Anda di halaman 1dari 23

TIPS

PEMBERIAN
WASIAT &
HIBAH
PEMBICARA OLEH REYMON
HASUDUNGAN, S.H., M.H.
PENGERTIAN WASIAT MENURUT KUHPERDATA
Menurut R. Subekti dalam Pokok-Pokok Hukum Perdata, dalam hukum perdata barat/KUHPer, wasiat atau
testamen adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang
lain yang masih hidup untuk dimiliki. Dengan kata lain, wasiat adalah suatu pernyataan dari seseorang
tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal (hal. 106).
 Pasal 875 KUH Perdata, wasiat --- akta berisi pernyataan seseorang terhadap kehendaknya setelah
meninggal dunia. Wasiat dapat dicabut kembali selama si pembuat masih hidup.

 Pasal 874 KUHPerdata ----> bahwa segala harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia,
adalah kepunyaan para ahli warisnya menurut undang-undang, sejauh mengenai hal itu dia belum
mengadakan ketetapan yang sah. Ketetapan yang sah tersebut ialah surat wasiat. Artinya, jika ada
surat wasiat yang sah, surat wasiat harus dijalankan oleh para ahli waris. Sebaliknya, apabila tidak
ada surat wasiat, semua harta peninggalan pewaris adalah milik ahli waris .
2 JENIS WASIAT
WASIAT PENGANGKATAN WARIS (Erfstelling)
02 01
Pemberi wasiat memberikan harta kekayaannya dalam bentuk bagian (seluruhnya, setengah, sepertiga). Pemberi wasiat
tidak menyebutkan secara spesifik benda atau barang apa yang diberikannya kepada penerima wasiat. (Pasal 954
KUHPerdata), apabila pemberi wasiat sudah meninggal dunia. Orang-orang yang mendapat wasiat berdasarkan
ketentuan ini disebut waris di bawah titel umum (onder algemene titel). Artinya, pihak-pihak seperti isteri/ suami atau
yang memiliki garis keturunan /memiliki hubungan darah merupakan pihak yang biasanya mendapatkan wasiat ini.

HIBAH WASIAT (Legaat)


Pemberi wasiat memberikan beberapa barang-barangnya secara spesifik dari suatu jenis tertentu kepada pihak tertentu. (Pasal 957
KUHPerdata).
Pasal 957 KUHPerdata:
Hibah wasiat ialah suatu penetapan khusus, di mana pewaris memberikan kepada satu atau beberapa orang barang-barang tertentu,
atau semua barang-barang dan macam tertentu; misalnya, semua barang-barang bergerak atau barang-barang tetap, atau hak
pakai hasil atas sebagian atau semua barangnya.
Orang-orang yang mendapatkan wasiat berdasarkan ketentuan ini disebut waris di bawah titel khusus (onder bijzondere titel).
Artinya, pihak-pihak dluar ahli waris sah seperti anak angkat atau pihak lain yang diluar garis keturunan/hubungan darah.
Namun perlu diingat, pemberian wasiat yang berisi hibah wasiat ini tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta warisan yang
ditinggalkan, karena pihak ahli waris yang sah memiliki hak untuk menuntutnya dikemudian hari dengan dasar legitime
portie atau hak mutlak dari warisan yang diberikan kepada ahli waris yang sah atau yang memiliki hubungan darah.
CARA PEMBERIAN WASIAT
Ketentuan mengenai wasiat dalam Pasal 875 – Pasal 1004 7. Larangan pemberian wasiat kepada teman zina-nya yang telah
KUHPerdata, terdapat beberapa PEMBATASAN pemberian wasiat terbukti dan putusan Hakim tersebut telah berkekuatan hukum
( Menurut J. Satrio dalam Hukum Waris (Ibid, hal. 201-279) ) adalah: tetap (Pasal 909 KUHPerdata).
1. Fidei-commis atau pengangkatan waris atau hibah wasiat
lompat tangan (Pasal 879 KUHPerdata);
2. Istri pada perkawinan kedua, sebagaimana diatur dalam Pasal
902 jo. Pasal 852a KUHPerdata;
3. Suami istri yang menikah tanpa izin yang sah,
sebagaimana diatur dalam Pasal 901 KUHPerdata;
4. Suatu ketetapan hibah wasiat yang jumlahnya melebihi hak
pewaris (testateur) dalam harta persatuan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 903 KUHPerdata;
5. Tidak boleh menghibahwasiatkan untuk keuntungan walinya;
para guru dan imam; dokter, ahli penyembuhan, ahli obat-
obatan dan orang-orang lain yang menjalankan ilmu
penyembuhan, yang merawat pewaris selama ia menderita
penyakit yang akhirnya menyebabkan ia meninggal; para
notaris dan saksi-saksi dalam pembuatan wasiat (Pasal 904
KUHPerdata);
6. Larangan pemberian wasiat kepada anak luar kawin yang
jumlahnya melebihi hak bagiannya dalam Pasal 863
KUHPerdata (Pasal 908 KUHPerdata);
PERLU DIINGAT !!!
Wasiat juga harus memperhatikan bagian mutlak (Legitieme portie) dari para ahli
waris. Para ahli waris yang mempunyai bagian mutlak (Legitieme portie) disebut
legitimaris. WASIAT TIDAK BOLEH MELANGGAR BAGIAN MUTLAK PARA
LEGITIMARIS.
Legitieme portie atau bagian waris menurut UU ialah bagian & harta benda yang
harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus menurut UU yang
terhadapnya orang meninggal dunia tidak boleh menetapkan sesuatu baik sebagai
hibah antara orang – orang yang masih hidup maupun sebagai wasiat (Pasal 913
KUHPerdata).
Mengenai besarnya bagian mutlak, dapat dilihat dalam Pasal 914 – 916 KUHPerdata.

