Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAKUAN

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama Lengkap : Gito Pamungkas


NPM : 0101 19 308
Kelas / Semester : VI / IJ
Mata Kuliah : Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum
Dosen Pengajar : Iwan Darmawan, S.H., M.H.

1. Perkembangan moral tidak lepas dari perkembangan masyarakat primitif, feodal,


industri, sampai masyarakat modern. Menurut Harod H Titus perkembangan moral
diawali dari tingkat kebiasaan atau adat istiadat (customs), hukum tertulis (law) dan hati
nurani (conscience).
a. Tingkat Kebiasaan atau Adat Istiadat, peranan kelompok lebih dominan daripada
individu. Apa yang menjadi kebutuhan kelompok itulah yang baik untuk individu.
b. Tingkat hukum tertulis atau undang-undang sudah menentukan norma-norma
yang berlaku demi untuk kepastian. Perkembangan moral dari kebiasaan ke
hukum tertulis karena kebiasaan atau adat istiadat tidak memadai lagi untuk
dipergunakan dalam kehidupan masyarakat karena kebutuhan masyarakat pada
perkembangannya semakin kompleks.
c. Tingkat hati nurani atau kesadaran moral (conscience) timbul karena perasaan
yang kuat bedanya sesuatu yang harus dilakukan atau yang disebut merupakan
kewajiban dan kewajiban itu harus ditaati atau dilaksanakan dan kemampuan
untuk merasakan kewajiban moral inilah yang disebut kesadaran moral.

Adapun tahapan perkembangan moral dalam kehidupan manusia yang dikemukakan oleh
Kohlberg diantaranya terdapat 6 tahapan antara lain :

a. tahap Orientasi hukuman dan kepatuhan


b. tahap orientasi relativis instrumental
c. tahap penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi awal manusia.
d. tahap orientasi hukum dan ketertiban.
e. tahap orientasi kontrol sosial; dan
f. tahap orientasi prinsip etika yang universal.
Moral menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia sebab moral menjadi sistem
batasan perilaku manusia yang didasarkan pada adat istiadat. Moral memberikan pandangan
akan sesuatu yang baik dan buruk bagi kehidupan manusia sehingga moral dapat mengatur
tingkah laku dan perbuatan interaksi antar manusia. Dalam hal manusia yang tidak ada
moralitas, tentunya hal ini akan menjadi sebuah permasalahan sosial di masyarakat.
Degradasi moral pada manusia dapat menyebabkan hilangnya batasan-batasan perilaku baik
dan buruk sehingga tentunya akan menjadi akar permasalahan sosial lainnya seperti
tindakan kriminal ataupun tindakan menyimpang lainnya.

2. Suara hati atau kata hati atau hati nurani (concience) merupakan perasaan yang kuat bahwa
sesuatu harus dilakukan. Suara hati menuntut adanya suatu suara yang lebih dalam atau
hukum yang lebih dalam, suatu rasa kewajiban yang harus ditaati. Dari pengalaman manusia
setidaknya terdapat unsur untuk pertimbangan terhadap hati nurani yaitu :
a. Adanya ingatan terhadap pengalaman masa lalu seseorang.
Ingatan mengenai suatu pengalaman di masalalu menghidupkan emosi. Emosi
tersebut dapat memaksakan suatu keraguan tetapi sudah menekan terhadap
gerakan hati yang anti sosial yang sedang terjadi. Kekhawatiran atau kesulitan
hidup dapat mengantar seseorang untuk melakukan tindakan.
b. Adanya perkembangan yang mengarah ke dalam yakni kehati-hatian seseorang
terhadap kelompok dimana orang tersebut sebagai bagian dari kelompok. Suara
hati atau hati nurani adalah bagian dari suara masyarakat dimana kita berada
didalamnya. Bahkan suara hati itu adalah suatu yang bersifat dramatis dan
bahkan sesuatu yang sangat pribadi dalam diri seseorang.
c. Suara hati atau hati nurani merupakan hasil pelatihan dan pengalaman bertahun-
tahun. Perasaan kuat untuk menentukan sesuatu yang benar dan harus dilakukan
dan sesuatu yang lain salah dan tidak harus dilakukan terbentuk dalam diri kita
oleh lingkungan pada waktu diri kita masih mudah dibentuk dan mau
menerimnya.
d. Suara hati merupakan kegelisahan hati, pengalaman kehebatan, yang
memanggil seseorang menanggapi atau menghormati hak-hak orang lain.
Suara hati dikatan sebagai Suara Tuhan (The voice of God) sebab suara hati
mengendalikan dan mendorong seseorang untuk bertindak ideal. Sehingga suara hati
menjadi pengendali diri dalam kehidupan moral dan memelihara integritas keyakinan
moral seseorang oleh karenanya hal tersebut menjadi pembenaran suara hati sebagai
Suara Tuhan (the voice of God).

3. Asthabrata adalah delapan sifat keutamaan yang merupakan refleksi sifat dewa sebagai
syarat menjadi pemimpin ideal diantaranya :

a. Seorang pemimpin harus seperti “Dewa Endra” : suka mengajar dengan


disiplin, tetapi penuh kesabaran.
b. Seorang pemimpin harus seperti Dewa “Yama Wicakcuh / Yamadipati” benci
pada kejahatan, memidana pelaku kejahatan dan memberi maaf lahir batin bagi
penjahat yang bertobat.
c. Seorang pemimpin harus seperti dewa “Surya” suka mengumpulkan harta
benda dan uang yang halal, sangat hemat tetapi tidak kikir.
d. Seorang pemimpin harus seperti Dewa “Candra” pandai dalam asmara.
e. Seorang pemimpin harus seperti dewa “Bayu” rajin, tekun bekerja dan benci
pada pemalas.
f. Seorang pemimpin harus seperti Dewa “Wisnu” suka bermati raga dan
mendekatkan diri pada yang Illahi
g. Seorang pemimpin harus seperti Dewa “Brahma” keras terhadap musuh dan
siap siaga terhadap serangan musuh.
h. Seorang pemimpin harus seperti Dewa “Baruna” kesatria, berilmu dan gemar
mencari ilmu serta mencintai sesamanya.
Menurut pandangan saya, Asthabrata masih dapat dikatakan relevan dengan kehidupan
manusia sekarang. Dalam hal ini yang masih dikatakan relevan ialah nilai-nilai yang
terkandung dalam refleksi sifat dewa sebagai pemimpin yang ideal. Nilai-nilai tersebut
kiranya dapat menjadi patokan bagi pemimpin ideal sebagaimana nilai kedisiplinan
tetapi penuh kesabaran, benci pada kejahatan, mengumpulkan harta benda dan uang
yang halal, pandai dalam asmara, tekun bekerja dan benci pada pemalas, bermati raga
dan mendekatkan diri pada illahi, keras terhadap musuh dan siap siaga terhadap
serangan musuh serta berilmu dan gemar mencari ilmu. Nilai-nilai refleksi di atas harus
diakui jauh dari kehidupan manusia zaman, dalam arti sulitnya menemukan pemimpin
yang memenuhi Asthabrata tersebut, namun hal ini dapat menjadi sebuah motivasi
pembentukan karakter bagi Pemimpin yang ideal.
4. Profesi merupakan pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
secara bertanggungjawab dengan tujuan memperoleh penghasilan. Rumusan tersebut
didasarkan pada kriteria profesi yaitu :
a. Berdasarkan bidang tertentu saja (spesialisasi)
b. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus
c. Bersifat tetap atau terus menerus
d. Lebih mendahulukan pelayanan dari pada imbalan
e. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan masyarakat
f. Terkelompok dalam suatu organisasi.
Dilihat dari rumusan serta kriteria, yang membedakan antara profesi dengan pekerjaan
adalah profesi memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus. Sehingga profesi
merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan khusus untuk memperoleh penghasilan.
Sedangkan pada pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
untuk memperoleh penghasilan tanpa keterampilan khusus. Sebagai contoh, dalam hal
profesi hukum tidak seluruhnya dapat menjalankannya tetapi hanya orang-orang
tertentu yang memiliki kualifikasi pendidikan atau keterampilan dalam bidang hukum.

5. Menurut pandangan saya, profesi hukum di Indonesia belum sepenuhnya memenuhi


kriteria ideal. Yang masih mendapatkan catatan besar penilaian terhadap belum
memenuhinya kriteria ideal profesi hukum di Indonesia adalah integritas pengekan
hukum yang belum maksimal. Menurut pendapat saya, profesi hukum sebagai
pekerjaan yang memerlukan keterampilan serta kemampuan khusus tidak terbatas pada
keterampilan dalam bidang hukum saja, melainkan membutuhkan integritas yang tinggi
terhadap Kode Etik Profesi. Sangat disayangkan profesi hukum di Indonesia masih
belum memenuhi kriteria ideal sebagai contoh pada kasus Jaksa Pinangki, kasus suap
Ketua MK Akil Mochtar, dan kasus-kasus lainnya yang menyeret penegak hukum yang
mencederai pandangan umum integritas profesi hukum di Indonesia. Oleh karenanya,
dari contoh kasus tersebut menggambarkan belum patuhnya oknum-oknum profesi
hukum terhadap Kode Etik Profesinya.

Anda mungkin juga menyukai