Anda di halaman 1dari 25

GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP

Makalah
Untuk memenuhi Pop Quiz VI mata kuliah Hukum dan Kebijakan Lingkungan yang
diampu oleh Dr. Ir. Jacob Manusawai

Disusun oleh:

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAPUA
NOVEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul Globalisasi dan Lingkungan Hidup dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manokwari, 2 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Konsep Globalisasi...............................................................................................3
2.2 Perspektif Global Dalam Bidang Lingkungan Hidup .........................................7
2.3 Masalah Lingkungan Secara Global....................................................................8
2.3.1 Pemanasa Global............................................................................................8
2.3.2 Keanekaragaman Hayati................................................................................10
2.3.3 Ozon...............................................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi melahirkan masyarakat yang terbuka. Masyarakat tersebut merupakan
konsekuensi dari masyarakat yang memberikan nilai kepada individu, kepada hak dan
kewajiban sehingga semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensinya dan menyumbangkan kemampuannya bagi kemajuan
bangsanya. Proses globalisasi melahirkan kesadaran global, dimana manusia saat ini merasa
satu dengan lainnya saling tergantung dan saling membutuhkan, saling memberi dan saling
membantu. Ini memungkinkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang
demikian cepat sehingga dapat menyatukan umat manusia. \Salah satu kesadaran masyarakat
global yaitu mengenai isu lingkungan yang saat ini telah mengkhawatirkan dunia. Masalah
lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang
Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak
sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada
tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya
populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan penduduk yang pesat
menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan industrialisasi. Namun
industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala kebutuhan hdup manusia juga
memberi dampak negatif terhadap manusia akibat terjadinya pencemaran lingkungan.
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya
lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari
alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa
makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara
menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena
akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu
masa kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah
ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan
latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam
menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.

1
Oleh karena itu, dalam menanggapi globalisasi dan lingkungan hidup, makalah ini akan
membahas dan memberikan gambaran umum mengenai perspektif globalisasi mengenai
lingkungan hidup dan fenomena globalisasi yaitu pemanasan global, keanekaragaman hayati
serta lubang ozon.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari globalisasi?
2. Bagaimana perspektif global dalam bidang lingkungan hidup?
3. Bagaimana masalah lingkungan secara global?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep globalisasi
2. Untuk mengetahui perspektif global dalam bidang lingkungan hidup
3. Untuk mengetahui masalah lingkungan secara global

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusiaglobal itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses
globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
mendorong kita untuk melakukan identifikasi dan mencarititik-titik simetris sehingga bisa
mempertemukan dua hal yang tampaknya paradoksial, yaitu pendidikan Indonesia yang
berimplikasi nasional dan global. Dampak globalisasi memaksa banyak negara meninjau
kembali wawasan danpemahaman mereka terhadap konsep bangsa, tidak saja karena faktor.
Kata globalisasi diambil dari global yang maknanya universal. Globalisasi belum
memiliki definisi atau pengertian yang pasti kecuali sekedar definisi kerja sehingga
maknanya tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya. Ada beberapa definisi
global yang dikemukakan oleh beberapa orang sebagai berikut:
a. Malcom Waters, seorang professor sosiologi dari Universitas Tasmania,
berpendapat, globalisasi adalah sebuah proses social yang berakibat pembatasan
geografis pada keadaan social budaya menjadi kurang penting yang terjelma di
dalam kesadaran orang
b. Emanuel Richter, guru besar pada ilmu politik Universtas Aashen, Jerman,
berpendapat, bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam
saling ketergantungan dan persatuan dunia.
c. Princenton N Lyman, mantan duta besar AS di Afrika Selatan, berpendapat bahwa
globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan
danhubungan antara Negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
d. Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi adalah
terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia
untukmengikuti sistem dan kaidah yang sama
Di zaman modern seperti sekarang ini, globalisasi bukanlah istilah yangasinglagi bagi
kita, hal tersebut seperti sudah mendarah daging karena setiap aktivitas,makanan, pakaian dan
gaya hidup kita sudah terpengaruh oleh peradaban global. Globalisasi adalah suatu fenomena
khusus dalam peradaban manusia yang bergerakterus dalam masyarakat global.Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepatakselerasi proses globalisasi ini.

3
Globalisasi menyentuh seluruh aspek pentingkehidupan serta menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harusdijawab dan dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingankehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar duapuluh tahun yang
lalu, dan mulai populer sebagai ideologi baru sekitar lima atausepuluh tahun terakhir. Sebagai
istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana
globalisasi sebagai sebuah proses ditandaidengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga ia mampumengubah dunia secara mendasar.
Pada awalnya proses perkembangan globalisasi ditandai kemajuan bidangteknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerakglobalisasi. Dari kemajuan
bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor laindalam kehidupan, seperti bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana bias kita lihat dari teknologi
internet, parabola dan TV, orang dibelahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari
belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia
secara luas, yangakhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada
kebudayaan daerah, seperti kebudayaan gotong royong, menjenguk tetangga sakit dan lain-
lainakan luntur. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari,
seperti budaya berpakaianyang kebarat-baratan, gaya rambut yang di cat berwarna cara
berbahasa yang disadur dengan bahasa asing dan sebagainya.
Globalisasi sebagai suatu proses bukan suatu fenomena baru karena proses globalisasi
sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19dan awal abad ke-20
arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negaraketika mulai ditemukan
teknologi komunikasi, informasi, dantransportasi. Loncatan teknologi yang semakin canggih
pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon
genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanaka
npembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi diluar
negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang
berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan
kondisi di Indonesia. Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang
menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur
telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaanberskala internasional serta
cabang-cabangnya .Dampak Globalisasidi Indonesia ada yang berdampak positif dan ada

4
yang berdampak negatif dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dapka tersebut antara lainadalah
sebagai berikut:
1. Dampak Positif
Dampak positif globalisasidalam kehidupan bangsa Indonesia adalah:
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap
masyarakat yang semua irasional menjadi rasional
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuandan teknologi masyarakat menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi
yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dampak positif globalisasi dalam kehidupan bangsa Indonesia adalah:
1) Globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan
a. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak-hak asasi manusia
b. Regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak
dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
c. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih
profesional, transparan, dan akuntabel
2) Globalisasi bidang sosial budaya
a. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola
pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang
telah maju.
b. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai
jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya
3) Globalisasi bidang ekonomi sektor perdagangan
a. Liberalisasi perdagangan barang, jasa layanan, dan komodit lain
memberipeluang kepada Indonesia untuk ikut bersaing mereput pasar
perdaganganluar negeri, terutama hasil pertanian, hasil laut, tekstil, dan bahan
tambang.
b. Arus masuk perdagangan luar negeri menyebakan defisit perdagangan nasional

5
4) Globalisasi bidang ekonomi sektor produksi
Adanya kecenderungan perusahaan asing memindahkan operasi produksi
perusahaannya ke negara-negara berkembang dengan pertimbangan keuntungan
geografis
2. Dampak Negatif
Dampak negatif pengaruh globalisasi dalam kehidupan Bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang
kebutuhanmasyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik
untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang
mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada
orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang
dapat mengikuti arus globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial
Dampak negatif globalisasi menurut bidangnya adalah
1) Globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan
a. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertibannegara
semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggungjawab pihak
tentara dan polisi
b. Perubahan dunia yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat secara
global. Sifat–sifat masyarakatnya adalah pragmatisme, hedonisme,primitif,dan
konsumerismec.Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas,
kepedulian, dankesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu.
2) Globalisasi bidang sosial budaya.

6
a. Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melaluiinternet,
media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru olehmasyarakat
b. Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yangmelahirkan
gaya hidup berikut ini. Individualisme (mengutamakankepentingan diri sendiri).

2.2 Perspektif Global Dalam Bidang Lingkungan Hidup


2.2.1 Definisi Lingkungan Hidup
Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Pasal 1 merumuskan pengertian lingkungan
atau lingkungan hidup sebagai berikut: “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya”. Secara gamblang dapat dinyatakan bahwa
lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling manusia yang
berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia (dan makhluk hidup
lainnya.
2.2.2 Lingkungan Hidup Sebagai Isu Global
Masalah lingkungan seperti pencemaran (udara, tanah, air, suara atau kebisingan,
sinar yang menyilaukan), banjir, kekeringan, tanah longsor, hama, dan sebangsanya yang
mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal atau
regional di tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi dimana-
mana dipermukaan bumi ini. Masalah lingkungan hidup telah menjadi perhatian dan
kepedulian dunia, baik lembaga-lembaga dibawah PBB maupun yang merupakan LSM.
Selanjutnya berkenaan dengan sumber daya, G.T. Miller mengemukakan pengertian
sumber daya atau sumber daya alam adalah suatu bentuk materi atau energi yang diperoleh
dari lingkungan fisikal yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya ini
tidak hanya berupa kondisi fisikal alamiah, melainkan juga dapat berupa Sumber Daya
Alam (SDA) dan juga Sumber Daya Manusia (SDM).
2.2.3 Isu Lingkungan
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi
PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di
Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya
Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas
Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan

7
lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan
penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan
dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala
kebutuhan hidup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat
terjadinya pencemaran lingkungan.

2.3 Masalah Lingkungan Secara Global


Adapun masalah lingkungan secara global adalah masalah lingkungan yang telah
mendunia.
2.3.1 Pemanasan Global
a. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat
peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan
diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan
dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan
mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
b. Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca
Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari
yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu
dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di antaranya
karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di
atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan,
tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup. Mekanisme inilah yang disebut efek
gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi
-18ºC. Sayangnya, karena sekarang ini terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer,
terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.
c. Penyebab Pemanasan Global
Pemansan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal
dengan gas rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh
tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang
terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara,
minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan
disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak

8
lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi
sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon,
metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring
banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2,
kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti
bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara
bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler.
Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut
berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang
mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan.
Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari,
angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah,
dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk
bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon,
menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal
dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
d. Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan
bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun
pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna
tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan
kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,
pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan
produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).
Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan
global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
Dampak-dampak lainnya :
 Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati

9
 Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan
banjir
 Mencairnya es dan glasier di kutub
 Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena
kekeringan yang berkepanjangan
 Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada
tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15- 95cm.
 Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral
bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
 Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
 Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah-daerah
baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
 Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus
pengungsian

2.3.2 Keanekaragaman Hayati


a. Definisi Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman semua jenis tumbuhan,
hewan dan jasad renik (mikroorganisme), serta proses ekosistem dan ekologis dimana
mereka menjadi bagiannya (UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNCBD).
Keanekaragaman genetik (di dalam jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik
sebagai pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada.
Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman organisme atau jenis yang
mempunyai ekspresi genetis tertentu. Sementara itu, keanekaragaman ekosistem
merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup
melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik
lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan fauna.
Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat menyebabkan
perubahan iklim global. Perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka
waktu yang cukup panjang, antara 50 – 100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan,
perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan mahluk hidup.
Dampak yang terjadi antara lain: mencairnya es dikutub selatan, pergeseran musim, dan

10
peningkatan permukaan air laut. Dampak tersebut memberikan pengaruh terhadap
kelangsungan mahluk hidup.
Mencairnya es dikutub, terutama sekitar Greenland dapat meningkatkan volume
air di laut yang menyebabkan terjadi menambahan tinggi permukaan laut diseluruh
dunia. Pada abad ke-20 telah terjadi kenaikan permukaan air laut 20-25 cm. Apabila
separuh es Greenland dan Antartika meleleh maka terjadi kenaikan permukaan air laut
rata-rata setinggi 6-7 meter. Kenaikan permukaan air dapat menyebabkan terendamnya
daratan yang merupakan habitat mahluk hidup.
Perubahan iklim global sebagai penyebab terjadinya penurunan biodiversitas
masih bersifat kontroversial untuk saat ini. Ada beberapa fakta yang disampaikan oleh
Al Gore pada bukunya Earthin The Balance tentang pengaruh perubahan iklim terhadap
biodiversitas antara lain:
1) Terjadinya perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan iklim di
hutan Amazon. Awan yang biasanya diatas hutan Amazon selalu Hitam
menunjukan bahwa intensitas hujan sangat tinggi, akan tetapi sekarang
intensitas hujan berkurang ditandai dengan awan yang berada diatas hutan
Amazon menjadi terang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
jumlah burung di hutan Amazon. Akan tetapi hubungan antara hilangnya
beberapa spesies burung apakah ada berhubungan langsung dengan
berkurangnya curah hujan masih dipertanyakan.
2) Naiknya suhu laut menyebabkan terjadinya kematian terumbu karang.
Memang dibeberapa tempat terumbu karang mengalami kamatian, akan tetapi
kematian erumbu karang lebih banyak disebabkan eksploitasi yang berlebihan
oleh manusia seperti penggunaan bom ikan.
3) Terjadinya penurunan biodiversitas yang eksponensial sejak terjadinya
revolusi industri dan berbanding lurus dengan pertambahan populasi manusia.
Hal tersebut sangat erat sekali dengan eksploitasi seperti diburu atau
habitatnya berubah untuk menjadi pemukiman dan pertanian, bukan karena
perubahan iklim.
b. Dampak Globalisasi Terhadap Keanekaragaman Hayati
Globalisasi mengakibatkan perubahan iklum. Tingkat perubahan iklim sekarang
melebihi semua variasi alami dalam 1000 tahun terakhir. Debat tentang iklim
perubahan telah sekarang mencapai suatu langkah dimana kebanyakan ilmuwan
menerima bahwa, emisi gas rumah kaca mengakibatkan perubahan iklim yang

11
berdampak berbagai sendi-sendi kehidupan. Salah satu sendi kehidupan yang vital dan
terancam oleh adanya perubahan iklim ini adalah keanekaragaman hayati
(biodiversitas) dan ekosistem. Biodiversitas sangat berkaitan erat dengan perubahan
iklim. Perubahan iklim berpengaruh terhadap perubahan keanekaragaman hayati dan
ekosistem baik langsung maupun tidak langsung.
1) Dampak langsung perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati
Pada bagian ini akan dibahas tentang dampak langsung perubahan iklim yang
paling berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati :
 Spesies ranges (cakupan jenis)
Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur dan curah hujan.
Hal ini mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan
diri, terutama spesies yang mempunyai kisaran toleransi yang rendah
terhadap fluktuasi suhu.
 Perubahan fenologi
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran dalam siklus yang
reproduksi dan pertumbuhan dari jenis-jenis organisme, sebagai
contoh migrasi burung terjadi lebih awal dan menyebabkan proses
reproduksi terganggu karena telur tidak dapat dibuahi. Perubahan
iklim juga dapat mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit,
sehingga akan terjadi wabah penyakit.
 Perubahan interaksi antar spesies
Dampak yang iklim perubahan akan berakibat pada interaksi antar
spesies semakin kompleks (predation, kompetisi, penyerbukan dan
penyakit). Hal itu membuat ekosistem tidak berfungsi secara ideal. d)
Laju kepunahan Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak hidup itu
sendiri muncul. Beberapa juta spesies yang ada sekarang ini
merupakan spesies yang berhasil bertahan dari kurang lebih setengah
milyar spesies yang diduga pernah ada. Kepunahan merupakan proses
alami yang terjadi secara alami. Spesies telah berkembang dan punah
sejak kehidupan bermula. Kita dapat memahami ini melalui catatan
fosil. Tetapi, sekarang spesies menjadi punah dengan laju yang lebih
tinggi daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hampir
keseluruhannya disebabkan oleh kegiatan manusia. Di masa yang lalu

12
spesies yang punah akan digantikan oleh spesies baru yang
berkembang dan mengisi celah atau ruang yang ditinggalkan. Pada
saat sekarang, hal ini tidak akan mungkin terjadi karena banyak
habitat telah rusak dan hilang.

Kelangsungan hidup rata-rata suatu spesies sekiar 5 juta tahun. Rata-


rata 900.000 spesies telah menjadi punah setiap 1 juta per tahun
dalam 200 juta tahun terakhir. Laju kepunahan secara kasar diduga
sebesar satu dalam satu persembilan tahun. Laju kepunahan yang
diakibatkan oleh ulah manusia saat ini beratus-ratus kali lebil tinggi.
Perubahan iklim yang lebih menyebar luas tampaknya akan terjadi
dalam pada masa mendatang sejalan dengan bertambahnya akumulasi
gas-gas rumah kaca dalam atmosfer yang selanjutnya akan
meningkatkan suhu permukaan bumi. Perubahan ini akan
menimbulkan tekanan yang cukup besar pada semua ekosistem,
sehingga membuatnya semakin penting untuk mempertahankan
keragaman alam sebagai alat untuk beradaptasi. Beberapa kelompok
spesies yang lebih rentan terhadap kepunahan daripada yang lain.
Kelompok spesies tersebut adalah:

a) Spesies pada ujung rantai makanan, seperti karnivora besar, misal


harimau (Panthera tigris). Karnivora besar biasanya memerlukan
teritorial yang luas untuk mendapatkan mangsa yang cukup. Oleh
karena populasi manusia terus merambah areal hutan dan
penyusutan habitat, maka jumlah karnivora yang dapat ditampung
juga menurun.
b) Spesies lokal endemik (spesies yang ditemukan hanya di suatu
area geografis) dengan distribusi yang sangat terbatas, misalnya
badak Jawa (Rhinoceros javanicus). Ini sangat rentan terhadap
gangguan habitat lokal dan perkembangan manusia.
c) Spesies dengan populasi kecil yang kronis. Bila populasi menjadi
terlalu kecil, maka menemukan pasangan atau perkawinan (untuk
bereproduksi) menjadi masalah yang serius, misalnya Panda.
d) Spesies migratori adalah spesies yang memerlukan habitat yang
cocok untuk mencari makan dan beristirahat pada lokasi yang

13
terbentang luas sangat rentan terhadap kehilangan ‘stasiun habitat
peristirahatannya.
e) Spesies dengan siklus hidup yang sangat kompleks. Bila siklus
hidup memerlukan beberapa elemen yang berbeda pada waktu
yang sangat spesifik, maka spesies ini rentan bila ada gangguan
pada salah satu elemen dalam siklus hidupnya.
f) Spesies spesialis dengan persyaratan yang sangat sempit seperti
sumber makanan yang spesifik, misal spesies tumbuhan tertentu
 Penyusutan Keragaman Sumber Daya Genetik
Ancaman terhadap kelestarian sumberdaya genetik juga dapat
ditimbulkan oleh adanya pengaruh pemanasan global. Beberapa varian
dari tanaman dan hewan menjadi punah karena perubahan iklim.
Kepunahan spesies tersebut menyebabkan sumberdaya genetic juga
akan hilang. Ironisnya banyak sumberdaya genetic (plasma nutfah)
belum diketahui apalagi dimanfaatkan, kita menghadapi kenyataan
mereka telah hilang.
 Akibat dari perubahan iklim yang ekstrim
Efek perubahan iklim akan menimbulkan peristiwa ekstrim seperti
meledaknya hama dan penyakit, musim kering yang berkepanjangan,
El Niño, musim penghujan yang relatif pendek, namun curah hujan
cukup tinggi, sehingga timbul dampak banjir dan tanah longsor.
Peristiwa yang ekstrim ini akan mempengaruhi organisma, populasi
dan ekosistem.
2) Dampak tidak langsung
Perubahan iklim terhadap biodiversitas Berbagai penyebab penuruanan
keanekaragaman hayati diberbagai ekosisten antara lain konversi lahan, pencemaran,
eksploitasi yang berlebihan, praktik teknologi yang merusk, masuknya spesies asing
dan perubahan iklim.
 Dampak terhadap Ekosistem Hutan
Ekosistem hutan mengalami ancaman kebakaran hutan yang terjadi akibat
panjangnya musim kemarau. Jika kebakaran hutan terjadi secara terus
menerus, maka akan mengancam spesies flora dan fauna dan merusak
sumber penghidupan masyarakat. Indonesia mempunyai lahan basah

14
(termasuk hutan rawa gambut) terluas di Asia, yaitu 38 juta ha yang
tersebar mulai dari bagian timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa,
Maluku sampai Papua. Tetapi luas lahan basah tersebut telah menyusut
menjadi kurang lebih 25,8 juta ha (Suryadiputra, 1994). Penyusutan lahan
basah dikarenakan berubahnya fungsi rawa sebesar 37,2 persen dan
mangrove 32,4 persen. Luas hutan mangrove berkurang dari 5,2 juta ha
tahun 1982 menjadi 3,2 juta ha tahun 1987 dan menciut lagi menjadi 2,4
juta ha tahun 1993 akibat maraknya konversi mangrove menjadi kawasan
budi daya (Suryadiputra, 1994, Dahuri et al, 2001).
 Dampak pada daerah kutub
Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan suhu
bumi rata-rata sebesar 10C. Setiap individu harus beradaptasi pada
perubahan yang terjadi, sementara habitatnya akan terdegradasi. Spesies
yang tidak dapat beradaptasi akan punah. Spesies-spesies yang tinggal di
kutub, seperti penguin, anjing laut, dan beruang kutub, juga akan
mengalami kepunahan, akibat mencairnya sejumlah es di kutub.
 Dampak pada daerah arid dan gurun Dengan adanya pemanasan global
yang menyebabkan perubahan iklim mengakibatkan luas gurun menjadi
semakin bertambah (desertifikasi). d) Dampak pada ekosistem pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan terjadinya perubahan cuaca, sehingga
periode musim tanam menjadi berubah. Hal ini akan mengakibatkan
beberapa spesies harus beradaptasi dengan perubahan pola tanam tersebut.
b) Dampak Ekologis bagi Wilayah Pesisir (mangrove) Pemanasan global,
salah satu perubahan iklim global, telah diyakini berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup manusia di berbagai wilayah dunia. Wilayah pesisir
adalah wilayah yang paling rentan terkena dampak buruk pemanasan global
sebagai akumulasi pengaruh daratan dan lautan.
c. Kondisi keanekaragaman hayati
Dalam laporan penelitian WWF (World Wildlife Fund), Habitats at Risk : Global
Warming and Species Loss in Terrestrial Ecosystems, ditemukan bahwa dengan
beberapa asumsi mengenai pemanasan global di masa depan dan dampaknya terhadap
beberapa tipe vegetasi utama, kepunahan spesies akan terjadi di kebanyakan ekoregion
signifikan di bumi. Laporan tersebut meneliti dampak perubahan iklim pada ekosistem

15
teresterial yang diidentifikasikan WWF sebagai bagian dari Global 200 - tempat-tempat
dimana terdapat keanekaragaman hayati bumi yang paling unik dan kaya. Apabila
tingkat konsentrasi CO2 di atmosfer dalam 100 tahun mendatang dikalikan dua dari
sekarang maka jumlah yang sesungguhnya lebih kecil dari perkiraan para ahli iklim,
dampak-dampak berikut diperkirakan akan terjadi :
1) Lebih dari 80 persen dari ekoregion yang diteliti akan menderita kepunahan
tumbuhan dan binatang sebagai akibat pemanasan global.
2) Beberapa dari ekosistem alami yang paling kaya akan kehilangan lebih dari 70
persen dari habitatnya, dimana habitat tersebut adalah tempat hidup dari
tumbuhan dan binatang di dalamnya.
3) Banyak habitat yang akan berubah sepuluh kali lebih cepat daripada seharusnya,
yang menyebabkan kepunahan spesies yang tidak dapat bermigrasi atau
beradaptasi dengan perubahan tersebut

2.3.3 Lubang ozon


a. Definisi Ozon
Ozon merupakan gas yang secara alami terdapat didalm atmosfer. Lapisan ozon
mulai dikenal oleh seorang ilmuwan dari Jerman, Christian Friedrich Schonbein pada
tahun 1839. Ozon adalah hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari
matahari. Ozon di udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari pada
tingkat yang aman untuk kesehatan kita semua. Ozon juga diproduksi manusia untuk
dipergunakan sebagai bahan pemurni air, pemutih, dan salah satu unsur pembentuk
plastik. Setiap molekul ozon mengandung 3 atom oksigen dengan rumus kimia O3.
Ozon ditemukan terutama di lapisan atmosfer bagian bawah. Kira – kira 10% ozon
atmospheric terdapat di Troposfir, suatu lapisan Tamosfir yang paling dekat dengan
bumi (mulai dari permukaan bumi hingga 10-16 Km).
Ozon troposfir terbentuk dari reaksi kimia yang disebabkan adanya gas pencemar
hasil aktivitas manusia, sehingga berbahaya terhadap system kehidupan. Sisanya
sebanyak 90% terdapat di Stratosfir, terutama antara bagian puncak lapisan trofosfir
hingga ketinggian 50 Km. Ozon di stratosfir ini terbentuk secara alami, dikenal dengan
lapisan ozon (ozone layer) dan sangat berguna bagi system kehidupan. Istilah 'ozon'
atau lebih tepat lagi 'lapisan ozon' mulai mendapat perhatian sekitar tahun 1980an
ketika para ilmuwan menemukan adanya 'lubang' di lapisan ozon di Antartika. Lubang
tersebut merupakan hasil dari tenaga matahari yang mengeluarkan radiasi ultra yang

16
tinggi. Radiasi itu berpecah menjadi molekul oksigen sekaligus melepaskan atom bebas
di mana setengahnya diikat dengan molekul oksigen yang lain untuk membentuk ozon.
b. Manfaat Ozon
Lapisan ozon melindungi bumi dari paparan sinar Ultra Violet B (UV-B) yang
sangat berbahaya bagi makhluk hidup di muka bumi. UV-B yang mempunyai
panjang gelombang 280-315 nm, sebagian diserap oleh lapisan ozon, dengan
demikian jumlah UV-B yang mencapai bumi jumlahnya sangat sedikit. Paparan UV-
B terhadap manusia dapat mengakibatkan penyakit kanker kulit, katarak dan
mengurangi system kekebalan tubuh. Paparan UV-B juga dapat merusak kehidupan
tanaman, organisme bersel satu dan ekosistem perairan. Sedangkan UV-A (dengan
panjang gelombang 315-400 nm) tidak diserap oleh lapisan ozon. Radiasi UV-A dari
sinar matahari sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
permukaan bumi.
Lapisan ozon sangat penting karena ia menyerap radiasi ultra violet (UV) dari
matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi sampai ke permukaan bumi. Radiasi
dalam bentuk UV spektrum mempunyai jarak gelombang yang lebih pendek
daripada cahaya. Radiasi UV dengan jarak gelombang adalah di antara 280 hingga
315 nanometer yang dikenali UV-B dan ia merusak hampir semua kehidupan.
Dengan menyerap radiasi UV-B sebelum ia sampai ke permukaan bumi, lapisan
ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang merusak kehidupan.
Ozon stratospheric juga memberi efek pada suhu atmosfer yang menentukan
suhu dunia. Berdasar hasil penelitian ilmuwan, lapisan ozon yang menjadi pelindung
bumi dari radiasi UV-B ini semakin menipis. Gas CFC disebut juga sebagai gas
yang menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon ini. CFC digunakan oleh
masyarakat modern seperti lemari es, bahan dorong dalam penyembur, pembuatan
buih dan bahan pelarut terutamanya bagi kilang-kilang elektronik. Para ilmuwan
sebenarnya sudah membuat teori dan ramalan mengenai penipisan lapisan ozon ini
tahun 1970an.
c. Proses Penipisan Ozon
Kerusakan lapisan ozon adalah istilah yang sering digunakan untuk
mendeskripsikan berkurangnya atau hilangnya lapisan ozon yang terdapat pada
lapisan atmosfir. Berdasarkan laporan dari NASA bahwa lubang ozon di Antartika
telah mencapai 29 juta Km². Konsentrasi rata – rata lapisan ozon kurang dari 200
DU dikategorikan sebagai lubang ozon (Ozone Hole). Penyebab rusaknya atau

17
menipisnya lapisan ozon yaitu oleh Bahan Perusak Ozon (BPO) yang diemisikan
dari berbagai kegiatan, baik dalam menggunakan atau memproduksi barang
mengandung BPO. Ancaman yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah
kloroflorokarbon (CFC) yang mengakibatkan menipisnya lapisan ozon. CFC
digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya,
misalnya dengan : AC,Kulkas,bahan dorong dalam penyembur (aerosol),
diantaranya kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut atau
parfum pembuatan busa,bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik
Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam
atmosfer sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik
dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Molekul CFC terurai setelah
bercampur dengan sinar UV, dan membebaskan atom KLORIN. Atom klorin ini
berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan LUBANG OZON. Penipisan
lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar UV memasuki bumi.
Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara
ketinggian tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan ‘lubang’
tersebut terjadi setiap bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat
musin semi atau awal musim panas. Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan
1991, lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan
60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan
Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah terjadi
di seluruh Antartika.
1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapisan ozon. Oleh itu
atas permintaan “United Nations Environment Programme” (UNEP), WMO
memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi
pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari tapak
pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto,
Kanada, yang tersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.
1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap
lapisan ozon; 1987, ditandatangani Protokol Montreal, suatu perjanjian untuk
perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36
negara termasuk Amerika Serikat. 1990 Pelarangan total terhadap penggunaan CFC
sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang
juga disetujui oleh Presiden AS George Bush.  

18
1991 Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National
Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti
Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil)
untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran
jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas. 1995, lebih dari 100 negara setuju
untuk secara bertahap menghentikan produksi pestisida metil bromida di negara-
negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon
hingga 15 persen pada tahun 2000.
1995 CFC tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tahun dan
dihentikan secara bertahap di negara berkembang hingga tahun
2010.Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan
lapisan ozon bila dibandingkan CFC, digunakan sementara sebagai pengganti CFC.
D. Dampak Penipisan Lapisan Ozon
Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra
ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan
manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan
hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena
selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan
melemahkan sistem imunisasi badan.
Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat
memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil tanaman
seperti 'barli' dan 'oat' menunjukkan penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang
semakin tinggi. Tanaman diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan,
bahkan akan cenderung kerdil, sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang
ada. Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di
lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah satu sumber makanan
kebanyakan hewan-hewan laut. Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh
langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah kaca".
Usaha-usaha untuk mencegah penipisan ozon menjadi mulai dilakukan bersama oleh
semua negara di dunia. Usaha itu pun telah di galakkan secara serius melalui UNEP
(United Nation Environment Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak
dibidang program perlindungan lingkungan dan alam.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi
penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak

19
tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai
makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat pemanasan global) akibat
berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian
bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan
iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita
masalah kardiopulmoner.
Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya
untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara
meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi
yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih ba

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusiaglobal itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses
globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Secara gamblang dapat dinyatakan
bahwa lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling manusia yang
berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan umum.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini

21
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jakarta.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Glowka, L. 1996. Determining Access to Genetic Resources and Ensuring Benefit-sharing:
legall and institutional considerations, IUCN Environmental Policy and Law Paper.
Julianti Araini. 2003. Lapisan Ozon Terus Berkurang.  Kimia lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup, 1997, Agenda 21 Indonesia: A National Strategy for
Sustainable Development, Jakarta, KLH dan UNDP
Kementerian Lingkungan Hidup. 2002. Dari Krisis Menuju Keberlanjutan: Meniti Jalan
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia (Tinjauan Pelaksanaan Agenda 21),
Jakarta:\
KLH. Ministry of National Development Planning (BAPPENAS). 1993. Biodiversity Action
Plan, Jakarta: Ministry of National DevelopmentPlan/National Development Planing
KLH. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Mittermeier,R.et.al.1997. Megadiversity: Earth’s Biologically Wealthist Nations.
Raven, P. and E. O. Wilson. 1992. A Fifty-Year Plan for Biodiversity Surveys. Science 258:
1099-1100. MNLH and KONPHALINDO. 1995. An Atlas of Biodiversity in
Indonesia.
Mulyanto.H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Primack, R. B,1998, Biologi Konservasi,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Rifai, M. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in Indonesia. In: Tropical
Biodiversity. IFABS, Jakarta.
Smith.R.L dan Smith.T.M. 2000. Element of Ecology, 4th Ed. Benjamin Cumming Science
Publishing. Sanfransisco-California. USA.
Soedomo Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB Bandung
Yusnita, H. Pengendalian Kerusakan Ozon, (Online),

22

Anda mungkin juga menyukai