Pertalian keluarga sedarah dan Keluarga semenda diatur dalam Bab XIII yang
terdiri ari Pasal 290 s/d 297.
A. Keluarga Sedarah
Pertalian keluarga sedarah adalah antara orang-orang yang mempunyai
hubungan darah yang terjadi karena kelahiran. Ayah /Ibu dengan anak-anaknya
begitu pula dengan cucu dan cicitnya keluarga sedarah.
Pasal 290 mementukan bahwa pertalian keluarga sedarah terdapat:
1. Antara orang-orang dimana yang seorang adalah keturunan dari yang
lainnya. Hal ini ndapat diperjelas dengan gambar silsilah berikut :
Penjelasan Gambar:
Garis Horizontal melambangkan perkawinan.
Garis tegak melambangkan kelahiran
C, D, E, F ,G ,H ,I adalah keturunan dan karena itu adalah keluarga
sedarah dari A dan B.
C, D, E adalah anaknya F, G adalah cucunya sedangkan H, I adalah
cicitnya.
2. Antara orang-orang dimana yang seorang bukan keturunan yang lainnya
tapi diantara mereka ada pertalian darah karena mempunyai leluhur yang
sama.
Jauh dekatnya pertalian darah antara seseorangb dengan keluarga
sedarahnya ditentukan atau dihitung menurut jumlah kelahiran yang
mempertemukan mereka. Setiap kelahiran dinamakan derajat.
Dengan demikian ayah dengan anak satu sama lain adalah keluarga
sedarah satu derajat karena yang mempertemukan merka hanya satu
kelahiran kakek A dengan cucu F adalah seluarga sedarah 2 derajat
karena yang mempertemukan merka ada 2 kelahiran.
Urutan - urutan kelahiran ( derajat ) dinamakana Garis, garis itu
dinamakan garis lurus jika garis itu adalah garis antara seseorang
dengan leluhurnya atau antara seorang leluhur dengan keturunannya.
Garis lurus dibedakan antara:
1. garis lurus kebawah yaitu garis yang menghubungkan seorang
leluhur dengan keturunannya,dengan demikian E adalah keluarga
sedarah garis lurus kebawah satu derajat dari A, sedangkan H
adalah keluarga sedarah garis lurus kebawah 3 derajat dari A.
2. Garis lurus keatas adalah garis yang mempertalikan seseorang
dengan leluhurnya, kakek A adalah keluarga sedarah Garis lurus
keatas 3 derajat dari I.
3. Selain garis lurus dikenal pula garis kesamping, menurut Pasal 294
BW garis kesamping adalah garis yang menghubungkan seseorang
dengan keluarga sedarah yang bukan leluhurnya dan juga bukan
keturunannya,akan tetapi mereka mempunyai leluhur yang
sama,misalnya hubungan kekeluargaan antara paman C dengan
kemanakannya F.
Cara menentukan pertalian darah mereka dihitung terlebih dahulu jumlah
kelahiran yang terdapat antara C dengan leluhur bersama yaitu A yang dalam
hal ini ternyata ada satu kelahiran, kemudian dihitung pula jumlah kelahiran
yang mempertemukan F dengan A yakni ada 2 kelahiran ,selanjutnya
kelahairan-kelahiran ini dijumlahkan menjadi 3,dengan demikian C adalah
keluarga sedarah garis kesamping 3 derajat dari F dan demikian pula
sebaliknya jika di tinjau dari C maka F adalah juga keluarga sedarah garis
kesamping 3 derajat dari C.
Sedangkan pertalian keluarga antara H dan J dihitung jumlah kelahiran yang
mempertemukan mereka dengan leluhur bersama A adaalah 5 ,karena itu
mereka yang satu terhadap yang lainnya adalah keluarga sedarah garis
kesamping 5 derajat.
B. Keluarga Samenda
Pertalian kekeluargaan semenda adalah pertalian yang terjadi karena
perkawinan yaitu pertalian antara seorang suami dengan semua keluarga sedarah
dari istrinya atau seorang istri dengan semua keluarga sedarah dari suaminya
(Pasal 295 ayat 1 BW).
Penjelasan Gambar:
K,L,M,N,P adalah keluarga sedarah dari B ( Istri A ) karena itu keluarga
semenda dari A yaitu K dan L ( mertua), M dan N (ipar), sedang P adalah
kemanakannya.
Sebaliknya C, D, E, F, G, H, I, dan J adalah keluarga semenda dari B karena
mereka ini semua adalah keluarga sedarah dari suaminya.
Derajat pertalian antara seseorang dengan keluarga semendanya adalah
sama dengan derajat pertalian keluraga sedarah antara suami /istri dari B
maka M itu adalah Keluarga semenda 2 derajat dari A
J adalah keluarga sedarah 3 derajat dari A maka J itu adalah keluarga
semenda 3 derajaat dari B
Pasal 295 ayat 2 menentukan bahwa tidak terdapat pertalian kekeluarga
semenda antara keluarga sedarah si suami dengan keluarga sedarah si istri
Diantara D dana K misalnya tidak ada pertalian kekeluargaan semenda,hal ini
sangat berbeda dengan paham kesemendaan dalam pergaulan sehari-hari
karena D dan K dipandang sebagai berbesan.
Status hukum anak-anak
Anak-Anak Sah
Anak anak sah di atur dalam pasal 250BW yang menentukan bahwa
seorang anak yang dilahirkan atau di benih kan selama perkawinan ber
ayahkan suami dari ibu yang melahirkannya.Titik berat sesungguhnya terletak
pada saat pembenihan bukan pada saat kelahiran. Oleh karena itu walaupun
anak tersebut lahir setelah perkawinan putus masih tetap ber ayahkan mantan
suami dari ibu nya asalkan memang anak itu di benih kan selama perkawinan
masih berlangsung.
Meskipun demekian saat kelahiran bukan lah tanpa arti sama sekali.Kalau
anak lahir pada saat yang bukan dalam jangka waktu yang di tetapkan oleh
undang undang suami berhak menyangkal anak itu sebagai anak nya Dengan
kata lain suami berhak tidak mengakui dirinya sebagai ayah dari anak itu
dengan mengajukan satu gugatan yang di namakan actio en desaveu.
Gugatan penyangkalan ini dapat di ajukan sebagai mana yang di atur
pada pasal 251 - 354BW yaitu:
1. Pasal 251 menentukan bahwa si suami dapat menyangkal sah nya seorang
anak jika anak itu di lahirkan sebelum perkawinan berlangsung selama 180
hari pasal ini di susun berdasarkan pendapat bahwa masa kehamilan paling
singkat 180 hari.
2. Si suami berdasarkan pasal 252 dpat pula menyangkal sah nya anak
dengan membuktikan bahwa antara 300 hari sampai 180 hari sebelum anak
itu lahir dia tidak mungkin mengadakan hubungan kelamin dengan istri nya
baik karena ber pantang hubungan kelamin atau karena secara kebetulan
tidak mungkin berhubungan misalnya iya telah terpisah dengan istrinya
selama lebih dari 300 hari.
3. Bedasarkan pasal 253 suami dapat menyangkal sah nya seorang anak atas
dasar alasan bahwa anak itu adalah hasil perzinahan istrinya.
4. Jika anak itu di lahirkan 300 hari setelah keputusan hakim mengenai
percerayan pisah ranjang dan meja dengan istrinya itu telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Dari ketentua di atas dapat di tarik ke simpulan actio en desaveu dapat di
pergunaka untuk menetapkan bahwa walaupun anak lahir dari istri seorang
suami tetapi anak itu bukan lah anak si suami tersebut.