Anda di halaman 1dari 27

BAB IV PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK

A. BIDANG ETIKA POLITIK


1. PENGERTIAN ETIKA POLITIK

 Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang


ajaran – ajaran dan pandangan-pandangan moral
 Etika menurut KBBI imu tentang apa yang baik dan apa yg
buruk
 Ada berbagai istilah tentang etika, seperti etika individu, etika
sosial, etika keluarga, etika profesi, etika pendidikan,dll.
2. ALIRAN-ALIRAN
a. Etika Deontologi
 Tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.
 Kebaikan apabila seseorang melaksanakan apa yg sudah
menjadi kewajibannya (Immanuel Kant 1734-1804)
 Etika Deontologi menekankan bahwa kebijakan/tindakan
harus didasari oleh motivasi dan kemauan baik dalam
diri, tanpa mengharapakan pamrih apa pun dari tindakan
yang dilakukakan.
 Ukuran kebaikan ; kewajiban, kemauan baik, kerja keras
dan otonomi bebas tanpa ada paksaan.
b. Etika Teleologi
 Baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan
atau akibat dari perbuatan.
 Etika teleologi membantu kesulitan etika Deontologi
ketika menjawab dihadapkan pd situasi konkret ketika
dihadapkan pd dua atau lebih kewajiban yg
bertentangan satu dengan yang lain situasi (sifatnya
situasional).
 Memilih mana yg membawa akibat baik meskipun
harus melanggar kewajiban, nilai, norma yang lain.
 Ketika bencana sedang terjadi situasi biasanya chaos .
Memenuhi kewajiban sulit dilakukan contoh; kewajiban
mengenakan helm bagi pengendara motor tidak dapat dipenuhi
krn fokus satu tujuan, mencari keselamatan.
 Kewajiban Membayar pajak dan hutang juga sulit dipenuhi krn
kehilangan seluruh harta benda
 Keadaan demikian etika teleologi perlu dipertimbangkan. Demi
akibat baik, beberpa kewajiban mendapat toleransi
 Persoalan kemudian muncul, akibat yang baik itu, baik menurut
siapa? Baik memurut pelaku atau orang lain?
 Etika Teleologis digolongkan menjadi dua;
a. Egoisme Etis;memandang bahwa tindakan yang baik adalah
berakibat baik untuk pelakunya,
b. Utilitarianisme; menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan
tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.
Tindakan dikatakan baik apabila mendatangkan kemanfaatan
yang besar dan memberikan kemanfaatn bagi sebanyak
mungkin orang meskipun kemanfaan kecil.
KEKURANGAN UTILITARIANISME SONY KERAF (2002:19-21)
a. Krn alasan kemanfaatan utk orang banyak berarti akan ada
sebagian masyarakat yg dirugikan dan itu dibenarkan,
utilitarianisme membenarkan ketidakadilan terutama thp
minoritas
b. Kenyataan praktis. Masyarakat melihat kemanfaatan itu dari sisi
kuantitatitas materialistis, kurang memperhitungkan manfaat yg
non material seperti, kasih sayang, nama baik, hak dll
c. Krn banyak kemanfaatan dari segi material tentu terkait mslh
ekonomi, maka utk atas nama ekonomi tsb hal-hal yg ideal,
seperti nasionalisme, martabat bangsa, akan terabaikan, misal
memasukan investor asing, aset-aset negara dijual kpd pihak
asing atas nama menaikan devisa negara, pengiriman TKW
ditingkatkan, mslh besar ketika lingkungan dirusak atas nama
utk kesejahteraan.
d. Kemanfaatan yg dipandang utilitarianisme sering dilihat dlm
jangka pendek, tdk melihat akibat jangka panjang. Pdhl misal
dlm persoalan lingkungan kebijakan, kebijakan yg dilakukan
sekurang2nya akan memberikan dampak negatif pd masa yg
akan datang
e. Tdk mengangap penting nilai dan norma, lebih pada orientasi
hasil, maka tindaka melanggar nilai dan norma atas nama
kemanfaat besar, misalnya perjudian/prostitusi, dpt dibenarkan
f. Etika utulitarianisme mengalami kesulitan menentukan mana yg
lebih diutamakan kemanfaatn besar namun dirasakan oleh
sedikit masyarakat atau kemanfaatan yg lebih banyak dirasakan
banyak orang meskipun kemanfaatn kecil.
C.ETIKA KEUTAMAAN
• Tidak mempersoalkan akibat dari suatu tindakan, tdk
mendasarkan pada penilaian moral pd kewajiban thp hukum
moral universal tetapi pd pengembagan karakter diri setiap orang.
• Tidak hanya melakukan yang baik melainkan menjadi orang baik,
karakter dibangun dengan cara meneladani perbuatan2 baik yang
dilakukan oleh para tokoh besar.
• Kelemahan; ketika terjadi dalam masyarakat yang majemuk,
maka tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam sehingga
konsep keutamaan menjadi sangat beragam pula, keadaan bisa
menimbulkan benturan sosial
• Diatasi; mengarahkan keteladanan tdk pada figur tokoh, tetapi pd
perbuatan baik yg dilakukan oleh tokoh tsb sehingga akan
ditemukan prinsip2 umum tentang karakter yang bermoral itu
seperti apa.
B. AKTUALISASI PANCASILA SBG DASR ETIKA, TERCERMIN
DALAM SILA-SILANYA, SBB
Sila ke pertama:
Menghormati setiap orang atau warga atas berbagai kebebasannya dlm menganut agama
dan kepercayaanmasing-masing serta menjadikan ajaran-ajaranya sbg panutan unutuk
menuntun maupun mengarahkan jalan hidupnya
Sila kedua;
Menghormati setiap orang dan warga negara sbg pribadi (personal) manusia sbg subjek
pendukung, penyangga, pengemban serta pengeloal hak-hak dasar kodrati
Sila ketiga
Bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segemntasi segmentasi atau primodialisme
sempit dngn jiwa dan semangat “bhineka tunggal ika” bersatu dalam perbedaan dan berbeda
dalam persatuan.
Sila keempat;
Kebebasan, kemerdekaan, kebersamaan dimiliki dan dikembankan
dngn dasar musyawarah utk mencapai kemufakatan secara jujur
dan terbuka dlm menata berbagai aspek ekhidupan
Sila ke lima;
Membina dan mengembangkan masyarakat yg berkeadialn sosial
yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan
(equity) bagi setiap orang atau setiap warga.
2. LEGITIMASI KEKUASAAN
 Kekuasaan yang mempunyai kekuatan Hukum. Pokok
permasalahan etika politik adalah legitimasi etis
kekuasaan, yang dpt dinyatakan dngn pertanyaan.
a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran wewenang negara
(kekuasaan negara) berdasarkan prinsip – prinsip moral.
b. Legitimasi legalitas yaitu keabsahan kekuasaan itu
berkaitan dengan fungsi-fungsi negara itu diperoleh dan
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
• Etika berkaitan dengan Norma Moral, yakni norma utk
mengukur betul-salahnya tindakan manusia sebagai
manusia.
• Etika Politik adalah mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya
sebagai warga negara terhadap negara, hukum yang
berlaku dan lain sebagainya.
• Etika Politik membahas Hukum dan Kekuasaan, Hukum
tanpa Kekuasaan negara tidak dapat berbuat apa2, sifatnya
normatif belaka, hukum tidak mempunyai kemampuan
untuk bertindak. Sedangkan negara tanpa hukum adalah
buta. Negara yang memakai kekuasaannya diluar hukum
sama dngn manusia yg berbuat tanpa pengertian.
B. PENGERTIAN NILAI, MORAL, DAN NORMA
1. Nilai (value) a/ kemampuan yg dipercayai yg ada pada suatu
benda/objek utk memuaskan manusia.
Dengan demikian : nilai a/ adalah sesuatu yg berharga, berguna
memperkaya bathin dan menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya.
Nilai bersumber pd budi yg berfungsi mendorong dan
mengarahkan (motivator) sikap dan prilaku manusia.
Alport mengidentifikasi nilai-nilai yg terdapat dlm kehidupan ada enam
macam, yaitu nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika,nilai sosial, nilai
politik dan nilai religi.
2. Hierarkhi Nilai
Notonagoro membedakan menjadi tiga bagian nilai, yaitu
1. nilai material yaitu segala sesuatu yg berguna bagi jasmani manusia
2. Nilai Vital yaitu segala sesuatu yg berguna bagi manusia utk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan
3. Nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yg bersifat rokhani manusia
yg dibedakan dlm empat tingkatan
a. Nilai Kebenaran : nilai yg bersumber pd rasio, budi, akal atau
cipta manusia.
b. Nilai Keindahan/estetis : nilai yg bersumber pd perasaan
manusia.
c. Nilai kebaikan atau Nilai Moral : nilai yg bersumber pd unsur
kehendak manusia
d. Nilai religius : Nilai Kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak

Dlm pelaksanaanya nilai dijabarkan dalam wujud norma,


ukuran dan kriteria sehingga mrpkn suatu keharusan anjuran
atau larangan tidak dikehendaki atau tercela, nilai berperan
sbg dasar pedoman yg menentukan kehidupan manusia.

Nilai manusia berada dalam hati nurani kata hati dan pikiran
sbg suatu keyakinan dan kepercayaan yg bersumber pd
berbagai sistem nilai.
2. Pengertian Moral
Moral asal kata dari mos (mores) sinonimnya dngn kesusilaan,
tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran yang baik dan buruk yg menyangkut tingkah
laku manusia
Moral dalam perwujudannya dpt berupa kesetiaan, kepatuhan,
terhadap nilai dan norma yg mengikat kehidupan masyarakat
bangsa dan negara.
3. Pengertian Norma
Petunjuk tingkah laku yg harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.
norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yg dikenal dengan
sanksi, misalnya :
a. norma Agama dgn sanksinya dari tuhan
b. norma Kesusilaan, dngn sanskinya rasa malu dan
menyesal terhadap diri sendiri.
c. norma Kesopanan, dngn sanskinya berupa mengucilkan
dalam pergaulan masyarakat
d. norma Hukum, dngn sanskinya berupa penjara atau
kurungan atau denda yg dipaksakan oleh alat negara.
c. Nilai Dasar, Nilai Instrumen, nilai praksis
Kaitannya dengan penjabaran nilai, maka dapat dikelompokan kepada tiga macam,
yaitu;
1. Nilai Dasar
yang menjadi sumber etika bangsa indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila
2. Nilai instrumen
nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum
dpt bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum memiliki
formulasi serta parameter yg jelas konkrit apabila nilai instrumental itu
berkaitan dngn tingkah laku manusia maka nilai tsb menjadi norma moral.
Jika nilai instrumental mrpkn suatu arahan kebijakan atau strategi yg
bersumber pada nilai dasar, bahwa nilai instrumental tsb suatu ekplisitasi
nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan kita, nilai instrumental dpt
ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945, ketetapan MPR
3. Nilai praksis
mrpkn penjabarn lebih lanjut dari nilai instrumen dalam
kehidupan yang lebih nyata. Nilai praksis pelaksanaan secara
nyata dari nilai dasar dan instrumen sekaligus tidak
bertentangan dengan kedua nilai tsb.
UU, Peraturan pemerintah pengganti
undang-undang/perpu,Perpres,perda.
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi
Bangsa dan Negara Indonesia

Nilai-nilai khusus yang termuat dalam pancasila dapat


ditemukan dalam sila-silanya (andre atau ujan, 1998 )
yaitu sbb;
 Sila pertama ; ketuhanan yang maha esa, pada dasarnya
memuat pengakuan eksplisit akan eksistensi tuhan sbg
sumber dan pencipta , memperlihatkan relasi esensial
antara yg mencipta dan yang diciptakan serta
menunjukan ketergantungan yg diciptakan terhadap yg
mencipta.
 Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab, sesungguhnya mrpkn
refleksi lbh lanjut dari sila pertama, sila ini memperlihatkan secara
mendasar dari negara atas martabat manusia dan sekaligus komitmen
utk melindunginya.
 Sila ketiga ; Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian
setiap warga negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawab pada
negara khusus dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.
 Sila ke empat; demokrasi yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan, memperlihatkan pengakuan
negara dan serta perlindungan terhadap kedaulatan rakyat yg
dilaksanakan dlm iklim musyawarah dan mufakat. Saling mendengarkan
dan saling mempertimbangkan satu sama lain, juga sikap belajar serta
saling menerima dan memberi, berarti setiap orang diakui dan dilindungi
haknya utk berpartisipasi dlm kehidupan politik.
 Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
secara istimewa menekankaan keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Keadilan yg merata hanya bisa dicapai
apabila struktur2 sosial masyarakat secara adil, harus
adanya struktur ekonomi, politik, budaya, dan ideologi ke
arah yang lebih akomodatif terhadap kepentingan
masyarakat.
B. Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Sesuai dengan TAP MPR N0. VI/MPR 2001, pengertian dari etika
kehidupan berbangsa dinyatakan dngn rumusan yg bersumber dari
ajaran agama dan nilai-nilai budaya yg terjamin dalam Pancasila.
pola berpikir untuk membangun kehidupan berpolitik secara jernih
mutlak diperlukan, pembangunan moral politik yg berbudaya
adalah utk melahirkan kultur politik yg berdasarkan kepada iman
dan takwa terhadap tuhan yg maha kuasa.
Etika Politik lebih banyak bergerak dlm wilayah, dimana
seseorang secara ikhlas dan jujur melaksanakan hukum
yg berlaku tanpa adanya rasa takut kepada sanksi hukum
yg berlaku, dlm demokrasi liberal, sering ditemukan
apabila seorang kepala pemerintah gagal melaksanakan
tugasnya sesuai dngn janjinya saat kampanye pemilihan
umum, atau dituduh terlibat korupsi belum sampai pd
pengadilan, maka pemimpin itu mengundurkan diri.
suatu pandangan dlm demokrasi liberal bahwa jabatan publik
(perdana menteri) anggota parlemen, hakim, pegawai birokrasi, dll)
dianggap suci, mulia dan terhormat dlm negara.

Studi Kasus :
Kasus di negara malaysia tahun 1990 suatu contoh dimana
Muhamad bin Muhamad Tahib a/ Gubernur (menteri besar) negara
bagian selangor. Muhamad dituduh melakukan suatu pelanggaran
hukum, sehingga beliau mengundurkan diri dari
gubernur,kemudian mempertanggungjawabkan perbuatannya
secara hukum, namun ternyata tidak bersalah dan beliau rela
untuk mengundurkan diri
Ada dua faktor yg menyebabkan krisis etika berpolitik, faktor yg
berasal dari dalam negeri dan luar negeri, antara lain sbb:
a. Masih lemahnya pengamalan agama dan munculnya pemahaman
agama yg keliru dan sempit.
b. Sistem sentralisasi pemerintah di masa lampau sehingga timbul
fanatisme daerah.
c. Tdk berkembangnya pemahaman kemajemukan dalam kehidupan
berbangsa
d. Terjadinya ketidak adilan ekonomi dlm kurun waktu yg panjang
sehingga munculnya perilaku ekonomi yg bertentangan dengan
moralitas dan etika.
e. Kurangnya keteladanan bersikap dan berprilaku sebagai
pemimpin bangsa.
Faktor penyebab dari luar negeri, sbb :
a. Pengaruh globalisasi yang luas dengan persaingan bangsa yg
semakin tajam
b. Makin tingginya intensitas intervensi global dalam perumusan
kebijakan nasional

Anda mungkin juga menyukai