Disusun oleh :
-Adinda Nabila Herdani (1506727293)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir mata kuliah
geologi dasar dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Makalah yang berjudul Implementasi Syariah dalam Kehidupan ini kami susun
untuk memenuhi tugas MPK Agama sekaligus merangkum materi yang telah kami pelajari
sebelumnya mengenai Syariah.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini.
Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang
berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.
Tim Penulis
Daftar Isi
Cover................................................................................................................................1
Bab II
Isi
2.1.1. Definisi
Secara umum, jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
syara dan disepakati. Jual beli disyariatkan berdasarkan al-Quran, sunah, dan Ijma, yakni:
a. Al-Quran :
Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.Al-
Baqarah : 275)
b. As-Sunah : : .
Artinya :
Nabi SAW, ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, Seseorang
bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur. (HR. Bajjar, Hakim
menyahihkannya dari Rifaah Ibn Rafi)
c. Ijma
Ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang
milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli
berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi,
maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besar ulama, rukun jual beli ada empat
macam, yaitu:
a)Penjual dan pembeli
b)Benda yang dijual
c)Alat tukar yang sah (uang)
d)Ijab Kabul
Jual beli dianggap sah secara syari bila memenuhi beberapa persyaratan berikut:
2.1.5. Membedakan jual beli yang diperbolehkan dan jual beli yang dilarang
Adapun bentuk-bentuk jual beli yang terlarang dalam agama Islam karena merugikan
masyarakat di antaranya sebagai berikut:
Pada masa sekarang, cara melakukan jual beli mengalami perkembangan. Di pasar
swalayan ataupun mall, para pembeli dapat memilih dan mengambil barang yang dibutuhkan
tanpa berhadapan dengan penjual. Pernyataan penjual (ijab) diwujudkan dalam daftar harga
barang atau label harga pada barang yang dijual sedangkan pernyataan pembeli (kabul) berupa
tindakan pembeli membayar barang-barang yang diambilnya.
2.2 Syariat dalam Perbankan
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan
kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Kegiatan-kegiatan dalam perbankan syariah antara lain:
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah )
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal ( musharakah )
Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan ( murabahah )
Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan ( ijarah )
Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain ( ijarah wa iqtina ).
2.2.5. Al-Wadiah
Al-Wadiah berarti titipan murni dari nasabah kepada bank atau pihak lain yang harus
dijaga dan dikembalikan kepada penitip ( penabung ) kapan saja ia inginkan.
Wadiah Yad Al Amanah
Pihak yang menerima titipan tidak boleh dan memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan tetapi harus benar-benar dijaga sesuai kelaziman serta pihak
penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip.
2.2.6. Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Produk pendanaan yang
dapat menggunakan prinsip Al-Mudharabah adalah tabungan dan deposito berjangka.
Prinsip-prinsip dari Al-Mudharabah adalah sebagai berikut.
1. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibbul maal) dan
mudharib (bank) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan wilayah bisnis. Artinya, pemilik dana memberikan bank kekuasaan
yang sangat besar dalam penggunaan dana simpanannya kepada mudharib.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah merupakan simpanan dana khusus (restrict investment)
dimana pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank.
Mudharabah AlMuqayyaqah merupakan kebalikan dari Mudharabah Mutlaqah
dimana mudharib (bank) dibatasi jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.
Al-Mudharabah
Al-Mudharabah sebagai suatu perjanjian kerja sama antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik modal atau shahibul maal) menyediakan seluruh
kebutuhan modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
3. Prinsip Sewa Menyewa
Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang
atau jasa dengan membayar sewa untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa diikuti
pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.
Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik
Ijarah Muntahiya Bit-tamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan
kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara bank dengan
nasabah dimana nasabah ( penyewa ) diberi hak untuk membeli atau memiliki
obyek sewa pada akhir akad.
4. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Qardh
Bagi bank syariah, al-qardh menjadi suatu produk pembiayaan, dimana nasabah
diberikan suatu plafon pembiayaan untuk menutupi suatu pembayaran dan akan
dikembalikan secepatnya sejumlah yang dipinjam. Oleh karena itu, al-qardh juga
disebut sebagai pembiayaan dana talangan bagi nasabah atau sebagai sumber dana
talangan antar bank.
2.3.1. Pengertian
Nikah adalah suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan
kewajiban di antara keduanya. Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah
merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk
hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keterunan yang dilangsungkan
menurut ketentuan -ketentuan syariat islam
2.3.2. Dalil
Dasar hukum nikah adalah firman allah swt dalam Al-qur-an surat An-nisa ayat 3
artinya : " Maka kawininilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua,
tigadan empat, tetapi kalau kamu kuatir tidak dapat berlaku adil (antara
perempuan-perempuan itu) hendaklah satu saja". Al-qur-an surat An-nur ayat
32 artinya : "Dan kawinilah orang-orang yang sendirian (janda) di antara kamu
dan hamba sahaya laki-laki dan perempuan yang patut".
3. Walimah
Walimatul urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib dan diusahakan
sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaklah diundang pula orang-orang
miskin.
2.3.4. Hukum Nikah
Jaiz, artinya boleh kawin dan boleh juga tidak, jaiz ini merupakan hukum
dasar dari pernikahan. Perbedaan situasi dan kondisi serta motif yang
mendorong terjadinya pernikahan menyebabkan adanya hukum-hukum nikah
berikut.
Sunat, yaitu apabila seseorang telah berkeinginan untuk menikah serta
memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah lahir maupun batin.
Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah dan ada
kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina bila tidak segera
melangsungkan perkawinan. Atau juga bagi seseorang yang telah memiliki
keinginan yang sangat serta dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam
perzinahan apabila tidak segera menikah.
Haram, yaitu apabila motivasi untuk menikah karena ada niatan jahat, seperti
untuk menyakiti istrinya, keluarganya serta niat-niat jelek lainnya.
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat
perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
Islam
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
Telah pubertas
Tidak fasik
Merdeka
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'ah (nikah kontrak atau pernikahan
(ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam
persetujuan nikah muat'ah)
Tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
Wakil wali/Qadi adalah orang yang dipertanggungjawabkan oleh institusi Masjid atau
jabatan/pusat Islam untuk menerima tuntutan para Wali untuk menikahkan/mengahwinkan bakal
istri dengan bakal suami. Segala urusan pernikahan,penyediaan aset pernikahan seperti mas
kawin, barangan hantaran (hadiah), penyedian tempat pernikahan, jamuan makan kepada para
hadirin dan lainnya adalah tanggungjawab pihak suami istri itu. Qadi hanya perlu memastikan
aset-aset itu telah disediakan supaya urusan pernikahan berjalan lancar. Disamping
tanggungjawabnya menikahi suami istri berjalan dengan sempurna, Qadi perlu menyempurnakan
dokumen-dokumen berkaitan pernikahan seperti sertifikat pernikahan dan pengesahan suami istri
di pihak tertinggi seperti mentri agama dan administratif negara.Untuk memastikan status resmi
suami isteri itu sentiasa sulit dan terpelihara. Qadi selalunya dilantik dari kalangan orang-orang
alim(yang mempunyai pengetahuan dalam agama Islam dengan luas) seperti ustadz, muallim,
mufti, sheikh al-Islam dan sebagainya. Qadi juga mesti merupakan seorang laki-laki Islam yang
sudah merdeka dan telah pubertas.
Syariah secara termologis adaalah sistem yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah, dirinya dan sesamanya. Politik syariah adalah syariah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya, seperti pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, sanksi hukum
dan politik luar negeri.
Politik Pemerintahan Islam adalah cara mengurus urusan rakyat negara islam dengan
menerapkan seluruh hukum islam di dalam negeri, baik kepada muslim maupun nonmuslin, dan
di luar negeri kepada bangsa dan umat lain. Sistem pemerintaha islam adalah sistem Khilafah,
bukan kerajaa, republik, presidentil, parlementer, demokrasi, teokrasi, autokrasi, ataupun
militeristik. Bentuk negara Khilafah adalah negara kesatuan, bukan federasi, commonwealth,
ataupun imperium.
Asas dan kaidah sistem ekonomi islam dibagi menjadi tiga bagian yang saling
berhubungan, yaitu kepemilikan (ownership), distribusi, dan pengelolaan (Tasharruf).
Kepemilikan dibagi menjadi tiga, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Distribusi
dalam asas dan kaidah sistem ekonomi islam adalah menjamin kebutuhan per individu warga
negara. Lalu pengelolaan atau Tasharruf dibagi menjadi dua, yaitu pengembangan hak milik dan
nafkah dan infaq.
