Anda di halaman 1dari 31

HUKUM WARIS

MENURUT BW
PENGERTIAN WARIS MENURUT BW
Hukum Waris menurut A. Pitlo, yaitu :
“Kumpulan peraturan yang mengatur hukum
mengenai harta kekayaan, karena wafatnya
seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan
yang ditinggalkan oleh si mati dan akibatnya, dari
pemindahan ini bagi orang–orang yang
memperoleh baik dalam hubungan antara mereka,
maupun dalam hubungan antara mereka dengan
pihak ketiga”
HUKUM WARIS MENURUT SOEBEKTI
DAN TJITROSUDIBIO, YAITU :

“Hukum yang mengatur tentang apa yang harus


terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
meninggal dunia”.
HUKUM WARIS MENURUT WIRJONO
PRODJODIKORO:

“Soal apakah dan bagaimanakah pelbagai hak


dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan
seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan
beralih kepada orang lain yang masih hidup”.
UNTUK TERJADINYA PEWARISAN
HARUS MEMENUHI 3 UNSUR,
YAITU :
1. Pewaris adalah orang yang meninggal dunia
meninggalkan harta kepada orang lain ;
2. Ahli waris adalah orang yang menggantikan
pewaris di dalam kedudukannya terhadap
warisan, baik untuk seterusnya maupun untuk
sebagian;
3. Harta warisan adalah segala harta kekayaan
dari orang yang meninggal
DALAM HUKUM PERDATA, HUKUM WARIS
DIATUR DALAM BUKU II KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PERDATA, YANG
MENGATUR TENTANG HUKUM BENDA
KARENA INTINYA HUKUM WARIS ADALAH
MENGATUR HUKUM KEBENDAAN.
SUBJEK WARIS MENURUT HUKUM
PERDATA BARAT :
Dalam hukum perdata barat, subyek hukum
waris ialah pewaris, orang yang meninggal
dunia dan mempunyai harta sedangkan ahli
waris, orang yang berhak menerima siapa yang
menjadi pewaris tidak dipengaruhi oleh sistem
keberatan. Jadi laki-laki dan perempuan yang
telah meninggal dunia mempunyai harta. Untuk
menentukan ahli waris diatur dalam KUH
Perdata.
A. PEWARIS.
Setiap orang yang meninggal dunia dengan
meninggalkan harta kekayaan disebut pewaris.
Syarat sebagai pewaris adalah adanya hak-hak
dan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi
pada pihak ketiga yang dapat dinilai dengan
uang.
Dalam hukum waris perdata, pewaris bisa
laki-laki dan perempuan.
B. AHLI WARIS
Ahli waris adalah setiap orang yang berhak
atas harta peninggalan pewaris dan
berkewajiban menyelesaikan hutang-
hutangnya. Hak dan kewajiban tersebut
timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak
waris ini didasarkan pada hubungan
perkawinan, hubungan darah dan wasiat yang
diatur dalam undang-undang
AHLI WARIS YANG MEWARIS BERDASARKAN
KEDUDUKAN SENDIRI ATAU MEWARIS
SECARA LANGSUNG, MISALNYA JIKA AYAH
MENINGGAL DUNIA MAKA ANAK-ANAKNYA
SEBAGAI AHLI WARIS

AHLI WARIS BERDASARKAN PENGGANTUAN


ATAU AHLI WARISNYA ADALAH ANAK DARI
AYAH YANG MENINGGAL TERSEBUT. TETAPI
JIKA ANAK TERSEBUT MENINGGAL DUNIA
MAKA DIGANTIKAN OLEH CUCUNYA.
OBJEK WARIS MENURUT HUKUM PERDATA
BARAT

Pada prinsipnya objek hukum waris adalah harta


kekayaan yang dipindahtangankan dari pewaris
kepada ahli waris. Harta kekayaan yang
ditinggalkan berupa : aktiva yaitu sejumlah
benda yang nyata ada atau berupa tagihan
piutang kepada pihak ketiga. Selain itu aktiva
bisa pula berupa hak materiil. Pasiva yaitu
sejumlah hutang pewaris yang harus dilunasi
pada pihak ketiga maupun kewajiban lainnya.
SYARAT SEBAGAI AHLI WARIS :
(a) Orang yang menjadi ahli waris harus mempunyai hak
atas warisan si pewaris. Hak ini dapat timbul karena :
1. Adanya hubungan darah baik sah maupun luar
kawin (Pasal 832 KUH Perdata)
2. Pemberian malalui surat wasiat (Pasal 874
KUHPerdata)
(b) Orang yang menjadi ahli waris harus sudah ada pada
saat pewaris meninggal dunia (Pasal 836 KUH
Perdata). Dengan pengecualian apa yang tercantum
dalam Pasal 2 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa :
Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan
dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana
kepentingan si anak menghendakinya.
Apabila mati pada waktu dilahirkan, maka dianggap
tidak pernah ada.
(c) Orang yang menjadi ahli waris tidak masuk orang
yang dinyatakan tidak patut (Pasal 838 KUH Perdata)
dan tidak cakap (Pasal 912 KUH Perdata) serta
menolak warisan (Pasal 1058 KUH Perdata)
HAK YANG DIPUNYAI OLEH AHLI WARIS
a) Hak Saisine
Hak tersebut diatur dalam Pasal 833 ayat (1) KUH
Perdata yang mengatakan bahwa :
Selain ahli waris dengan sendirinya karena hukum
memperoleh hak atas segala barang, segala hak dan
segala piutang yang meninggal dunia. Kata saisine
berasal dari bahasa Perancis “Le mort saisit le vit” yang
berarti bahwa yang mati dianggap memberikan miliknya
kepada yang masih hidup. Maksudnya adalah bahwa
ahli waris segera pada saat meninggalnya pewaris
mengambil alih semua hak-hak dan kewajiban-
kewajiban pewaris tanpa adanya suatu tindakan dari
mereka, kendatipun mereka tidak mengetahuinya.
b. Hawk Hereditatis Petitio
Hak ini diberikan oleh undang-undang kepada ahli
waris terhadap mereka, baik atas dasar suatu titel atau
tidak menguasai selurh atau sebagian dari harta
peninggalan, seperti juga terhadap mereka yang secara
licik telah menghentikan penguasaannya, diatur dalam
Pasal 834 dan Pasal 835.
c. Hak untuk menuntut Bagian Warisan
Hak ini diatur dalam Pasal 1066 KUHPerdata. Hak ini
merupakan hak yang terpenting dan merupakan ciri
khas dari hukum waris. Pasal 1066 menyatakan :
Tiada seorang yang mempunyai bagian dalam harta
peninggalan diwajibkan menerima berlangsungnya harta
peninggalan itu dalam keadaan tidak terbagi.
Pemisahan ini setiap waktu dapat dituntut, biarpun ada
larangan untuk melakukannya. Namun dapatlah
diadakan perstujuan untuk selama suatu waktu tertentu
tidak melakukan pemisahan.
d. Hak untuk Menolak Warisan
Hak untuk menolak warisan diatur dalam Pasal 1045
Jo. 1051 KUH Perdata
SISTEM KEWARISAN HUKUM PERDATA
BARAT
Sistem kewarisan barat adalah sistem individual. Karena
pewaris bisa laki-laki dan perempuan, yang menjadi ahli
waris anak laki-laki dan perempuan. Apabila dihubungkan
dengan sistem kekerabatan maka menganut keturunan
bilateral (parental)
Maksud dari sistem individual yaitu sejak terbuka warisan
(meninggalnya pewaris) harta peninggalan dapat dibagi-
bagi kepemilikannya antara para ahli waris. Setiap ahli
waris berhak menuntut bagian warisan yang menjadi
haknya.
PRINSIP MEWARIS MENURUT HUKUM
Dalam hukum BARAT
PERDATA perdata barat, yang menjadi ahli waris dari
orang tua adalah anak-anak, baik laki-laki maupun
perempuan. Ahli waris adalah orang yang mempunyai
hubungan darah dengan pewaris. Menurut Undang-Undang
(BW), ada dua cara untuk mendapat warisan yaitu :
a. Sebagai Ahli Waris Manurut Undang-Undang

b. Sebagai Ahli Waris Menurut Wasiat.


AHLI WARIS AB INTESTATO
1) Golongan pertama
Yang termasuk ke dalam golongan pertama adalah
keluarga dalam garis lurus ke bawah, yang di dalamnya
meliputi anak-anak beserta keturunannya, suami atau
isteri yang hidup terlama (mulai diakui sejak tahun
1935). Anak-anak beserta keturunannya, suami atau
isteri yang hidup terlama, masing-masing mendapatkan
satu bagian yang sama. Apabila anak dari pewaris telah
meninggal lebih dahulu dan meninggalkan cucu bagi
pewaris maka harta warisan bagian anak yang
meninggal tersebut dibagi diantara cucu-cucu
pewaris yang menggantikan kedudukan orang tuanya
yang telah meninggal (dalam hukum waris menurut
KUHPerdata disebut plaatsvervulling, dalam hukum
waris Islam disebut ahli waris pengganti, dalam hukum
waris adat disebut ahli waris pasambei)
2) Golongan Kedua
Masuk dalam golongan kedua adalah keluarga dalam
garis lurus ke atas, meliputi orang tua dan saudara, baik
laki-laki maupun perempuan beserta keturunanny.
Terdapat peraturan khusus bagi orang tua yang
menyatakan bahwa bagiannya tidak akan kurang dari ¼
(seperempat) bagian dari harta peninggalan. Jika ibu
atau ayah pewaris salah seorang telah meninggal dunia
maka yang hidup paling lama akan memperoleh sebagai
berikut :
a) ½ (setengah) bagian dari seluruh harta warisan,
jika ia menjadi ahli waris bersama seorang
saudaranya, baik laki-laki maupun perempuan
bagiannya sama saja.
b) 1/3 (sepertiga) bagian dari seluruh harta warisan,
bila ia menjadi ahli waris bersama-sama dengan
dua orang saudara pewaris
c) ¼ (sepermpat) bagian dari seluruh harta warisan,
bila ia menjadi ahli waris bersama-sama dengan
tiga orang atau lebih saudara pewaris.
d) Apabila kedua orang tua pewaris sudah
meninggal dunia terlebih dahulu, maka harta
warisan seluruhnya jatuh kepada saudara
pewaris sebagai ahli waris golongan kedua yang
masih ada.
3) Golongan Ketiga
Golongan ketiga adalah ahli waris yang didalamnya
meliputi kakek, nenek, dan para leluhur ke atas dari
pewaris. Ahli waris golongan ketiga ini baru akan
mendapatkan harta warisan dengan kondisi pewaris
tidak memiliki ahli waris golongan pertama dan kedua.
Pembagiannya dilakukan dengan cara dibagi dua
terlebih dahulu (kloving), dimana satu bagian menjadi
bagian sanak saudara garis ayah pewaris yaitu kepada
kakek dan satu bagian lainnya menjadi bagian sanak
saudara garis ibu pewaris yaitu kepada nenak.
4) Golongan Keempat
Ahli waris golongan keempat adalah keluarga dalam
garis ke samping yaitu paman dan bibi beserta
keturunannya dan sanak keluarga lainnya sampai
dengan keturunan keenam. Cara pembagian harta
warisan pada golongan keempat sama dengan
golongan ketiga yaitu dengan cara dibagi dua terlebih
dahulu satu bagian menjadi bagian paman dan bibi
beserta keturunannya dari garis ayah dan satu bagian
lainnya untuk paman dan bibi beserta keturunannya dari
garis itu.
AHLI WARIS TESTAMENTER
Ahli waris yang ditunjuk oleh surat wasiat yang dibuat oleh
pewaris disebut Erfstelling. Erfstelling adalah orang yang
ditunjuk melalui surat wasiat untuk menerima harta wasiat
disebut dengan testamentaire erfgenaam ahli waris
menurut wasiat.
Menurut undang-undang ahli waris tersebut dilindungi
dengan adanya legitieme portie (bagian mutlak) dan ahli
waris tersebut disebut dengan legitimaris. Pengaturan ahli
waris karean wasiat terdapat dalam Pasal 874 s.d Pasal
894, Pasal 913 s.d Pasal 929, dan Pasal 930 s.d Pasal
1022 KUH Perdata.
PASAL 832 AYAT 2 KUHPERDATA
MENYEBUTKAN BAHWA :

“Dalam hal bilamana baik keluarga sedarah, maupun si


yang hidup terlama di antara suami istri, tidak ada
maka segala harta peninggalan si yang meninggal,
menjadi milik negara, yang mana berwajib akan
melunasi segala utangnya, sekedar harga harta
peninggalan mencukupi untuk itu.”
KUH Perdata tidak terdapat perbedaan antara lain ahli
waris laki-laki dan perempuan, tidak juga membedakan
berdasarkan urutan kelahiran, hanya terdapat apabila ahli
waris golongan pertama masih ada maka akan menutup
hak anggota keluarga lainnya dalam garis lurus ke atas dan
ke samping.
HAK AHLI WARIS TERHADAP HARTA
WARISAN
Pasal 833 KUHPerdata menyatakan bahwa :
1) Sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum
memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak,
dan segala piutang si yang meninggal;
2) Jika timbul suatu perselisihan sekitar soal siapakah ahli
warisnya dan siapakah yang berhak memperoleh hak
milik seperti di atas, maka hakim memerintahkan, agar
segala harta peninggalan si yang meninggal ditaruh
terlebih dahulu dalam penyimpanan;
3) Untuk menduduki hak milik seperti di atas, negara harus
minta keputusan hakim terlebih dahulu, dan atas
ancaman hukuman mengganti segala biaya, rugi, dan
bunga, berwajib pula menyelenggarakan penyegelan
dan pendaftaran akan barang-barang harta peninggalan
dalam bentuk yang sama seperti ditentukan terhadap
cara menerima warisan dengan hak istimewa akan
pendaftaran barang.

Anda mungkin juga menyukai