S2. Pada sudut POB, sudut yang
berseberangan dengan Xm adalah θ. (Sudut yang mempunyai tepi yang tegak lurus dengan
yang lainnya adalah sama), Jadi,

Xm
tan θ =
L

Untuk sudut yang kecil sin θ kira-kira sama dengan tan θ. Oleh karena itu, penggantian sin θ
untuk tan θ pada beda lintasanya, kita memperoleh

Xm
ΔS¿ d .
L

b. Orde Pita Gelap dan Terang

Untuk titik P pada layar yang terang, gelombang cahaya yang masuk dari S 1 dan S2 di
titik ini harus berinterferensi secara konstruktif. Oleh karena itu, beda lintasan antara
berbagai gelombang harus nol atau merupakan kelipatan bilangan bulat positif dari
panjang gelombang λ. Dengan demikian, ΔS mλ (m adalah bilangan bulat). Jadi, keadaan
pita terang (interferensi konstruktif) digambarkan sebagai berikut.

Xm
ΔS¿ d . = m.λ (m = 0, 1, 2, 3, ...)
L
Demikian juga, untuk setiap daerah pada layar yang gelap. gelombang cahaya yang masuk
dari S1 dan S2 pada daerah ini harus saling menghilangkan. Oleh karena itu, beda lintasan
antara berbagai gelombang menjadi λ/2. Dengan demikian,

λ
ΔS = m.λ - 2

Jadi, pada kondisi pita gelap (interferensi destruktif) berlaku

Xm λ
ΔS¿ d . = (2m-1). 2 (m = 1, 2, 3,...)
L

Persamaan ini menunjukkan bahwa daerah yang gelap dihasilkan ketika beda lintasan sama
λ
dengan kelipatan bilangan bulat dari ,dan m adalah bilangan bulat yang menunjukkan
2
orde pita gelap atau terang.

c. Jarak Antarpita
Dalam pola interferensi, jarak antara dua pita terang atau pita gelap berurutan disebut jarak
antarpita dapat dihitung dengan mengunakan persamaan

Xm
d. =¿ m.λ
L

dx 1
Untuk m = 1, = 1. λ
L
dx 2
Untuk m = 2, = 2. Λ
L

Dengan mensubstitusikan keduanya diperoleh:

Gambar 3.4 (jarak antarpita (Δx = x2 – x1)

dx 2 dx 1
−¿ = 2λ - 1λ
L L
x x1
d( 2 −¿ ¿=λ
L L
dΔX Lλ
=¿ λ ⇒ Δx =
L d

Jarak antarpita sebanding dengan jarak L dan panjang gelombang λ, tetapi berbanding
terbalik dengan lebar celah d. Kita dapat menggunakan persamaan ini hanya jika medium
antara celah dan layar adalah ruang hampa udara. Namun demikian, daerah ini dapat diisi
dengan unsur transparan yang mempunyai indeks bias berbeda dari Indeks udara
(Gambar 3.5). Dengan keadaan ini panjang gelombang cahaya berubah. Jika panjang
gelombang cahaya pada udara adalah λ, maka λn adalah panjang gelombang cahaya yang
sama pada medium transparan yang mempunyai indeks bias n. Jadi, λn, dapat ditentukan
melalui persamaan berikut.

λ
λn = n

Adapun untuk pola interaksi yang dihasilkan dari


medium transparan dengan indeks bias n. kita
menggunakan n bukan d dan persamaan untuk
jarak antarpita menjadi

Lλn Lλ
ΔX =
d dn

Gambar 3.5

2. Interferensi pada Lapisan Tipis (Film)

Fenomena ini dijelaskan melalui interferensi seperti


interferensi pada celah ganda. Sebuah lapisan
gelembung sabun yang sangat tipis berfungsi sebagai
lapisan tipis (atau film) antara dua lapisan udara
(Gambar 3.6). Jika ketebalan film gelembung adalah
d dan indeks biasnya adalah n, kita dapat menggunakan diagram seperti pada Gambar 3.7
dan 3.8 untuk menjelaskan warna-warna ini dengan konsep interferensi cahaya.

Gambar 3.7 menunjukkan sumber cahaya monokromatik yang secara simultan dibiaskan dan
dipantulkan di titik A. Cahaya yang membias ke dalam film mengalami pemantulan dan
pembiasan dalam waktu 1s di titik B. Cahaya yang dipantulkan dari titik B mencapai
pinggir film, kemudian cahaya dibiaskan dan dipantulkan di titik C. Pantulan dan
pembiasan kemudian terjadi pada seluruh film. Sinar cahaya muncul dari ujung atas film
(1 dan 2) dan sinar muncul dari ujung bawah (3 dan 4) berlawanan dan menghasilkam
pinggiran terang dan gelap. Beda lintasan antara sinar cahaya yang mencapai mata
merupakan faktor yang penting dalam pembentukan pita terang dan pita gelap.

Menentukan perbendaan film lintasan ketika mata melihat dari


atas (disisi yang sama pada film sebagai sumber cahaya).
Sampai disni kita menganggap bahwa mata melihat dengan
arah yang sangat dekat ke film. Dua efek berikut ini
menentukan beda lintasan antara cahaya sinar 1 dan 2.

1. Beda lintasan antara sinar 1 dan 2 adalah kira-kira dua kali


ketebalan film gelembung sabun (2d).
2. Seperti terlihat pada Gambar 3.8. ketika cahaya merambat dari medium indeks bias lebih
rendah ke medium dengan indeks bias yang lebih besar, cahaya sampai pada dinding
pembatas sebagai bukit gelombang. Cahaya tersebut dibiaskan sebagai lembah gelombang
dengan fase yang berubah setengah panjang gelombangnya (sinar 1). Sinar 2 tidak berubah
fasenya dibanding cahaya yang masuk dan masih berupa bukit gelombang. Jadi, beda

λ film
Lintasan dari terjadi antara sinar 1 dan 2 untuk
2

λ film
ΔS = 2d +
2

Jika beda lintasan sebanding dengan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang
cahaya pada (λfilm), sinar 1 dan 2 akan menghasilkan interferensi konstruktif (bukit dan
λ film
bukit atau lembah dan lembah) dan pita terang. (alasan penggunaan adalah bahwa
2
bentuk interferensi disusun melalui sinar cahaya yang merambat pada film). Jadi, untuk
mata yang melihat dari sisi yang sama sebagai sumber cahaya, kondisi untuk mengamati
pita terang di atas permukaan film dinyatakan dengan

λ film
ΔS = 2d + = m. λfilm (m = 1,2,3,…)
2

Ketika perbedaan nilai m menentukan perbedaan ketebalan film interferensi konstruktif


(terang) melalui permukaan atas. Misalnya. ketika m sama dengan 1. jika permukaan film
dilihat terang pada ketebalan d. permukaan kembali diamati menjadi terang pada
ketebalan d lainnya ketika m sama dengan 2, tetapi pinggiran ini tidak dapat seterang
seperti m pertama.

λ film
Demikian juga jika beda lintasan adalah kelipatan ganjil dari
2

sinar 1 dan 2 akan memperlemah satu sama lain (bukit dan lembah) dan pita gelap dapat
teramati. Jadi, untuk mata yang melihat dari titik tempat cahaya datang, syarat untuk
pengamatan pita gelap di atas permukaan film dinyatakan melalui

λ film λ
ΔS = 2d + = (2 m+1 ) . film (m= 0,1,2,3,,,,)
2 2

Ketahuilah bahwa pinggiran pada ujung titik fil didefinisikan sebagai pita terendah seperti
yang sudah didefinisikan terang pusat sebagai pita terendah dalam percobaan young dan
garis pusat

antisimpul adalah garis terendah pada gelombang


air. Hubungan yang dinyatakan bahwa warna
pada film bergantung pada ketebalan film (d)
dan panjang gelombang cahayanya (λfilm) pada film. Jika ketebalannya tetap stabil,
terangnya dapat diamati dengan warna yang

Gam 3.9 (ketebalan film meningkat dari

nol untuk mata yang melihat dari titik tempat sumber cahaya datang)

sama seperti warna cahaya yang masuk. Jika


ketebalannya naik dari nol seperti terlihat
pada Gambar 3.9. pita gelap dan terang dapat
diamati. Jumlah film tersebut dinyatakan
dengan konstanta m pada persamaan di atas.

Gam 3.10 (ketebalan film bertambah dari nol,

tetapi pita terang pusat yang terlihat pertama kali.)

Sekarang, kita uji pada kondisi yang sama untuk mata yang melihat dari permukaan
bawah film. Pada Gambar 3.8, kita melihat bahwa di sana tidak ada perbedaan fase antara
cahaya 3 dan 4. Pada kasus ini hanya ketebalan film yang memberikan beda fase, 2d.
Jadi, dapat dituliskan

ΔS = 2d
Oleh karena itu, untuk mata yang melihat dari bawah permukaan film, syarat untuk
melihat pita terang dinyatakan oleh

ΔS = 2d = m. λfilm (m = 1,2,3,,,,)

Dan syarat untuk mengamati pita yang gelap dinyatakan oleh

λ film
ΔS = 2d = (2m – 1) (m = 1,2,3,,,,)
2

B. Difraksi Cahaya (Interferensi Celah Tunggal)


Kita mengetahui bahwa percobaan yang dilakukan dengan
gelombang air pada tangki riak ketika gelombang air lurus
melewati pengahalang mempunyai sebuah celah, gelombang
tersebut menyebar ke semua arah dan hampir melingkar di
belakang penghalang jika lebar celah lebih kecil dari panjang
gelombangnya (Gambar 3.11). Fenomena ini dikenal sebagai difraksi.
Sumber: dokumentasi penerbit (gam 3.11) (lengkungan dan pembiasan gelombang air linear

karena gelombang tersebut melewati sebuah celah sempit)

Seorang ilmuwan Italia, Francesco Grimaldi, adalah orang


pertama yang mengkaji difraksi cahaya. Dengan
mengamati bayang-bayang sebuah objek di depan sumber
cahaya, Grimaldi melihat bahwa bayang- bayang yang
terbentuk di atas layar mengaburkan dinding pembatas
pada daerah yang mempunyai batasan yang jelas. Grimaldi
menjelaskan efek ini sebagai lengkungan sinar cahaya di
sekitar tepian objek, atau dengan kata lain, difraksi cahaya.
Gambar 3.12.a memperlihatkan bayang-bayang difraksi sekitar tepian pada silet
dan Gambar 3.12.b memperlihatkan efek yang sama di sekitar celah yang sempit.

Sum: Dokumentasi Penerbit (Gam 3.12)

Faktanya, difraksi adalah sama dengan interferensi. Kedua fenomena tersebut


merupakan bukti kuat dari sifat gelombang cahaya. Namun, dalam percobaan Young kita
mempelajari interferensi gelombang cahaya dari celah ganda yang berfungsi sebagai
sumber cahaya yang berbeda. Pada kasus difraksi, merupakan hal biasa untuk
menanyakan bagaimana gelombang cahaya berasal dari dua celah tunggal dapat
menghasilkan bentuk interferensi.

Syarat- syarat yang diperlukan untuk melakukan percobaan difraksi:


a) Cahaya yang digunakan adalah cahaya monokromatik.
b) Gelombang cahaya yang melewati celah sempit harus selaras (satu fase). Untuk
sinar sefase, sinar tersebut harus mencapai celah sejajar satu sama lainnya. Hal ini
akan terjadi dengan bantuan lensa cembung yang ditempatkan antara celah dan
sumber cahaya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.13.
Gambar 3.12

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

A. Pengertian Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak membutuhkan medium untuk


merambat. Artinya, gelombang elektromagnetik bisa merambat meskipun dalam ruang
hampa seperti di luar angkasa. Gelombang elektromagnetik dibentuk oleh medan magnet dan
medan listrik yang saling merambat tegak lurus. Sumber penghasil gelombang
elektromagnetik berbeda-beda. Beberapa di antaranya dihasilkan oleh nuklir atau atomik
yang di dalamnya memuat fisika kuantum. Untuk kelajuan gelombang elektromagnetik bisa
ditentukan dengan persamaan berikut.

E
v=c=
B

Keterangan:
c = kelajuan gelombang elektromagnetik (m/s);
E = besar medan listrik (N/C); dan
B = besar medan magnet (T)

B. Spektrum Gelombang Elektromagnetik


1. Gelombang radio
Gelombang radio merupakan spektrum gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
gelombang terbesar dan frekuensi terkecil. Gelombang ini dihasilkan oleh elektron pada kawat
penghantar. Elektron tersebut nantinya akan menghasilkan arus bolak-balik pada kawat.
Gelombang radio dipancarkan melalui transmitter (antena pemancar) dan diterima
oleh receiver (antena penerima).

2. Gelombang mikro
Gelombang mikro merupakan spektrum gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi
terkecil kedua setelah gelombang radio. Frekuensi gelombang mikro adalah 10 10 Hz dengan
panjang gelombang 3 mm. gelombang mikro biasa dimanfaatkan untuk kepentingan deteksi
bawah laut menggunakan radar, membantu pendaratan pesawat, dan sebagainya.

3. Sinar inframerah
Sinar inframerah memiliki frekuensi lebih besar daripada gelombang mikro. Frekuensi sinar
inframerah berada di rentang 1011 Hz – 1014 Hz. Artinya, panjang gelombang sinar inframerah
lebih kecil daripada gelombang radio dan gelombang mikro. Sinar inframerah banyak
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di bidang kedokteran untuk terapi saraf dan
penyembuhan penyakit encok, di bidang militer untuk melihat di tempat gelap atau berkabut, di
bidang elektronika untuk remote control, dan masih banyak lainnya.
4. Cahaya tampak
Jika di spektrum sebelumnya kamu tidak bisa melihat wujud gelombangnya, tidak demikian
dengan cahaya tampak. Warna-warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu
merupakan bentuk spektrum cahaya tampak. Cahaya tampak memiliki frekuensi sekitar 1015 Hz
dengan panjang gelombang 400 nm – 800 nm. Panjang gelombang terpendek dari cahaya tampak
dimiliki oleh cahaya ungu. Artinya, cahaya ungu memiliki frekuensi dan energi terbesar
dibandingkan warna lainnya. Sementara itu, panjang gelombang terpanjang dimiliki oleh cahaya
merah. Aplikasi cahaya tampak bisa kamu lihat pada laser.

5. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet atau biasa disingkat sinar UV merupakan spektrum gelombang elektromagnetik
yang memiliki frekuensi 1015 – 1016 Hz. Panjang gelombang sinar UV adalah 10 – 100 nm. Sinar
UV dihasilkan oleh radiasi sinar Matahari.

6. Sinar X
Sinar X merupakan spektrum gelombang elektromagnetik dengan frekuensi atau energi terbesar
kedua setelah sinar gamma. Frekuensi sinar X berada di kisaran 10 16 – 1020 Hz. Sinar ini
ditemukan oleh Wilhelm Rontgen. Itulah mengapa sinar X juga biasa disebut sinar Rontgen.
Sinar X dihasilkan oleh aktivitas elektron berkecepatan tinggi yang menumbuk logam.
Tumbukan antara elektron dan logam disertai pelepasan energi dalam bentuk radiasi sinar X.
Oleh karena energinya sangat besar, tak heran jika sinar X mampu menembus logam dan tulang
manusia.

7. Sinar gamma
Sinar gamma merupakan spektrum gelombang elektromagnetik dengan energi tertinggi. Hal itu
dikarenakan sinar gamma memiliki frekuensi tertinggi di antara spektrum gelombang
elektromagnetik lainnya, yaitu 1020 – 1025 Hz. Mengingat energi sinar gamma sangat besar, tak
heran jika sinar ini bisa menembus logam beberapa sentimeter. Sinar gamma dihasilkan oleh
aktivitas radioaktif atau atom-atom yang tidak stabil di reaksi inti.

C. Sifat-Sifat Gelombang Elektromagnetik

1. Memiliki kecepatan konstan di ruang hampa, yaitu sebesar 3 × 108 m/s.


2. Tidak dipengaruhi oleh medan listrik maupun medan magnet karena tidak bermuatan
listrik.
3. Termasuk gelombang transversal.
4. Energinya bergantung pada besarnya frekuensi. Hal itu didasarkan pada persamaan
Planck berikut.

c
E = hf = h
λ

Keterangan:

E = energi radiasi (J);

h = konstanta Planck = 6,6 × 1034 Js;

f = frekuensi (Hz);

c = kelajuan cahaya = 3 × 108 m/s; dan

λ = panjang gelombang (m)

D. Manfaat Gelombang Elektromagnetik


1. Gelombang radio
Gelombang yang digunakan sebagai gelombang pembawa audio (suara). Biasanya kamu kenal
sebagai radio.
2. Gelombang mikro
Adapun manfaat gelombang mikro adalah sebagai berikut.
 Pemanas makanan (microwave).
 Untuk komunikasi pada teknologi RADAR.
 Menganalisis struktur atomik dan molekul.
 Memandu pendaratan pesawat.
 Mendeteksi keberadaan suatu objek.

3. Sinar inframerah
Adapun manfaat sinar inframerah adalah sebagai berikut.
 Untuk terapi fisik, misalnya menyembuhkan penyakit cacar dan encok.
 Untuk fotografi pemetaan sumber daya alam.
 Digunakan pada remote control.
 Mengeringkan cat kendaraan dengan cepat pada industri otomotif.

4. Cahaya tampak
Untuk cahaya tampak, memiliki manfaat berikut ini.
 Sinar laser digunakan pada bidang telekomunikasi untuk menyalurkan suara, gambar,
atau sinyal melalui serat optik.
 Sinar laser digunakan di bidang kedokteran sebagai alat untuk mendiagnosis penyakit.
 Di bidang industri, sinar laser digunakan untuk mengelas dan memotong lempengan baja.

5. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet bisa dimanfaatkan untuk hal-hal berikut.
 Proses fotosintesis atau asimilasi pada tumbuhan.
 Pembentukan vitamin D.
 Membunuh kuman penyakit.
 Mensterilkan ruangan.
 Memeriksa keaslian tanda tangan di dunia perbankan.

6.Sinar X
Sinar X bisa dimanfaatkan untuk hal-hal berikut.
 Memotret organ-organ dalam tubuh seperti tulang, jantung, dan paru-paru.
 Menganalisis struktur bahan atau kristal.
 Mendeteksi keretakan atau cacat pada logam.
 Memeriksa barang-barang di bandara.
7. Sinar gamma
Sinar gamma bermanfaat untuk hal-hal berikut.
 Terapi kanker.
 Sterilisasi peralatan rumah sakit.
 Sterilisasi makanan kemasan.
 Pembuatan varietas tanaman unggul tahan hama.
 Mengurangi populasi hama.

ALAT- ALAT OPTIK

A. Mata dan kacamata


1. Mata

kornea

Pupil retina dan lensa

iris

Bagian depan mata yang memiliki lengkung lebih tajam dan dilapisi selaput cahaya
disebut kornea. Tepat di belakang kornea terdapatcairan (aquaeous humor). Cairan ini
berfungsi untuk membiaskan cahaya yangmasuk ke mata. Intensitas cahaya yang masuk
ke mata diatur oleh pupil,yakni celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Iris sendiri
merupakan selaput yang selain berfungsi membentuk pupil, juga berfungsi sebagai
pemberi warna pada mata (hitam, biru, atau coklat). Setelah melewati pupil, cahaya
masuk ke lensa mata. Lensa mata ini berfungsi untuk membentuk bayangan nyata
sedemikian sehingga jatuh tepat di retina. Bayangan yang ditangkap retina bersifat nyata
dan terbalik. Bayangan ini kemudian disampaikan ke otak melalui syaraf optik dan diatur
sehingga manusia mendapatkan kesan melihat benda dalam kondisi tegak. Mata memiliki
daya akomodasi, yakni kemampuan untuk mengubah ubah jarak fokus lensa mata
sehingga bayangan benda yang dilihat selalu jatuh tepat di retina. Jarak fokus lensa mata
diubah dengan cara mengatur ketebalannya (menipis atau menebal) yang dilakukan oleh
otot siliar. Daya akomodasi ini memungkinkan mata dapat melihat dengan jelas setiap
benda yang dilihatnya, meskipun jaraknya berbeda-beda di depan mata.

Berdasarkan jangkauan pandang ini, mata dibedakan menjadi mata normal (emetropi)
dan mata cacat. Mata normal memiliki jangkauan pandang dari 25 cm sampai takhingga.
Dengan kata lain, titik dekat mata normal adalah 25 cm, sedangkan titik jauhnya
takhingga (jauh sekali). Mata yang jangkauan pandangnya tidak sama dengan jangkauan
pandang mata normal disebut mata cacat, yang terdiri dari miopi, hipermetropi, dan
presbiopi. Miopi atau rabun jauh adalah mata yang hanya dapat melihat dengan jelas
benda-benda dekat. Mata miopi memiliki titik dekat lebih dekat dari 25 cm dan titik jauh
terbatas pada jarak tertentu. Miopi biasanya disebabkan

oleh bola mata yang terlalu lonjong, bahkan kadang-kadang lengkungan korneanya terlalu
besar. Pada mata miopi, bayangan benda jauh jatuh di depan retina. Hipermetropi atau
rabun dekat adalah mata yang tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas. Mata
hipermetropi memiliki titik dekat lebih jauh dari 25 cm dan titik jauhnya takhingga.
Meskipun dapat melihat dengan jelas benda-benda jauh, titik dekat yang lebih besar dari
25 cm membuat mata hipermetropi mengalami kesulitan untuk membaca pada jarak
normal. Cacat mata ini disebabkan oleh bola mata yang terlalu memipih atau lengkungan
korneanya kurang. Ketika mata hipermetropi digunakan untuk melihat benda-benda
dekat, bayangan benda-benda ini akan jatuh dibelakang retina Presbiopi memiliki titik
dekat lebih jauh dari 25 cm dan titik jauh terbatas.
Dengan demikian, penderita presbiopi tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda jauh dan
juga tidak dapat membaca dengan jelas pada jarak baca normal. Umumnya, presbiopi
terjadi karena faktor usia (tua) sehingga otot siliarnya tidak mampu membuat lensa mata
berakomodasi normal seperti ketika ia masih muda.Selain ketiga jenis cacat mata
tersebut, ada lagi yang disebut astigmatisma.Pada penderita astigmatisma, benda titik
akan terlihat sebagai sebuah garis

dan kabur.

2. kaca mata

Kacamata merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi cacat mata.
Kacamata terdiri dari lensa cekung atau lensa cembung, dan frame atau kerangka tempat
lensa berada Fungsi dari kacamata adalah mengatur supaya bayangan benda yang tidak
dapat dilihat dengan jelas oleh mata menjadi jatuh di titik dekat atau di titik jauh mata,
bergantung pada jenis cacat matanya. Jauh dekatnya bayangan terhadap lensa, bergantung
pada letak benda dan jarak fokus lensa. Hubungan tersebut secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut.

1 1 1
+ = (6−1)
S S' f

dengan:S = jarak benda ke lensa (m),

S' = jarak bayangan ke lensa (m), dan

f = jarak fokus lensa (m).

Selain itu, Anda juga pernah mempelajari kekuatan atau daya lensa. Kekuatan atau daya
lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar yang datang sejajar dengan
lensa. Hubungan antara daya lensa dan kekuatan lensa memenuhi persamaan
1
P= (6−2)
f

dengan:P = kekuatan atau daya lensa (dioptri), dan

f = jarak fokus lensa (m).

a. Kacamata Berlensa Cekung untuk Miopi

Seperti telah dibahas sebelumnya, mata miopi tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda
yang jauh atau titik jauhnya terbatas pada jarak tertentu. Lensa kacamata yang digunakan
penderita miopi harus membentuk bayangan benda-benda jauh (S ) tepat di titik jauh
mata atau S' = –PR, dengan PR singkatan dari punctum remotum, yang artinya titik jauh.
Tanda negatif pada S' diberikan karena bayangan yang dibentuk lensa kacamata berada di
depan lensa tersebut atau bersifat maya. Jika nilai S dan S' Persamaan (6–1), diperoleh

1 1 1
+ =
−PR f

sehingga diperoleh jarak fokus lensa kacamata untuk mata miopi memenuhi

persamaan

f =¿ −PR (6−3)
Persamaan (6–3) menunjukkan bahwa jarak fokus lensa kacamata adalah negatif dari titik
jauh mata miopi. Tanda negatif menunjukkan bahwa keterbatasan pandang mata miopi
perlu diatasi oleh kacamata berlensa negatif (cekung atau divergen).Jika Persamaan (6–
3) dimasukkan ke dalam Persamaan (6–2), diperoleh

−1
P= (6–4)
PR

dengan PR dinyatakan dalam satuan m (meter) dan P dalam dioptri.

b. Kacamata Berlensa Cembung untuk Hipermetropi

Karena hipermetropi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, lensa kacamata
yang digunakannya haruslah lensa yang dapat membentuk bayangan benda-benda dekat
tepat di titik dekat matanya. Benda-benda dekat yang dimaksud yang memiliki jarak 25
cm di depan mata. Oleh karena itu, lensa kacamata harus membentuk bayangan benda
pada jarak S = 25 cm tepat di titik dekat (PP, punctum proximum) atau S' = –PP.
Kembali tanda negative diberikan pada S' karena bayangannya bersifat maya atau di
depan lensa. Jika nilai S dan S' ini dimasukkan ke dalam Persamaan (6–1) dan (6–2),
diperoleh

1 1
P= =4− (6–5)
f PP
dengan PP dinyatakan dalam satuan meter (m) dan P dalam dioptri. Karena PP > 0,25 m,
kekuatan lensa P akan selalu positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang bermata
hipermetropi perlu ditolong oleh kacamata berlensa positif (cembung atau konvergen).

c. Kacamata untuk Presbiopi dan Astigmatisma

Penderita presbiopi merupakan gabungan dari miopi dan hipermetropi. Oleh karena itu, kaca
mata yang digunakannya haruslah berlensa rangkap atau bifokal, yakni lensa cekung pada
bagian atas untuk melihat benda jauh dan lensa cembung pada bagian bawah untuk
melihat benda-benda dekat. Sementara itu, astigmatisma dapat diatasi dengan
menggunakan lensa silindris.

d. Lensa Kontak

Lensa kontak atau contact lens juga dapat digunakan untuk mengatasi cacat mata. Pada
dasarnya lensa kontak adalah kacamata juga, hanya tidak menggunakan rangka,
melainkan ditempelkan langsung ke kornea mata.

B. Kamera

lensa adalah sebuah lensa cembung, celah diafragma, dan film (pelat sensitif).Lensa cembung
berfungsi untuk membentuk bayangan benda, celah diafragma berfungsi untuk mengatur
intensitas cahaya yang masuk, dan film berfungsi untuk menangkap bayangan yang
dibentuk lensa. Film terbuat dari bahan yang mengandung zat kimia yang sensitive
terhadap cahaya (berubah ketika cahaya mengenai bahan tersebut). Pada mata, ketiga
elemen dasar ini menyerupai lensa mata (lensa cembung), iris (celahdiafragma), dan
retina (film).Prinsip kerja kamera secara umum sebagai berikut. Objek yang hendak
difoto harus berada di depan lensa. Ketika diafragma dibuka, cahaya yang melewati
objek masuk melalui celah diafragma menuju lensa mata. Lensa mata akan membentuk
bayangan benda. Supaya bayangan benda tepat jatuh pada film dengan jelas maka letak
lensa harus digeser-geser mendekati atau menjauhi film. Mengeser-geser lensa pada
kamera, seperti mengatur jarak fokus lensa pada mata (akomodasi).

C. Lup

Lup atau kaca pembesar (atau sebagian orang menyebutnya suryakanta) adalah lensa
cembung yang difungsikan untuk melihat benda-benda kecil sehingga tampak lebih jelas
dan besar. Penggunaan lup sebagai kaca pembesar bermula dari kenyataan bahwa objek
yang ukurannya sama akan terlihat berbeda oleh mata ketika jaraknya ke mata berbeda.
Semakin dekat ke mata, semakin besar objek tersebut dapat dilihat. Sebaliknya, semakin
jauh ke mata, semakin kecil objek tersebut dapat dilihat. Sebagai contoh, sebuah pensil
ketika dilihat pada jarak 25 cm akan tampak dua kali lebih besar daripada ketika dilihat
pada jarak 50 cm. Hal ini terjadi karena sudut pandang mata terhadap objek yang berada
pada jarak 25 cm dua kali dari objek yang berjarak 50 cm. Meskipun jarak terdekat objek
yang masih dapat dilihat dengan jelas adalah 25 cm (untuk mata normal), lup
memungkinkan Anda untuk menempatkan objek lebih dekat dari 25 cm, bahkan harus
lebih kecil daripada jarak fokus lup. Hal ini karena ketika Anda mengamati objek dengan
menggunakan lup, yang Anda lihat adalah bayangan objek, bukan objek tersebut. Ketika
objek lebih dekat ke mata, sudut pandangan mata akan menjadi lebih besar sehingga
objek terlihat lebih besar. Perbandingan sudut pandangan mata ketika menggunakan lup
dan sudut pandangan mata ketika tidak menggunakan lup disebut perbesaran sudut lup.

Untuk menentukan perbesaran sudut lup, Sudut pandangan mata ketika objek yang dilihat
berada pada jarak Sn, yakni titik dekat mata sedangkan sudut pandangan mata ketika
menggunakan lup diperlihatkan pada Perbesaran sudut lup secara matematis didefinisikan
sebagai

β
M= (6−6 )
α

Dari gambar 6.10 diperoleh bahwa


h h
tan α= dan tan β=
Sn S

Untuk sudut-sudut yang sangat kecil berlaku

~ h ~ h
α ¿ tan α= dan β ¿ tan β=
Sn S

Jika persamaan terakhir dimasukkan ke Persamaan (6–6), perbesaran

sudut lup dapat ditulis menjadi

Sn
M= (6–7)
S

dengan: Sn= titik dekat mata (25 cm untuk mata normal), dan

S = letak objek di depan lup.

Perlu dicatat bahwa objek yang akan dilihat menggunakan lup harus diletakkan di depan lup
pada jarak yang lebih kecil daripada jarak fokus lup atau S ≤ f (f = jarak fokus lup).
Ketika objek diletakkan di titik fokus lup, S = f, bayangan yang dibentuk lup berada di tak
terhingga, S' = −∞ Ketika bayangan atau objek berada di tak terhingga, mata dalam
keadaan tanpa akomodasi. Jika S = f dimasukkan ke Persamaan (6–7), diperoleh
perbesaran sudut lup untuk mata tanpa akomodasi, yaitu

Sn
M= (6–8)
f

Persamaan (6–8) menunjukkan bahwa semakin kecil jarak fokus lup,semakin besar
perbesaran sudut lup tersebut. Apabila mata berakomodasi maksimum mengamati
bayangan dengan menggunakan lup, bayangan tersebut akan berada di titik dekat mata
atau S' = –Sn (tanda negatif karena bayangannya maya). Sesuai dengan Persamaan (6–1)
diperoleh
1 1 1 1 1 1
+ = atau + =
S −Sn f S f Sn

Berdasarkan hasil tersebut, Persamaan (6–7) menjadi

() ( )
Sn 1 1 1
M= =Sn =S n +
S S f Sn

sehingga diperoleh perbesaran sudut ketika mata berakomodasi maksimum,

yaitu

Sn
M= +1 (6–9)
f

D Mikroskop

Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua buah lensa positif. Lensa

yang berhadapan langsung dengan objek yang diamati disebut


lensa objektif.Sementara itu, lensa tempat mata mengamati
bayangan disebut lensa okuler. Fungsi lensa okuler ini sama
dengan lup. Fungsi mikroskop mirip dengan lup, yakni untuk
melihat objek-objek

kecil. Akan tetapi, mikroskop dapat digunakan untuk melihat


objek yang jauh lebih kecil lagi karena perbesaran yang dihasilkannya lebih berlipat
ganda dibandingkan dengan lup. Bayangan pada lensa objektif dipandang sebagai objek
oleh lensa okuler dan terbentuklah bayangan pada lensa okuler. Agar bayangan pada
lensa okuler dapat dilihat atau diamati oleh mata, bayangan ini harus berada di depan
lensa okuler dan bersifat maya. Hal ini dapat terjadi jika bayangan pada lensa objektif
jatuh pada jarak kurang dari fok dari lensa okuler.

Ojektif Okuler

Jarak antara lensa objektif dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah
mikroskop panjang mikroskop atau jarak antara lensa objektif dan lensa okuler sama
dengan jarak bayangan objektif ke lensa objektif ditambah jarak bayangan objektif tadi
ke lensa okuler atau secara matematis dituliskan

d=S ' ob+ S ok (6–10)

dengan: d = panjang mikroskop,

S'ob = jarak bayangan lensa objektif ke lensa objektif, dan

Sok = jarak bayangan objektif ke lensa okuler.


Perbesaran total yang dihasilkan mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran yang
dihasilkan oleh lensa objektif dan perbesaran sudut yang dihasilkan oleh lensa okuler.
Secara matematis, perbesaran total yang dihasilkan mikroskop ditulis sebagai berikut.

M =M ob + M ok (6–11)

dengan: M = perbesaran total yang dihasilkan mikroskop,

Mob = perbesaran yang dihasilkan lensa objektif, dan

Mok = perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler.

Perbesaran yang dihasilkan oleh lensa objektif memenuhi

Sn
M ok = (6–12)
f ok

sedangkan perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler mirip dengan perbesaran sudut lup,
yakni, untuk pengamatan tanpa akomodasi

S ' ob
M ob= (6–13)
S ob

dan untuk pengamatan dengan berakomodasi maksimum


Sn
M ok = +1 (6–14)
f ok

dengan fok = panjang fokus lensa okuler.

E Teropong

Secara umum ada dua jenis teropong, yaitu teropong bias dan teropong pantul. Perbedaan
antara keduanya terletak pada objektifnya. Pada teropong bias, objektifnya menggunakan
lensa, yakni lensa objektif, sedangkan pada teropong pantul objektifnya menggunakan
cermin.

1. Teropong Bintang

Teropong bintang menggunakan dua lensa cembung, masing-masing sebagai lensa objektif
dan lensa okuler dengan jarak fokus objektif lebih besar daripada jarak fokus okuler ( fob
> fok). Diagram sinar pembentukan bayangan pada teropong untuk mata tak
terakomodasi sebagai berikut:

Perbesaran sudut dan panjang teropong bintang memenuhi persamaan-persamaan sebagai


berikut:
(1) Untuk mata tak terakomodasi
f ob
M= dan d=f ob +f ok (6–15)
f ok

(2) Untuk mata berakomodasi maksimum (S'ok = –Sn)

f ob
M= dan d=f ob +S ok (6–16)
sok
2. Teropong Bumi

Teropong bumi menggunakan tiga jenis lensa cembung. Lensa yang berada di antara lensa
objektif dan lensa okuler berfungsi sebagai lensa pembalik, yakni untuk pembalik
bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Diagram sinar pembentukan bayangan pada
teropong bumi mata tak

berakomodasi sebagai berikut:

Mata pembalik okuler

Perbesaran dan panjang teropong bumi untuk mata tak berakomodasi berturut-turut
memenuhi

persamaan:

f ob
M= dan d=f ob +f ok + 4 f p (6–17)
f ok

dengan fp = jarak fokus lensa pembalik.

3. Teropong Panggung
Teropong panggung atau teropong Galileo menggunakan sebuah lensa cembung sebagai
objektif dan sebuah lensa cekung sebagai okuler. Diagram sinar pembentukan bayangan
pada teropong panggung sebagai berikut:

f ob=f ok

Perbesaran dan panjang teropong panggung untuk mata tak berakomodasi berturut-turut
memenuhi persamaan:

M=
| |
f ob
f oK
dan d=f ob+ f ok (6–18)

Oleh karena lensa okulernya adalah lensa cekung maka fok bertanda negative

4. Teropong Pantul

Teropong pantul tersusun atas beberapa cermin dan lensa. Teropong jenis ini menggunakan
cermin cekung besar sebagai objektif untuk memantulkan cahaya, cermin datar kecil
yang diletakkan sedikit di depan titik fokus cermin cekung F, dan sebuah lensa cembung
yang berfungsi sebagai okuler.
Sinar sejajar dari bintang

Cermin cekung

PEMANASAN GLOBAL

A. Penipisan Lapisan Ozon

1. Lapisan Ozon
Gambar Atmosfer
Sumber : Pengertian Apapun

Atmosfer yaitu suatu lapisan (selimut) udara yang mengitari bumi, yang membentang sampai
ketinggian 400 km dari permukaan bumi. Atmosfer udara tetap pada tempatnya karena
ditahan oleh gaya gravitasi bumi, sehingga lapisan udara yang dekat dengan permukaan
bum I memiliki massa jenis gas yang lebih besar.

Apakah ozon itu? Ozon adalah suatu lapisan oksigen yang tiap molekulnya terdiri atas tiga
atom O. Oksigen biasa tiap molekulnya hanya hanya terdiri atas dua atom O . Pada suhu
dan tekanan normal ozon berbentuk gas biru. Ozon merupakan gas beracun sehingga
apapbila berada dekat dengan permukaan tanah akan berbahaya karena akan merusak
paru-paru jika terhisap. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di
bumi dan bahaya radiasi ultraviolet.

2. Lubang Ozon
Gambar : Lubang Ozon
Sumber : National Geographic Indonesia

Lubang ozon adalah suatu area ozon tipis pada lapisan ozon, yang terbentuk saat musim semi
di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal kembali. Anda
mungkin berpikir tidak ada tidak adanya perisai ozon sebagai penyerap radiasi UV di
atmosfer Antartika pada musim semi bukanlah masalah lingkungan yang utama. Pertama,
hampir tidak ada kehidupan hadir di Benua Antartika. Kedua, karena sangat sedikit orang
pergi berjemur matahari di Antartika. Akan tetapi, bahaya nyata lubang ozon adalah
terbentuknya reaksi-reaksi kimia yang dapat memiliki efek jangka panjang keseluruhan
lapisan ozon. Bukan hanya bertambah besarnya libang ozon pada dekade yang lalu, tetapi
hasil pengukuran akhir-akhir ini menunjukkan bahwa lapisan ozon sebenarnya telah
berkurang beberapa persen diseluruh dunia.

3. Penyebab Menipisnya Lapisan Ozon

a. Karbon Monoksida (CO) sebagai gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil dari
kendaraan bermotor
b. Gas karbondioksida yang dilepas ke atmosfer
c. Asap yang dihasilkan pabrik

4. Dampak Penipisan Lapisan Ozon

Lapisan ozon berfungsi untuk menyerap sinar UV berenergi tinggi (kira-kira 90%) sehingga
hanya kira0kira 10% radiasi UV yang mencapai permukaan bumi. Bagi manusia, jika
lapisan ozon menipis berarti kulit dan mata terpapar radiasi UV lebih banyak. Hal itu
dapat memicu menungkatnya kanker kulit dan mata katarak. Peningkatan paparan radiasi
UV juga dapat menekan system kekebalan tubuh.
Radiais UV berlebih sebagai akibat penipisan lapisan ozon yang mengenai
tumbuh0tumbuhan akan merusak klorofil tumbuh-tumbuhan sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi pangan. Planton yang berada di dalam laut pun terancam mati
akibat paparan radiasi UV berlebihan.

B. Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global

1. Efek Rumah Kaca

Gambar: Efek Rumah Kaca


Sumber : StudioBelajar.com

Efek rumah kaca alamiah sudah di atur oleh Sang Pencipta sehingga seluruh makhluk
hidup bisa bertahan hidup dibumi. Walaupun fungsi gas rumah kaca sama dengan
fungsi rumah kaca yaitu menjaga suhu di permukaan tetap hangat sekalipun tidak ada
sinar matahari, tetapi analogi menyamakan efek rumah kaca yang terjadi di bumi
dengan yang terjadi di dalam rumah kaca dapat menyesatkan. Faktor pemanasan
dalam rumah kaca sebenarnya adalah lapisan kaca menahan konveksi kalor yang akan
terjadi dengan cara mengurung kalor radiasi tetap didalam rumah kaca. Proses ini
tidak terjadi dengan kehadiran karbon dioksida dan uap air di atmosfer.

2. Pemanasan Global
Gambar : Pemanasan Global
Sumber : Liputan6.com

Istilah pemanasan global digunakan untuk mengacu ke peningkatan suhu rata-rata udara
dan lautan di permukaan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat yang kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

a. Penyebab Pemanasan Global

1. Konsumsi energi bahan bakar fosil


Bahan bakar fosil mengandung karbon, sehingga pembakaran karbon pastilah
menghasilkan gas rumah kaca karbon dioksida.

2. Sampah organic
Sampah organik menghasilkan gas rumah kaca metana. Dengan banyaknya
jumlah sampah yang mengemisikan metana maka berpotensi besar
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.

3. Kerusakan hutan
Gas karbon dioksida merupakan gas rumah kaca sehingga kerusakan atau
penggundulan hutan secara besar-besaran berarti hilangnya faktor penyerap
gas rumah kaca karbon dioksida di atmosfer.Dengan kerusakan hutan tentu
saja penerapan karbon dioksida tidak optimal, sehingga akan mempercepat
terjadinya pemanasan global.

4. Pertanian dan Peternakan


Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah
kaca melalui sawah-sawah yang tergenang, yang menghasilkan gas metena,
penggunaan pupuk, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukkan sisa-sisa
pertanian. Disamping itu, PBB mencatat bahwa industry peternakan
merupakan penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar.

b. Dampak Pemanasan Global

1. Iklim mulai tidak stabil


Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
utara dari belahan bumi utara akan memanas lebih tinggi disbanding dengan
daerah-daerah lain di bumi. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Suhu pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung meningkat. Topan badai yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air akan menjadi lebih besar. Dengan demikian,
pola cuaca menjadi sukar di prediksi dan lebih ekstrim.

2. Peningkatan Permukaan Laut


Ketika atmosfer menghangat, air pada permukaan laut juga menghangat. Hal ini
berarti volume air di laut membesar karena pemuaian sehingga menaikkan
tinggi permukaan laut. Untuk negara kita mungkin kenaikan permukaan laut
akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta terjadinya pemutihan
terumbu karang.

3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal itu tidak sama di beberapa
tempat. Misalnya, kenaikan suhu global dapat menyebabkan penurunan
produksi jagung akibat kekeringan.

4. Kehidupan Hewan Liar dan Tumbuhan


Akibat pemanasan global, hewan cenderung untuk beremigrasi kea rah kutub atau
ke atas pegunungan untuk mencari wilayah yang lebih dingin. Tumbuhan
akan merubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat.

5. Kesehatan Manusia
Kenaikan suhu global telah memicu banyaknya penyakit yang berkaitan dengan
panas dan kematian seperti stress, stroke, dan gangguan kardiovaskular.

Anda mungkin juga menyukai