Anda di halaman 1dari 18

KRISIS LINGKUNGAN DAN SOLUSINYA DALAM AL-QUR’AN

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Alamiah Dasar”

Dosen Pengampu :

Fikri Maulana M.Pd

Disusun oleh :

1. Nurul Amni (211410028)


2. Faiza Hanan (211410068)
3. Yuni Ardianti Astuti (211220058)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “krisis
lingkungan dan solusinya dalam al-qur’an” dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Alamiah Dasar.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pentingnya
menjaga lingkungan bagi masyarakat dan bagi pembaca juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Fikri Maulana selaku dosen
pengampu mata pelajaran Ilmu Sosial dan Alamiah Dasar. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Parung, 17 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Masalah..........................................................................................2
BAB II...................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. Krisis Lingkungan Secara Umum..............................................................4
1. Pengertian Lingkungan Hidup........................................................4
2. Pandangan Islam Tentang Lingkungan..........................................6
3. Akar Krisis Lingkungan Hidup......................................................7
B. Krisis Lingkungan dan Solusinya dalam Al-Quran...................................8
1. Krisis Lingkungan Hidup didalam Al-Quran.................................8
2. Solusi Krisis Lingkungan dalam Al-Quran..................................11

BAB III................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis lingkungan masyarakat telah disadari sebagai permasalahan


terbesar diabad ini. Hal ini disebabkan karena pencemaran lingkungan merupakan
isu global yang dampaknya menimpa dunia masa kini dan generasi mendatang.1
Krisis lingkungan hidup merupakan masalah yang semakin komppleks
yang serius yang dihadapi olehseluruh umat manusia diera modern ini. Banyaknya
bencana alam yang kita temui sekarang ini, seperi banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, suhu bumi yang semakin memanas (menipisnya lapisan ozon),
kekeringan, pencemaran air, bahkan sampai tingkat pencemaran udara, hal ini
merupakan sebuah bukti yang nyata bahwa alama ini telah mengalami kerusakan
dari berbagai isinya. Bumi yang dulunya sangat bersahabat dengan manusia,
namun sekarang telah berubah menjadi suatu ancaman yang sangat serius bagi
kehidupan manusia.
Alfred Diamond menganalisis terjadinya kegagalan pengelolaan
lingkungan dan meningkatnya masalah Kesehatan lingkungan merupakan akibat
dari lemahnya manusia dalam mencermati fenomena alam dalam memfasilitasi
manusia sebagai khalifah dimuka bumi, sehingga tak terhindarkan lagi bencana-
bencana yang terjadi didunia ini2. Sedangkan menurut Quraish Shihab, persoalan
lingkungan hidup yang terjadi dibumi kit aini, tak lain merupakan hasil ulah
tangan manusia sendiri. Menurutnya, kerusakan ala mini, bermula saat manusia
memasuki sebuah era yang mereka sebut sebagai zaman modern, yang ditandai
dengan dukungan perkembangan teknologi yang semakin canggih, yang didesain
sedemikian apik tak lain adalah demi memudahkan segala pemenuhan kebutuhan
1
Alwi shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama (Jakarta: Penerbit Mizan,
1999), hlm. 157.
2
Bambang Giatno (pengantar: dalam buku berjudul Kesehatan lingkungan dan Perspektif Islam,
2010).

1
umat manusia termasuk didalamnya adalah cara mereka dalam mengelola ala
mini. Namun, kecanggihan teknologi tersebut, disamping membawa dampak yang
positif ternyata juga telah menyebabkan berbagai krisis, salah satunya adalah
masalah krisis lingkungan tersebut. Satu masalah baru yang perlu mendapatkan
perhatian dari seluruh umat manusiaberbagai belahan bumi, karena sekarang ini
krisis lingkungan tidak hanya terjadi permasalahan local, regional, maupun
nasional saja tetapi sudah menjadi permasalahan internasional (mendunia).
Manusia modern telah mengalami (atau malah menderita) ekses. Ekses
itu adalah akibat xari dominasi ilmu dan teknologi, yang menurut Ashadi Siregar,
sebagaimana dikutip oleh Nurcholis Madjid, hanya mampu menghasiljan
teknokrat-teknokrat tanpa perasaan3. Sebagaimana halnya dengan mesin yang
tanpa perasaan, manusia modern mengeksploitasi alam semaksimal mungkin
tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya itu. Mereka tetap mengikuti
keinginan-keinginan nafsunya, tanpa ada rambu-rambu lagi baginya, sehingga
terjadilah Krisis lingkungan. Manusia modern memperlakukan alam sama dengan
pelacur, menikmati dan mengeksploitasi kepuasan darinya tanpa rasa tanggung
jawab apapun. Alam dipandang tak lebih dari sekedar objek dan sumber daya
yang perlu dimanfaatkan dan dieksploitasi semaksimal mungkin4. Dalam upaya
mencapai kesejahteraannya, mereka mencoba untuk memenuhi setiap keinginan-
keinginannya,ia akan menciptakan apa saja yang dapat mebuat hidupnya semakin
mudah dan efektif. Teknologi-teknologi yang mereka kembangkan tidak lain
hanya untuk keperluan mereka sendiri. Terlepas dari pemikiran tentang dampak
yang akan ditimbulkan oleh perbuatannya itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lingkungan?
2. Bagaimana pandangan islam tentang lingkungan?
3. Apa akar krisis lingkungan?
4. Bagaimana krisis lingkungan dalam Al-Qur’an?

3
Nurcholis Madjid, Islam, Kemoderenan, dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan Pustaka,
2008),hlm. 115.
4
Ali Maksum, Tsawuf sebagai pembebasan manusia modern: Telah Signifikansi Konsep
Tradisionalisme Islam Sayyed Hossein Nasr (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 71.

2
5. Bagaiamana solusi krisis lingkungan dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lingkungan
2. Mengetahui pandangan islam tentang lingkungan
3. Mengetahui apa-apa saja krisis lingkungan
4. Mengetahui krisis lingkungan dalam Al-Qur’an
5. Mengetahui solusi dari krisis lingkungan dalam Al-Qur’an

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KRISIS LINGKUNGAN SECARA UMUM


1. Pengertian Lingkungan Dan Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu


organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor)
atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). 10 Dari hal inilah
kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu: a) Biotik:
Makhluk (organisme) hidup; dan b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan
lain-lain5. Pada hakikatnya keseimbangan alam (balance of nature)
menyatakan bahwa bukan berarti ekosistem tidak berubah. Tumbuhan dan
hewan dalam ekosistem juga berubah karena adanya kebakaran, banjir,
erosi, gempa bumi, pencemaran, dan 25 Agoes Soegianto. Ilmu
Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Walaupun
ekosistem selalu berubah, ia memunyai kemampuan untuk kembali pada
keadaan semula selama perubahan itu tidak drastis6.

Penggunaan istilah “lingkungan” sering kali digunakan secara


bergantian dengan istilah “lingkungan hidup”. Kedua istilah tersebut
meskipun secara harfiah dapat dibedakan, tetapi pada umumnya digunakan
dengan makna yang sama, yaitu lingkungan dalam pengertian yang luas,
yang meliputi lingkungan fisik, kimia, maupun biologi (lingkungan hidup
manusia, lingkungan hidup hewan dan lingkungan hidup tumbuhan).
Lingkungan hidup juga memiliki makna yang berbeda dengan ekologi,
ekosistem, dan daya dukung lingkungan.

5
Agoes Soegianto. Ilmu lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Surabaya:
Airlangga University Press, 2010, hlm.1
6
Ibid, hlm.39

4
Bernard memberikan pembagian lingkungan ke dalam 4 (empat)
bagian besar, yakni7:
a. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri dari
gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya
tarik, ombak, dan sebagainya.
b. Lingkungan biologi atau organik, segala sesuau yang bersifat biotis
berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini
lingkungan prenatal, dan proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan, dan sebagainya.
c. Lingkungan sosial, dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1) Lingkungan fisiososial yaitu meliputi kebudayaan materiil (alat),
seperti peralatan senjata, mesin, gedung, dan lain-lain,
2) Lingkungan biososial, yaitu manusia dan interaksinya terhadap
sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestic dan semua
bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organic
3) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat
batin manusia seperti sikap, pandangan, keinginan, dan keyakinan.
Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan
lain-lain.

Mengenai arti lingkungan itu sendiri, yang istilah lingkungan


sebagai ungkapan singkat dari lingkungan hidup yang juga sering
digunakan istilah lain yang semakna seperti dunia, alam semesta, planet
bumi, merupakan pengalihan dari istilah asing environment (Inggris),
Lêvironment (Prancis), Umwelt (Jerman), milliu (Belanda), alam sekitar
(Malaysia), sivat-lom (Thailand), al-Bi’ah (Arab) dan lain-lain.

Maka kajian lingkungan bisa disebut ekologi yang diartikan pula


mengenai lingkungan hidup. Istilah lingkungan hidup bisa berarti al-barru,
yang secara dekat bersinonim dengan al-birru. AlBirru diistilahkan nilai
kebaikan. Manusia bisa hidup dengan baik, dan tanpa nilai manusia tidak
7
St. Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku 11, Bandung: Nasional Binacit. 1985.
hlm.201

5
bisa hidup dengan baik dan seimbang. Nilai-nilai yang ada antara lain
nilai, kesehatan, kebangsaan, spiritual, nilai penghargaan. Sedangkan al-
birru yang dapat diartikan lingkungan hidup diistilahkan kebajikan ekologi
dengan lingkungan hidup yang baik. Ekologi yang bagus mulai suhu 0
derajat sampai 40 derajat. Maka krisis global, banjir, kemarau dan
penebangan hutan yang tanpa batas menjadi perusak dari ekologi di bumi.

2. Pandangan Islam tentang Lingkungan

Acuan andalan yang digunakan Islam dalam menghadapi berbagai


fenomena yang terjadi selalu merujuk pada al-Qur‟an dan hadis. Sudah
diyakini bahwa al-Qur’an telah mendeskripsikan alam sebagai makhluk
Tuhan yang pada dasarnya merupakan wujud teofani yang menutupi dan
sekaligus mengungkapkan kebesaran Tuhan. Bentuk dan wujud alam
merupakan refleksi dialog puitis dari sang Khâliq kepada makhluk-Nya
yang mengandung sekian juta makna dan tujuan. Di satu sisi, alam seolah
hanya ingin memiliki dan menyimpan rahasia keilahian Tuhan, namun
pada saat yang sama alam tergugah ingin menyibakkan nilai kualitas yang
tersimpan bagi kepentingan manusia yang mata batinnya terbutakan oleh
anânîyah.

Kondisi psikologis ini dicurigai menciptakan kesombongan dan


kecenderungan mengumbar nafsu yang mampu menyengsarakan
lingkungan hidupnya sendiri. Konsekuensi logis dari pandangan al-Qur‟an
ini lazimnya diaksentuasikan oleh hadis dan sunnah Nabi, sehingga
menempatkan Islam tradisional mempunyai kepedulian dan kecintaan
yang tulus terhadap alam serta kelestariannya agar mampu menyediakan
kebutuhan manusia, di samping sanggup merefleksikan keindahan surgawi
yang terkhazanahkan di dalamnya. Hanya perlu diingatkan kepada para
pemerhati bahwa kecintaan Islam terhadap alam sama sekali tidak ada
kaitannya dengan naturalisme yang pernah dikutuk habis-habisan oleh
gereja pada abad pencerahan. Ia hanyalah sebuah lukisan cinta yang

6
pernah digambarkan oleh para penyair sufi, seperti penyair Persia Sa„dî
dan penyair Turki Yûnus Emre.

Mereka hanya melukiskan tentang indahnya pernik-pernik


kelembutan yang menghubungkan keseimbangan antara mikrokosmos
dengan makrokosmos bagaikan anyaman benang-benang sutra yang
membentuk kepompong demi kelangsungan hidup makhluk yang berada
di dalamnya. Atau senandung cinta yang pernah dipuisikan oleh para rahib
Irlandia dan St. Francis dari Assisi yang menyapa matahari dan bulan
dengan bahasa yang mengekspresikan rona-rona cinta, sehingga bibirnya
tidak kuasa lagi untuk membendung desakan batinnya yang paling dalam
untuk berucap, “Alangkah indahnya Tuhan yang berkenan menciptakan
manusia dengan sejuta keindahan-Nya”.

3. Akar Krisis Lingkungan Hidup

Apabila ajaran Islam demikian bersemangat dalam melestarikan


alam, mengapa implementasinya tidak pernah nyata dan membumi? Inilah
pertanyaan krusial dan masih banyak lagi pertanyaan senada yang
memerlukan jawaban. Secara historis, semenjak abad 18 hingga kini
dikenal ada dua mazhab pembaruan yang paling didengar Barat, yaitu
fundamentalis dan modernis. Kelompok pertama memasukkan beberapa
aliran, seperti Wahhâbîyah dan Salâfîyah yang pada awalnya menentang
Barat dalam rangka menciptakan masyarakat yang berdasarkan hukum
Ilahi murni.

Namun, sejak tahun 1950 aliran yang bermarkas di Saudi Arabia


ini, meskipun masih bergandengan erat dengan Wahhâbîyah, mulai
mengadakan industrialisasi besar-besaran tanpa didukung pengetahuan
yang memadai tentang efek samping iptek Barat yang berkaitan dengan
alam sebagaimana yang diajarkan oleh agama (Islam). Kelompok kedua,
modernis, sesuai dengan namanya kelompok ini membela mati-matian dan

7
bahkan mensakralkan kebudayaan Barat yang diyakini tanpa cacat, seperti
yang terjadi di Turki, Mesir, India, Iran (Persi), dan yang lain. Kedua
kelompok tersebut pada hakekatnya sama-sama tidak memiliki
pengetahuan dan penilaian yang kritis terhadap iptek Barat, sehingga
diterimanya mentah-mentah iptek tersebut sejak awal, seperti yang terjadi
di Turki maupun di Saudi Arabia dengan dalih mengejar ketinggalan
dalam segala bidang, khususnya politik, budaya, dan ekonomi.

Pada tingkat operasional, dunia Islam tidak lebih berhasil


menghindari krisis lingkungan hidup, meskipun pada tingkat konsepsi
religius tampak jelas sikap positif dan ramah yang Islami terhadap alam.
Hal ini karena dominasi Barat terhadap Timur yang tidak saja
mengakibatkan munculnya dominasi ekonomi dan pengadopsian teknologi
Barat kelas pinggiran ke dunia Islam, tetapi juga mendorong banyak
negara yang mayoritas Islam untuk menyingkirkan sebagian besar ajaran
Islam, khususnya ajaran melestarikan lingkungan hidup dengan ajaran dan
hukum Barat sekuler yang tidak memperdulikan perusakan alam.
Implikasinya masalah krisis lingkungan kini telah menjadi isu dunia yang
perlu mendapat perhatian dan penangan secara global pula sifatnya.

Di sinilah saat yang tepat bagi dunia Islam untuk mengekspos dan
menghadirkan tradisi intelektual Islam yang kaya dengan metode
penanggulangan krisis lingkungan, agar Barat menyadari bahwa Islam
memiliki kearifan tersendiri terhadap alam yang sedang sekarat. Tradisi
kearifannya perlu diikutkan dalam teologi lingkungan yang disusun
bersama oleh Barat dan Timur.

B. KRISIS LINGKUNGAN DAN SOLUSINYA DALAM AL-QURAN

1. Krisis Lingkungan Hidup dalam al-Qur’an

8
Perang nuklir bukan satu-satunya bahaya pemusnahan umat manusia
dan alam, kata Soedjatmoko, namun masih ada unsur-unsur lain yang tidak
kalah pentingnya, seperti krisis lingkungan hidup akibat pencemaran
industri.8

The Ecologist dan The Limits to Growth tulisan E. Golsmith dan


Dennis L. Mesdows juga mengingatkan bahwa bahaya terbesar bagi umat
manusia di masa depan adalah rusaknya lingkungan hidup yang sangat cepat.
Peringatan ini menunjukkan tentang gagalnya upaya konservasi alam dalam
mengimbangi cepatnya gerakan eksploitasi sumber daya alam yang didukung
oleh berbagai peralatan mutakhir hasil rekayasa ilmu dan teknologi modern.
Destruksi lingkungan hidup yang membahayakan keselamatan umat manusia
tidak hanya dipredeksikan oleh satu-dua ilmuan tersebut. Namun, juga datang
dari berbagai ilmuan, seperti Eric Ashby melalui buku Reconciling Man with
Nature yang menyarankan dilakukannya hubungan timbal-balik atau saling
menguntungkan antara alam dengan manusia. Lester Brown lewat World
without Borders mengecam keserakahan manusia dalam mengeksploitasi
alam, dan Rachel Carson melalui karya monumentalnya Silent Spring
mengisyaratkan akan adanya kemungkinan buruk yang bakal menimpa
kehidupan umat manusia9.

Meski demikian, kenapa dunia modern yang sarat dengan ilmu dan
teknologi canggih malah menciptakan bencana bagi kelangsungan hidup
manusia dan lingkungannya sendiri? Masalahnya mungkin terletak pada
pijakan yang keliru karena membebas-lepaskan perkembangan ilmu dari nilai
agama, dan bahkan terutama mendasarkan pada konsep taskhîr atau dominion
of nature yang memberikan hak khusus kepada manusia untuk bertindak
seenaknya terhadap alam. Ini artinya, krisis lingkungan hidup pada dasarnya
bermula dari adanya krisis moral, karena mengabaikan tradisi Islam, terutama
petunjuk al-Qur‟an yang berkaitan dengan interaksi manusia dengan alam;

8
Soedjatmoko, Etika Pembebasan (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 12
9
Asmaraman As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 4

9
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, sehingga Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”10.

Pernyataan al-Qur‟an ini sesuai dengan temuan ilmiah di lapangan.


Misalnya, data sederhana yang menyatakan bahwa penggunaan bahan
insektisida di tanah pertanian ternyata tidak bisa larut seluruhnya ke dalam
tanah dan sisa buangannya terbawa oleh air ke aliran sungai, rawarawa,
danau, dan berakhir di samudera. Efek ini menimbulkan polusi yang
berdampak pada perusakan lingkungan hidup yang sangat luas. Lazim
diketahui bahwa aliran air biasanya tidak mengenal batas wilayah dan negara.
Peristiwa ini secara otomatis memindahkan polusi ke daerahdaerah yang
dilalui air dengan menciptakan pencemaran baru yang sangat membahayakan
makhluk hidup di habitatnya. Bahkan, penelitian terakhir membuktikan air
susu ibu pun kini telah terkontaminasi oleh racun insektisida yang digunakan
manusia untuk membasmi hama pertanian. Akibatnya, pencemaran tersebut
dapat dipastikan merusak generasi muda secara fisik. Pantas dikatakan jika
bumi sekarang sudah tidak layak huni lagi bagi manusia akibat ulahnya
sendiri yang telah merusak lingkungan hidup secara total. Perusakan itu tidak
hanya menimpa satu unsur ekologi, tetapi meliputi semua unsurnya yang
terdiri dari unsur tanah, air, tumbuh-tumbuhan, udara, dan hewan.

Berkenaan dengan adanya pencemaran lingkungan yang mengancam


kelangsungan hidup manusia, sudah selayaknya apabila manusia berusaha
memperbaiki sikapnya yang mampu mempertahankan keseimbangan
ekosistem agar alam mampu menyediakan kebutuhan utama manusia dan
makhluk lain. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang pernah dijanjikan oleh
Allah dalam al-Qur‟an surat al-A„râf [7]: 58: ”Adapun tanah yang baik,
tanam-tanamannya tumbuh (dengan subur) dengan seizin Allah, sedang tanah
yang tidak subur tanam-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah

10
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Darus Sunnah, 2002), hlm.409

10
Kami mengulang-ulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur11.

2. Solusi Krisis Lingkungan Dalam Al-Qur’an

Beberapa landasan ayat al-Qur`an yang terkait erta dengan


pemeliharaan lingkungan yang meliputi:Al-Qur`an surah al-Baqarah (2): 29;
Surah al-A`raf: 56; Surah al-Hijr: 16, 19, 20, 21 d. Surah an-Nahl: 5, 10, 11,
14, dan 15; Surat al-Insan: 3. Jelas bahwa jangkauan al-Qur`an tidak saja
yang di bumi, melainkan termasuk tata surya yang ada di angkasa. Ini berarti
bahwa mengotori angkasa luar dengan bentuk perusakan yang dilakukan
manusia yang dalam istilah modernnya global warming adalah tindakan
pencemaran terhadap ciptaan Allah. Sehingga efek rumah kaca membuat
lapisan ozon menipis dan menimbulkan pemanasan global yang saat ini
sedang marak-maraknya dibahas.

Energi minyak bumi atau energi yang tidak dapat diperbaharui adalah
bersifat terbatas, maka Ayat al-Hijr 19, 20 dan 21 adalah energi atau sumber
daya alam yang terbatas dari ciptaan Allah harus dimanfaatkan dan harus
cenderung dicari solusinya untuk mengandalkan selain bahan energi yang
berbasis ramah lingkungan. Karena keterbatasan energi ini adalah simbol
yang menyatakan ada sesuatu yang diciptakan Allah terbatas. Dalam Surah
an-Nahl: 5, Allah berfirman:

“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada
bulu yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagian kamu makan.
Tidak hanya untuk keperluan makan binatang ternak itu disediakan Allah,
tetapi juga menjaga manusia dari hawa dingin. Betapa sangat majunya
teknologi tekstil, harga dan kualitas bahan wol masih tetap tinggi dan
merupakan kebanggan bagi si pemakai. Selanjutnya, betapa Allah telah
menciptakan ekosistem yang sempurna, ditunjukkan-Nya dalam Surat an-
Nahl ke 10 dan 11: Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk

11
Ibid, hlm. 159

11
kamu, sebagiannya menjadi minuman, dan sebagian laginya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu gembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman;
zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
memikirkan.

Contoh buah-buahan dalam ayat 11, tentu saja, disesuaikan dengan


keadaan Jazirah Arab, tempat al-Qur`an diturunkan. Tentunya, dapat pula
berarti buah-buahan lainnya, seperti: padi, jagung, dan semua jenis tumbuhan
di bumi ini. Hal ini terjadi seakan-akan merupakan hal yang rutin, yang
terjadi dengan sendirinya. Sedangkan manusia yang memikirkan,
merenungkannya, dan menghayatinya, akan kebesaran Allah.

Dalam surah an-Nahl: 14-15, Allah berfirman; Dan Dialah, Allah


yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan darinya
daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari laut itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, (Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk.

Bahkan lebih dari itu, perhiasan pun, seperti mutiara, terdapat di


lautan. Kiranya perhiasan di sini tidak hanya mutiara, tetapi taman-taman laut
yang terdapat hampir di seluruh tanah air merupakan perhiasan pula.
Perhiasan yang menghiasi persada nusantara menjadi daya tarik pelancong.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Didunia ini krisis ekologi (lingkungan hidup) merupakan tantangan global


umat manusia pada awal abad 21 yang belakangan telah banyak diperbincangkan.
Pemerintah dan masyarakat dunia dimanapun berada, merasakan keprihatinan
mendalam mengenai krisis lingkungan ini. Karena Krisis lingkungan tersebut
,meliputi seluruh sistem ekologi alam di bumi. Islam sebagai agama rahmatan
lilalamin, menawarkan konsep yang lebih indah untuk mengatasi Krisis
lingkungan yang telah merambah hampir semua kehidupan yang mengancam
keberlangsungan hidup sehat, aman dan sejahtera manusia.

Manusia sebagai khalifah Allah di bumi sebagai penjaga alam raya agar
tetap asri dan nyaman, karena bumi dengan segala ekosistemnya adalah untuk
digunakan manusia yang Allah menjadikan bumi sebagai tempat bagi umat
manusia. Bila kerusakankerusakan diperbuat manusia, maka sunnatullah akan
berperanan di situ dengan bentuk musibah seperti; banjir, angin topan, kekeringan
serta bencana angin topan sebagai bagian dari sebab-akibat dari dampak yang
diperbuat manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, al-Qur’an menekankan kepada manusia untuk selalu


menjaga kelestarian alam, agar keberlangsungan bumi sebagai tempat manusia
hidup akan selalu terjaga dan lestari, sehingga bencana alam tidak akan pernah
lagi terjadi di bumi ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alwi shihab, 1999. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama.
Jakarta: Mizan
Bambang Giatno, 2010. pengantar: dalam buku berjudul Kesehatan lingkungan
dan Perspektif Islam
Nurcholis Madjid, 2008. Islam, Kemoderenan, dan Keindonesiaan. Bandung:
Mizan Pustaka
Ali Maksum, Sayyed Hossein Nasr 2003. Tsawuf sebagai pembebasan manusia
modern: Telah Signifikansi Konsep Tradisionalisme Islam. Surabaya :Pustaka
Pelajar.
Agoes Soegianto, 2010. Ilmu lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat
Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press
St. Munadjat Danusaputra, 1985. Hukum Lingkungan Buku 11. Bandung:
Nasional Binacit.
Soedjatmoko, 1988. Etika Pembebasan Jakarta: LP3ES
Asmaraman As, 1996. Pengantar Studi Tasawuf . Jakarta: Raja Grafindo Persada
Departemen Agama RI, 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Darus
Sunnah.

14
15

Anda mungkin juga menyukai