Anda di halaman 1dari 12

Tantangan Pancasila Dalam Era Globalisasi dan Upaya Menyamakan Visi

untuk Merawat Ideologi Pancasila

Disusun Oleh:
Indisari Sahril Taohi
202021020

Universitas Pattimura
AMBON
2020
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi
dan Upaya Menyamakan Visi untuk Merawat Ideologi Pancasila tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Universitas Pattimura. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “Tantangan Pancasila di masa depan dan upaya
untuk merawat Ideologi Pancasila.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Miracle Kempa
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 30 November 2020


Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......,.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pancasila dalam Era Globalisasi.................................................
B. Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi.....................................................
C. Mengatasi Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi...................................
D. Upaya untuk Merawat Ideologi Pancasila.......................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika
Negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesia tetap
berpegang teguh kepada Pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara tentulah
Pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang terus
berkembang.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi, batasan diantara
negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah
ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia,
jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi
tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan
mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter
dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa
dan eksistensi kebudayaan Indonesia.
Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkah peranan Pancasila sebagai dasar dan pedoman
negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat diera globalisasi Serta
diperlukan nya berbagai upaya untuk merawat Ideologi Pancasila agar senantiasa Pancasila
menjadi kaidah atau ruh dalam setiap praktik, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik Pancasila dalam Era Globalisasi?


2. Apa saja tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi?
3. Bagaimana Cara Mengatasi Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi?
4. Apa saja Upaya yang Dapat dilakukan untuk Merawat Ideologi Pancasila?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Karakteristik Pancasila dalam Era Globalisasi.


2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi.
3. Untuk Mengetahui Cara untuk Mengatasi Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi.
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Upaya yang dapat dilakukan untuk Merawat Ideologi
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pancasila dalam Era Globalisasi


Globalisasi berasal dari kata Global yang artinya secara umum dan keseluruhan,
secara bulat, secara garis besar bersangkut paut dan meliputi seluruh dunia. Mengglobal
berarti meluas ke seluruh dunia atau mendunia, dan akhirnya menjadi globalisasi yang artinya
proses masuknya ke ruang lingkup dunia.
Istilah modern berasal dari kata latin yang berarti “sekarang ini ”. Dalam
pemakaiannya kata modern mengalami perkembangan, sehingga berubah menjadi
sebuah istilah. Kalau sebuah ” kata” hanya mengandung makna yang relatif sempit,
sedangkan sebuah ” istilah”  akan mengandung makna yang relatif lebih luas. Modern
sebagai sebuah istilah dalam  masyarakat kita sudah mulai familiar, walaupun masih banyak
yang verbalisme.
Istilah modern ini terutama ditujukan untuk perubahan sistem kehidupan (dalam
konteks lebih luas : peradaban ), yakni dari peradaban yang bersifat telah lama menjadi
peradaban yang bersifat baru. Kapan perubahan itu mulai terjadi, agak sulit juga melacaknya.
Hanya saja ada orang yang mengira, misalnya ada orang mengatakan pada zaman
Renaissance gejala perubahan itu sudah kelihatan. Ada juga yang mengatakan perubahan
yang drastis terjadi pada masa revolusi industri, diteruskan dengan revolusi kebudayaan. Pada
negara tertentu ditandai oleh terjadinya perubahan politik yang sangat mendasar, misalnya di
Uni Soviet (sekarang Rusia) apa yang disebut dengan Perestroika dan Glasnos. Di dunia
Islam, perubahan dan pembaruan terjadi setiap lahirnya seorang Nabi dan Rasul.
Sedangkan Globalisasi adalah meningkatnya saling keterkaitan di antara berbagai
belahan dunia melalui terciptanya proses ekonomi, lingkungan, politik, dan perubahan
kebudayaan. Globalisasi merupakan salah satu hal yang harus dihadapi  oleh berbagai bangsa
di dunia, termasuk Indonesia. Sebagai anggota masyarakat dunia, Indonesia pasti tidak dapat
dan tidak akan menutup diri dari pergaulan internasional, karena antara negara satu dan
negara lainnya pasti terjadi saling ketergantungan.
Globalisasi terdiri dari proses-proses yang menghubungkan orang di mana saja,
sehingga menimbulkan saling ketergantungan di seluruh dunia dan ditandai dengan
pergerakan orang, benda, dan ide-ide secara cepat dalam skala besar melintasi batas-batas
kedaulatan. Ilmuwan politik David Held dan rekan-rekannya mendefinisikan globalisasi
sebagai “perluasan, pendalaman, dan percepatan saling keterkaitan semua aspek kehidupan
sosial kontemporer seluruh dunia, dari budaya sampai kriminal, keuangan sampai spiritual.”

