Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

UAS Sosiologi Hukum

1. Analisa “Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat”


Hukum tumbuh, hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Hukum merupakan sarana
menciptakan ketertiban bagi masyarakat. Hukum tumbuh dan berkembang bila warga masyarakat
itu sendiri menyadari makna kehidupan hukum dalam kehidupannya. Sedangkan tujuan hukum
sendiri adalah untuk menciptakan suatu kedamaian dalam masyarakat Pada hakekatnya hukum
sebagai suatu sistem, maka untuk dapat memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem.
Sistem dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai susunan, kesatuan dari bagian-bagian
yang saling bergantung satu sama lain. Hukum sebagai suatu sistem. Analisa berdasarkan para ahli
adalah sebagai berikut:
 Lawrence M.Friedman dalam bukunya yang berjudul The Legal System.A Social Science
Perspective, 1975 ; menyebutkan bahwa sistem hukum terdiri atas perangkat struktur hukum
(berupa lembaga hukum), substansi hukum (peraturan perundang-undangan) dan kultur hukum
atau budaya hukum. Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum di suatu
negara. Secara realitas sosial, keberadaan sistem hukum yang terdapat dalam masyarakat
mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat pengaruh, apa yang disebut dengan
modernisasi atau globalisasi baik itu secara evolusi maupun revolusi.
 William Chamblis dan Robert B. Seidman. Berdasarkan teori ini, bekerjanya hukum dalam
masyarakat dipengaruhi oleh kekuatankekuatan sosial, lembaga-lembaga pembuat hukum dan
lembagalembaga pelaksana hukum. Oleh karena itu bekerjanya hukum tidak bisa dimonopoli
oleh hukum. Teori ini digunakan untuk menganalisis permasalahan pertama, karena teori ini
berkaitan dengan lembaga-lembaga pembuat hukum, penegak hukum, maupun kekuatan-
kekuatan sosial, antara lain politik budaya masyarakat, dan wangsa. Kekuatan-kekuatan sosial
itulah yang kemudian menyebabkan hukum mengalami dinamika. Menurut Teori Chamblis
dan Seidman tentang bekerjanya hukum dalam masyarakat, dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor- faktor tersebut meliputi masyarakat itu sendiri. Masyarakat sebagai pemegang peran
diharapkan mampu bertindak sesuai dengan peraturan yang ada , yang telah memberikan
petunjuk kepadanya. Sedangkan lembaga pembuat aturan dan penerapan sanksi lebih bertindak
sebagai pengontrol dan sekaligus merespons fungsi dan aturan tersebut.
 Menurut Prof. Satjipto Rahardjo dengan teorinya Hukum progresif memandang bahwa hukum
itu untuk manusia. Jadi hukum untuk membahagiakan manusia, hukum mengabdi untuk
kepentingan manusia. Bukan manusia untuk hukum. Tetapi akademisi hukum, Sidharta,
mengatakan Prof. Satjipto terutama pada tahun-tahun akhir hayatnya pengaruh apa yang
disebut deep ecology, Dalam catatan sejarah perkembangan peradaban manusia diketahui
bahwa keadilan merupakan salah satu value (nilai) yang diagung-agungkan, dicari, dan
diimpikan semua orang, bukan hanya karena merupakan konsensus moralitas semua manusia
yang lahir dari hati nuraninya masing-masing, melainkan keadilan memang merupakan konsep
yang diturunkan dari langit. Selain itu, keadilan memang merupakan instrumen penting bagi
upaya mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bagi semua manusia, bahkan bagi semua
makhluk ciptaan-Nya. Demikianlah karakter hukum progresif yang dibangun (dikonstruk)
oleh pendirinya yaitu Satjipto Rahardjo yang mengkonsepsikan bahwa “Hukum harus
mengabdi kepada kepentingan manusia, bukan sebaliknya manusia yang harus menghambakan
diri kepada hukum”. Namun kenyataannya, hukum telah kehilangan rohnya (value-nya) yaitu
keadilan, sehingga dalam penegakannya, hukum tampil bagai raksasa yang setiap saat
menerkam rasa keadilan masyarakat melalui anarkismenya yang berkedok kepastian hukum
dalam bingkai positivisme yang mengkultuskan undang-undang.
Adapun dasar hukum bekerjanya hukum dalam masyarakat yaitu yang termaktub dalam UUD NRI
Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara
hukum. Berdasarkan ketentuan Konstitusi tersebut, maka negara Indonesia diperintah berdasarkan
hukum yang berlaku, termasuk penguasa pun harus tunduk pada hukum yang berlaku tersebut.
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 dan Pancasila, dimana
Sebagai hukum dasar tertulis, UUD NRI Tahun 1945 mengandung sejumlah norma dan aturan-
aturan dasar serta paling pokok yang harus ditaati oleh seluruh elemen bangsa dan harus sesuai
dengan Pancasila, karena Pancasila sebagai staats¬fundamentalnorm atau ideologi merupakan
pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang
terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam bersosialisasi,
kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama.
Menurut saya, hukum, masyarakat dan pembangunan memiliki keterkaitan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling memiliki ketergantungan diantara satu dengan yang lainnya, mengingat
keberadaan hukum sangat dipengaruhi oleh masyarakat. Dimana, lahirnya hukum diawali dengan
adanya interaksi kepentingan diantara beberapa manusia, sehingga tanpa manusia maka hukum
tidak akan lahir (ubi societa, ibi ius). Sebaliknya hukum berperan agar interaksi kepentingan
diantara manusia dapat berjalan dengan baik dan harmonis, selain itu hukum juga menyediakan
sarana penyelesaian konflik bagi manusia. Dengan adanya kondisi masyarakat yang harmonis dan
teratur maka penyelenggaraan pembangunan dapat berjalan dengan baik dan lancar, dan pada
akhirnya sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya kondisi
masyarakat yang tidak harmonis dan teratur akan berdampak terhadap penyelengaraan
pembangunan yang tidak optimal.
Daftar Pustaka:
 Satjipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas, Jakarta
 http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/efektivitas-kompleksitasbekerjanya-hukum.html
diakses pada 20 juni 2022
 https://fh.unpatti.ac.id/hukum-masyarakat-dan-pembangunan/ diakses pada 20 juni 2022

2. Tokoh-tokoh yang mengemukakan pokok-pokok pemikiran sosiologi klasik dan modern mengenai
perubahan sosial, yaitu:
a. Ibnu Khaldun, dirinya menggambarkan sebuah bentuk perubahan sosial yang membentuk
sebuah siklus. Menurutnya, perubahan sosial akan kembali atau mengulang ke bentuk semula.
Ia mencontohkan perubahan masyarakat nomaden yang mampu berubah menjadi masyarakat
kota karena solidaritas sosialnya yang tinggi. Namun, Ketika masyarakat tersebut berhasil
menjadi masyarakat kota, solidaritas soc\sial di antara mereka menurun, sehingga mereka
mudah terpecah belah, dan akhirnya mereka kembali menjadi masyarakat nomaden.
b. Auguste Comte, ia menjelaskan peranan perkembangan rasio manusia yang mampu
membawanya ke tahap manusia rasional. Perkembangan rasionalitas ini menyebabkan
manusia akan lebih memercayai realitas yang bersifat riil dan dapat dijelaskan dengan akal
sehat daripada memercayai suatu hal yang tidak jelas dan tidak rasional.
c. Karl Marx, dia menggunakan perkembangan kapitalisme di Jerman untuk menjelaskan proses
perubahan sosial dalam masyarakat industri pada masa itu. Menurutnya, perubahan sosial
hanya akan terjadi Ketika di dalam masyarakat ada kontradiksi, dua hal yang saling
bertentangan. Tanpa ada kontradiksi tersebut, masyarakat akan sulit untuk berubah.
d. Emile Durkheim, menurutnya perubahan social disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk ini menyebabkan kepadatan penduduk yang
berimbas pada pembagian kerja yang semakin spesifik. Perubahan ini juga menyebabkan
perubahan solidaritas sosial antarindividu

Anda mungkin juga menyukai