Politik ekonomi islam adalah terjaminnya pemenuhan seluruh kebutuhan pokok setiap
individu dan terjaminnua kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier mereka.
Politik ekonomi islam dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya ekonomi dan jaminan kebutuhan
rakyat. Sumber daya ekonomi ada pertanian, industri, perdagangan, dan jasa (tenaga manusia).
Jaminan kebutuhan rakyat ada kebutuhan individu atau perorangan dan kebutuhan kolektif.
Dari politik ekonomi islam, terdapat Kebutuhan manusia (Human Needs). Kebutuhan ini
ada yang per individu dan kelompok. Kebutuhan per individu dibagi menjadi kebutuhan pokok
yang wajib dipenuhi, kebutuhan sekunder yang tidak wajib tapi harus dibantu, dan kebutuhan
mewah. Sedangkan kebutuhan kelompok dibagi menjadi pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Tiga hal dalam hal kebutuhan kelompok tadi wajib dipenuhi yang termasuk dalam khilafah
islam.
Politik Sosial dalam islam dibedakan antara wanita dan pria. Wanita sebagai ibu
mempunyai peran untuk mengasuh, menyusui, dan mendidik anak. Wanita juga berperan dalam
mengurus rumah tangga seperti mengatur belanja dan menjaga harta. Dan wanita mempunyai
kehormatan sendiri yaitu wajib berjilbab, haram Ikhtilath, haram Khalwat, haram Tabarruj, dan
Larangan Safar. Lain halnya dengan pria yang berperan sebagai kepala keluarga, pejabat publik-
politik, dan memberi nafkah.
Politik pendidikan syariah secara asas adalah akidah islam yang berhubungan dengan
tujuannya yaitu terbentuk syakhshiyah islam. Syakhshiyah islam itu sendiri dibagi menjadi
akliyah islam dah nafsiyah islam. Kurikulum dalam politik pendidikan syariah adalah materi,
metode, dan jenjang pendidikan yang selaras dengan tujuan diatas. Sarana yang diperlukan untuk
kelancaran politik ini adalah dengan membuka sekolah dan pesantren serta mengadakan
perpustakaan dan lab secara gratis.
Sanksi hukum islam berprinsip dengan asas praduga tak bersalah. Sanksi ini dijatuhkan
setelah ada bayyinah. Tujuannya adalah sebagai Jawabir (Penebus) atau Zawajir (Pencegah).
Sanksi ini tidak boleh ada yang syubhat dan tidak ada yang kebal hukum, serta keputusannya
mengikat. Bentuk sanksi ini dibagi menjadi empat, yaitu Hudud, Jinayat, Tazir, Mukhalafat.
Hudud sendiri ada Hadd zina, qadzaf, sariqah, liwath, hirabah, syarib khamr, dan murtad. Sanksi
ini bersasaran kepada semua orang yang melakukan kemaksiatan dan rakyat yang muslim-kafir.
Politik Luar negeri islam ada dengan tujuan mengemban islam sebagai ideologi dunia.
Metode nya dengan berdakwah dan juga dengan berjihad. Sasaran dari politik ini adalah negeri
(dunia) islam, kafir Muahad, Harbi Hukman, dan Harbi Filan. Sasaran tadi bisa jadi dianggap
sebagai hubungan baik atau musuh potensial. Pelaksana dari politik ini adalah negara khilafah
serta indvidiu, LSM, dan lain lain.
2.5 Syariat dalam Penyembelihan Hewan
Menurut Istilah sembelih berarti memutus jalan makan, minum, nafas dan urat nadi pada leher
hewan dengan alat tajam.
a.) Binatang yang disembelih tersebut merupakan binatang yang halal, baik zatnya maupun
cara memperolehnya
b.) Hewan tersebut masih dalam keadaan hidup ketika penyembelihan, bukan dalam keadaan
bangkai (sudah mati). Allah Taala berfirman,
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai. (QS. Al Baqarah: 173)
Segala sesuatu yang mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
silakan kalian makan, asalkan yang digunakan bukanlah gigi dan kuku. Aku akan
memberitahukan pada kalian mengapa hal ini dilarang. Adapun gigi, ia termasuk tulang.
Sedangkan kuku adalah alat penyembelihan yang dipakai penduduk Habasyah (sekarang
bernama Ethiopia).
Kedua: Yang menyembelih adalah seorang muslim atau ahli kitab (Yahudi atau Nashrani).
Oleh karena itu, tidak halal hasil sembelihan dari seorang penyembah berhala dan orang Majusi
sebagaimana hal ini telah disepakati oleh para ulama. Karena selain muslim dan ahli kitab tidak
murni mengucapkan nama Allah ketika menyembelih.
Sedangkan ahlul kitab masih dihalalkan sembelihan mereka karena Allah Taala berfirman,
Makanan (sembelihan) ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) itu halal bagimu, dan makanan
kamu halal pula bagi mereka. (QS. Al Ma-idah: 5). Makna makanan ahlul kitab di sini adalah
sembelihan mereka, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Abu Umamah, Mujahid, Said bin
Jubair, Ikrimah, Atho, Al Hasan Al Bashri, Makhul, Ibrahim An Nakhoi, As Sudi, dan
Maqotil bin Hayyan.[2]
Namun yang mesti diperhatikan di sini, sembelihan ahul kitab bisa halal selama diketahui kalau
mereka tidak menyebut nama selain Allah. Jika diketahui mereka menyebut nama selain Allah
ketika menyembelih, semisal mereka menyembelih atas nama Isa Al Masih, Udzair atau
berhala, maka pada saat ini sembelihan mereka menjadi tidak halal berdasarkan firman Allah
Taala,
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah. (QS. Al Ma-idah: 3)
Ketiga: Menyebut nama Allah ketika menyembelih. Jika sengaja tidak menyebut nama Allah
padahal ia tidak bisu dan mampu mengucapkan-, maka hasil sembelihannya tidak boleh dimakan
menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan bagi yang lupa untuk menyebutnya atau dalam
keadaan bisu, maka hasil sembelihannya boleh dimakan. Allah Taala berfirman,
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. Al
Anam: 121)
Begitu juga hal ini berdasarkan hadits Rofi bin Khodij, Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
Segala sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, silakan kalian makan.[3]
Inilah yang dipersyaratkan oleh mayoritas ulama yaitu dalam penyembelihan hewan harus ada
tasmiyah (penyebutan nama Allah atau basmalah). Sedangkan Imam Asy Syafii dan salah satu
pendapat dari Imam Ahmad menyatakan bahwa hukum tasmiyah adalah sunnah (dianjurkan).
Mereka beralasan dengan hadits Aisyah radhiyallahu anha,
- -
. .
Ada sebuah kaum berkata pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Ada sekelompok orang yang
mendatangi kami dengan hasil sembelihan. Kami tidak tahu apakah itu disebut nama Allah
ataukah tidak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Kalian hendaklah menyebut
nama Allah dan makanlah daging tersebut. Aisyah berkata bahwa mereka sebenarnya baru saja
masuk Islam.[4]
Namun pendapat mayoritas ulama yang menyaratkan wajib tasmiyah (basmalah) itulah yang
lebih kuat dan lebih hati-hati. Sedangkan dalil yang disebutkan oleh Imam Asy Syafii adalah
untuk sembelihan yang masih diragukan disebut nama Allah ataukah tidak. Maka untuk
sembelihan semacam ini, sebelum dimakan, hendaklah disebut nama Allah terlebih dahulu.
Keempat: Tidak disembelih atas nama selain Allah. Maksudnya di sini adalah mengagungkan
selain Allah baik dengan mengeraskan suara atau tidak. Maka hasil sembelihan seperti ini
diharamkan berdasarkan kesepakatan ulama. Dalilnya adalah firman Allah Taala,
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah. (QS. Al Ma-idah: 3)
Kelima:Mumayis adalah orang yang dapat membedakan antara yang benar dan salah.
* Menajamkan alat
* Menghadapkan kiblat
* Memotong pada pangkal leher
* Merobohkan ke kiri
- Cara tradisional :
Pisau dipertajam
Dirobohkan ke kiri
Pemotongan
Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian
hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih,
maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan
senangkanlah hewan yang akan disembelih.[6]
Di antara bentuk berbuat ihsan adalah tidak menampakkan pisau atau menajamkan pisau di
hadapan hewan yang akan disembelih. Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma, ia berkata,
Kedua: Membaringkan hewan di sisi sebelah kiri, memegang pisau dengan tangan kanan dan
menahan kepala hewan ketika menyembelih
Membaringkan hewan termasuk perlakuan terbaik pada hewan dan disepakati oleh para ulama.
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah,
- -
. .
. .
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam meminta diambilkan seekor kambing kibasy. Beliau
berjalan dan berdiri serta melepas pandangannya di tengah orang banyak. Kemudian beliau
dibawakan seekor kambing kibasy untuk beliau buat qurban. Beliau berkata kepada Aisyah,
Wahai Aisyah, bawakan kepadaku pisau. Beliau melanjutkan, Asahlah pisau itu dengan
batu. Aisyah pun mengasahnya. Lalu beliau membaringkan kambing itu, kemudian beliau
bersiap menyembelihnya, lalu mengucapkan, Bismillah. Ya Allah, terimalah qurban ini dari
Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad. Kemudian beliau menyembelihnya.
An Nawawi rahimahullahmengatakan, Hadits ini menunjukkan dianjurkannya
membaringkan kambing ketika akan disembelih dan tidak boleh disembelih dalam keadaan
kambing berdiri atau berlutut, tetapi yang tepat adalah dalam keadaan berbaring.
Cara seperti ini adalah perlakuan terbaik bagi kambing tersebut. Hadits-hadits yang ada pun
menuntunkan demikian. Juga hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Juga berdasarkan
kesepakatan ulama dan yang sering dipraktekan kaum muslimin bahwa hewan yang akan
disembelih dibaringkan di sisi kirinya. Cara ini lebih mudah bagi orang yang akan menyembelih
dalam mengambil pisau dengan tangan kanan dan menahan kepala hewan dengan tangan kiri.
Anas berkata,
- -
.
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam berqurban dengan dua ekor kambing kibasy putih. Aku
melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca
basmalah dan takbir, kemudian beliau menyembelih keduanya.[10]
Ibnu Hajar memberi keterangan, Dianjurkan meletakkan kaki di sisi kanan hewan qurban.
Para ulama telah sepakat bahwa membaringkan hewan tadi adalah pada sisi kirinya. Lalu kaki si
penyembelih diletakkan di sisi kanan agar mudah untuk menyembelih dan mudah mengambil
pisau dengan tangan kanan. Begitu pula seperti ini akan semakin mudah memegang kepala
hewan tadi dengan tangan kiri.[11]
Dari Nafi,
Sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak
menghadap kiblat.Syaikh Abu Malik menjelaskan bahwa menghadapkan hewan ke arah kiblat
bukanlah syarat dalam penyembelihan. Jika memang hal ini adalah syarat, tentu Allah akan
menjelaskannya. Namun hal ini hanyalah mustahab (dianjurkan).
Kelima dan Keenam: Mengucapkan tasmiyah (basmalah) dan takbir
Bab 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
Jual beli dianggap sah secara syari bila memenuhi beberapa persyaratan berikut:
Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan
kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah ia meminang
terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh oarng lain. Dalam
hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang
oleh orang lain.
2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi:
Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
Adanya ijab qabul.
Adanya mahar.
Adanya wali
Adanya saksi-saksi.
3. Walimah
Walimatul urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib dan diusahakan
sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaklah diundang pula orang-orang
miskin.
Politik Pemerintahan Islam adalah cara mengurus urusan rakyat negara islam dengan
menerapkan seluruh hukum islam di dalam negeri, baik kepada muslim maupun
nonmuslin, dan di luar negeri kepada bangsa dan umat lain. Sistem pemerintaha islam
adalah sistem Khilafah, bukan kerajaa, republik, presidentil, parlementer, demokrasi,
teokrasi, autokrasi, ataupun militeristik. Bentuk negara Khilafah adalah negara
kesatuan, bukan federasi, commonwealth, ataupun imperium.
Sunah dalam Penyembelihan Hewan
* Membaca basmalah
* Menajamkan alat
* Menghadapkan kiblat
* Merobohkan ke kiri
http://dinimon.com/syariah-islam.html
http://hukumjualbelidalamislam.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-dasar-hukum-
jual-beli
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/amanita-novi-yushita-se-msi/bank-
syariah.pdf
http://www.slideshare.net/asseifff/politik-syariah-islam?from_action=save
http://www.mediangaji.com/2014/10/pernikahan-menurut-syariat-islam-kita-nikah-
yuk.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam