NPM : 010119308
Jadi dalam hal ini putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang menyangkut
perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja dapat langsung dilakukan
upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung.
Sedangkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang menyangkut perselisihan
kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat
dimintakan kasasi/dilakukan upaya hukum
2 a. Apa yang dimaksud dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ? Apa pula
yang dimaksud dengan Termination, Dismissal, Redundancy, dan
Retrenchment ?
b. Kemukakan alasan-alasan yang dapat membenarkan PHK oleh Pengusaha;
Dalam hal apa PHK oleh Pengusaha dilakukan tanpa penetapan Pengadilan;
Dan dalam hal apa pula PHK oleh Pengusaha dilarang ?
Jawab :
a. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan , Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha. Dalam Pemutusan Hubungan Kerja terdapat beberapa
istilah-istilah antara lain :
Termination adalah pengakhiran atau berakhirnya hubungan kerja karena
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerjanya sudah berakhir.
Dismissal adalah pengakhiran atau berakhirnya jam kerja, karena disebabkan
tindakan-tindakn indisiplinner.
Redundacy adalah berakhirnya hubungan kerja, karena perkembangan atau
penggunaan tekhnologi dalam suatu perusahaan- perusahaan otomotif.
Retrenchment adalah berakhirnya hubungan kerja, karena persoalan-
persoalan ekonomi baik secara mikro maupun secara makro.
b. Alasan-alasan yang dapat membenarkan PHK oleh pengusaha diantaranya :
PHK terhadap pekerja yang masih berada dalam status masa percobaan yang
telah ditentukan secara tertulis dalam peraturan perusahaan, peraturan
perundang-undangan dan perjanjian kerja bersama.
Pekerja yang mengajukan permintaan untuk mengundurkan diri secara
tertulis tanpa indikasi adanya tekanan atau intimidasi dari pihak pengusaha.
Pekerja/buruh meninggal dunia.
Berakhirnya kerja waktu tertentu.
Dalam hal pekerja ditangkap oleh pihak yang berwajib bukan atas laporan
pihak pengusaha, jika dalam waktu 6 bulan dinyatakan bersalah maka pihak
pengusaha dapat mengadakan PHK.
Pekerja/buruh yang melakukan kesalahan berat yang diatur menurut undang-
undang khususnya pasal 158 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
Perusahaan akan bankrut atau tutup.
Kemudian, dalam hal larangan mengenai pengusaha untuk melakukan PHK kepada
pekerja/buruh diatur dalam Pasal 153 UU Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa
pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan :
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
dokter selama waktu tidak melampaui 12(dua belas) bulan secara terus
menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. pekerja/buruh menikah;
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan , gugur kandungan, atau
menyusui bayinya;
f. pekerja/buruh mempunya pertalian darah dan/atau ikatan perkawinandengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan , atau perjanjian kerja bersama;
g. pekerja/buruh mendirikan , menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
pekerja/buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/buruh di
luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan , atau perjanjian kerja bersama;
h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja atau
sakit karena hubungan kerja yang menurut serta keterangan dokter yang
jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.