Anda di halaman 1dari 45

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun, berjuta – juta kehidupan manusia di bumi

terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah. Agar didapatkan hasil

transfusi darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah yang

aman dan diperlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan, sehingga

dapat menunjang pengobatan penderita. Tingginya angka kematian akibat

kekurangan darah masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah

satu bukti akan pernyataan di atas tercermin dalam angka kematian ibu

melahirkan yang sebagian besar akibat pendarahan, masih menjadi suatu

masalah besar di dunia kesehatan yang khususnya di Indonesia. Darah

adalah suatu cairan yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama

ini yang membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini

disebabkan oleh banyaknya macam berat molekul, dari yang kecil hingga

yang besar seperti protein. (Zainuddin, 2015).

Donor darah pada hakikatnya adalah pemberian darah atau

komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lain (resipien),

dimana berguna sebagai penyelamat nyawa dan meningkatkan derajat

kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah yang lain

1
2

untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas

bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain (Zainuddin, 2015).

Donor darah dapat dilakukan oleh seseorang apabila sudah berusia

17- 65 tahun, berat badan minimal 45 kg, kadar hemoglobin 12 gr/dl, tidak

begadang semalaman sebelum darahnya diambil dan tidak sedang sakit

atau meminum obat. Sebelum melakukan donor darah terlebih dahulu

mengisi formulir data diri calon pendonor dan kemudian

menandatanganinya sebagai bukti bahwa orang itu siap untuk

mendonorkan darahnya. (Zainuddin, 2015).

Donor darah bukan hanya memiliki nilai kemanusiaan saja karena

dapat menyelamatkan jiwa seseorang, namun juga baik bagi kesehatan si

pendonor darah. Selain bisa kontrol kesehatan melalui pemeriksaan darah

secara gratis, donor darah yang teratur juga dapat meringankan kerja

jantung dan terjaganya vitalitas karena lancarnya sirkulasi dan regenerasi

darah yang berkesinambungan. ( Ranchan & Aditya, 2013).

Sebelum melakukan donor darah terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan hemoglobin. Mengingat pentingnya di lakukan pemeriksaan

kadar hemoglobin sebelum donor adalah mengetahui normal atau tidaknya

kadar hemoglobin saat itu. Setelah donor darah dilakukan, perlu dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin kembali karena sangat penting untuk

mengetahui apakah kadar hemoglobin pendonor menurun drastis atau

tetap stabil dan untuk mengetahui apakah setelah donor darah pendonor
3

merasakan lemah, pusing, pingsan, mual dan sakit kepala ( Ranchan &

Aditya, 2013).

Menurut studi penelitian yang pernah dilakukan dari setiap Palang

Merah Indonesia yang melakukan program donor darah baik di kabupaten

maupun di kota menjumpai beberapa orang yang akan mendonorkan

darahnya tetapi tidak dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum

calon pendonor itu melakukan donor darah bagi pendonor yang sudah

beberapa kali melakukan donor, akan tetapi bagi pendonor yang pertama

kali melakukan donor darah sebelumnya dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin sebelum donor. Bahkan ada calon pendonor yang belum

pernah dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin selama donor darah,

hanya dilakukan pemeriksaan untuk tekanan darahnya. (Ranchan &

Aditya, 2013).

Permasalahan pada rencana penelitian ini adalah sampai saat ini,

tidak dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin kembali kepada pendonor

setelah kegiatan donor darah selesai.

Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang gambaran hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada pendonor

sebelum dan setelah melakukan donor darah.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu “Bagaimanakah gambaran hasil

pemeriksaan kadar hemoglobin pada pendonor sebelum dan sesudah

melakukan donor darah ?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin sebelum dan sesudah

melakukan donor darah.

D. Manfaat Penelitian

1. Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang perlunya menjaga

kesehatan dan menambah pengetahuan masyarakat tentang gambaran

hasil hemoglobin sebelum dan sesudah melakukan donor darah.

2. Akademik

Sebagai sumbangsih ilmu bagi almamater Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Makassar. Sebagai bahan bacaan ilmiah yang

memberikan wawasan ilmu bagi pembaca, khusunya bagi calon peneliti

selanjutnya.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan serta dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan Progarm Diploma

Tiga (DIII) Analis Kesehatan Makassar.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Darah

1. Definisi Darah

Darah merupakan kompenen esensial mahluk hidup, mulai dari

binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah

selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan

fungsinya sebagai pembawa oksigen dan sebagai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap infeksi serta mekanisme hemostasis

(Bakta, 2014).

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup

(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat

dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-

bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh

terhadap virus atau bakteri (Arjatmo dan Hendra, 2000).

2. Pembentukan Darah

Hemopoesis atau hematopoesis adalah proses pembentukan

darah. Tempat hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai

dengan umur. Pada minggu pertama gestasi, kandung kuning telur

adalah tempat utama hemopoesis. Namun, hemopoesis definitive

berasal dari kumpulan sel punca yang pertama kali ditemukan pada

aorta dorsalis yang disebut region AGM (aorta-gonad-mesonefros).

5
6

Sel prekursor bersama endothelial dan hemopoietik (hemangioblast)

ini diduga terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang, dan dari

minggu ke-6 sampai dengan bulan ke-6 sampai ke-7 kehidupan janin,

hati dan limpa merupakan organ hemopoietik utama dan terus

memproduksi sel sel darah sampai sekitar 2 minggu setelah lahir .

Hematopoiesis merupakan proses pembentukan kompenen sel

darah, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang

terjadi secara serentak.

a. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan

jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan

sejumlah sel darah.

b. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah.

c. Diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk

memiliki sifat khusus yang berbeda (Larry, 2001).

Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :

a. Mesoblastik

Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang

dihasilkan adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.

b. Hepatik

Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati. Sedangkan pada

limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit

dari hati. Di sini menghasilkan Hemoglobin.


7

c. Mieloid

Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum

tulang, kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang,

hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan

HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-

sel limfosit T. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses

pembentukan sel darah di antaranya adalah asam amino, vitamin,

mineral, hormon, ketersediaan oksigen, dan faktor-faktor perangsang

hematopoietic (Larry, 2001).

Sumsum tulang adalah tempat hemopoesis yang terpenting sejak

usia 6-7 bulan masa janin. Selama masa kanak-kanak dan dewasa

normal, sumsum tulang merupakan sumber tunggal sel darah yang

baru. Sel yang sedang berkembang terletak diluar sinus sumsum

tulang, sel yang sudah matang dilepaskan ke dalam rongga sinus,

mikrosirkulasi sumsum dan kemudian ke sirkulasi umum (Larry, 2001).

Pada masa bayi, seluruh sumsum tulang bersifat hemopoietik

tetapi selama masa kanak-kanak terjadi penggantian sumsum oleh

lemak yang bersifat progresif di sepanjang tulang panjang sehingga

pada masa dewasa sumsum tulang yang hemopoietik terbatas pada

tulang rangka sentral serta ujung-ujung proksimal tulang paha dan

lengan atas bahkan pada daerah-daerah hemopoietik tersebut, sekitar

50% sumsum tulang terdiri dari lemak. Sumsum tulang berlemak


8

sisanya mampu berubah menjadi hemopoiesis dan banyak penyakit

terdapat pula perluasan hemopoiesis ke arah dalam tulang panjang.

Selain itu, hati dan limpa dapat kembali berperan hemopoiesis seperti

masa janin (hemopoiesis ekstrameduler) (Larry, 2001).

Sumsum tulang yang normal merupakan bagian esensial dari

hemopoesis. Apabila struktur atau fungsi sumsum tulang terganggu

maka dapat menimbulkan kelainan. Gangguan sumsum tulang dapat

terjadi oleh karena :

a. Kegagalan produksi sel : dijumpai pada anemia aplastik

b. Kegagalan maturasi sel : dijumpai pada sindroma mielodisplastik

c. Produksi sel-sel yang tidak normal : misalnya pada thalasemia dan

hemoglobinopati.

d. Hilangya mekanisme regulasi yang normal,seperti pada : leukemia

akut, penyakit mieloproliferatif, penyakit limfoproliferatif.

Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan

kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari

sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat

merespons kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi kompenen darah

yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama

menimbulkan penyakit. Dalam regulasi hemopoiesis normal terdapat

feed back mechanism : suatu mekanisme umpan balik yang dapat

merangsang hemopoiesis jika tubuh kekurangan kompenen darah


9

(positive loop) atau menekan hemopoiesis jika tubuh kelebihan

kompenen darah tertentu (negative loop) . (Hoffbrand, 2013).

3. Kompenen Penyusun Darah

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula (sel-sel darah)

yang membentuk 45% bagian darah. Bagian 55% yang lain berupa

cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang

disebut plasma darah.

Berikut kompenen penyusun darah :

a. Plasma Darah

Plasma darah adalah kompenen darah berbentuk cairan berwarna

kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana del darah ditutup,

yang berbentuk butiran-butiran darah. Didalamnya terkandung

benang-benang fibrin/fibrinogen yang berguna untuk menutup luka

yang terbuka. Plasma darah merupakan kompenen terbesar dalam

darah, dimana besar volumenya 55% dari darah yang terdiri dari 90%

berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi,

ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Karena dinding kapiler

permeabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam

pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar

70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial. Fungsi

plasma darah adalah mengangkut sari-sari makanan ke sel-sel serta

membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta


10

menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi

dan merupakan cadangan air untuk tubuh, mencegah mengkerutnya

dan tersumbatnya pembuluh darah, dan membantu mempertahankan

tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh (Larry, 2001).

b. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah disebut juga eritrosit. Eritrosit sendiri berasal dari

Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti

selubung sel. Sel darah merah adalah jenis sel darah yang paling

banyak. Sel merah ini berfungsi mengangkut oksigen yang terikat

pada hemoglobin. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan

tubuh serta terlibat dalam transport karbondioksida dari jaringan ke

paru; fungsi ini berhantung pada kendungan enzim anhidrase karbon.

Eritrosit ini memiliki waktu hidup yang relative pendek. Hal ini

disebabkan gangguan mekanis dan kondisi internal eritrosit itu sendiri.

Eritrosit tidak mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk

memperbanyak diri. Eritrosit lama kelamaan akhirnya menjadi tua dan

kehilangan fleksibilitasnya sehingga eritrosit menjadi kaku dan rapuh.

Rata-rata umur eritrosit kurang lebih 120 hari. Metabolisme sel darah

merah perlahan-lahan memburuk karena enzim tidak diganti, sampai

sel menjadi tidak mampu (Larry, 2001).


11

c. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen

darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara

bebas dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis, dan

berinteraksi serta menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau

mikroorganisme penyusup. Selain itu leukosit tidak bisa membelah diri

atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka

adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada di

sumsum tulang (Larry, 2001).

d. Keping darah (Trombosit)

Trombosit (Platelet atau keeping darah) adalah sel-sel berbentuk

oval kecil yang di buat di sumsum tulang. Trombosit membantu dalam

proses pembekuan. Ketika pembuluh darah pecah, trombosit

membantu dalam proses pembekuan. Ketika pembuluh darah pecah,

trombosit berkumpul didaerah dan membantu menutup kebocoran.

Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran darah dan

secara konstan akan di gantikan oleh sel-sel baru (Larry, 2001).


12

4. Fungsi Darah

a. sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan

kimia, O2, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh fungsinya

normal dapat dijalankan dan menyingkirkan CO 2 dan hasil buangan

lainnya.

b. Mengantarkan O2 ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon

dioksida.

c. Sel darah putih menyediakan bahan pelindung dan karena gerakan

fagositisis dari beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan

bakteri.

d. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan

jaringan, menstabilkan cairan jaringan karena melalui cairan sel tubuh

menerima makanannya.

e. Hormon, dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaran

darah (Sadikin, 2001).

5. Volume Darah

Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu

perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah

cairan, sedangkan 45% sisanya dari sel darah. Dan jumlah ini

dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang di

padatkan yang berkisar antara 40-47. Volume darah dalam kondisi

sehat adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan
13

osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Susunan darah,

serum darah atau plasma terdiri atas :

a. Air terdiri dari 91%

b. Protein terdiri dari 8% (Albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)

c. Mineral tediri dari 0,9% (Nacl, Na 2CO3, garam dari kalsium, fosfor, Mg

dan Fe).

Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik, yaitu glukosa, lemak,

urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino (Sadikin, 2001).

B. Tinjauan Umum Tentang Hemoglobin

1. Definisi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme

(zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta, gama, dan delta),

berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen.

Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur hemoglobin

dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada.

Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol

asam amino pada rantai beta, gama dan delta (Sutedjo, 2014).

Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel

darah merah (SDM), yang memberi warna merah pada darah.

Hemoglobin terdiri dari atas zat besi yang merupakan pembawa

oksigen. Kadar hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena

keadaan hemokonsentrasi akibat dari dehidrasi ( kehilangan cairan).


14

Kadar hemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah

klinis (Joyce, 2013).

Hemoglobin adalah protein pada sel darah merah yang berfungsi

sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan

tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru

(Bakta, 2014).

2. Struktur Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang

dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka

protoporphyrin dan globin (tetra phirin). Menyebabkan warna darah

merah karena adanya Fe ini. Oleh karena itu hemoglobin dinamakan

juga zat darah. Bersama-sama dengan erythrocyte Hb dengan karbon-

dioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya merah tua. Darah

arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbon-

dioksida (CO2) (Hoffbrand, 2013).


15

Gambar 2.1 Struktur hemoglobin

( Sumber : Hoffbrand, 2013)

3. Sintesis Hemoglobin

Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkat O₂ ke jaringan

dan mengembalikan karbondioksida (CO₂) dan jaringan ke paru. Untuk

mencapai pertukaran gas ini, sel darah merah mengandung protein

spesial yaitu hemoglobin. Tiap sel darah merah mengandung sekitar

640 juta molekul hemoglobin. Tiap molekul hemoglobin A (Hb A)

dewasa normal (hemoglobin dominan dalam darah setelah usia 3-6

bulan) terdiri dari empat rantai polipeptida ᾳ₂ᵦ₂, masing-masing dengan

gugus heme-nya. Berat molekul HbA adalah 68.000. Darah orang

dewasa normal juga mengandung sejumlah kecil dua macam

hemoglobin lain: Hb F dan Hb A₂. Sintesis heme terutama terjadi di

mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang bermula


16

dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A oleh kerja enzim

yang bersifat membatasi kecepatan reaksi yaitu asam δ-aminolevulinat

(ALA) sintase. Piridoksal fosfat (vitamin B₆) adalah suatu koenzim

untuk reaksi ini, yang dirangsang oleh eritropoietin. Akhirnya,

protoporfirin bergabung dengan besi dalam bentuk ferro (Fe⁺) untuk

membentuk heme. Masing-masing molekul heme bergabung dengan

satu rantai globin yang dibuat pada poliribosom. Suatu tetramer yang

terdiri dari empat rantai globin masing-masing dengan gugus hemenya

sendiri dalam satu “kantung” kemudian dibentuk untuk menyusun satu

molekul hemoglobin (Hoffbrand, 2013).

4. Fungsi Hemoglobin

Sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut O 2 dari

paru-paru ke jaringan dan kembali dalam darah vena dengan

membawa CO2 ke paru-paru. Seiring molekul hemoglobin mengangkut

dan melepas O2, setiap rantai globin. Pada molekul hemoglobin terus

bergerak mendekati satu sama lain. Kontak antara α 1β1 dan α2β2

menstabilkan molekul tersebut. Rantai β bergeser pada kontak α 1β2

dan α2β1 selama oksigenasi dan deoksigenasi. Pada saat O 2

dilepaskan, rantai β ditarik berpisah, memungkinkan masuknya

metabolit 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) yang menyebabkan penurunan

afinitas molekul tersebut terhadap O 2. Pergerakan ini bertangung

jawab atas bentuk sigmoid kurva disosiasi O 2. (Hoffbrand, 2013).


17

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke

seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari

seluruh sel ke paru-paru untuk di keluarkan dari tubuh. Mioglobin

berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan

melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80%

besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun manfaat hemoglobin antara lain :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam

jaringan-jaringan tubuh.

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh

jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk di buang (Depkes RI, 2009).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Hemoglobin

a. Kecukupan besi dalam tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia

gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel merah yang lebih kecil

dan kandungan hemoglobin yang lebih rendah. Besi juga merupakan

mikronutrien essensial dalam memproduksi hemoglobin yang

berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Besi

berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan

mioglobin dalam sel otot (Gibson, 2005).


18

b. Pola makan

Sumber zat besi terdapat dimakanan bersumber dari hewani

dimana hati merupakan sumber yang paling banyak mengandung Fe

(antara 6,0 mg sampai 14,0 mg). sumber lain juga berasal dari

tumbuh-tumbuhan tetapi kecil kandungannya (Gibson, 2005).

c. Kebiasaan minum teh

Komsumsi teh setiap hari dapat menghambat penyerapan zat besi

sehingga akan mempengaruhi kadar hemoglobin (Gibson, 2005).

6. Nilai Normal Hemoglobin

a. Wanita : 12 – 16 g/dl

b. Pria : 14 - 18 g/dl

c. Anak : 10 – 16 g/dl

d. Bayi baru lahir : 12 – 24 g/dl (Sutedjo, 2012).

7. Penurunan Kadar Hemoglobin

Fungsi utama dari hemoglobin adalah bergabung dengan oksigen

dalam paru-paru dan kemudian melepaskan oksigen ini dalam kapiler

jaringan perifer. Sedangkan oksigen merupakan bahan bakar utama

dalam setiap proses di setiap organ tubuh. Maka penurunan kadar

hemoglobin dalam darah akan mengakibatkan berkurangnya suplai

oksigen pada organ-organ vital seperti otak, dan jantung (Gibson,

2005).
19

Penurunan kadar hemoglobin yang disebut juga sebagai anemia

mempengaruhi viskositas darah. Pada anemia berat viskositas darah

dapat mengalami penurunan hingga 1,5 kali viskositas air. Keadaan ini

mengurangi tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh darah

perifer sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung akibat

jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali ke

jantung melebihi normal. Hipoksia yang terjadi juga membuat

pembuluh darah perifer akan berdilatasi yang berakibat meningkatnya

jumlah darah yang kembali ke jantung serta meningkatkan curah

jantung yang lebih tinggi. Jadi, keadaan anemia dapat berefek

meningkatkan curah jantung dan meningkatkan beban kerja

pemompaan jantung. (Gibson, 2005).

8. Respon Tubuh Terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin

a. Sering pusing

Hal ini disebabkan otak kekurangan pasokan oksigen yang dibawa

hemoglobin terutama pada saat tubuh membutuhkan tenaga yang

banyak.

b. Pingsan

Kekurangan oksigen dalam otak yang bersifat ekstrim / dalam jumlah

besar akan menyebabkan seseorang menjadi pingsan.

c. Mata berkunang-kunang.
20

d. Kurangnya oksigen dalam otak akan mengganggu pengaturan saraf –

saraf pusat mata.

e. Nafas cepat

Jika hemoglobin berkurang untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka

kompensasinya akan menaikkan frekuensi nafas (Gibson, 2005).

C. Tinjauan Umum Tentang Donor Darah

1. Definisi Donor Darah

Donor darah adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya

untuk orang lain yang membutuhkan darah (Bakta, 2014).

Donor darah adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sukarela untuk tujuan transfusi darah bagi orang lain yang

membutuhkan. Donor darah berhubungan dengan kondisi medis

seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,

operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah

merah (Depkes RI, 2009).

Donor darah secara sederhana adalah penderma darah atau

orang yang menyumbangkan darahnya untuk menolong orang lain

yang memerlukannya. Pemberian darah yang ada pada tubuh

manusia kepada orang lain sangat bermanfaat bagi kesehatan

penerimanya (Pusdiklat, 2010).

2. Syarat Menjadi Pendonor Darah


21

a. Tercatat identitas (nama, alamat, pekerjaan).

b. Berat badan lebih dari 50 kg untuk donor standar 450 ml. donor yang

berat badannya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan darah

sesuai berat badannya.

c. Suhu oral tidak melebihi 37,5 derajat celcius.

d. Denyut nadi harus teratur antara 50-100 kali per menit.

e. Tekanan sistolik arterial harus di antara 90 dan 180 mmHg serta

tekanan diastoliknya di antara 50-100 mmHg.

f. Kadar hemoglobin pada wanita paling tidak 12,5 g/dl dan pria

13,5 g/dl.

g. Interval donasi tiga bulan (Bakta, 2014).

3. Penyaringan Donor Darah

Seorang donor harus dalam keadaan sehat dan harus bebas dari

faktor-faktor berikut ini :

a. Riwayat hepatitis virus sekarang atau terdahulu atau riwayat kontak

dengan klien hepatitis.

b. Riwayat memperoleh transfuse darah.

c. Riwayat sifilis atau malaria yang tidak diobati.

d. Riwayat penyalahgunaan obat melalui suntikan.

e. Riwayat kemungkinan pajanan dengan virus AIDS.

f. Infeksi kulit.

g. Riwayat asma yang baru, urtikaria, atau alergi obat.


22

h. Kehamilan dalam 6 bulan terakhir. (Bakta, 2014).

4. Manfaat Donor Darah

a. Mengetahui golongan darahnya. Sebelum mendonorkan darah,

pendonor harus melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap

golongan darahnya.

b. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali.

Misalnya tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan

Malaria).

c. Menjaga kesehatan jantung. Tingginya kadar zat besi dalam darah

akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit

jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan

oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada

dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena

serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah

maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya

menurunkan risiko penyakit jantung.

d. Meningkatkan produksi sel darah merah. Donor darah juga akan

membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah.

Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena

sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah

merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan

mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan


23

darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk

menstimulasi pembuatan darah baru.

e. Membantu penurunan berat tubuh. Menjadi donor darah adalah

salah satu diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan

memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu proses

pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang

banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

f. Mendapatkan kesehatan psikologis. Menyumbangkan hal yang tidak

ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita

merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan,

orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan

merasakan tetap berenergi dan bugar (Depkes RI, 2009).

5. Tujuan Donor Darah

a. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.

b. Memelihara keadaan biologis darah atau kompenen – kompenennya

agar tetap bermanfaat.

c. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada

peredaran darah (stabilitas peredaran darah).

d. Mengganti kekurangan kompenen seluler atau kimia darah.

e. Meningkatkan oksigenasi jaringan (Depkes RI, 2009) .

6. Komplikasi Donor Darah


24

a. Perdarahan hebat pada tempat tusukan vena donor akibat kelainan

perdarahan pada donor, atau akibat kesalahan teknis seperti

tekanan tornikuet yang terlalu tinggi dan laserasi vena.

b. Pingsan, relatif sering terjadi dan biasanya berhubungan dengan

faktor emosi serta akibat hilangnya volume darah, maka dapat terjadi

hipotensi dan pingsan (donor yang tampak pucat atau mengeluh

akan pingsan harus segera dibaringkan atau duduk dengan kepala

lebih rendah dari lutut ). Perawat harus mengawasi donor ini selama

30 menit kemudian.

c. Nyeri dada, dapat terjadi pada klien yang tidak diduga menderita

penyakit arteri koroner.

d. Kejang, terjadi pada klien dengan epilepsy (Bakta, 2014).

7. Keadaan Yang Menunda Menjadi Pendonor Darah

a. Sedang sakit demam, jangka waktu menyumbangkan adalah 1

minggu setelah sembuh.

b. Setelah cabut gigi, jangka waktu menyumbangkan adalah 5 hari

setelah sembuh.

c. Setelah operasi kecil, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan.

d. Setelah operasi besar, jangka waktu menyumbangkan adalah 12

bulan.

e. Setelah melakukan transfusi, jangka waktu menyumbangkan adalah

1 tahun.
25

f. Setelah tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplansi, jangka waktu

menyumbangkan adalah 1 tahun.

g. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis, jangka waktu

menyumbangkan adalah 1 tahun.

h. Sedang hamil, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan

setelah melahirkan.

i. Sedang menyusui, jangka waktu menyumbangkan adalah 3 bulan

setelah berhenti menyusui.

j. Setelah sakit malaria, jangka waktu menyumbangkan adalah 3 bulan

setelah bebas dari gejala malaria.

k. Bila tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut,

jangka waktu menyumbangkan adalah 3 tahun setelah keluar dari

daerah tersebut.

l. Bila sakit tifus, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan

setelah sembuh.

m. Setelah vaksin, jangka waktu menyumbangkan adalah 8 minggu.

n. Ada gejala alergi, jangka waktu menyumbangkan adalh 1 minggu

setelah sembuh(Depkes RI, 2009).

8. Proses Pemulihan, Pematangan atau Pengembalian Hemoglobin

Setelah Donor Darah :

Pematangan Eritrosit
26

Stadium-stadium diferensiasi dan pematangan sel-sel eritrositik

adalah pembentukan proeritroblast, eritroblast basofilik, eritroblast

polikromatofilik, normoblast, retikulosit, dan akhirnya eritrosit. Sel yang

matang adalah sel yang telah berdeferensiasi ke stadium dimana ia

telah mempunyai kemampuan melakukan fungsi spesifiknya. Proses

pematangan adalah sintesis hemoglobin dan bentukan sel darah yang

kecil, eritrosit yang mempunyai kemampuan terbesar untuk difusi

oksigen.

Selama pematangan sel-sel eritrosit, terjadi perubahan morfologi

dan histology berikut, sesuai dengan peristiwa biokimia perkembangan

sel eritroid :

a. Volume sel berkurang.

b. Anak inti ukurannya berkurang sampai inti tidak terlihat.

c. Kromatin inti bertambah padat sampai inti tampak piknotik dan

akhirnya dikeluarkan dari sel.

d. Terdapat penguraian jumlah poliribosum dan peningkatan

jumlah hemoglobin dalam sitoplasma dan jumlah mitokondria

berkurang.

Beberapa tahapan-tahapan pembentukan hemoglobin (Hb) setelah

donor darah :

1. Proeritroblast
27

Proeritroblast adalah sel yang memiliki garis tengah besar yang

mengandung semua elemen khas daripada sel yang mengalami

sintesis protein yang hebat. Inti sferis terletak ditengah, menduduki

80% sel, dengan struktur kromatin yang halus dan 1 atau 2 anak inti

yang besar. Sitoplasma bersifat sangat basofilik, dengan daerah pusat

sekitar inti.

Fungsi utama protein yang disintesis oleh proeritroblast adalah

untuk menyesuaikan diri dalam peningkatan masa protoplasma sel,

karena sel ini membelah dengan cepat. Sintesis hemoglobin juga

mulai berlangsung, karena protein ini dapat dideteksi dengan

mikrospektrofotometri. Vesikel-vesikel pinositotik dan feritin dapat

dilihat dalam sitoplasma. Pada stadium ini, jumlah hemoglobin terlalu

sedikit untuk dapat dideteksi dengan teknik pewarnaan biasa.

2. Eritroblast Basofilik

Eritroblast Basofilik sedikit lebih kecil garis tengahnya dari pada

proeritroblast dan mempunyai inti yang bentuknya sama seperti

proeritroblast yang menempati tiga perempat sel. Kromatin lebih

padat, dan bentuk heteroktromatin dan eukromatin memberikan

bentuk seperti permukaan jam. Anak inti tidak tampak dan ada sedikit,

bila ada, retikulum endoplasma, poliribosom terdapat dalam

sitoplasma, dan mereka banyak berperan dalam sifat basofilik sel

tersebut. Aparatus golgi berkembangan dengan baik, dan sel


28

menunjukkan banyak mitokondria. Mikrotubulus dan mikrofilamen juga

terdapat dalam sitoplasma. Eritroblast basofilik mengalami

pembelahan mitosis dan hemoglobin terus terbentuk.

3. Eritroblast Polikromatofilik

Eritroblast Polikromatofilik memiliki garis tengah yang lebih kecil

lagi dari pada eritroblast basofilik, dengan inti yang menduduki

setengah sel atau kurang mengandung kromatin yang lebih padat

dalam bentuk papan mainan. Eritroblast polikromatofilik ini

mengandung hemoglobin yang jumlahnya cukup untuk menyebabkan

sitoplasma asidofilia (merah muda), yang bila ditambahkan pada

basofilia memberikan sifat warna merah muda keabu-abuan pada

sitoplasma.

Sisa organel-organel ukurannya berkurang, tetapi pinositosis

sepanjang membran plasma tetap ada. Waktu berada dalam stadium

ini, sel mengalami sejumlah pembelahan mitosis yang masing-masing

disertai oleh peningkatan derajat diferensiasi eritrosit.

4. Normoblast

Normoblast memiliki garis tengah yang lebih kecil lagi daripada

eritroblast polikromatofilik. Inti menunjukkan heterokromatin yang

berkondensiasi, menjadi lebih kecil sehingga ia menempati kurang dari

satu per empat daerah sel, dengan terdorong eksentrik. Sitoplasma sel

ini biasanya asidofilik karena banyak mengandung hemoglobin yang


29

sudah mulai terbentuk atau sudah mulai pulih, namun sedikit basofilia,

yang menyatakan polisom tetap ada. Mitokondria dan apparatus golgi

menjadi lebih kecil dan mulai degenerasi. Setelah 3 pembelahan

mitosis ini, inti piknotik tidak mampu mengadakan replikasi lebih lanjut

dan kemudian dikeluarkan.

5. Retikulosit

Pada setiap saat normoblast menaruh serangkaian sitoplasma

ke depan. Selama aktivitas ini, inti terdorong, diliputi lapisan tipis

sitoplasma yang mengandung hemoglobin. Inti yang menonjol keluar

yang terpisah dari normoblast ditelan oleh makrofag sumsum tulang.

Pengeluaran ini dapat terjadi pada stadium pematangan yang lebih

awal daripada normoblast, dimana eritrosit akan lebih besar daripada

normoblast dan dinamakan makrosit. Setelah kehilangan intinya

bagian yang kehilangan atau bagian sisa sel dinamakan retikulosit.

Retikulosit mampu berkontraksi, membentuk lipatan pada

tempat-tempat tertentu dan menonjol pada tempat lain. Retikulosit

masuk masuk dalam sirkulasi dengan mengirimkan pseudopodia yang

menembus dinding sinusoid kapiler dan akhirnya masuk kedalam

lumen. Periode pematangan retikulosit dalam sirkulasi adalah 24-48

jam, dengan masa hidup kira-kira 72 jam. Selama periode ini, terjadi

autofagia dan ereksi berbagai organel.


30

Retikulosit berada dari eritrosit karena tetap mangandung

sedikit RNA, jadi menunjukkan basofilia, sedikit difus yang menutupi

asidofilia yang hebat dari hemoglobin. Retikulosit merupakan eritrosit

muda. Peningkatan jumlah retikulosit dalam darah menunjukkan

peningkatan pembentuk eritrosit selama jumlah retikulosit dalam

sumsum tulang tidak berkurang.

6. Eritrosit atau Eritron

Eritron adalah jumlah keseluruhan sel eritrosit dan sel-sel

prekursornya tersebar luas, tetapi secara fungsionalnya merupakan

satu organ. Fungsi utamanya adalah mensuplai organisme dengan

oksigen yang diperlukan untuk metabolism jaringan. Selain itu

mengangkut Co2, suatu gas yang ditransport dalam bentuk larutan

dalam plasma dikeluarkan dari paru-paru. Eritron dapat dibagi menjadi

2 fungsional :

a. Ruang sirkulasi atau ruang darah.

b. Ruang medula atau sumsum tulang dimana merupakan

pembentukan elemen-elemen baru berlangsung.

Waktu penimbunan dan sintesis sel yang mengandung

hemoglobin terus menerus, pembaharuan sel-sel yang dikeluarkan ke

dalam sirkulasi diperlukan karena eritrosit matang dalam tubuh

manusia mempunyai masa paruh sekitar 120 hari. Pembaruan sel

tergantung pada kelangsungan hidup ruang seluler lain yang melalui


31

mekanisme homestatik membuat bentuk-bentuk imatur sel tersedia

untuk pematangan. Sejumlah zat penting untuk eriton agar berfungsi

tepat dan untuk pembentukan eritrosit dan hemoglobin. Diantara zat-

zat ini adalah besi, vitamin B12, dan asam folat.(Zainuddin, 2015)

D. Tinjauan umum Tentang Pemeriksaan Hemoglobin

1. Cara larutan Cupri Sulfat (CuSO4)

Darah dengan kadar hemoglobin lebih besar dari 12 g/dl akan

memiliki BJ lebih dari 1.053, sehingga tetesan darah akan tenggelam

dalam larutan CuSO4 BJ 1.053, sebaliknya jika darah terapung, maka

kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl.

Cara kerja :

Disiapkan larutan CuSO4 BJ 1.053 didalam beaker glas kira-kira 20

ml, didesinfeksi ujung jari manis donor dengan kapas alkohol 70%,

lakukan penusukan dengan pososi vertikal, gunakan lanset steril,

diusap jari donor dengan kapas kering, diambil darah donor dengan

menggunakan capillary tube, teteskan darah donor kedalam larutan

CuSO4 BJ 1.053, tunggu selama 15 detik (Pusdiklat, 2010).

2. Cara Fotoelektrik : Sianmethemoglobin

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin

(hemiglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan

kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm

atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah
32

hemoglobin,oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin

menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan

karena itu tidak ikut diukur (R.Gandasoebrata, 2011).

Cara kerja :

Masukkan kedalam tabung kolorimeter 5,0 ml larutan Drabkin,

dengan pipet hemoglobin diambil 20 l darah (kapiler, EDTA atau

oxalat), sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu

dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya

beberapa kali, Campurkan isi tabung dengan membalikkannya

beberapa kali. Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan

hemoglobin menjadi sianmethemoglobin, dibaca dalam

spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai blanko digunakan

larutan Drabkin, kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan

absorbansinya dengan absorbansi standard sianmethemoglbin atau

dibaca dari kurve tera (R.Gandasoebrata, 2011) .

3. Cara Tallquist

Membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang

bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah

tua. Warna darah yang menempel pada kertas saring tallquist

dibandingkan dengan warna standart yang tersedia pada buku

tallquist.
33

Cara kerja :

Lakukan sterilisasi lokal dengan kapas alkohol 70% kemudian

lakukan tusukan perifer (hapus tetesan pertama yang keluar),

teteskan setetes darah pada kertas saring tallquist setelah kering

cocokkan warnanya dengan standar warna yang ada pada buku

tallquist.

4. Cara Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam setelah

darah ditambah dengan HCl 0,1 N dan diencerkan dengan aquadest,

kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan

standar dalam alat itu (R.Gandasoebrata, 2011).

Cara kerja :

Dimasukkan HCl 0,1 N sampai tanda 2 kedalam tabung

pengencer hemometer, diisap darah (kapiler,EDTA atau oxalat)

dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 l, dihapus darah

yang melekat pada sebelah luar ujung pipet, segera di alirkan darah

dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi HCl itu. Hati-

hati jangan sampai terjadi gelembung udara, diangkat pipet itu

sedikit, lalu isap larutan HCl 0,1 N yang jernih 2 atau 3 kali untuk

membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet, kemudian

dihomogenkan, dibiarkan selama 3-5 menit agar terbentuk asam

hematin yang berwarna coklat muda, diencerkan dengan aquadest


34

setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang pengaduk dan di

bandingkan dengan standar warna haemometer lalu dicatat hasil

yang didapat (R.Gandasoebrata, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Metode Sahli :

1. Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama

2. Sumber cahaya yang kurang baik

3. Kelelahan mata

4. Alat-alat kurang bersih

5. Ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi

6. Pemipetan yang kurang akurat

7. Warna gelas standar pucat / kotor

8. Penyesuaian warna yang diperiksa dalam komparator kurang

akurat

E. Kerangka konseptual

Pendonor yang datang untuk tujuan donor darah memeriksakan

kadar hemoglobinnya sebelum donor darah, kemudian setelah selesai

maka dilakukan donor darah. Setelah donor darah selesai diberikan

waktu untuk istirahat kurang lebih 10-15 menit kemudian dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin kembali kepada pendonor dengan

metode sahli. Pada saat setelah donor darah sebanyak 350 cc terjadi

pemekatan pada darah karena berkurangnya Fe atau zat besi yang

ada didalam darah, dan setelah diberikan waktu istirahat pada


35

pendonor terjadi pengenceran pada darah atau hemodilusi yang

diakibatkan kadar hemoglobin pada pendonor setelah donor darah

menurun.

F. Kerangka konsep

Pendonor

Sampel Darah Sampel Darah


Donor Darah
sebelum donor sesudah Donor

Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin metode Sahli

Pemekatan Darah

Pengenceran Darah

Kadar Hemoglobin
Menurun

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
36

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu untuk

mengetahui gambaran hasil kadar hemoglobin pada pendonor sebelum

dan sesudah melakukan donor darah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan 26 Juni sampai 7 Juli 2017.

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pendonor di Bank Darah Rumah

Sakit Umum Daerah Pangkep.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pendonor yang memenuhi kriteria

sebanyak 18 pendonor.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kadar hemoglobin lebih dari 12 g/dl.

b. 36kg.
Berat badan minimal 45

c. Tekanan darah sistole 110 – 160 mmHg, diastole


37

70 – 100 mmHg.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Donor Darah.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kadar Hemoglobin.

E. Defenisi Operasional

1. Pemeriksaan kadar hemoglobin adalah untuk mengetahui kadar

hemoglobin seseorang sebelum dan setelah melakukan donor darah.

Metode yang digunakan pada penelitian ini metode Sahli.

2. Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama yang terdapat

dalam sel darah merah terbentuk dari protoporfirin dan besi (hem)

dan rantai polipeptida (globin).

3. Pendonor adalah orang yang menyumbangkan darahnya atau

kompenen darahnya kepada donor/recipient yang membutuhkan.

F. Kerangka Operasional
Pendonor

Darah Kapiler
38

Sebelum donor darah Pemeriksaan kadar


Sesudah donor darah
hemoglobin metode Sahli

Hasil pemeriksaan

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

G.Instrumen Penelitian

Prosedur kerja Cara Sahli

1. Pra Analitik

a. Alat

Lancet, haemometer (tabung pengencer, pipet hemoglobin, pipet

tetes, selang penghisap, batang pengaduk), Autoclik.

b. Bahan

Darah kapiler, kapas alkohol 70%, HCl 0,1N, aquadest.

2. Analitik

Cara Kerja :

Dimasukkan HCl 0,1 N sampai tanda 2 kedalam tabung pengencer

haemometer, diisap darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai

garis tanda 20 ml, dihapus darah yang melekat pada sebelah luar

ujung pipet, segera di alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung
39

pengencer yang berisi HCl 0,1N. Hati-hati jangan sampai terjadi

gelembung udara, diangkat pipet itu sedikit, lalu isap larutan HCl 0,1

N yang jernih 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih

tinggal dalam pipet, kemudian dihomogenkan, dibiarkan selama 3-5

menit agar terbentuk asam hematin yang berwarna coklat muda,

diencerkan dengan aquadest setetes demi setetes sambil diaduk

dengan batang pengaduk dan di bandingkan dengan standar warna

haemometer lalu dicatat hasil yang didapat.

3. Pasca Analitik

Kadar Hb dibaca dalam satuan gr/dl.

Nilai normal: Wanita : 12-16 g/dl

Pria : 14-18 g/dl

Anak : 10 – 16 g/dl

Bayi baru lahir : 12 – 24 g/dl (Sutedjo, 2012).

H. Analisa Data

Hasil dari penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dinilai

secara deskriptif lalu dibahas secara narasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
40

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan di Bank Darah Rumah

Sakit Umum Daerah Pangkep. Yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Sebelum Donor Darah.

Hasil Pemeriksaaan hemoglobin


Kode
NO Jenis Kelamin Sebelum donor
Sampel
(g/dl)
1 A Laki-laki 15,2
2 B Laki-laki 14,6
3 C Laki-laki 14,2
4 D Laki-laki 14,4
5 E Laki-laki 14,6
6 F Perempuan 14,0
7 G Laki-laki 14,8
8 H Perempuan 13,6
9 I Laki-laki 14,8
10 J Laki-laki 14,6
11 K Laki-laki 14,2
12 L Perempuan 13,0
13 M Perempuan 13,2
14 N Perempuan 13,6
15 O Laki-laki 14,4
16 P Laki-laki 14,6
17 Q Laki-laki 15,0
18 R Laki-laki 15,2

(Sumber : data primer 2017).

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin sesudah donor darah.


Hasil Pemeriksaaan hemoglobin
Kode 40
NO Jenis Kelamin Sesudah donor
Sampel
(g/dl)
1 A Laki-laki 14,8
2 B Laki-laki 14,2
3 C Laki-laki 14,0
41

4 D Laki-laki 14,2
5 E Laki-laki 14,4
6 F Perempuan 13,6
7 G Laki-laki 14,6
8 H Perempuan 13,2
9 I Laki-laki 14,4
10 J Laki-laki 14,2
11 K Laki-laki 14,0
12 L Perempuan 12,6
13 M Perempuan 12,8
14 N Perempuan 13,2
15 O Laki-laki 14,2
16 P Laki-laki 14,2
17 Q Laki-laki 14,6
18 R Laki-laki 14,8
(Sumber : data primer 2017)

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah


donor darah.
Kode Hasil Pemeriksaaan hemoglobin
NO Sampe Jenis Kelamin Sebelum donor Sesudah donor
l (g/dl) (g/dl)
1 A Laki-laki 15,2 14,8
2 B Laki-laki 14,6 14,2
3 C Laki-laki 14,2 14,0
4 D Laki-laki 14,4 14,2
5 E Laki-laki 14,6 14,4
6 F Perempuan 14,0 13,6
7 G Laki-laki 14,8 14,6
8 H Perempuan 13,6 13,2
9 I Laki-laki 14,8 14,4
10 J Laki-laki 14,6 14,2
11 K Laki-laki 14,2 14,0
12 L Perempuan 13,0 12,6
13 M Perempuan 13,2 12,8
14 N Perempuan 13,6 13,2
42

15 O Laki-laki 14,4 14,2


16 P Laki-laki 14,6 14,2
17 Q Laki-laki 15,0 14,6
18 R Laki-laki 15,2 14,8
(Sumber : data primer 2017)

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 18 sampel yang diperiksa

kadar hemoglobin sebelum dan sesudah donor darah, di dapatkan hasil

kadar hemoglobin tertinggi sebelum donor darah 15,2 g/dl, kadar

hemoglobin terendah sebelum donor darah 13,0 g/dl, dan kadar

hemoglobin tertinggi sesudah donor darah 14,8 g/dl, kadar hemoglobin

terendah sesudah donor darah 12,6 g/dl. Sehingga di dapatkan hasil

rata-rata kadar hemoglobin sebelum donor darah 14,1 g/dl dan hasil rata-

rata kadar hemoglobin sesudah donor darah 14,0 g/dl.

B. Pembahasan

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu untuk

mengetahui gambaran hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada

pendonor sebelum dan sesudah melakukan donor darah.

Dalam analisis sampel pemeriksaan hemoglobin ini dilakukan dengan

menggunakan alat haemometer metode Sahli. Alat haemometer metode

sahli adalah sebuah pengukur kadar hemoglobin berdasarkan cara

hematin asam atau satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah

diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi


43

asam hematin dan di tambahkan dengan aquadest sampai warna sama

dengan warna standar.

Penelitian yang di lakukan di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep selama kurang lebih dua minggu di mana terhitung dari tanggal

26 Juni sampai dengan 7 Juli 2017 didapatkan sampel sebanyak 18

pendonor yang berhasil mendonorkan darahnya. Sebelum donor darah

dilakukan calon pendonor terlebih dahulu melakukan pemeriksaan fisik

seperti melakukan tes tekanan darah dan melakukan penimbangan berat

badan, setelah itu calon pendonor memeriksakan kadar hemoglobin

metode sahli apabila kadar hemoglobin pada wanita 12-16 g/dl dan laki-

laki 14-18 g/dl maka di katakan sebagai pendonor yang siap melakukan

donor darah sebanyak 350 cc. Setelah donor darah selesai pendonor di

arahkan untuk beristirahat kurang lebih 10-15 menit sebelum dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin kembali.

Dari hasil yang di dapatkan kadar hemoglobin setelah melakukan

donor darah sebanyak 350 cc terjadi penurunan kisaran 0,2 sampai 0,4

g/dl karena terjadinya pengenceran darah (hemodilusi) pada saat donor

darah berlangsung. Namun penurunan tersebut masih dalam kisaran

normal karena waktu yang dibutuhan untuk pemulihan masih kurang dan

belum terjadi pengenceran yang optimal pada darah. Penurunan kadar

hemoglobin setelah donor disebabkan karena berkurangnya sel darah

merah atau eritrosit dan protein yang mengandung zat besi yang ada
44

didalam darah akibat dari donor darah yang telah dilakukan. Faktor lain

yang dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin adalah

meningkatnya aktivitas fisik dimana seseorang memiliki berbagai macam

aktivitas yang dapat menyebabkan tubuh menjadi kelelahan dan kurang

mendapatkan istirahat, kurangnya asupan nutrisi dalam tubuh terutama

pada ibu hamil, seperti makanan yang mengandung zat besi, asam folat,

dan vitamin B12, pendarahan serius seperti yang terjadi pada kasus wasir

berdarah, operasi, kecelakaan, proses persalinan, kanker, infeksi usus,

dan hancurnya sel darah dalam tubuh, seperti pembesaran limpa dalam

tubuh, anemia hemolitik, maupun kekurangan enzim yang dapat membuat

sel-sel darah merah lebih cepat mati.

Cara mengatasi kadar hemoglobin yang rendah dalam darah yaitu

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, asam

folat, vitamin C, dan zat besi seperti bayam, tomat, brokoli, kacang-

kacangan, jeruk, pisang, jambu biji, papaya, dan mangga.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
45

Berdasarkan dari hasil penelitian gambaran kadar hemoglobin pada

pendonor sebelum dan sesudah melakukan donor darah yang dilakukan di

Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep pada tanggal 26 Juni

sampai dengan 7 Juli 2017, menggunakan sampel sebanyak 18 pendonor.

Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan kadar hemoglobin setelah donor

darah tapi tidak signifikan atau tidak bermakna karena kadar hemoglobin

pada pendonor masih dalam kisaran kadar hemoglobin normal.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti

menyarankan perlu di lakukan penelitian lebih lanjut mengenai berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk terjadi pengenceran yang optimal pada darah

dan waktu pengembalian hemoglobin stabil pada pendonor sehingga dapat

memberikan informasi yang lebih jelas pada pendonor dan bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai