Oleh :
Kelompok 1 :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
A.A. KT. Sudiana, “Hubungan Antara Hukum Dan Masyarakat”, MMH, Volume 41, Nomor 3,
Tahun 2012, Hlm.360.
disitu ada masyarakat.2 Dengan berbagai dinamika kehidupan manusia yang ada,
dengan sedemikian rupa pun masyarakat akan menciptakan suatu norma atau
hukum guna mengatur aktifitas-aktifitas yang dilakukan, sehingga dengan harapan
akan mencapai suatu ketertiban.
Suatu hukum yang lahir di dalam masyarakat terbentuk atas dasar fungsi
dalam mengatur aktifitas-aktifitas manusia. Telah diketahui bahwa saat ini
aktifitas manusia begitu komplek, dari aktifitas sosial, politik, ekonomi, budaya,
dan lain sebagainya. Hukum yang ada tentunya akan berkorelasi dengan aktifitas-
aktifitas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum akan bermuatan
pengaruh-pengaruh sendi kehidupan manusia yang dijalani. Dengan begitu akan
dapat dinilai pengaruh-pengaruh yang dominan atau yang kurang dominan pada
suatu produk hukum yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat hukum terhadap masyarakat ?
2. Bagaiman hukum bekerja untuk kepentingan masyarakat ?
3. Bagaimana teori sibernetik dalam melihat bekerjanya hukum dalam
masyarakat?
4. Bagaimana korelasi teori sibernetik dalam melihat produk hukum yaitu
undang-undang cipta kerja Omnibus law ?
3
Adhi Putra Satria, “Sibernetika Talcott Parsons: Suatu Analisis Terhadap Pelaksanaan Omnibus
Law dalam Pembentukan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja di Indonesia”, Indonesian State
Law Review, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020, Hlm.114.
BAB II
METODOLOGI DAN PEMBAHASAN
Pengertian dalam penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut
objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup
makna - makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu
mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terdapat di dalamnya bunyi aturan formal
4
Yohanes Suhardin, ”Peranan Hukum dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal
Hukum Pro Justitia, Volume 25, Nomor 3, Tahun 2017, Hlm.270.
ataupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti
sempit, penegakan hukum itu hanya berkaitan penegakan peraturan yang formal
serta tertulis saja. Oleh karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke
dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’
dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti
sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis terkait nilai -
nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. bahkan juga timbul dalam bahasa
Inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule
of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the
rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’
terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang
formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di
dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the
rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada
hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum,
bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan
sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum hanya sebagai alat
kekuasaan.5
6
Ibid.,Hlm.3.
masyarakat. Oleh karena itu hukum dan juga kepentingan masyarakat harus ada
keseimbangan dengan maksut bahwa hukum diciptakan untuk dapat melindungi
dari semua kepentingan – kepentingan masyarakat. Tentu saat ini tidaklah mudah
dalam memaparkan kondisi hukum yang ada di Indonesia tanpa adanya rasa
keprihatinan yang mendalam terkait ratapan oleh masyarakat yang terlukai
hukum, dan kemarahan oleh masyarakat kepada mereka yang memanfaatkan
suatu hukum untuk dapat mencapai tujuan tanpa menggunakan akal, hati nurani,
dan moral. Dunia hukum di Indonesia tengah menjadi sorotan dari dalam negeri
ataupun luar negeri. Sebab problem dari penegakan hukum di Indonesia yang
nampaknya mulai menghadapi berbagai macam kendala – kendala yang berkaitan
dengan perkembangan kehidupan serta lingkungan pada masyarakat. Berbagai
macam kasus yang tejadi menggambarkan bahwa bagaimana sulitnya proses
terciptanya penegakan hukum dalam mencari cara agar hukum tersebut dapat
sejalan dengan norma masyarakat. Sehingga yang diungkapkan oleh beberapa
ahli, bahwasannya hukum itu mengikuti perkembangan masyarakat dan juga tidak
pernah hukum tersebut mendahului dari perkembangan masyarakat atau dengan
kata lain hukum itu hanya mengikuti dari belakang saja.
1. Keadilan
2. Kepastian Hukum
3. Kemanfaatan
Yang dimana dalam praktiknya hukum sehari – hari, seringkali penegak hukum
itu sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada. Atau dengan kata
lain semua prosedur ataupun aturan hukum yang relevan sudah dipertimbangkan
dan diterapkan, bahkan semua tata cara secara yuridis sudah di ikuti. Tetapi
demikian, masyarakat banyak yang merasa tidak puas, dengan alasan dari rasa
keadilan yang belum terpenuhi. Ada sebagian penegak hukum yang terkadang
sudah berusaha untuk memberikan rasa kepuasan dalam arti yakni dapat
memberikan keadilan kepada masyarakat, tetapi dalam kenyataannya tidak dapat
memberikan rasa kepastian hukum terhadap peraturan perundang – undangan.
sehingga keadilan merupakan nilai yang sangat penting dalam hukum. Tetapi
berbeda dengan nilai kepastian hukum yang mempunyai sifat umum. Nilai – nilai
keadilan ini lebih bersifat personal atupun individual.7
8
Ellya Rosana. “Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat”. Jurnal TAPIs.
Voliume 10. Nomor 1. 2014. Hlm.2.
2. Tahap pemahaman hukum Yang dimaksud adalah bahwa sejumlah
informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi dari aturan hukum
(tertulis), yakni mengenai isi, tujuan, dan manfaat dari peraturan tersebut.
3. Tahap sikap hukum (legal attitude) Merupakan suatu kecenderungan untuk
menerima atau menolak hukum karena adanya penghargaan atau
keinsyafan bahwa hukum tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Dalam hal ini sudah ada elemen apresiasi terhadap
aturan hukum.
4. Tahap Pola Perilaku Hukum Yang dimaksud adalah tentang berlaku atau
tidaknya suatu aturan hukum dalam masyarakat. Jika berlaku suatu aturan
hukum, sejauh mana berlakunya dan sejauh mana masyarakat
mematuhinya.9
B. Bekerjanya Hukum
Menurut Roescoe Pound bahwa selain sebagai fungsi sosial, hukum juga
dapat berfungsi dalam mengubah masyarakat (a tool of social engineering).
Maksud dari fungsi mengubah adalah bahwa dengan adanya hukum maka
masyarakat akan diberi pengetahuan baru terkait nilai dan norma. 12 Sehingga
ketika pada suatu zaman terjadi suatu fenomena baru dalam kehidupan
bermasyarakat, maka disitulah terdapat hukum baru yang berfungsi untuk
mentertibkan fenomena baru tersebut. Di samping itu secara otomatis masyarakat
akan mengetahui norma baru akibat dari fenomena yang ada.
11
Gusti Ngurah Dharma Laksana. Dkk, BUKU AJAR SOSIOLOGI HUKUM, (Denpasar: Pustaka
Ekspresi, 2017), Hlm.90.
12
Zainab Ompu Jainah, “Penegakan Hukum Dalam Masyarakat”, Jurnal of Rular and
Devolepment, Volume III, Nomor 2, Tahun 2012, Hlm.166.
13
Gusti Ngurah Dharma Laksana. Dkk, Op.Cit., Hlm.83.
C. Teori Sibernetik
14
Adhi Putra Satria, Op.cit, Hlm.114.
15
Ibid., Hlm.115.
pandangan lain, jika dilihat dari arus informasi (tata nilai), maka subsistem
budaya justru yang mendominasi, kemudian diikuti oleh subsistem sosial,
subsistem politik, dan yang terakhir subsistem ekonomi.16
16
Moh. Mahfud. Dkk, Op.Cit. Hlm.349.
17
Ibid., Hlm.350.
menentukan dan mempengaruhi kekuasaan, kedua yaitu hukum dipengaruhi oleh
kekuasaan. Akan menjadi dikatakan ideal ketika antara hukum dan kekuasaan
saling mendukung. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu hukum harus ditegakkan
dengan kekuasaan, agar mempunyai daya paksa yang mampu menjalankankan
suatu hukum dengan efektif. Sebaliknya kekuasaan harus dijalankan dengan
prinsip-prinsip hukum, agar tidak sewenang-wenang. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pada dasarnya suatu hukum dengan kekuasaan adalah suatu hal yang
sangat berkorelasi kuat, sebagaimana dikatakan bahwa “hukum tanpa kekuasaan
adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.18
18
Ibid., Hlm.352.
19
Ibid., Hlm. 355.
(Bagan Pengaruh subsistem dalam pembentukan UU cipta kerja Omnibus
law)
20
Ibid., Hlm. 360.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikan hukum pada dasarnya adalah sebagai salah satu instrumen guna
mentertibkan masyarakat dalam kehidupannya, melalui tujuan yang hendak
dicapai yaitu Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan. Hal ini selaras
dengan apa yang disebut dengan bekerjanya hukum, sebagaimana hukum bekerja
melalui fungsi sebagai sarana kontrol sosial dan kedua sebagai sarana untuk
melakukan ”social engineering”, yang pada muaranya ingin menciptakan suatu
ketertiban dan kesejahteraan dalam masyarakat.
B. Saran
Buku :
Laksana, Gusti Ngurah Dharma. Dkk. (2017). BUKU AJAR SOSIOLOGI HUKUM.
Denpasar: Pustaka Ekspresi
Jurnal :
Sudiana, A.A. KT. (2012). “Hubungan Antara Hukum Dan Masyarakat. dalam
MMH, Volume 41, Nomor 3.