Anda di halaman 1dari 17

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

Kelas : IJ

Mata Kuliah : Hukum Keluarga dan Kewarisan

Dosen : Farahdinny Siswanjanthy S.H.,M.H.

1. a. Syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh warisan yaitu adanya pewaris, ahli waris
dan harta. Jelaskanapa yang dimaksud ahli waris dengan menyebutkan dasar hukumnya.
Ahli Waris adalah mereka-mereka yg ditinggalkan oleh pewaris sekaligus yang
menggantikan pewaris dalam bidang hak kekayaan.
Ahli waris dapat dibagi 2, yaitu :
a. Ahli waris karena undang-undang (ab-intestato), diatur dlm Buku II Bab XII mulai Pasal 830
dst.
Pasal 832 : “menurut UU yang g berhak menjadi ahli waris adalah keluarga sedarah, baik sah
maupun luar kawin dan si suami atauistri yang hidup terlama.”
Ahli waris karena undang-undang ini, dibagi dalam 4 golongan. Ahli waris disini termasuk pula
pada akibat hak yang dilakukan pewaris dikala hidupnya, seperti perbuatan hukum pengakuan
anak, pengangkatan anak/adopsi, dll
b. Ahli waris karena wasiat/kehendak pewaris (ab-testamentair), diatur dalam. Buku II Bab XIII
Pasal 874 dst.

b. Harta kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia belum tentu atau
tidak otomatis menjadi harta warisan, mengapa ? Jelaskan.
Harta yang ditinggalkan oleh pewaris, tidak otomatis sebagai harta warisan/peninggalan,
karena harus diketahui lebih dahulu status hak perkawinannya dan hal-hal lain yang
membebani harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. Jadi berarti harta tersebut
harus dibersihkan lebih dulu.
Menurut KUHPerdata, status perkawinan ada 3 kategori (Buku I Bab VII Pasal 139-154
KUHPerdata), yaitu :
1. Perkawinan yang dilangsungkan dengan perjanjian kawin bahwa antar suami dan isteri
ybs tidak ada percampuran harta benda atau harta kekayaan.
2. Perkawinan yg dilangsungkan dengan perjanjian kawin bahwa antara suami dan isteri ybs
ada percampuran harta benda secara bulat.
3. Perkawinan yg dilangsungkan dengan perjanjian kawin bahwa antara suami dan isteri ybs
ada percampuran harta benda, tetapi ada pengecualiannya.

2. a. Jelaskan golongan ahli waris dan berapa bagiannya dengan menyebut dasar hukumnya.

• Golongan I : Janda atau duda (suami atau isteri yg hidup terlama) berserta anak dan
keturunannya :
Pasal 852 BW/KUHPerdata : bagian untuk suami atau isteri yang hidup terlama (duda atau
janda) dan anak-anaknya adalah sama besar.
• Golongan II : Ayah, ibu, saudara beserta keturunannya
Pasal 854 ayat (1) BW/ KUHPerdata :
bila pewaris tidak meninggalkan keturunan ataupun suami/isteri, maka bagian ayah dan ibunya
masing-masing 1/3, bila pewaris hanya meninggalkan seorang saudara laki-laki atau perempuan.
Pasal 854 ayat (2) BW/KUHPerdata :
ayah atau ibu, masing-masing mendapat ¼, apabila pewaris meninggalkan lebih dari seorang
saudara laki-laki atau perempuan.
Pasal 855 BW/KUHPerdata :
bila pewaris tidak meninggalkan keturunan ataupun suami/isteri, maka bagian ayah atau ibu
yang hidup terlama adalah :
- ½, apabila pewaris hanya meninggalkan seorang saudara laki-laki atau perempuan.
- 1/3, apabila meninggalkan 2 orang saudara laki-laki atau perempuan
- ¼, apabila meninggalkan lebih dari 2 orang saudara laki-laki atau perempuan
• Golongan III : kakek, nenek dalam garis lurus ke atas.
Pasal 853 BW/KUHPerdata :
warisan dibagi dalam 2 bagian yang sama (kloving), satu bagian untuk keluarga sedarah dalam
garis bapak lurus ke atas dan satu bagian untuk keluarga yang sama dalam garis ibu.
• Golongan IV : paman, bibi dalam garis ke samping beserta keturunannya sampai derajat
ke-6.
Pasal 850 BW/KUHPerdata :
Dalam garis menyimpang harus dibelah menjadi 2 bagian yang sama bagian-bagian mana yang
satu adalah untuk sekalian sanak saudara dalam garis si bapak dan yang lain untuk sanak
saudara dalam garis si ibu”

b. Jelaskan yang dimaksud dengan anak luar kawin, apa syarat agar dapat menjadi ahli waris
dan berapa bagiannya mnt undang-undang ?
Anak luar kawin mnt Ps 272 BW/KUHPerdata :
“anak luar kawin (alk) yang dapat diakui adalah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi
yang tidak dibenihkan oleh seorang pria yang berada dalam ikatan perkawinan sah dengan
ibu si anak tsb, dan tidak termasuk di dalam kelompok anak zinah dan anak sumbang”
Menurut undang-undang (BW/KUHPerdata), pada azasnya, hanya mereka-mereka yang
mempunyai hubungan hukum dengan si pewaris saja - lah yg mempunyai hak waris menurut
undang-undang.
Hubungan tsb justru lahir karena pengakuan. Jadi syarat agar anak luar kawin dapat mewaris
yaitu bahwa anak luar kawin tsb harus diakui secara sah.
Anak yang dilahirkan sesudah ayahnya meninggal atau bercerai (jadi sesudah perkawinannya
putus dan karenanya di luar perkawinan orang tuanya), belum tentu merupakan anak luar
kawin, karena kalau ia dibenihkan selama ibunya dalam perkawinan yang sah dan dilahirkan
dalam jangka waktu 300 hari sesudah putusnya perkawinan merupakan anak sah ( Ps 255
BW/KUHPerdata)
Pasal 255 ayat (1) BW/KUHPerdata :
“. ... anak, yang dilahirkan 300 hari setelah dibubarkan, adalah tak sah”.
Hubungan hukum antara anak luar kawin dengan ayah dan ibunya
Pada azasnya, hubungan hukum antara anak luar kawin dengan ayah/ibu yang mengakuinya
bersifat terbatas, dalam arti, hubungan tsb hanya ada antara si anak luar kawin dengan
ayah/ibu yang mengakui saja.
Berarti tidak sampai meliputi hubungan hukum dengan anggota keluarga yang lain (dari
ayah/ibunya yang mengakuinya) Bagi anggota keluarga yang lain, si anak luar kawin itu
orang lain, karenanya mereka tidak mempunyai hak waris atas warisan keluarga sedarah
ayah/ibu yang mengakui (Pasal 872 BW/KUHPerdata).
Perkecualian :
Dalam hal anggota keluarga sedarah sah dari ayah/ibu yang mengakuinya meninggal tanpa
meninggalkan sanak saudara dalam derajat yang masih memberikan hak kepada mereka
untuk mewaris dan juga tidak meninggalkan suami/istri; maka anak luar kawin, mendahului
negara, berhak untuk menarik seluruh warisan bagi mereka (Ps. 873 (1) BW/KUHPerdata).

3. a. Jelaskan yang dimaksud dengan testamen dan bagaimana pembatasan terhadap testamen
? Sebut dan jelaskan.
Yang dimaksud dengan testament (surat wasiat) menurut Pasal 875 KUHPerdata/BW
adalah :
“suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikenendaki agar terjadi
setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali”
Ditinjau dari bentuknya (formil), suatu testament merupakan suatu akta yang memenuhi syarat
undang-undang (Pasal 930 KUHPerdata). Ditinjau dari isinya (materil), testament merupakan
suatu pernyataan kehendak, yang baru mempunyai akibat/berlaku sesudah si pembuat
testament meninggal dunia, pernyataan mana pada waktu si pembuat masih hidup dapat ditarik
kembali secara sepihak. Jadi untuk menetapkan apakah suatu wasiat sah menurut undang-
undang, kita dapat mengujinya berdasarkan bentuk dan isinya seperti tersbut di atas.

Pembatasan Terhadap Isi Testament


1) Larangan yang bersifat umum (fidei commis), diatur dalam Ps. 879-974 KUHPerdata
Pasal 879 KUHPerdata :
1. Pengangkatan waris atau pemberian hibah wasiat dengan lompat tangan, atau sebagai
fidei commis adalah terlarang
2. Oleh karena itu, pun bagi si yang diangkat atau yang menerima hibah, batal dan tak
berhargalah yang menerima hibah, batal dan tak berhargalah mereka diwajibkan menyimpan
barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian menyerahkannya, baik seluruhnya
maupun untuk sebagian, kepada orang ketiga.
Dari ayat (2) dapat dilihat apa yang dimaksud dengan fidei commis, yaitu seuatu ketetapan
wasiat, dimana orang yang diangkat sebagai ahli waris atau yang menerima hibah wasiat,
diwajibkan untuk menyimpan barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian
menyerahkannya kepada orang lain. Hal inilah yang dilarang dalam ayat (1).
Pelanggaran terhadap larangan dalam Ps. 879 KUPerdata diancam dengan suatu sanksi yang
keras, yaitu beschikking yang demikian, “menjadi batal dan tak berharga” [Ps 879 (1)
KUHPerdata].
Perkecualian atas larangan fidei commis, terdapat dalam Ps. 881-883 KUHPerdata
Sedangkan fidei commis yang diperbolehkan oleh undang-undang (fidei commis de reriduo),
diatur dalam Ps. 973 dan 974 KUHPerdata
2) Larangan yang bersifat khusus, yang dibagi menjadi :
a. Yang ditujukan kepada orang-orang atau kelompok orang tertentu, yaitu :
• Suami-isteri yang menikah tanpa ijin (Ps 901 KUH Perdata)
• Isteri pada perkawinan kedua (Ps 902 KUH Perdata)
• Suatu ketetapan hibah wasiat yang jumlahnya melebihi hak testateur dalam harta
persatuan( Ps 903 KUH Perdata )
• Para ahli (Ps 904 KUHPerdata); Para guru dan imam (Ps 905 dan 906 KUH Per)
• Para notaris dan saksi (Ps 907 KUHperdata);
• Anak luar kawin (Ps 908 KUHPerdata).
b. Yang ditujukan kepada bagian warisan tertentu (Legitieme Portie).

b. Jelaskan perbedaan antara fidei commis, fidei commis de residuo dan legitieme portie.
Siapa saja yang berhak atas legitieme portie ? Jelaskan dengan menyebut dasar
hukumnya.
Fidei commis Pasal 879 KUHPerdata :
Dari ayat (2) dapat dilihat apa yang dimaksud dengan fidei commis, yaitu seuatu ketetapan
wasiat, dimana orang yang diangkat sebagai ahli waris atau yang menerima hibah wasiat,
diwajibkan untuk menyimpan barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian
menyerahkannya kepada orang lain. Hal inilah yang dilarang dalam ayat (1).
Perkecualian atas larangan fidei commis, terdapat dalam Ps. 881-883 KUHPerdata
Sedangkan fidei commis yang diperbolehkan oleh undang-undang (fidei commis de reriduo),
diatur dalam Ps. 973 dan 974 KUHPerdata.
Legitieme Portie
Ps 913 KUHPerdata :
“Bagian mutlak (legitieme portie/LP adalah suatu harta peninggalan yang harus diberikan kepada
para ahli waris dalam garis lurus menurut undang- undang, terhadap bagian mana si yang
meninggal tidak diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang masih
hidup maupun selaku wasiat”.
Yang berhak atas LP
1. Mereka harus ahli waris dalam garis lurus, baik garis lurus ke atas maupun garis lurus ke
bawah (decendent dan ascendent) dari pewaris (lihat Ps 913 KUHPerdata). Isteri atau suami yang
hidup terlama tidak termasuk dalam kelompok ahli waris yang dilindungi LP walaupun menurut
Ps 852 a KUHPerdata, hak mewaris mereka dipersamakan dengan seorang anak.
2. Mereka harus ahli waris yang benar-benar terpanggil untuk mearis berdasarkan undang-
undang pada saat pewaris meninggal. Dengan lain perkataan, yangbersangkutan harus
merupakan ahli waris ab-intestaat pada saat pewaris meninggal.
HUKUM WARIS ISLAM
1. a. Jelaskan masalah-masalah khusus dalam kewarisan Islam
Masalah-masalah khusus dalam kewarisan Islam
1. Kedudukan anak angkat
Apabila dalam hukum barat, masalah pengangkatan anak ini merupakan suatu perbuatan
hukum yang aturannya dan hak-hak serta kewajibannya telah tertentu, demikian pula
prosedur dan bukti-bukti yang harus dilaksanakan untuk itu, karena pengangkatan anak
(adopsi) dalam hukum barat atau KUHPerdata Indonesia diakui membawa hak pada masalah
harta peninggalan si pengangkat anak tsb.
Dalam Hukum Islam, pengangkatan anak diperkenankan dengan batas-batas yang sangat
ketat sebagaimana ditetapkan oleh Al-Qur’an sebagai sumber hukum sistem syariat Islam
sbb. :
“Allah tidak menjadikan anak angkatmu jadi anak kandung bagimu, panggillah anak angkat
itu dengan nama yang disertai nama ayahnya”. (QS Al-Ahzab :4-5).
Jadi jelas sekali penegasan Al-Qur’an, bahwa hubungannya dengan harta peninggalan orang
tua angkatnya, dia bukan sebagai ahli waris. Pengangkatan anak dalam hukum Islam sangat
dianjurkan sekali, tapi tujuan dan latar belakangnya dalam rangka “Takafuluul Ijma”,
merupakan perwujudan rasa tanggungjawab sosial, mambantu yang kurang mampu agar
terpelihara pertumbuhan jasmani, pendidikan dsb.
Dalam hk adatpun mengenai anak angkat sama dengan hk Islam, bahwa anak angkat
bukanlah ahli waris Seperti halnya anak kandung, Prof Dr Mr Soepomo mencatat dalam
putusan Landraad Purworedjo tanggal 24 Mei 1940 dan tanggal 6 Oktober 1937, salah satu
argumen bahwa anak angkat bukanlah ahli waris dari ayah angkatnya dan disebutkan anak
angkat menerima air dari dua sumber dan hubungannya dengan ayah kandungnya tidak akan
terputus, ia akan menerima bagian hrta dari ayah kandungnya apabila ayah kandungnya
meninggal dan tidak meninggalkan ahli waris lainnya.
Mengingat hubungan lahir bathin antara ayah angkat dan anak angkat, sehingga si ayah
angkat berkehendak memberikan hartanya kepada anak angkatnya. Hal tsb. Tidak ada
kesulitan sama sekali, untuk kepentingan si anak tsb di kemudian hari, si ayah Angkat dapat
membuat wasiat/hibah tentang harta yang dimilikinya semasa hidup, namun tidak boleh lebih
dari 1/3 (sepertiga) hartanya. Begitu pula yang diatur putusan MA.
2. Warisan anak bayi dalam kandungan
3. Warisan anak zina
4. Warisan bagi banci (kunsta), rahim janda cerai dan orang yang hilang
5. Wasiat.
2. Warisan anak bayi dalam kandungan
Mengenai warisan anak bayi dalam kandungan, sebahagian besar ulama berpendapat sama,
apabila seorang (suami) meninggal dan ia meninggalkan isteri yang sedang mengandung,
maka anak itu tidak mendapat pusaka/warisan kecuali kalau kelak lahir ke dunia dengan
bernyawa/hidup dengan tanda-tandanya antara lain bersuara atau menangis.
Hal tsb. Sesuai dengan ketentuan dalam hadist Rasullullah SAW yang bersabda :
“Apabila menangis anak yang baru lahir, maka ia mendapat warisan”. (HR Abu Daud)
Jadi apabila ada diantara ahli waris yang masih dalam kandungan, sebelum harta warisan
dibagikan, perlu diperhatikan beberapa kemungkinan dengan perkiraan anak bayi yang masih
dalam kandungan :
a. Mungkin anak laki-laki (seorang anak atau lebih)
b. Anak perempuan (seorang atau lebih)
c. Mungkin kembar (Laki-laki atau perempuan)
Dengan kemungkinan-kemungkinan itu ada konsekuensi lain dengan terjadinya hijab serta
besar kecilnya bagian ahli waris lainnya.
3. Warisan anak zina
Anak zina tidak diperhubungkan dengan “ayahnya” (laki-laki) yang berzina dengan
ibunya, tapi ia/anak tsb. Hanya diperhubungkan dengan ibunya, sehingga dalam hal mewaris
juga hanya dengan keluarga ibunya Apabila ibu dari si anak zina tsb. Meninggal dunia atau
mungkin salah seorang kerabat ibunya, maka anak tsb. Berkah memperoleh bagian harta
peninggalan mereka. Sebaliknya, apabila si anak zina tsb. Meninggal dunia dan
meninggalkan harta pusaka, hanya ibu dan kerabat ibunya saja yang berhak mendapatkan
harta anak zina tsb.
Dalam masyarakat Islam, masalah pembagian warisan anak zina disejajarkan dengan
anak li’an yaitu anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang bersuami secara syah dengan
seorang leleki, tapi anak tsb. Tidak diakui oleh ayahnya sebagai anak, karena ayahnya
menganggap isterinya berzina (untuk hal di atas pelajari ketentuan QS. An-Nur ayat 8-9)
4. Warisan bagi banci (kunsta), rahim janda cerai dan orang yang hilang.
Banci (kunsta)
Banci (kunsta) ialah orang yang mempunyai kelainan dalam alat kelaminnya, kelainan ini
mungkin punya dua alat kelamin, mungkin tidak punya sama sekali kedua alat kelamin itu,
mungkin hanya ada sesuatu lobang yang tidak serupa dengan keduanya.
Dengan demikian, kunsta ini ada 2 macam, yaitu :
a) Kunsta yang telah terang (wadlih)
b) Kunsta yang belum terang (musykil).
Bagi kunsta yang terang, maka pembagian sesuai dengan aturan yang berlaku (laki-laki
atau perempuan), jika diantara ahli waris belum terang, maka pembagian Warisannya
ditetapkan dengan memberikan status atau menghukumkan ia laki-laki atau perempuan.
Untuk keperluan itu dilihat tanda-tanda dan ciri-cirinya.
Warisan bagi rahim
Rahim adalah keluarga dari orang yang meninggal, dikaitkan dengan masalah waris mewaris
tidak ada ketentuan dalam Al-Qur’an maupun Hadist, mereka tidak mendapat warisan
selama masih ada ahli waris yang telah ditentukan/diterangkan terdahulu.
Rahim kemungkinan mendapatkan harta pusaka warisan apabila :
a) Tidak ada golongan ashobah
b) Tidak ada Dzawil Furuudl lainnya
Mengenai rahim ini banyak perbedaan pendapat, antara lain :
a) Imam Malik, Imam Syafe’I, Zaid bin Tsabit dan kebanyakan ahli hukum beranggapan
rahim ini atau keluarga dekat (dzul arham) tidak mendapat warisan karena tidak diatur dalam
Al-Qur’an maupun Hadist atau Ijma’
b) Akan tetapi ali=ahli hukum aliran Iraq berpendapat, bahwa rahim dapat warisan, mereka
berpegang pada ayat Al-Qur’an surat Al-Anfal : 75, yaitu :
“Keluarga terdekat itu sebagian mereka lebih layak dari yang lain di dalam kitab Allah,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui tiap-tiap sesuatu”.
Adapun rahim itu ada 9 golongan, yaitu :
a) Kakek dari pihak ibu dan neneknya ibu (mereka diberi warisan seperti ibu)
b) Cucu perempuan dari anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki (mereka
diberi waris seperti ibu mereka)
c) Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan)- (mereke diberi warisan seperti
bapak mereka)
d) Anak-anak dari saudara perempuan (keponakan)- (mereka diberi warisan seperti ibu
mereka)
e) Paman seibu atau saudara kakek dari pihak ibu (mereka diberi waris seperti bapak)
f) Anak-anak perempuan dari paman (mereka diberi pusaka seperti bapak)
g) Bibi saudara bapak atau kakek yang perempuan (mereka diberi waris seperti bapak)h.
Paman dan bibi, saudara ibu yang laki-laki dan perempuan (mereka diberi waris seperti ibu)
h) Semua keluarga yang bertalian dengan mereka (rahim) - (mereka diberi waris seperti
bapak dan ibu mereka ).
Warisan janda cerai
Seorang perempuan atau isteri yang dicerai (Al-Kuthallaqoh) oleh suaminya dengan talaq
satu atau talaq dua, ia masih mendapat pusaka dari suaminya apabila (ketika suaminya
meninggal) ia masih dalam masa ‘iddah, demikian juga sebaliknya.
Warisan orang yang hilang
Yang dimaksud dengan orang yang hilang, adalah seseorang yang tidak diketahui
keadaannya, apabila dia masih hidup atau sakit. Orang yang hilang tsb. Kedudukan dalam
waris mewaris ini kemungkinan :
a) Dia sebagai orang yang akan mewaris (muwaris)
b) Dia sebagai orang yang akan menerima waris atau ahli waris
Ad. a. Apabila orang yang hilang itu berkedudukan sebagai orang yang akan menerima waris,
maka hartanya itu ditahan dulu dan tidak boleh dibagikan, sampai ada kepastan tentang
hilangnya orang tsb. (kepastian kematiannya).
Ad. b. 1) Dilakukan pembagian dengan mengumpamakan orang itu masih hidup
2) Dilakukan pembagian dengan mengumpamakan orang itu telah
meninggal
5. Wasiat
Wasiat adalah suatu pesanan dari seseorang supaya dijalankan sesudah meninggalnya dan
dalam hal waris mewaris , dimana suatu pelepasan (tasharrup) terhadap suatu harta
peninggalan yang harus dilaksanakan setelah yang berwasiat meninggal dunia.
Wasiat itu dilaksanakan atas dasar kemauan sendiri tanpa paksaan dari siapapun juga. Oleh
karena itu, setiap umat Islam (muslim) seyogyanya memperhatikan ketentuan Allah SWT
dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Baqarah ayat 180 :
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (ada tanda-tanda maut),
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu, bapak dan kerabat-
kerabatnya secara ma’ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa”.
Wasiat yang menyangkut harta benda yang kelak akan menjadi harta warisan dan tidak boleh
lebih dari sepertiga (1/3).