Pasal 913 KUHPerdata yang dimaksud dengan Legitieme Portie adalah


sesuatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada waris,
garis lurus menurut ketentuan UU, terhadap mana si yang meninggal tak
diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang
masih hidup, maupun selaku wasiat.
Adanya ketentuan mengenai Legitieme Portie ini agar Ahli Waris Legitimaris terlindungi dan
tidak dirugikan apabila si Pewaris hendak bertindak sewenang – wenang.

Bagian mutlak Legitime Portie untuk ahli waris dalam garis ke bawah, berdasarkan Pasal 914 KUHPerdata
adalah :
1. jika pewaris hanya meninggalkan 1 orang anak sah maka Legitieme Portie nya adalah setengah dari
bagiannya menurut undang-undang.
2. jika meninggalkan dua orang anak sah, maka besarnya Legitieme Portie adalah dua pertiga dari bagian
menurut undang-undang dari kedua anak sah tersebut, sedangkan
3. jika meninggalkan tiga orang anak sah atau lebih, maka besarnya Legitieme Portie adalah tiga perempat
dari bagian para ahli waris tersebut menurut ketentuan undang-undang.
- Untuk ahli waris dalam garis keatas (orang tua, kakek/nenek pewaris), besarnya Legitieme
Portie menurut ketentuan Pasal 915 KUHPerdata, selamanya setengah dari bagian menurut
Undang-undang.
- Legitieme Portie Untuk Anak Luar Kawin hanya berlaku jika anak Luar Kawin diakui secarah sah
oleh pewaris sesuai ketentuan dalam Pasal 916 KUHPerdata, bagian mutlak dari anak luar kawin
yang telah diakui adalah: setengah dari bagian yang seharusnya diterima oleh anak luar kawin
tersebut menurut ketentuan Undang-Undang sedangkan yang tidak diakui tidak termasuk dalam
kategori Anak Luar Nikah
Dalam penerapan hukum waris, apabila seorang pewaris
yang beragama selain Islam / non muslim meninggal
dunia, maka yang digunakan adalah sistem pewarisan
berdasarkan Hukum Waris sesuai dengan  Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”).
Pada dasarnya yang berhak menjadi ahli waris adalah orang yang mempunyai hubungan darah
dengan pewaris serta istri/suami pewaris yang masih hidup ketika pewaris meninggal dunia. Ini
diatur dalam Pasal 832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”):

Pasal 832 KUHPerdata:
Menurut undang-undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah
keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun Yang berhak mewaris hanyalah orang-
yang di luar perkawinan, dan suami atau isteri yang hidup
orang yang mempunyai hubungan darah
terlama, menurut peraturan-peraturan berikut ini.
dengan pewaris.Baik itu berupa keturunan
Bila keluarga sedarah dan suami atau isteri yang hidup terlama
tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara,
langsung maupun orang tua, saudara,
yang wajib melunasi utang-utang orang yang meninggal tersebut, nenek/kakek atau keturunannya dari
sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu. saudara-saudaranya.
BERHAK MEWARIS ADA 4 GOLONGAN BESAR

1. Golongan I 3. Golongan III


suami/isteri yang hidup terlama dan Keluarga dalam garis lurus
anak/keturunannya (Pasal 852 ke atas sesudah bapak dan
KUHPerdata). ibu pewaris

4. Golongan IV
2. Golongan II Paman dan bibi pewaris baik dari pihak
bapak maupun dari pihak ibu, keturunan
orang tua dan saudara paman dan bibi sampai derajat keenam
kandung Pewaris dihitung dari pewaris, saudara dari kakek dan
nenek beserta keturunannya, sampai derajat
keenam dihitung dari pewaris.
MENGAPA AHLI WARIS DIBAGI KE DALAM 4 GOLONGAN INI ?

Golongan ahli waris ini menunjukkan siapa ahli waris


yang lebih didahulukan berdasarkan urutannya. Artinya,
ahli waris golongan II tidak bisa mewarisi harta
peninggalan pewaris dalam hal ahli waris golongan I
masih ada.
JENIS WASIAT MENURUT BENTUKNYA

3. Wasian
1. Wasiat Olografis
Rahasia/Tertutup

2. Wasiat Umum
1. Wasiat Olografis (Wasiat yang Ditulis Sendiri
Dasar hukum bentuk wasiat olografis diatur dalam Pasal 932 KUHPerdata.Terdapat hal-hal
yang harus dipenuhi untuk membuat  wasiat ini, yaitu :

1. Wasiat dibuat dan ditandatangani sendiri orang pewaris,


2. Wasiat disimpan kepada seorang notaris. Notaris yang menyimpan wasiat, wajib membuat
suatu akta penyimpanan (acta van depot) dan menandatanganinya.
3. Terdapat 2 (dua) saksi yang menghadiri dan bertandantangan terhadap peristiwa
pembuatan wasiat tersebut.
Adapun kekutan pembuktian dari wasiat olografis ini sebagaimana diatur dalam Pasal 933
KUHPerdata adalah sama kekuatannya dengan wasiat umum yang seluruhnya
dikerjakan/dibuat oleh seorang notaris.
2. Wasiat Umum
Wasiat umum (Openbare Testament) diatur dalam pasal 938 dan 939 KUHPerdata.
Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat wasiat ini, yaitu :

1. Wasiat dibuat dihadapan notaris,


2. Dalam pembuatan wasiat, dihadiri 2 saksi,
Pewaris menerangkan kepada notaris apa yang ingin diwariskannya kepada pihak-
pihak yang dikehendakinya. Pada prinsipnya, Notaris dengan kata-kata yang jelas
harus menulis apa yang disampaikan oleh pewaris.
3. Wasiat Rahasia/Tertutup
Wasiat rahasia (wasiat tertutup) diatur dalam Pasal 940 dan Pasal 941 KUHPerdata.Terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat wasiat ini, yaitu :

1. Wasiat dibuat dan ditulis sendiri oleh pewaris atau orang lain untuk dia, dan pewaris wajib menandatangani
wasiat itu,
2. Kertas (sampul) yang memuat tulisan wasiat tersebut wajib ditutup dan disegel,
3. Kertas (sampul) wajib diberikan kepada notaris dengan dihadiri 4 saksi dan pewaris wajib menegaskan kertas itu
berisi wasiat yang ia tulis sendiri, walapun juga ditulis orang lain atas namanya dengan tetap diberi tandatangan
oleh pewaris.
4. Wasiat ini akan ditulis oleh notaris dalam akta yang dinamakan akta superscriptie. Pada prinsipnya, akta itu harus
ditulis diatas kertas (sampul) yang berisi alamat itu dan akta harus diberi tandatangan notaris dan 4 saksi.
Hukum perdata tidak menentukan apakah surat wasiat harus dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan atau akta
otentik. Meski keduanya diperkenankan, pada praktiknya surat wasiat biasa dibuat dalam bentuk akta otentik oleh
Notaris. Hal ini penting agar surat wasiat yang dibuat terdaftar pada Daftar Pusat Wasiat di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI dan diakui keberadaannya pada saat Surat Keterangan Waris dibuat.
PENGERTIAN HIBAH
Pengertian hibah menurut Pasal 1666 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana si
penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.
Namun Jika pemberian diberikan oleh seseorang setelah ia meninggal dunia, maka ini dinamakan
hibah wasiat, yang diatur dalam Pasal 957 KUHPerdata.
A.Persamaan Hibah & Waris
Keduanya sama-sama memberikan sesuatu secara sukarela kepada seseorang
B.Perbedaan Hibah & Waris
- Hibah dapat dilakukan saat pemberi hibah masih hidup untuk memberikan sesuatu / hartanya
kepada penerima hibah sedangkan
- warisan hanya dilakukan saat pewaris sudah meninggal dunia dan penerima warisnya sertai
pembagian warisannya diatur oleh Undang-undang ataupun adat istiadat yang berlaku.
Hibah tidak dapat dicabut dan tidak dapat dibatalkan oleh si pemberi
hibah, kecuali dalam hal-hal berikut sebagaimana terdapat
dalam Pasal 1688 KUHPerdata:
1. Jika syarat-syarat penghibahan itu tidak dipenuhi oleh penerima
hibah;
2. jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut
melakukan suatu usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain
atas diri penghibah;
3. jika penghibah jatuh miskin sedang yang diberi hibah menolak
untuk memberi nafkah kepadanya.
CARA PEMBERIAN HIBAH
Pelaksanaan pemberian hibah harus tetap memperhatikan ketentuan mahal apabila dibandingkan dengan besarnya kekayaan
hukum yang berlaku sehingga pemberian hibah tersebut sah menurut penghibah. (Pasal 1678 KUHPerdata)
hukum. Beberapa ketentuan yang mengatur mengenai pemberian
hibah diantaranya:
1. Pemberian Hibah harus dilakukan secara otentik dengan Akta
Notaris. Pasal 1682 KUHPerdata “Tiada suatu penghibahan
pun kecuali termaksud dalam Pasal 1687 dapat dilakukan
tanpa akta notaris, yang minut (naskah aslinya) harus
disimpan pada notaris dan bila tidak dilakukan demikian
maka penghibahan itu tidak sah.”
Yang termasuk sebagai hal yang dikecualikan dalam Pasal
1687 adalah hibah atas benda-benda bergerak yang berwujud
atau surat piutang yang akan dibayar atas tunduk, tidak
memerlukan akta notaris dan adalah sah bila pemberian
tersebut diserahkan begitu saja kepada penerima hibah.
2. Pemberian hibah hanya boleh dilakukan bagi mereka yang
sudah dewasa yaitu mencapai umur 21 tahun ataupun belum
21 tahun tetapi sudah pernah menikah (Pasal 1677
KUHPerdata)
3. Pemberian hibah kepada istri dari suami atau sebaliknya hanya
diperbolehkan apabila pemberian tersebut berupa hadiah atau
pemberian barang bergerak yang berwujud dan harganya tidak
Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali namun dapat menjadi batal
demi hukum dalam hal melanggar satu atau lebih ketentuan
KUHPerdata diantaranya sebagai berikut:
1. Hibah yang mengenai benda-benda yang baru akan ada di
kemudian hari (Pasal 1667 ayat (2) KUHPerdata).Pemberian
hibah kepada istri dari suami atau sebaliknya hanya
diperbolehkan apabila pemberian tersebut berupa hadiah atau
pemberian barang bergerak yang berwujud dan harganya tidak
mahal apabila dibandingkan dengan besarnya kekayaan
penghibah. (Pasal 1678 KUHPerdata)
2. Hibah dengan mana si penghibah memperjanjikan bahwa ia
tetap berkuasa untuk menjual atau memberikan kepada orang
lain suatu benda yang termasuk dalam hibah, dianggap batal.
Yang batal hanya terkait dengan benda tersebut. (Pasal 1668
KUHPerdata)
3. Hibah yang membuat syarat bahwa penerima hibah akan
melunasi utang atau beban-beban lain di samping apa yang
dinyatakan dalam akta hibah itu sendiri atau dalam daftar
dilampirkan (Pasal 1670 KUHPerdata).
4. Hibah atas benda tidak bergerak menjadi batal jika tidak
dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUHPerdata).
PERLU DIINGAT !!!
Barang atau harta yang dihibahkan juga tidak dalam
keadaan terikat pada suatu perjanjian dengan pihak lain.
Contohnya, terikat perjanjian gadai, perjanjian harta
gono – gini, perjanjian kredit bank, dan sebagainya.
SUMBER HUKUM :
1. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang AAAIK., CLA
Pendaftaran Tanah. 9. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5491
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk 2b4c6a82e/keabsahan-hibah
Wetboek, Staatsblad 1847 No. 23)
3. J. Satrio dalam buku Hukum Waris
4. Kiat Cerdas Mudah dan Bijak Dalam Memahami
HUKUM WARIS – karya: Irma
5. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
6. Irma Devita Purnamasari, S.H., M.Kn. buku yang
berjudul Kiat-kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Mengatasi
Masalah Hukum Pertanahan.
7. https://www.kompasiana.com/d3d3/5ef96ee1d541df3bf
91a6884/legi
tieme-portie-dalam-hukum-waris-perdata

8. https://indonesiare.co.id/id/article/pemberian-hibah-menur
ut-hukum-di-
indonesia - penulis Arthur Daniel P. Sitorus, SH.,
ANY
QUESTION ?
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai