Anda di halaman 1dari 57

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

JANGGA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
ETIKA

Etika berasal dari bahasa yunani (Aristoteles)

“ethos” yang berarti adat, budi pekerti.


Etika : usaha manusia dalam memakai akal
budi dan daya fikirnya untuk meme-
cahkan masalah hidup atau untuk
suatu upaya agar menjadi lebih baik

Etika (Filsafat) : telaah dan penilaian kela-


kuan manusia ditinjau dari kesusilaan
yang biasanya didasarkan pada hal ttt.
Alasan perlunya etika :
a. Masyarakat semakin pluralistik termasuk
dalam hal moralitas.
b. Dalam masa tranformasi masyarakat yang
tanpa tanding dibawah gelombang moder-
nisasi.
c. Proses perubahan sosial budaya dan moral
yang tengah dialami.
d. Diperlukan oleh kaum agama.

Etika pada umumnya mengajarkan bahwa se-


tiap pribadi manusia mempunyai :
1. Otonomi moral, art. ia mempunyai hak dan

kewajiban untuk menentukan sendiri tinda


kan-tindakan dan mempertanggungjawab-
kannya dihadapan Tuhan.
2. Otonomi klinis (Tenaga kesehatan), art.
mempunyai hak dan kewajiban untuk ber-
tanggungjawab dalam pengambilan kepu-
tusan klinis yang mempengaruhi kesehata
pasiennya.
Keberadaan etika dlm strata kehidupan sosial
tidak terlepas dari sistem kemasyarakatan ma-
nusia yang terdiri atas aspek jasmaniah dan ro-
hania. Sistimatika proses secara visual aspek
rohani :

Kodrat alamiah Kodrat Budaya Dunia nilai


cipta logika ilmu kebenaran
karsa etika religi, akhlak, keserasian
sopan santun, hkm
rasa estetika-kesenian keindahan
Etika mengandung 3 pengertian menurut kamus
BI, yaitu :
1. Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk dan
ttg hak dan kewajiban.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dgn
akhlak (kode etik).
3. Nilai mengenai benar dan salah yg dianut
suatu golongan masyarakat.

Etiket menurut KBI : tata cara dalam masyarakat


beradab dalam memelihara hubungan antara se-
sama manusia.
Etis menurut KBI mengandung beberapa arti :
1. Ajaran ttg baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti, susila.
2. Kondisi mental yang membuat orang tetap
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin,
isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dalam perbuatan.
3. Ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dari suatu
cerita.
Etika menurut K.Bertens memp. 3 arti :
1. Nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya (sebagai sistem).
2. Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik)
3. Ilmu ttg yg baik atau yg buruk (filsafat mo-
ral)

Sistimatika dan Jenis Etika


Etika secara umum dibagi menjadi 2 :
1. Etika umum : mencakup kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia bertindak seca-
ra etis, dan menilai baik buruknya suatu
tindakan tercermin dari kebebasan dan
tanggungjawab, hati nurani, hak, kewaji-
ban, beberapa keutamaan sep. kejujuran,
berbuat baik, keadilan, dan hormat terha-
dap diri sendiri (etika teoritis).
2. Etika khusus : penerapan prinsip moral
dasar dalam bidang kehidupan khusus
(etika terapan).
Etika khusus dibagi 2 :
1. Etika individual : menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2. Etika sosial : menyangkut kewajiban,
sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota masyarakat, mencakup :
- etika thd sesama manusia
- Etika keluarga
- Etika lingkungan hidup
- Etika politik
- Etika profesi :
* Biomedis
* Etika kesehatan
* Etika bisnis
* Guru/dosen
* Wartawan

Etika menurut Langeveld terbagi :


1. Etika deskriptif : membahas mengenai fakta
apa adanya yaitu mengenai nilai dan pola
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas konkrit
yang membudaya.
2. Etika normatif : menyangkut norma-norma
yang menuntun tingkah laku manusia, serta
memberi penilaian dan himbauan kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-norma.

Moral : nilai di dalam diri seseorang yang


mewarnai perilakunya, yang didu-
kung oleh masyarakat, nilai yg terkan-
dung di dalamnya dapat berupa :
petuah-petuah, nasehat, wejangan,
peraturan, perintah dan semacamnya
yang diwariskan secara turun temurun
melalui agama atau kebudayaan.
Moralitas (Thiroux) : menyangkut bagaimana
manusia memperlakukan manusia atau
mahluk lain untuk tujuan kesejahteraan
dan perkembangan bersama, serta
meningkatkan kreativitas untuk mene-
gakkan kebenaran dan kebaikan bersa-
sama.

Tindakan yg tergolong sbg moralitas umum :


1. Berkata benar
2. Penghormatan thd privasi orang lain
3. Jaminan kerahasiaan informasi
4. Permintaan persetujuan setiap tindakan
pada orang lain
5. Dedikasi thd teman sejawat
6. Dilarang membunuh
7. Jangan menyakiti
8. Jangan melakukan kekerasan
9. Jangan memandang rendah orang lain
10. Jangan menghambur-hamburkan harta
benda
11. Perlindungan dan mempertahankan hak-
hak orang lain
12.Tidak menimbulkan kerugian orang lain
13. Cegah kondisi yg merugikan orang lain
14. Menolong orang yg tidak mampu
15. Menyelamatkan orang dari bahaya

Daya cakup titik sentral etika :


1. Apa yg benar dan apa yg salah
2. Apa yg merupakan kebaikan dan apa yg ke-
burukan
3. apa yg merupakan kebajikan dan apa yg
merupakan kejahatan
4. Apa yg dikehendaki dan apa yg ditolak
Aliran dalam Etika
Dalam filsafat, aliran etika terbagi :
1. Aliran deontologis (non konsekuensi) : peni-
laian benar tidaknya suatu perbuatan atau
baik tidaknya seseorang, tidak perlu melihat
apa hasil akhir.
2. Aliran teleologis (konsekuensi) : baik buruk-
nya seseorang atau benar salahnya suatu
perbuatan, dinilai dari tujuan yg akan dica-
pai
Aliran teleologis terbagi 2 :
1. Egoisme :
a. Egoisme etis : setiap tindakan yg menge-
nakan dan mendatangkan kebahagiaan
bagi diri sendiri selalu dinilai sebagai
tindakan yang baik dan pantas dilakukan.
b. Egoisme psikologis : semua orang dimo-
tivasi oleh tindakan demi kepentingan
dirinya belaka.
2. Utilitarianisme : penilaian baik atau tidaknya,
susila atau tidak susilanya sesuatu ditinjau
dari kegunaan atau faedah yg ditimbulkan.
Utilitarianisme terbagi 2 :
1. Utilisme individual : seseorang boleh bersikap
sesuai dengan situasi yg menguntungkan
dirinya.
2. Utilisme sosial : seseorang boleh bersikap
sesuai dengan situasi yang memberikan
keuntungan kepada kepentingan umum

Prinsip-Prinsip Etika :
1. Tidak merugikan
2. Membawa kebaikan
3. Menjaga kerahasiaan
4. Otonomi pasien
5. Berkata benar
6. Berlaku adil
7. Menghormati privasi

Prinsip-prinsip etika tsb berkembang dari telaah


sumpah Hipocrates.

Prinsip tidak merugikan : tidak menimbulkan


bahaya atau perlukaan, baik secara fisik maupu
emosional, mis : tidak menimbulkan rasa nyeri,
rasa sakit, kecacatan atau menimbulkan
perasaan marah, terisolasi dan merasa tdk
berdaya ditujukan kpd kerugian fisik mau-
pun kepentingan lain.

Prinsip dasar menurut tradisi Hipocrates :


apabila tidak bisa berbuat baik kepada se-
seorang seharusnya tidak merugikan orang
tsb.

Syarat-syarat melakukan prinsip tidak meru-


gikan :
1. Yang baik tidak boleh dicapai dengan cara
buruk, menunjukan kesalahan seseorang
hendaknya tidak dengan cara yang salah
pula.
2. Alasan untuk memungkinkan terjadinya aki-
bat buruk harus cukup berat, pertimbangan
ini diambil karena tdk ada cara lain untuk
mencapai akibat yang baik tsb.
3. Kerugian yang sdg dipertimbangkan tidak
boleh menjadi sarana untuk mencapai efek
yg lebih baik, untuk mencapai tujuan yg
baik jangan menghalalkan segala cara.
4. Alasan yg buruk atau yg merugikan itu tdk sbg
maksud, jadi akibat buruk meskipun diketahui
akan terjadi, itu tidak diinginkan.

Prinsip membawa kebaikan mencakup :


1. Melindungi dan mempertahankan hak orang
lain.
2. Mengatasi kondisi yang membahayakan orang
lain
3. Membantu orang lain yg tidak mampu
4. Menyelamatkan orang yg berada dlm keadaan
bahaya.
Dalam praktek, etika kedokteran dikenal 2
prinsip :
1. Prinsip berbuat baik
2. Prinsip bertujuan untuk tidak mencederai
pasien.

Kewajiban bersifat mengikat dalam proses


menilai resiko kerugian :
1. Orang yg perlu bantuan itu mengalami suatu
bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu
yg penting
2. Penolong sanggup melakukan sesuatu untuk
mencegah terjadinya bahaya atau kehila-
ngan itu.
3. Tindakan penolong agaknya dpt mencegah
terjadinya kerugian itu.
4. Manfaat yg diterima orang tersebut melam-
paui kerugian bagi penolong dan membawa
ko minimal.

Kebebasan pada prinsipnya dapat dibagi atas :


1. Kebebasan ekstensial, yakni kebebasan yg
berkaitan dgn kemampuan manusia untuk
menentukan dirinya sendiri.
2. Kebebasan sosial, yakni kebebasan yg kita
terima dari orang lain (jasmani, rohani, nor-
matif)
Aristoteles membagi keadilan menjadi :
1. Keadilan ditributif, yaitu setiap orang menda-
patkan apa yg menjadi haknya atau jatanya
(prinsip formal dan prinsip material)
- Prinsip formal : kasus-kasus yg sama harus
diperlakukan dengan cara yg sama dan ka-
sus-kasus yg berbeda diperlakukan dgn cara

yg tidak sama.
- Prinsip material : menunjuk kepada salah
satu aspek terbaik yg dpt dijadikan dasar
untuk membagi dengan adil.
Prinsip-prinsip material :
1. Bagian yg sama
2. Sesuai dgn kebutuhannya
3. Sesuai dengan usahanya
4. Sesuai dengan kontribusinya kpd masyarakat
5. Sesuai dgn jasa atau kesalahannya
6. Sesuai dgn prinsip tukar menukar yg berlaku

2. Keadilan proporsional, yaitu memberikan kpd


setiap orang sama banyaknya.
Etika Kesehatan Masyarakat
Perkembangan etika kesehatan masya-
rakat ada 3 fase :
1. Etika kesehatan masa Hipokrates, melaui
sumpah hipokrates yg berfokus pd kewaji-
ban dokter pd tindakan yg bermanfaat
dan perlindungan pada pasien. Tujuan
sumpah Hipokrates : untuk kemamfaatan
dan mencegah terjadinya cedera dan keti-

dak adilan pada pasien.


2. Etika kesehatan abad pertengahan, perlu-
nya perlindungan higiene dan jaminan
asuransi kesehatan bagi penderita penyakit
dan orang yg menganngur dan secara tegas
menyatakan bahwa berkembang dari kondisi
sosial dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
dan ini semuanya luput dari kedokteran klinik.
3. Etika kesehatan abad modern, disini telah
memberikan advoksi aspek sosial dari penye-
bab penyakit dan kesehatan kelompok-kelom-
pok tertentu dlm masyarakat.

Tenaga kesehatan : setiap orang yg


mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keteram-
pilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yg untuk jenis tertentu memerlukan kewena-
ngan dalam melakukan upaya kesehatan.

Yang termasuk tenaga kesehatan menurut PP No


32 tahun 1996 :
1. Tenaga medis : dokter dan dokter gigi
2. Tenaga keperawatan : perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian : apoteker, analisis farma-
si, dan asisten apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat : epidemiologi
kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiolo-
gi kesehatan, penyuluh kesehatan, administra-
si kesehatan, dan sanitarian.
5. Tenaga gizi : nutrisionis dan dietasen
6. Tenaga keterampilan fisik : fisioterafis, radiote-
rafis, teknisi gizi dan elektromedis, analisis ke-
sehatan teknisi, transfusi, dan perekam medis.
7. Tenaga keteknisan medis.

Bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk menja-


di suatu profesi diperlukan beberapa tahapan :
1. Kejelasan tubuh keilmuan kesmas.
2. Terbinanya keterampilan khusus
3. Berkembangnya suatu suasana kesejawatan
dan organisasinya.
4. Terbentuknya kode etik profesi kesmas yg
memberi nilai moral terhadap interaksi tenaga
kesehatan profesional, pelayanan kesehatan
yg bertanggungjawab dan memuaskan masya-
rakat pengguna pelayanan.

Etika Kesehatan dan Etika Klinis


Etika kesehatan menurut :
1. Leenen : penerapan dari nilai etika terhadap
bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
2. Soerjono S : penerapan yg mencakup peni-
laian terhadap gejala kesehatan yg disetujui
dan juga mencakup suatu rekomendasi bgm
hatan.

Hukum kesehatan jauh lebih luas daripada etika


kesehatan dan etika kedokteran, olehnya itu :
1. Bila ada ketentuan dalam hukum kesehatan
yg sekiranya dirasakan bertenntangan dengan

etika kesehatan maka ketentuan hukum ke-


sehatan tetap berlaku dan aturan etika kese-
hatan dikesampingkan.
2. Ketentuan hukum kesehatan juga dapat me-
ngesampingkan etika kedokteran.
3. Etika kesehatan dapat mengesampingkan
aturan etika kedokteran, karena etika keseha-
hatan pengkhususan dari etika umum yang
hidup di dalam masyarakat dan aturan etika
kedokteran hanya berlaku untuk para dokter
dokter gigi.

Perbedaan antara etika dan hukum kesehatan :


1. Etika kes. merupakan suatu penerapan dari
aturan-aturan etik yang sifatnya umum di
di dalam pelayanan kesehatan, hukum kes.
Objeknya bukanlah semata-mata hukum yg
berlaku, melainkan juga masalah pemikiran
mengenai nilai-nilai dan norma-norma dari
hak-hak dasar manusia.
2. Pandangan secara etis terhadap manusia itu
seringkali ditentukan oleh kepercayaan dan
pandangan hidup, hukum berlaku secara
umum di dalam masyarakat, sedang etik tidak
berlaku secara umum.
3. Etik telah membuat norma-norma mengenai
perilaku mempunyai sifat yang tidak mengikat
dan pelannggarnya tidak dituntut, sedang di
dalam hukum pelanggaran terhadap norma
selalu dapat dituntut.

Etika klinik meliputi :


a. Indikasi medis, berkaitan dengan intervensi
medis dengan bertanya kepada pasien, yang
pada hakekatnya sama dengan tujuan umum
ilmu kedokteran, yakni :
1. meningkatkan derajat kesehatan dan men-
cegah penyakit.
2. Meringankan gejala, rasa nyeri, dan pende-
ritaan.
3. Menyembuhkan penyakit.
4. Mencegah kematian yang belum waktunya.
5. Meningkatkan/mempertahankan fungsi-
fungsi organ tubuh agar jangan bertambah
mundur.
6. Pendidikan dan konseling pada pasien ttg
kondisi dan prognosis
7. Mencegah mudharat pada pasien selama
proses asuhan.

b. Preferensi atau pilihan pasien, bagian dari pe-


ngakuan terhadap hak otonomi pasien.
Faktor yang menghambat/membatasi dokter
untuk menghormati preferensi pasien, yaitu :
1. Kesenjangan antara pengetahuan dokter
dan pasien.
2. Kemampuan pasien yang terbatas untuk
memahami informasi yang diungkapkan.
3. Kondisi mental dan stres yang dialami
pasien karena penyakitnya.
4. Kualitas psiko-dinamika dalam hub. Dokter
pasien.

Preferensi dapat juga diartikan sebagai penola-


kan pasien, terjadi karena :
1. Alasan kepercayaan atau agama
2. Tanpa alasan yang jelas dan dapat dime-
ngerti secara rasional.
3. Karena tidak mampu membayar biaya
pengobatan, atau tidak mau mengorbankan
kepentingan keluarga demi biaya pengobata
dirinya.
4. Pasien sudah memberikan petunjuk di
muka sebelum dalam keadaan sakit.

c. Mutu hidup pasien, dapat dilihat dari 2 pende-


katan :
a. Dari pasien itu sendiri, bahwa mutu hidup
dapat didefinisikan sebagai kepuasan atau
ketidak puasan subjektif seseorang yang
dirasakan atau dinyatakannya ttg kondisi
fisik, mental, dan sosialnya.
b. Dari orang lain, bahwa mutu hidup dapat
didefinisikan sebagai kondisi mental, fisik,
dan sosial seseorang yg dinilai oleh orang
lain diluar dirinya sendiri.

d. Faktor-faktor kontekstual pasien, yaitu :


1. Peran keluarga, teman dekat, majikan dsb.
2. Biaya pengobatan
3. Alokasi dan distribusi SDM kesehatan oleh
pemerintah.
4. Peran dan perkembangan askes.
5. Perkembangan teknologi medis.
6. Hukum dan peraturan perundang-undangan
7. Pendidikan dokter
8. Tingkat kesejahteraan masyarakat
9. Kemanan dan ketertiban masyarakat.
ETIKA KELUARGA BERENCANA

Secara etis ada beberapa hal yg berhubungan


masalah KB berkaitan dengan cara kerjanya
mencegah kehamilan :
a. Fase sebelum fertilisasi, yaitu pembuahan
ovum dengan sperma, intervensinya disebut
kontraseptik.
b. Fase antara fertilisasi dengan nidasi, intervensi
nya disebut kontranidasi (keberatan etis)
c. Fase sesudah nidasi, intervensinya disebut
abortif (keberatan etis)
Persetujuan tertulis dapat dilakukan oleh orang
tua/ahli warisnya apabila :
a. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
b. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya
sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
c. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya
akan digunakan sebagai objek penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Objek penelitian kesehatan berhak mendapat
informasi terlebih dahulu dari penyelenggara
penelitian mengenai :
a. Tujuan penelitian dan pengembangan kes.
serta penggunaan hasilnya.
b. Jaminan kerahasiaan tentang identitas dan
data pribadi
c. Metode yang digunakan
d. Resiko yang mugkin timbul
e. Hal lain yang perlu diketahui
Khusus penelitian dan pengembangan kesehatan
terhadap :
a. Anak-anak hanya dapat dilakukan dlm rangka
peningkatan derajat kesehatan anak-anak.
b. Perempuan hamil atau menyusui hanya dapat
dilakukan dalam rangka pembenaran masalah
kehamilan, persalinan, atau peningkatan dera-
jat kesehatannya.
c. Penderita penyakit jiwa atau lemah ingatan
dapat dilakukan dalam rangka mengetahui se-
bab terjadinya penyakit jiwa atau lemah inga-
tan.
PROFESI DAN KODE ETIK
Profesi : pekerjaan yang tetap dalam sema-
ngat pengabdian terhadap kepentingan umum
yang dihayati sebagai suatu panggilan hidup
dgn menerapkan keahlian yang diperoleh dengan

jalan mempelajari dan latihan secara sistimatis.

Ciri-ciri suatu profesi :


a. Pelayanan pada orang secara langsung.
b. Pendidikan tertentu dgn melalui ujian tertentu
sebelum melakukan pelayanan.
c. Anggota yang relatif homogen.
d. Standar pelayanan tertentu.
e. Etika profesi yang ditegaskan oleh suatu
organisasi profesi

Anggota profesi kes.dalam menjalankan tugasnya


harus sesuai dengan unsur profesionalisme
yaitu :
a. Altruisme, mendahulukan kepentingan pasien
daripada kepentingan sendiri.
b. Accountability, bertanggungjawab terhadap
pasien atas pelayanan kesehatan yang diberi-
kan kepada masyarakat dan terhadap profesi.
c. Excellence, mempunyai kewajiban untuk terus
belajar dan berlatih untuk meningkatkan dan
dan mempertahankan kompetensinya.
d. Duty, harus selalu siap dan responsip jika
dibutuhkan
e. Honor and integrity, harus jujur, tulus dan
berterus terang dalam berinteraksi dgn pasien
f. Respect for others, harus memperlihatkan
hormat terhadap pasien dan keluarganya serta
tim kerjanya.
g. Caring, compassing, communication and
leadership.
Kode etik : himpunan norma yang disepakati
dan ditetapkan oleh dan untuk
mengemban profesi.

Kode etik memiliki sifat-sifat :


a. Kode etik harus rasional
b. Kode etik harus konsisten
c. Kode etik harus bersifat universal

Kode etik profesi agar dipatuhi dan dlaksanakan


oleh anggotanya mengandung nilai-nilai :
a. Kode etik profesi memudahkan dalam pe-
ngambilan keputusan secara efisien.
b. Secara individual para pengemban profesi itu
sering membutuhkan arahan dalam menjalan-
kan tugas profesionalnya.
c. Kode etik profesi menciptakan suatu pola
perilaku yg diharapkan oleh klien/pasiennya
secara profesional.

Tujuan kode etik :


a. untuk menjunjung tinggi martabat dan citra
profesi.
b. untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggotanya.
c. untuk meningkatkan pengabdian anggotanya
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.

Kaidah-kaidah pokok etika profesi :


a. Profesi harus dipandang sebagai suatu pelaya-
nan.
b. Pelayanan profesinal dalam mendahulukan
kepentingan pasien
c. Pengembanan profesi harus selalu mengacu
pada masyarakat secara keseluruhan
d. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung

secara sehat.
Keputusan etik memiliki beberapa ciri yang
membedakan dengan keputusan non etik :
a. Semua pertimbangan etik menyangkut pertim-
bangan ttg apa yg benar dan apa yg salah.
b. Pengambilan keputusan etik sering berkaitan
dengan pilihan yang sukar.
c. Keputusan etik tidak mungkin dielakkan.
d. Keputusan etik tidak hanya dipengaruhi oleh
berbagai norma yang dipertimbangkan dan
pemahaman akan situasi, tetapi juga oleh
keyakinan, kepribadian dan lingkungan sosial.
PERADILAN PROFESI

Tugas dan wewenang lembaga penyelesaian


masalah pengamalan profesi dokter (MKEK,
P3EK) :
a. Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan
penilaian dalam pelaksanaan etik kedokteran
b. Memperjuangkan etik kedokteran agar dapat
ditegakkan di Indonesia
c. Memberikan usul dan saran, diminta atau tidak
minta kepada dewan pertimbangan dalam hub.

dgn masalah etik kedokteran.


d. Membina hub. Baik dgn aparat etik yang ada,
baik pemerintah maupun organisasi profesi
lain dgn sepengetahuan dewan pertimbangan.
e. Bertanggungjawab kepada muktamar/rapat
pembentukan wilayah melalui dewan pertim-
bangan.

Mekanisme kerja MKEK dalam pelanggaran kasus

etika :
a. Materi yang disidangkan dapat diperoleh dari
laporan yang datang dari manapun juga terma-
suk dari anggota MKEK sendiri.
b. Materi tersebut dapat dikelompokan :
- Kesalapahaman
- Perselisihan
- Pelanggaran etik ditagani langsung oleh
MKEK
c. Selambat-lambatnya satu bulan sesudah mate-
ri diterima, kasus sudah mulai disidangkan.
PELANGGARAN DALAM BIDANG YANKES

SKB 1980 JA Menkeh-Menkes

ETIK

Org. Profesi Hukum

Pidana Perdata administrasi

MKEP
Pidana Gugatan Laporan

Teguran Diklat Tuntutan


Tertulis
Pengadilan

Keputusan

Mati/Kurungan/ Ganti Rugi Pencabutan Izin


Penjara/Denda Praktek
Alasan yang dapat digunakan dalam tuntutan
oleh pasien yg merasa kepentingannya dirugikan
atas tindakan medis :
a. Melakukan perbuatan asusila
b. Ketidak-laikan dlm menjalankan pekerjaan
profesinya.
c. Menerima imbalan yang berbentuk komisi yang
mempengaruhi pertimbangan dalam mengobati
pasien.
d. Pemalsuan seretifikat registrasi tenaga medis.
e. Ketergantungan alkohol, narkotika dan psiko-
tropika
f. Melakukan kelalaian berat, karena ketidak
tahuan atau tidak mempunyai kewenangan
secara profesi yang mengakibatkan kematian
pasien.
g. Mengiklankan diri secara tidak wajar.
h. Melakukan aborsi bukan atas indikasi medis.
i. Mengeluarkan surat keterangan palsu.
j. Menjelekan teman sejawat untuk merebut
pasien.
k. Dokter pengganti tidak punya sertifikat regis-
trasi tenaga medis.
l. Praktek tanpa SIP.
m. Menolak menolong pasien tanpa ada resiko
yang membahayakan dirinya.
n. Tidak melakukan yang seharusnya dilakukan
berdasarkan standar profesi medis.

Anda mungkin juga menyukai