Adapun ciri-ciri globalisasi adalah sebagai berikut:


a. Penyebaran global komunikasi.
b. Meningkatnya kompetensi orang biasa dan partisipasi mereka dalam politik global.
c. Munculnya pasar global.
d. Penyebaran budaya sekuler dan konsumeris di seluruh dunia.
e. Munculnya bahasa inggris sebagai bahasa globalisasi.
f. Meluasnya permintaan akan lembaga-lembaga dan norma-norma demokrasi.
g. Jaringan antar-kelompok yang menjadi embrio masyarakat sipil global.[1]

Faktor-faktor pendorong globalisasi antara lain:


1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Diterapkannya perdagangan bebas.
3. Meningkatnya hubungan antar Negara (Rukiyati 2008).
Globalisasi sendiri memiliki dampak pada percepatan penyebaran informasi, semakin
mudahnya  setiap orang memenuhi kebutuhan hidup dan memberi kenyamanan dalam
beraktivitas.
Globalisasi memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia, yaitu kita dapat mengambil
manfaat dari globalisasi dan menerapkannya di Indonesia. Manfaat globalisasi antara lain
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempermudah arus modal dari negara lain, dan
meningkatkan perdagangan internasional.
Globalisasi memiliki nilai-nilai positif namun juga memiliki nilai-nilai negatif. Untuk
menyaring nilai-nilai negatif maka kita harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, karena
nilai-nilai Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia. Jika kita mengambil
nilai-nilai negatif globalisasi, maka yang akan terjadi adalah kaburnya jati diri bangsa
Indonesia dan masuknya kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
Pancasila sangat mungkin mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia. Namun demikian faktor manusia baik penguasa maupun rakyatnya,
sangat menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Sebaik apa pun sebuah ideologi tanpa didukung oleh sumber daya manusia
yang baik, hanyalah angan-angan belaka.
Pancasila sekarang dan dimasa-masa yang akan datang penting bagi paradigma
ke arah pembangunan yang baik di segala bidang kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia yang religius, ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidaritas yang
tinggi, akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasannya.[2]
B. Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi
Landasan dan pijakan bangsa Indonesia tidak lain adalah Pancasila. Jadi Pancasila
dalam era globalisasi ini harus dijadikan landasan berpijak bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Globalisasi merupakan suatu proses atau bentuk di mana kelompok-kelompok
masyarakat dari seluruh penjuru dunia saling mengenal, bekerja sama, berinteraksi
sebagai masyarakat baru.
Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis dan
bentuk-Nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek globalisasi.
Globalisasi menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di segala jenis kehidupan
dimana batasan-batasan antar negara menjadi pudar dikarenakan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berkembangnya arus informasi menjadi sebuah ciri
spesifik dari terminologi globalisasi. Setiap warga negara akan semakin mudah dan bebas
untuk mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai belahan dunia mana pun dalam
waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima oleh
ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh, beragamnya
banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu konflik horizontal
antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistim kekeluargaan (contoh:
pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana keuntungan merupakan tujuan
utama, paham komunisme, liberalisme, terorisme, chauvinisme, dan sebagainya.
Jika Pancasila menentang kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme tidaklah
mengherankan kalau ia bertentangan dengan globalisme, yang tidak lain daripada
kapitalisme lanjut model Amerika yang sedang berusaha menguasai dunia dalam aspek
ekonomi. Neokapitalisme ini bersifat global dan sebagian besar negara sedikit banyak
dikuasai, tetapi secara terpisah-pisah.
Globalisasi bertentangan dengan sila ke-1 karena ia membangkitkan materialisme
yang menentang spiritualisasi dan bangkitnya semangat eksploitasi mondial yang
menggerus moral dan etika. Pada globalisasi hormat terhadap nyawa dan manusia
berkurang dengan drastis demi pengejaran kesenangan duniawi dan kebahagiaan semu.
Demikian pula terjadi komersialisasi agama dan berbagai aspek agama dijadikan
komoditas, serta pudarnya substansi agama.[3]
Globalisasi bertentangan dengan sila ke-2. Dengan globalisasi kemanusiaan dan
perikemanusiaan diganti oleh teknologi dan efisiensi, manusia menjadi usang atau
menjadi suku mesin-industri (teknologisasi) dan dapat dibuang setiap waktu karena tidak
diperlukan lagi. Pada arus globalisasi, hak-hak manusia dan etika dilanggar jika
bertentangan dengan usaha mencari laba dan kekuasaan. Globalisasi juga bertentangan
dengan sila ke-3, karena hilangnya porositas batas bangsa-bangsa oleh arus bebas faktor-
faktor produksi, pelenyapan tarif, tak terkendalinya arus lintas-batas informasi dan nila-
nilai.
Demikian halnya dengan sila ke-4 Pancasila yang juga bertentangan karena
globalisme menaikkan per-kapita nasional, tetapi menambah pula persentase orang
miskin, sehingga terjadi rekonfigurasi lapisan-lapisan sosial-ekonomis. Globalisme
menekan aspirasi rakyat suatu Negara dengan ambisi-ambisi korporasi transnasional yang
lebih kuat dari ambisi Negara. Globalisme menghalangi kecerdasan dan kesehatan rakyat
dengan bertambah mahalnya komoditas ilmu pengetahuan dan kesehatan. Tidak hanya
sampai di situ Sila ke-5 Pancasila lagi-lagi juga bertentangan dengan globalisme, karena
keadilan komutatif, distributif, dan legal diperjualbelikan; konsumen tidak berhubungan
langsung dengan produsen; dan system legal dibuat demi keuntungan modal; dan
eksploitasi lingkungan dapat mengancam keadilan nasional, regional, internasional
maupun intergenerasinal, karena hutang dan pajak lingkungan tidak dibayar.[4]
Akibat globalisme, lingkungan kultural dan natural akan berubah melalui waktu.
Pancasila akan berubah pula dan demikian pula penafsiran dan praktiknya.