b. Jelaskan yang di,maksud dengan RAD dan AUL


Dalam ilmu faraidl AUL yaitu menambah angka asal masalah (ditambah/menambah).
Sebaliknya dari keadaan diatas, kadang – kadang asal masalahnya justru lebih besar atau
banyak daripada jumlah saham/bagian yang ada. Dalam penyelesaian penbagian harta
warisan semacam ini, asal masalahnya dikirangi sehingga sama/sesuai dengan bagian yang
ada. Dalam ilmu faraidl, masalah semacam ini disebut RAD

2. a. Dalam waris Islam, siapa saja ahli waris dari orang yang meninggal dan meninggalkan
harta warisan ? Jelaskan
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan pengadilan, beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta
peninggalan”. (Ps 171 huruf b KHI).
Ahli Waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum
untuk menjadi ahli waris”. (Ps. 171 hrf c KHI).
Ahli waris di dalam waris Islam dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Ahli waris laki-laki
1. Anak laki-laki dari muwaris (yang meninggal)
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki (terus ke bawah asal pertaliannya laki-laki)
3. Bapak
4. Datuk dari pihak bapak (ayah bapak) dan terus ke atas asal pertaliannya belum putus dari
pihak bapak
5. Saudara laki-laki sekandung (seibu sebapak)
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung (keponakan)
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14. Suami
Jika ahli waris tsb. di atas semuanya ada, maka yang mendapat warisan dari antara mereka
hanya 3 yaitu :
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Bapak
Catatan : cucu laki-laki dari anak perempuan tidak termasuk ke dalam kelompok ahli waris
tsb. di atas.
Ahli waris perempuan
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki (terus ke bawah asal saja pertaliannya dengan orang
yang meninggal masih terus laki-laki)
3. Ibu
4. Nenek (ibu dari ibu) terus ke atas dari pihak ibu sebelum berselang laki-laki
5. Nenek (ibu dari bapak)
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Isteri
Jika ahli waris tsb. di atas semuanya ada, maka yang mendapat bagian dari mereka hanya 5
saja, yaitu :
1. Isteri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perempuan kandung.
Catatan : Cucu perempuan dari anak perempuan tidak termasuk ke dalam kelompok ahli
waris yang tersebut di atas.
Apabila semua ahli waris tsb. di atas ada semua, baik laki-laki maupun perempuan, maka
hanya 5 (lima) saja yang mendapat bagian warisan, yaitu :
1. Suami atau isteri
2. Ibu
3. Bapak
4. Anak laki-laki
5. Anak perempuan

b. Berapa bagian para ahli waris ?


Ahli waris yang mendapat seperdua (1/2)
a. Anak perempuan tunggal (QS An-Nissa :11)
b. Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki diqiyaskan/dianalogikan kepada anak
perempuan
c. Saudara perempuan tunggal sekandung, saudara perempuan sebapak, apabila saudara
perempuan yang sekandung tidak ada (QS An-Nissa :175).
d. Suami (apabila isteri tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki atau perempuan) dari
anak laki-laki (QS. An-Nissa :12).
Ahli waris yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, apabila isterinya mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki (QS An-Nissa
:12)
b. Isteri, apabila seorang atau lebih (apabila suami tidak mempunyai anak atau cucu dari
anak laki-laki (QS. An-Nissa :12).
Ahli waris yang mendapat seperdelapan (1/8)
Isteri, seorang atau lebih (apabila suami punya anak,cucu dari laki-laki (QS. An-Nissa
:12).
Ahli waris yang mendapat duapertiga (2/3)
a. Dua orang anak perempuan atau lebih (apabila tidak ada anak laki-laki (QS. An-
Nissa : 11)
b. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki (apabila anak
perempuan tidak ada dan cucu tsb. diqiyaskan kepada anak perempuan).
c. Dua orang saudara perempuan atau lebih sekandung (seibu sebapak (QS. An-
Nissa : 177)
d. Dua orang saudara perempuan yang sebapak (QS. An-Nissa : 177)
Ahli waris yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu (apabila anaknya yang meninggal tidak punya anak atau cucu dari anak laki-laki
atau tidak mempunyain saudara, baik laki-laki atau perempuan yang sekandung sebapak
atau seibu (QS. An-Nissa : 11)
b. Dua orang saudara atau lebih (laki-laki atau perempuan) – QS. An-Nissa : 12).
Ahli waris yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu (apabila anak yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari nak laki-laki atau
saudara (laki-laki atau perempuan) yang sekandung, sebapak atau seibu (QS. An-Nissa :
11)
b. Bapak (apabila anaknya yang meninggal itu mempunyai anak atau cucu dari laki-laki –
QS. An-Nissa : 11)
c. Bapak dan Ibu dari ibu atau ibu dari bapak (apabila ibu tidak ada). HR Zaid :
sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah menetapkan bagian nenek 1/6
d. Cucu perempuan seorang atau lebih dari anak laki-laki (apabila orang yang
meninggal mempunyai anak tunggal)
e. Kakek (apabila yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki),
sedangkan bapaknya tidak ada (Ijma’ : konsensus ulama)
f. Seorang saudara (laki-laki atau perempuan) yang seibu (QA. An-Nissa : 12)
g. Seorang perempuan yang sebapak (seorang atau lebih).
3. a. Jelaskan Jelaskan yang dimaksud dengan ashobah dan ada berapa macam ?
Ashobah adalah ahli waris yang tidak memeroleh bagian tertentu, tetapi ( mungkin )
mereka berhak mendapat seluruh harta peninggalan jika tidak ada Dzawill Furuudl, atau
(mungkin) berhak mendapatkan seluruh sisa harta peninggalan setelah dibagikan kepada
Dzawill Furuudl.
Kemungkinan lainnya dari ashobah yaitu tidak menerima apa-apa, karena harta peninggalan
sudah habis dibagikan kepada Dzawill Furuudl.
Ahli waris ashobah ini ada 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Ashobah Binnafsia
Adalah ahli waris yang berhak mendapat semua sisa harta secara langsung dengan sendirinya
(bukan bersama ahli waris yang lain atau tanpa disebabkan orang lain), mereka berjumlah 12
orang, yaitu :
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki (terus ke bawah asal pertaliannya laki-laki)
c) Bapak (dalam hal ini bapak memperoleh sebagai furuudl dan juga memperoleh ashobah
d) Kakek (dari pihak bapak dan terus ke atas)
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak saudara laki-laki sebapak
h) Paman sekandung dengan bapak
i) Paman sebapak dengan bapak
j) Anak laki-laki paman sekandung dengan bapak
k) Anak laki-laki paman sebapak dengan bapak.
b. Ashobah Bilghair
Adalah ahli waris yang berhak mendapatkan semua sisa harta karena bersama
(ditarik/tertarik) bersama ahli waris yang lain. Para ashobah ini semuanya perempuan dan ada
4 (empat) orang, yaitu :
a) Anak perempuan (menjadi ashobah karena ada saudaranya yang laki-laki atau bersama
anak laki-laki)
b) Cucu perempuan (karena bersama cucu laki-laki)
c) Saudara perempuan sekandung (menjadi ashobah bersama/ditarik saudara laki-laki
sekandung)
d) Saudara perempuan sebapak (jika bersama/ditarik saudaranya laki-laki)
c. Ashobah Ma’alghair
Adalah ahki waris yang berhak menjadi ashobah bersama-sama ahli waris yang lain, ashobah
ini ada 2 orang, yaitu :
a) Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih) bersama-sama anak perempuan atau
cucu perempuan.Tentu saja mereka mendapat bagian setelah ahli waris yang lainnya
mengambil bagiannya.
b) Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih) bersama-sama dengan anak perempuan
atau cucu perempuan.

b. Jelaskan yang dimaksud dengan wasiat wajibah dan kalalah


Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat
yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu
halangan syara.
a) Wasiat wajibah bagi anak angkat
Dalam pemahaman masyarakat Indonesia pada umumnya, yang beranggapan bahwa
pengangkatan anak merupakan lembaga adopsi melalui keputusan pengadilan negeri.
Dalam Pasal 1 angka 9 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan bahwa : “Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggungjawab atas
perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tsb., ke dalam lingkungan keluarga orang
tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan”.
b) Wasiat wajibah bagi ahli waris non muslim
Ulama bersepakat bahwa antara muslim dengan non muslim tidaklah saling mewarisi
meskipun memiliki hubungan nasab. Pendapat ini diasarkan pada hadits Rasullullah
SAW dari Usamah bin Zaid : “Seorang muslim tidak mewaris terhadap seorang kafir
tidak mewaris terhadap seorang muslim”. (HR Bukhari Muslim).
Kalalah adalah istilah dalam kajian hukum waris Islam yang berarti orang yang tidak
mempunyai anak dan ayah. Penggunaan istilah ini dapat diperuntukkan untuk pewaris
dan ahli waris. Secara etimologi, kalalah adalah bentuk mashdar dari "kalla" yang berarti
lemah atau letih. Kalalah pada asalnya digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang
melingkarinya dan tidak berujung ke atas dan ke bawah.
Ada pendapat beberapa ahli bahasa tentang pewaris yang kalalah, yaitu
• orang yang tidak mempunyai anak dan orang tua
• orang yang tidak mempunyai keluarga dan kerabat
• orang yang meninggal
• orang yang tidak mempunyai anak, orang tua, dan saudara.

PEMBAGIAN WARISAN

1. Dalam Waris Perdata Agus Pranoto meninggal dengan meninggalkan seorang isteri, 4 orang
anak dan 3 orang cucu , dan 2 orang anak luar kawin yang diakui sah. Siapa ahli waris dan
berapa bagian masing-masing ? Dijawab dengan memberikan skema pembagiannya.

Ahli Waris :
1. Seorang istri
2. 4 orang anak
3. 3 orang cucu
4. 2 orang anak luar kawin yang diakui sah
Maka, karena 2 orang anak luar kawin yang diakui sah maka bagiannya berdasarkan
ketentuan mendapat 1/3.
1/3 x 1/10 = 1/30
Sisa HP/ HW = 1-1/30 = 29/30 bagian ( istri , 4 orang anak, 3 orang cucu )
Bagian masing – masing = 29/30 ; 8 = 29/30 x 1/8 = 29/ 240
Jadi, masing – masing mendapatkan bagiannya :
Istri = 29/ 240
4 orang anak = 29/240
3 orang cucu = 29/240
2 anak luar kawin = 1/3 = 80 / 240

2. Dalam Waris Islam Ibu Soleha meninggal dengan meninggalkan ahli waris 2 orang anak
perempuan, suami, ibu, bapak dan seorang anak laki-laki yang keluar dari agama Islam
(murtad). Harta peninggalannya berjumlah Rp. 900.000.000,00 (Sembilan ratus juta rupiah).
Almarhum berwasiat 1/3 bagian warisannya untuk Madrasah Al-Fikri dan untuk pengurusan
jenaza sebesar Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Siapa ahli waris dan
berapa bagian masing-masing ? jelaskan
Jawab :
Ahli Waris diantaranya adalah :
1. 2 orang anak perempuan; (2/3)
2. Suami; (1/2)
3. Ibu; (1/3 ) dan
4. Bapak (1/6)
Penyelesaian :
Harta Peninggalan
= 900.000.000 – ( (900.000.000 x 1/3 ) + 150.000.000)
= 900.000.000 – 450.000.000 =Rp 450.000.000
Jawab :
KPK / Asal Masalah = 6
Bagian =
- 2 orang anak perempuan = 2/3 = 4/6
- Suami = 1/2 = 3/6
- Ibu = 1/3 = 2/6
- Bapak = 1/6
Jumlah bagian = 10
Maka dalam hal ini dilakukan AUL masalah 6 menjadi 10 sehingga pembagiannya =
- 2 orang anak perempuan = 4/10 x 450.000.000 = Rp 180.000.000
- Suami = 3/10 x 450.000.000 = Rp 135.000.000
- Ibu = 2/10 x 450.000.000 = Rp 90.000.000
- Bapak = 1/10 x 450.000.000 = Rp 45.000.000

Anda mungkin juga menyukai