C. Mengatasi Tantangan Pancasila dalam Era Globalisasi

Hal ini dapat dilakukan dengan menyadarkan kembali reaktualisasi nilai-nilai


tersebut dalam konteks peri kehidupan sehari-hari Bangsa Indonesia. Tetao berpegang
teguh pada nilai-nilai pancasila, dan penanaman kembali ide tentang Pancasila sebagai
dasar negara sejak dini.
Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan tanggung
jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi tantangannya
dalam era global saat ini. Walaupun banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara, Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila bukan merupakan
milik golongan tertentu atau representasi dari suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan
hidup di segala zaman seperti yang telah di lewati di tahun-tahun sebelumnya.

D. Upaya Untuk Merawat Ideologi Pancasila

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tantangan di era globalisasi yang bisa


mengancam eksistensi kepribadian bangsa dan kini, mau tak mau, suka tak suka, bangsa
Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Peta percaturan politik dunia telah
menempatkan dominasi dunia Barat.
Akibatnya nilai karakter lokal suatu bangsa akan tergerus dan semakin terkikis di
tanah airnya sendiri. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti
kehilangan jati diri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh
di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan
tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka
kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur Pancasila.

Oleh karena kita harus berupaya untuk merawat Ideologi Pancasila semata-mata
untuk menjaga eksistensi kehidupan berbangsa yang maju dan cerdas sesuai amanat
Pancasila. Upaya-upaya yang bisa kita lakukan diantara nya :

1. Menjadikan Pancasila sebagai “The living Ideology “ Dan “The Working


Ideology “

Di tengah perubahan zaman, persoalan yang perlu diwaspadai adalah ketika


masyarakat, khususnya generasi muda, tidak lagi memandang Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara. Kita perlu waspada ketika Pancasila sebagai ideologi
negara dan falsafah bangsa, tidak lagi menjadi perbincangan atau wacana di tengah publik.

Menurut Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
Ahmad Doli Kurnia Tandjung,  ketika satu negara tidak lagi menempatkan ideologi
negaranya sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka akan timbul
celah bagi ideologi lain untuk masuk.

Idealnya, Pancasila harus menjadi the living ideology atau ideologi yang hidup di


tengah-tengah masyarakat, agar nilai-nilai Pancasila senantiasa teraktualisasi dalam
kehidupan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan terutama di era globalisasi.
Sementara itu syarat Pancasila menjadi the working ideology adalah diakui kebenarannya
oleh seluruh komponen bangsa, dimengerti, dipahami, dan dihayati, serta dipraktikkan dalam
kehidupan. Oleh karena itu kita harus senantiasa menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam
setiap aktivitas dalam kehidupan kita.

2. Peran BPIP sebagai lembaga pembinaan Ideologi Pancasila

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) merupakan satu lembaga yang berperan penting
dalam merumuskan kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Menurut Deputi Bidang
Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP), FX Adji Samekto, ada
lima pekerjaan rumah BPIP pada masa sekarang, yakni teknologi informasi, materi, metode,
konstruksi pikir milenial, dan perkembangan globalisasi.

Pertama, teknologi informasi. Bagaimana BPIP bisa menggunakan teknologi


informasi untuk membumikan atau menitiktegaskan Pancasila dalam kehidupan masyarakat.
Kedua, materi. Bagaimana caranya BPIP dapat menghasilkan materi yang
mengasyikkan dan tepat sasaran untuk melakukan pembinaan ideologi Pancasila terutama ke
generasi milenial.
Ketiga, yakni tentang metode yang berkaitan tentang bagaimana cara menyajikan dan
mengomunikasikan ideologi Pancasila ke generasi masa kini.
Keempat, konstruksi pikir milenial. Dimana BPIP harus memahami bahwa
masyarakat adalah subyek dan bukan obyek. Oleh karena itu, mereka harus tahu cara pikir
masyarakat sehingga penyampaian materi Pancasila pun tepat sasaran.
Terakhir, ada faktor globalisasi pada poin kelima. Ideologi transnasional menjadi
pekerjaan besar BPIP untuk bagaimana menyajikan Pancasila agar menjadi lebih menarik,
lebih konkret, dan lebih mengena dalam kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sekarang dan dimasa-masa yang akan datang penting bagi paradigma
ke arah pembangunan yang baik di segala bidang kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia yang religius, ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidaritas yang
tinggi, akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasannya. Seiring perkembangan zaman ada
banyak tantangan-tantangan Pancasila yang harus kita hadapi Dan untuk menghadapi
berbagai tantangan yang ada kita memerlukan berbagai upaya untuk merawat Ideologi
Pancasila diantara nya:
1. Menjadikan Pancasila sebagai The Living Ideology Dan The Working Ideology.
2. Peran BPIP sebagai lembaga pembinaan Ideologi Pancasila.

B. Saran
Saran yang bisa saya sampaikan terkait tantangan Pancasila dimasa depan dan upaya merawat
Ideologi Pancasila adalah, tanggung jawab untuk merawat Ideologi Pancasila bukan hanya
menjadi tugas lembaga tertentu, melainkan tugas kita bersama sebagai warga negara
Indonesia. Oleh karena itu kita harus senantiasa mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
setiap aspek kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Mansbach, Richard W dan Kristen L. Rafferty.  2012. Pengantar Politik Global.


Bandung:  Penerbit Nusa Media.

http://rezelnurullah.blogspot.co.id/2012/06/makalah-pancasila-dalam-paradigma.html,
diakses 07 Desember 2016 pukul 13:37 WIB

Saksono, Gatot. 2007. Pancasila Soekarno. Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas.

http://abdulghanni.blogspot.co.id/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html, diakses 13
Desember 2016 jam 17.41

https://jalius12.wordpress.com/2009/10/18/pengertian-modern/ diakses tanggal 10  Desember


2016

https://nasional.kompas.com/read/2020/08/16/12072501/hut-ri-ke-75-dan-upaya-merawat-
pancasila-sebagai-ideologi-bangsa?page=all#page2

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/27/16572881/tantangan-di-masa-depan-dan-
upaya-merawat-ideologi-pancasila?page=all#page2

http://dyhlarasati.blogspot.com/2016/12/tugas-pancasila-tantangan-dalam-era.html?m=1

[1] Richard W. Mansbach & Kristen L. Rafferty, Pengantar Politik Global, (Bandung:


Penerbit Nusa Media, 2012), hal. 888
[2] Rezel Nurullah, Makalah Pancasila Dalam Paradigma Global,
http://rezelnurullah.blogspot.co.id/2012/06/makalah-pancasila-dalam-paradigma.html,
diakses 07 Desember 2016 pukul 13:37 WIB.
[3] Gatot Saksono, Pancasila Soekarno, (Yogyakarta:Rumah Belajar Yabinkas,2007), hal.90
[4] Ibid., hal.91-92

Anda mungkin juga menyukai