Anda di halaman 1dari 64

SEMINAR KMB

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN ANEMIA


DI RUANG RAWAT INAP INTERNE RSU MAYJN H.A
THALIB KERINCI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 dan 3

1. Pebie Yenanda, S.Kep (2114901047) 1. Feggi Nurzarti, S.Kep(2114901050)


2. Yoki Saputra, S.Kep (2114901048) 2. Tri Wilya N, S.Kep (2114901059)
3. Dinaliza Utami, S.Kep (2114901054) 3. Siska Uli H, S.Kep (2114901057)
4. Ira Haningsih, S.Kep (2114901055) 4. Nurul Afiza, S.Kep(2114901060)

PRESEPTOR AKADEMIK :
Ns. Fitrianola Rezkiki, M.Kep ( )
Ns. Imelda R Kartika, M.Kep ( )

PRESEPTOR KLINIK :
Ns. Deritawati, S.Kep ( )
Ns. Herlina, S.Kep ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah seminar dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnose
Anemia di Ruang Rawat Inap Interne RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci”. Makalah
ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok praktek klinik
Keperawatan Medikal Bedah (KMB).
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung
terselesainya makalah ini.
Penulisan menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnakannya makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Sungai Penuh, Juni 2022

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi

hemoglobin yang rendah dalam darah. Menurut Jitowiyono (2018), anemia

adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang

sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Menurut

Kemenkes RI (2013), anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel

darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah hemoglobin

tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Jadi dapat disimpulkan anemia

merupakan kurang darah atau kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah

merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.

Prevelensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%,

sedangkan di negera maju sebesar 6%. Menurut WHO (2013), apabila

prevelensi ≥40% termasuk katagori berat, sedangkan 20-39% sedang, 5-

19,9% ringan, dan besar <5% normal (WHO, 2015). Menurut hasil Riskesdes

tahun 2013, prevelensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, Kemenkes RI

(2014) yang dikutip oleh (Listiani, 2016) data survey kesehatan rumah tangga

dilakukan tahun 2012 menyatakan bahwa penderita anemia usia 19-45 tahun

(laki-laki dan perempuan) sebesar 39,5%. Wanita mempunyai resiko terkena

anemia paling tinggi terutama pada remaja putrim Kemenkes RI (2014) yang

di kutip oleh (Listiani, 2016).

Berdasarkan study lapangan selama tiga hari pada tanggal 3-5 Juni

2022 di ruang Interne di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kota
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci didapatkan data bahwa pasien dengan kasus

anemia. Pada terapi transfusi darah dapat berupa meningkatkan kadar

hemoglobin dan untuk menggantikan darah yang hilang. Pasien harus

mendapatkan bantuan dari perawat dan juga keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Dalam hal ini perawat memiliki peran sebagai care giver

dalam memberikan asuhan keperawatan secara optimal dan komprehensif.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menguraikan

pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan anemia di Ruang

Perawatan Interne Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kota Sungai

Penuh Kabupaten Kerinci

B. Tujuan Penulis

a. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran nyata dalam menerapkan Asuhan

Keperawatan pada klien Tn. S dengan Anemia.

b. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan proses Asuhan Keperawatan pada klien Tn. S dengan

Anemia.

2. Membandingkan antara teori dan praktik Asuhan Keperawatan pada

klien Tn. S dengan Anemia

3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

melaksanakan proses keperawatan pada klien Tn. S dengan Anemia

4. Melaksanakan pemecahan masalah pada klien Tn. S dengan Anemia


BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan yang menunjukan rendahnya hitung sel

darah merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit dibawa normal. Anemia

bukan merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan

pencerminan terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi

tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terhadap kekurangan

jumlah hemoglobin untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevelensi

anemia di Indonesia menurut kelompok populasi paling sering terjdi pada

populasi wanita dewasa hamil dengan prevelensi 50-70%, di ikuti wanita

dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia

sekolah 25-35% (Handayani & Haribowo, 2008).

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia

menunjukan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia

merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang

berada tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh. Secara laborotoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan

kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal

(Handayani & dapat menggunakan Haribowo, 2008).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia kriteria WHO pada tahun


1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & andi, 2008) :

1) Laki-laki dewasa Hb <13gr/dl

2) Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12 gr/dl

3) Perempuan dewasa hamil Hb <11 gr/dl

4) Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl

5) Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktek klinik

pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut

(Handayani & Haribowo. 2008).

1) Hb < 10 gr/dl

2) Hematokrit < 30%

3) Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat

anemia yang umum dipakai adalah (Handayan & Haribowo. 2008).

1) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl

2) Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

3) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl

4) Berat Hb < 6 gr/dl


2. Anatomi dan Fisiologi Anemia

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah

diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ

khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah

merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% -

10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah

darah pada tiap-tiap organ tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan

serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 kompunen

utama, yaitu sebagai berikut (Varney H, 2006).

1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,

elektrolit, dan protein darah.

2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-

komponen berikut ini.

3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± reed blood cell

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).

5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,

termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang

berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Cairan darah tersusun

atas kompunen sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel darah terbagi

menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5 ribu per mm2 darah) dan

leukosit (sel darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm2

darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap satu leukosit.

Leukosit dapat berada dalam beberapa bentuk : eosinofil, basofil, monosit,


netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam supensi plasma, ada juga fragmen-

fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai

450.000 trombosit per mm2 darah). Komponen seluler darah ini normalnya

menyusun 40% sampai 45% volume darah. Fraksi darah yang ditempati

oleh eritrosit disebut hematokrit.

Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya

ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.

Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan

berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersikulasi di dalam sistem veskuler dan

berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang

diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastroinestinal

ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah juga mengangkut produk

sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel ke paru, kulit, dan ginjal yang

akan di transformasi dan dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa

hormon dan antibodi ke tempat sasaran atau tujuan. Untuk menjalankan

fungsinya, darah harus tetap berada dalam keadan cairan normal. Karena

berupa cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan darah dari sistem

vasekuler akibat trauma.

Untuk mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembentukan

yang sangat peka yang diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat

kebocoran pada pembuluh darah. Pembekuan yang berlebihan ini juga sama

bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah kejaringan vital. Untuk

menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme febrinolitik yang

kemudian akan melarutkan bekuan yang berbentuk dalam pembuluh darah.


Darah dan kompunennya mempunyai fungsi lainnya, yaitu :

1) Transportasi (sari makanan,oksigen, karbondioksida, sisa metabolisme,

dan air)

2) Trasportasi hormon menuju organ terget dan enzim menuju sel tubuh

3) Termogulasi (pengatur suhu tubuh)

4) Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)

5) Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui buffer

dan asam amino yang ada di dalam plasma

6) Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan

pembekuan darah

B. Etiologi Anemia

a. Anemia mikrostik (penurunan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan zat baru

2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya

hemolisis yang mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan

hemoglobin)

3) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di

temukan di Asia Tenggara)

4) Keracunan timah

5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

b. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)


1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat

2) Kehilangan sel darah merah akut

3) Gangguan hemolisis darah

4) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)

5) Gangguan C hemoglobin

6) Sterocitosis banyak di temukan di Eropa Utara

7) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)

8) Anemia hemolitik (efek samping obat)

9) Anemia hemolisis autoimun

c. Penurunan produksi sel darah merah

1) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam

jiwa)

2) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

d. Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi

berlebihan.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang timbul pada anemia menurut (Nurarif & Kusuma,

2015):

1. Lemas dan cepat lelah.


2. Sakit kepala dan pusing.

3. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan.

4. Kulit terlihat pucat atau kekuningan.

5. Detak jantung tidak teratur.

6. Napas pendek.

7. Nyeri dada.

8. Dingin di tangan dan kaki.

Gejala khas anemianya :

1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia

defisiensi besi

2. Ikterus,urin berwarna kuning tua/coklat

3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia keganasan

4. Keletihan

5. Kelemahan

6. Malaise umu

7. Kehilangan produktifitas : penurunan semangat bekerja

D. Patofisiologi Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang

atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan


sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,

invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah

merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotel,

terutama dalam hati dan limpa.

Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk

dalam fagositi akan masuk aliran darah. Kapan sel darah merah mengalami

terkirim dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma.

Kapan konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,

maka hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam

kencing. Pada dasar gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoreksia

organ targetkarena berkurang jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh

darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut

sindrom anemia (Handayani, 2008).

Anemia menurut (Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya

kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan

atau kedua nya. Kegagalan sum-sum dapat terjadi akibat kekurangan

nutrisi, pajanan toksin, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab

yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan

atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah

merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang

menyebabkan dekstruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau

dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai


efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan

memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah

(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.

Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL

akan mengakibatkan interik pada sklera.

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat

digolongkan pada tiga kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk,

2014):

1) Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang

terlalu sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi

dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya kelainan sel darah merah

atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi

dan kerja eritrosit berjalan normal. Kondisi yang mengakibatkan

anemia ini antara lain sabit sel anemia, gangguan sumsum tulang dan

batang sel anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan folat, serta

gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon

yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

2) Anemia akibat sel darah merah

Bila sel darah merah yang berada terlalu rapuh dan tidak

mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah

akan hancur lebih cepat jadi menimbulkan anemia hematolik.

Penyebab anemia hematolik yang diketahui antara lain:

a. Keturunan, seperti sabit sel anemia dan talesemia


b. Adanya stresor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau

beberapa jenis makanan

(1) Toksin dari penyakit hati dan ginjal kronis

(2) Autoimun

(3) Pemasangan korupsi, pemasangan katup buatan, tumor, luka

bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan

trombosis.

c. Anemia akibat kehilangan darah

Anemia ini dapat terjadi pada pendarahan akut yang hebat

atau pada pendarahan yang berlangsung perlahan-lahan namun

kronis. Jadi kronis umunya muncul akibat gangguan pecernaan

(misal radang perut, wasir, atau kanker saluran pencernaan),

penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan ulkus atau radang

perut, menstruasi, dan proses kelahiran.


E. Pathway

F. Manifestasi Klinis

1. Pusing

2. Mudah berkunang-kunang

3. Lesu

4. Aktifitas kurang

5. Rasa mengantuk

6. Susah berkonsentrasi

7. Mudah lelah

8. Conjungtiva pucat

9. Gelisah

G. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda anemia umum: Pucat, takikardi, pulsus celer, suara

pembuluh darah, spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,

pembesaran jantung.

1. Defisiensi besi : Spoon nail, glositis

2. Defisiensi B12 : Paresis, ulkus ditungkai

3. Hemolitik : Ikterus, spelenomegali

b. Manifestasi khusu pada anemia :

H. Pemeriksaan Diagnostik Anemia

a. Pemeriksaan laboratarium

1) Tes penyaringan, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus

anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan

bentuk marfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi

pengkajian pada kompunen-kompunen berikut ini: Kadar hemoglobin,

indeks eritrosit, (MCV, dan MCHV), apusan darah tepi.

2) Pemeriksaan darah seri anemia, hitung leukosit, trombosit, laju endap

darah (LED), dan dihitung retikulosit.

3) Pemeriksaan sumsum tulang: Pemeriksaan ini memberikan informasi

mengenai keadaan sistem hematopoesis.

4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: Pemeriksaan ini untuk

mengkonfirmasi dengan diagnosis awal yang memiliki kompunen

berikut ini:

a. Anemia defisiensi besi: Serum ion, TIBC, saturasi, transferin, dan


feritin serum

b. Anemia megaloblastik: Asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

c. Anemia hemolitik: Hitung retikulosit, tes coombs, dan

elektroforesis Hb.

d. Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan

sitokimia.

b. Pemeriksaan laboratarium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin,

asam urat, faal hati, biakan kuman.

c. Radiologi: Thorax, bonne survey, USG, atau linfangiografi.

d. Pemeriksaan biologi mokekuler (PCR : polymerase chain raction, FISH:

fluorescense in situ hybridization) (Nanda, Nic, Noc, 2015 : 37).

G. Penatalaksanaan Anemia

Penatalaksaan anemia diajukan untuk mencari penyebab dan

menganti darah yang hilang, penatalaksaan anemia berdasarkan

penyebabna, yaitu:

a. Anemia apaplastik

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan

antithimocyle globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral

selama 7- 10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang

tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah

leukosit dan platelet.

b. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian zat besi dan
asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala

dan tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. enggan menangani

kelainan yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan

sendirinya.

d. Anemia defisiensi besi dan asam folat D

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi

diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila

kadar Hb kurang dari 5% gr.

e. Anemia megaloblastik

1. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,

bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya

faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injek IM.

2. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 diteruskan

selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau

malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

3. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari

4. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi.

Penanganaanya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari

secara IM.

f. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan

darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang
tersedia.

g. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah hemolisis

(Nanda, Nic, Noc, 2015:38).

H. Komplikasi Anemia

Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)

1. Perkembangan otot buruk

2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun

3. Interaksi sosial menurun

4. Daya konsentrasi menurun.

Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-

anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana

terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga

hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru

dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark

tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan

dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal

berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria

yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat

mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat

mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007).

1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif


2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek

3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral

4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal, pria pismus

5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis, fibrosis hati dan abses hati

6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina, penyakit pembuluh darah perifer,

pendarahan

7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput

humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)

8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

I. Konsep Dasar Keperawatan Anemia

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien

dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilatif, dan preventif perawatan

kesehatan. Untuk sampai dalam hal ini, profesi keperawatan telah

mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang mengabungkan elemen

yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling

relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metodee ilmiah (Doenges,

Moorhouse dan Gaissler, 2014).

Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai

proses yang terdiri atas tiga tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang

didasarkan metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan

penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan

perbaikan telah mengarahkan perawat dengan pengembangan proses


keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit (pengkajian, identifikasi

masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yang memberikan metode

efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan keputusan

klinis. Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan

memberikan asuhan pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi

dalam berbagai situasi (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2014). Dalam

proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaan,

implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian

Data dasar pengkajian klien dengan anemia menurut Doenges,

Moorhouse dan Geissler (2014) adalah :

1. Aktivitas/Istirahat

 Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan

produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi

terhadap letihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih

banyak.

 Tanda : Takikardia/takipnea ; dispnea pada bekerja atau istirahat,

latergi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada

sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, antaksia,

tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,

dan tanda-tanda lainnya yang menunjukan keletihan.

2. Sirkulasi

 Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis. Perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (defisiensi berat), angina, CHF (akibat kerja jantung


berlebihan), riwayat endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia

kompensasi)

 Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan

nadi melebar, hipotensi postular, disritmia : abnormal EKG, misal

depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang

takikardia, bunyi jantung mur-mur sistolik (defisiensi besi),

ekstremitas (warna) pucat pada kulit dan membran mukosa

(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Catatan : pada

pasien kulit hitam, pucat dan tampak sebagai keabu-abuan. Kulit

seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terang, sclera biru

atau putih seperti mutiara, pengisian kapiler lambat (penurunan aliran

darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah patah,

berbentuk seperti sendok (koilonika) rambut kering, mudah putus,,

menipis, tumbuh uban secara premature.

3. Integritas ego

 Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan

pengobatan ini, penolakan transfusi darah.

 Tanda : Depresi

4. Eliminasi

 Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom

malabsorbsi (defisiensi besi), hematemesis, fases dengan darah

segar, melena, diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.


 Tanda : Distensi abdomen

5. Makanan/cairan

 Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/ masukan produk sereal tinggi (defisiensi besi), nyeri

mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/

muntah, dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan.

 Tanda : Lidah tampak merah daging / halus (AP : defisiensi asam

folat dan B12), membran mukosa kering atau pucat, turgorkulit

buruk, kering tampak kisut/ hilang elastisitas (defisiensi besi),

stomatitis dan glositis (status defisiensi), bibir selitis misal

inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

6. Hygiene

Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih

7. Neurosensori

 Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,

ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan

penglihatan dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan

buruk, kaki goyah, parastesia tangan/ kaki, klaudikasi, sensasi

menjadi dingin.

 Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis,

mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal, oftalmik:

hemoragis retina (aplasti, AP), epitaksis, pendarahan dari

lubang-lubang (aplastik), gangguan koordinasi, ataksia,


penurunan rasa getar dan posisi, tanda rombeng positif, paralisis

(AP).

8. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sama, sakit kepala (defesiensi besi)

9. Pernapasan

 Gejala : Riwayat Turbokulosis paru, abses baru, napas pendek

pada istirahat dan aktivitas.

 Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

10. Keamanan

 Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,

misak benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen. Riwayat

terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan,

riwayat kanker, terapi kanker, tidak toleran terhadap dingin

dan/atau panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan

pengelihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

 Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam,

limfadenopati umum, petekie dan ekimosis (aplastik)

11. Seksualitas

 Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragia atau

amenore (defisiensi besi), hilang libido (pria dan wanita).

 Serviks dan dinding vagina pucat


b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah

aktual dan resiko tinggi (SDKI, 2018).

1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi

2. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglabin

3. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis d.d nafsu makan menurun

4. Resiko infeksi b/d penurunan hemoglobin

5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
SLKI SIKI
keperawatan
Pola nafas tidak (L.0104) (I.01011) Manajemen Jalan napas
efektif b/d penurunan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
energi
selama 3x24 jam diharapkan pola nafas
1. Monitor pola napas (frekuensi,
memabaik dengan KH :
kedalaman, usaha napas)
1. Dyspnea menurun
2. Monitor bunyi napas tambahan misal
2. Penggunaan otot nafas menurun (gurgling, mengi, wheezing, ronki
kering)
3. Pemanjangan ekspirasi menurun
3. Monitor sputum
4. Frekuensi nafas membaik
5. Kedalaman nafas membaik
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head til dan chin lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
1. Ajunrkan asupan cairan 2000ml / hari
jika tidak kontra indikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik jika perlu
Perfusi perifer tidak (L. 02011) (I.02079) Perawatan Sirkulasi
efektif b/d penurunan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
konsentrasi
selama 3x24 jam diharapkan perfusi
hemoglabin 1. Periksa sirukulasi perifer (mis. Nadi
perifer memabaik dengan KH :
perifer, edema, pengisian kapiler,
1. Denyut nadi perifer meningkat warna, suhu, anklebrachial index)
2. Warna kulit pucat menurun 2. Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, merokok,
3. Pengisian kapiler membaik
orang tua, hipertensi, dan kadar
4. Akral membaik kolestrol tinggi
5. Turgor kulit membaik 3. Monitor panas kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas

Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekdtremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Melakukan pencegahan infeksi
4. Melakukan perawatan kaki dan kuku
5. Lakukan hidrasi

Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan obat penurunan
tekanan darah, antiko agulan dan
penurunan kolestrol jika perlu
4. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
Defisit nutrisi b/d (L. 03030) (I.03119) Manajemen Nutrisi
faktor psikologis d.d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
nafsu makan menurun
selama 3x24 jam diharapkan nutrisi
1. Identifikasi status nutrisi
memabaik dengan KH :
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Porsi makanan yang dihabiskan
makan
meningkat
3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Berat badan membik
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
3. Nafsu makan membaik
nutrien
5. Monitor asuan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Teapeutik :
1. Melakukan oral hygiene sebelum
makan jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
4. Berikan suplemen makanan
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein

Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Resiko infeksi b/d (L. 14137) (I.14539) Pencegahan Infeksi
penurunan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
hemoglobin
selama 3x24 jam diharapkan resiko
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
infeksi tidak ada dengan KH :
dan sistemik
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
Terapeutik :
3. Nyeri menurun
1. Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun
2. Berikan perawatan kulit pada area
5. Kadar sel darah putih membaik edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi jika
perlu
Defisit perawatan diri (L. 11103) (I.11348) Dukungan Perawatan Diri
b/d kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam diharapkan perawatan
1. Identifikasi kebiasaan aktifitas
dri membaik dengan KH :
perawatan diri sesuai usia
1. Kemampuan mandi meningkat
2. Monitor tingkat kemandirian
2. Kemampuan mengenakan
3. Identfikasi kebutuhan alat bantu
meningkat
3. Kemampuan makan meningkat kebersihan diri, berpakaian, berhias dan
makan
4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK)
meningkat
5. Verbalisasi keinginan melakukan Terapeutik :
perawatan diri meningkat
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
6. Minat melakukan perawatan diri (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
meningkat
2. Siapkan keperluan pribadi (mis.
Parfum, sikat gigi dan sabun mandi)
3. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
4. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi :
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
d. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik yang dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditunjukkan pada nursing order untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008). Tindakan

keperawatan (implementasi) adalah preskripsi untuk prilaku positif yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat

sesuai dengan apa yang direncanakan. Implementasi dari perencanaan

dicatat dalam catatan kemajuan dan/atau flow sheet (Doenges,

Moorhouse, dan Geissler, 2014).

Pada fase implementasi proses pengajaran pembelajaran, pasien,

keluarga, dan anggota tim keperawat serta tim kesehatan lain, menjalani

aktivitas yang telah dibuat dalam pengajaran. Semua aktivitas dari semua

individu ini dikoordinasi oleh perawat. Penting arti untuk tetap vleksible

selama fase implementasi proses pengajaran pembelajaran dan untuk

mengkaji respons individu terhadap strategi pengajaran secara continue,

membuat perubahan dalam rencana pengajaran sesuai yang diperlukan.

Kreativitas dalam meningkatkan dan mempertahankan motivasi peserta

didik untuk belajar adalah penting, dan artinya untuk mengantipasi

kebutuhan pembelajaran beru yang mungkin timbul setelah pulang dari

rumah sakit atau setelah kunjungan perawatan rumah berakhir.

e. Evaluasi

Evaluasi dalam proses pengajaran pembelajaran diarahkan pada


penentuan seberapa epektifnya individu telah berrespon terhadap strategi

pengajaran dan sejauh mana tujuan yang telah dicapai (Smeltzer dan

Bare, 2002). Evaluai asuhan keperawatn sebagai tahap akhir dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh

tindakan keperawatn yang telah dilakukan.

Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan

sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah

dilakukan dan disebut juga evaluasi pencapain jangka panjang. Ada duan

alternaif dalam menapsirkan hasil evaluasi, yaitu :

1. Masalah teratasi

Maslah teratasi apa bila klien atau keluarga menujukan perubahan

tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

2. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak

menunjukan perubahan prilaku dan perkembangan kesehatan atau

bahkan timbul masalah baru.


BAB 3
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 86 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Semerah
Status Perkawinan : Kawin
Ruang Rawat : Interne
No. Rekam Medik : 15-081980
Tgl/Jam Masuk : 02-06-2022/ 20.45 wib
Tgl/Jam Pengkajian : 03-06-2022/ 10.00 wib
Diagnosa Medis : Anemia

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Hubungan dg pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Semerah
3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien datang ke RSU Mayjen H.A Thalib pada tanggal 02 Juni

2022 jam 20.45 wib dengan keluahan klien mengatakan kepala

pusing, badan terasa lemas, klien mengatakan perutnya terasa

nyeri, klien juga mengatakan tidak nafsu makan dan BAB warna

hitam.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dikaji tanggal 03 Juni 2022 jam 10.00 wib Klien

mengatakan klien merasa badan terasa lemah dan kepala sering

pusing, nyeri timbul saat bergerak dan nyeri akan hilang bila klien

berbaring, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5 dengan durasi

3 menit, klien tampak meringis.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun

yang lalu, klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena

stroke ringan, klien tidak pernah jatuh sebelumnya. Klien

mengatakan tidak alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit anemia dan tidak ada penyakit menular dalam keluarga.


Genogram :

x x x x

Keterangan :

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

___ :Garis keturunan


e. Riwayat psikososial
Klien mengatakan ingin segera sumbuh dan sehat, klien tinggal
bersama istri dan anak-anaknya, rumah yang di tempati saat ini
adalah rumah sendiri. Hubugan keluarga selalu harmonis, hubungan
klien dengan tetangga sekitar klien baik, klien sering mengikuti
kegiatan masyarakat disekitarnya.

f. Riwayat spiritual

Klien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu sebelum


sakit, namun pada saat sakit klien hanya berzikir, sholawat, dan
berdoa di atas tempat tidur klien.
g. Aktifitas sehari-hari

No. Aktivitas Sehat Sakit


1. Makan /Minum Makan: Klien mengatakan
Makan: Klien mengatakan
tidak selera makan, makan 3
selera makan baik, makan
kali dalam sehari dengan
klien dengan teratur 3 kali
nasi dan lauk pauk, namun
dalam sehari dengan porsi
tidak dihabiskan
makan dihabiskan. Menu
makan nasi, sayur, telur,
daging, dan ikan. Minum: Klien mengatakan
selama sakit klien minum
air putih 5 gelas dalam
Minum: Klien mengatakan sehari, klien minum dengan
selalu minum air putih. cara oral, klien terpasang
Dalam sehari klien minum infus (NaCl 500 ml/6 jam),
6-7 gelas perhari klien terpasang transfusi
darah O habis dengan 1
kantong dalam sehari 180
cc/hari.

2. BAB/BAK
BAB: Klien mengatakan BAB: Klien mengatakan
buang air besar lancar setiap BAB nya tidak teratur dan
hari, klien buang air besar 2 masih bewarna hitam
kali dalam sehari dengan
konsistensi padat berwarna
BAK: Klien mengatakan
kuning, tidak mengalami
BAK dalam sehari sebanyak
kesulitan dalam buang air
2-3 kali perhari bewarna
besar.
kuning pekat dan bau yang
khas.
BAK: Klien mengatakan
lancar buang air kecil dalam
sehari, dalam sehari klien
buang air kecil 4-5 kali
berwarna kuning jernih,
klien mengatakan tidak
mengalami kesulitan buang
air kecil.

3. Personal Klien mengatakan mandi 2 Klien mengatakan belum


hygiene kali dalam sehari, pernah mandi, menggosok
menggosok gigi 2 kali gigi dan keramas belum
sehari, keramas 2 kali dalamdilakukan saat berada di
2 minggu rumah sakit, namun klien
mengatakan badan hanya di
lap dengan air hangat oleh
keluarga
4. Pola tidur Klien mengatakan tidur Klien mengatakan tidur
selama 6-7 jam dalam sehari tidak teratur, klien
bangun di pagi hari saat mengatakan tidak merasa
subuh, klien juga mengatakn nyaman saat tidur
tidur siang selama 2 jam
lamanya
5. Aktivitas Klien mengatakan saat Klien mengatakan badan
dirumah sering berkebun terasa lemah, kepala terasa
dirumah, klien mengatakan pusing, klien juga mengakan
saat berjalan menggunakan pusing saat melakukan
alat bantu aktivitas seperti duduk dan
berjalan ke kamar mandi,
klien menggunakan alat
bantu kruk

h. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran umum : Composmentis

GCS : E4 V5 M6

BB/TB : 48kg/ 151 cm

TTV

TD : 160/80 mmHg

N : 80 x/i
RR : 20 x/i

S : 36 ͦ C

1. Kepala : kepala klien simetris, bentuk kepala

normochepale, dapat digerakan. Rambut klien bewarna putih,

rambut klien tidak merata. Klien mengatakan kepala terasa pusing

2. Wajah : wajah klien simetris, tidak ada lesi. Mata

klien simetris, sclera anikterik, konjungtiva norma, pupil isokor.

Telinga simetris, keadaan telinga bersih tidak ada kotoran.

Hidung simetris, mukosa hidung lembab, keadaan hidung bersih.

Mulut simetris, mukosa bibir kering, klien tampak pucat.

3. Leher : leher tampak normal, tidak ada

pembesaran kelenjar thyroid

4. Thorak : dada klien tampak simetris, tidak ada lesi/

benjolan, nafas klien normal 22 x/i tidak ada suara tambahan

5. Abdomen : abdomen klien normal, tidak ada benjolan

dan bising usus terdengar 12x/i dan terdapat nyeri tekan dengan

skala 5

6. Musculoskeletal : otot klien tidak normal, terdapat tremor dn

kontratur, bentuk tulang normal dan tulang belakang normal,

kekuatan otot lemah, klien menggunakan alat bantu kruk untuk

beraktivitas

4 4

3 3
4
Sinistra Dextra
7. Ekstremitas : ekstremitas atas, klien terpasang infus KA

EN 3B 20ttpm klien terpasang O2 3l, ekstremitas bawah klien

lemah dan sulit untuk digerakkan karna pusing

i. Pemeriksaan Penunjang

No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


1. Hemoglobin 5,9 P : 14-18 / W : 12-16 g/dl
2. Leukosit 11,680 5000-10.000 mmᵌ
3. Eritrosit 2,7 P : 4,5-5,5 / W : 4,0-4,5 juta
4. Trombosit 685.000 150.000-400.000 mmᵌ
5. Hematocrit 19 P : 40-48 / W : 37-43 %
6. GDS 171 <200 Mg/dl
7. Ureum 83 0-50 Mg/dl
8. Kreatinin 1,30 0,5-1,5 Mg/dl
9. SGOT 7 P : <37 / W : <32 u/l
10. SGPT 5 P : <41 / W : <31 u/l

j. Penatalaksanaan

No Obat Dosis Golongan Indikasi Kontraindikasi


.
1. IVFD KA EN 3B 20 ttpm Obat keras Keseimbangan air dan Hipersensitivitas
elektrolit didalam tubuh
2. OMZ 2x1 Obat keras Tukak lambung, refluksi, Hipersnsitivitas,
esophagus, tukak kehamilan dan
duodenum menyusui
3. Asam tranaxamat 3x1 Obat anti Peradarahan, melasma Hipersensitivitas
fibrinolitik
4. ISDN 3x1 Obat Prefentiv, pengobatan Hipersensitivitas
fasodilato penyakit jantung
5. Dexametason 3x1 Obat Antiflamasi atau imuno Hipersensitivitas,
kertikostiroid supresan feksi akut dan
infeksi jamur
k. Data Fokus
Data Objek Data Subjek
 Klien tampak lemah dan pucat  Klien mengatakan badan terasa
 Klien tampak sering mengeluh lemah
pusing dan nyeri kepala  Klien mengatakan sakit kepala
 Klien tampak gelisah seperti ditusuk-tusuk
 Nyeri kepala menetap dengan  Klien mengatakan nyeri kepala
durasi 3 menit hilang timbul
 Skala nyeri 5  Klien mengatakan pusing ketika
 Klien tampak terpasang tranfusi beraktivitas dan hilang saat
darah golongan O 1kolf berbaring di tempat tidur
 Klien tampak bicara dengan suara  Klien mengatakan tidak dapat
kecil dan lemah melakukan aktivitas seperti duduk
 Klien tampak meringis kesakitan dan ke kamar mandi dengan sendiri
 Klien tampak tidak bisa duduk dan  Klien mengatakan aktivitas nya
beraktivitas sendiri selalu dibantu oleh keluarga dan
 Klien tampak selalu meminta menggunakan alat bantu kruk
bantuan dengan keluarga saat  Klien mengatakan mempunyai
berakitivtas riwayat hipertensi sejak 3 tahun
 Hb : 5,9 g/dl yang lalu dan stroke ringan
 TD : 160/80 mmHg
 N : 82 x/i
 RR : 22 x/i
 S : 36,5 ͦ C
l. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


.
1. DS : Penurunan Hb (D.0009)
 Klien mengatakan badan terasa
lemah Perfusi perifer tidak
 Klien mengatakan sakit kepala Kompensasi jantung efektif
seperti ditusuk-tusuk
 Klien mengatakan pusing ketika
beraktivitas dan hilang saat Beban kerja dan curah
berbaring di tempat tidur jantung meningkat

DO :
 Klien tampak lemah dan pucat Takikardia, angina atau nyeri
 Klien tampak terpasang tranfusi dada, iskemia, miokardium,
darah golongan O 1kolf beban kerja jantung
 Klien tampak bicara dengan meningkat
suara kecil dan lemah
 Klien tampak gelisah
Perfusi perifer tidak efektif
 Hb : 5,9 g/dl
 TD : 160/80 mmHg
 N : 82 x/i
 RR : 22 x/i
 S : 36,5 ͦ C

2. DS : Penurunan kadar Hb (D.0056)


 Klien mengatakan badan terasa Intoleransi Aktivitas
lemah
 Klien mengatakan pusing saat Kompensasi paru
beraktivitas dan hilang saat
berbaring di atas tempat tidur
Peningkatan frekuensi nafas
 Klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas seperti
duduk dan ke kamar mandi Dispnea
dengan sendiri
 Klien mengatakan aktivitas nya
selalu dibantu oleh keluarga dan Hipoksia
menggunakan alat bantu kruk
 Klien mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi sejak 3 tahun Lemah lesu, parstesia, mati
yang lalu dan stroke ringan rasa, ataksia, gangguan
koordinasi, bingung
DO :
 Klien tampak lemah dan pucat
 Klien tampak terpasang tranfusi Intoleransi Aktivitas
darah golongan O 1kolf
 Klien tampak bicara dengan
suara kecil dan lemah
 Klien tampak tidak bisa duduk
dan beraktivitas sendiri
 Klien tampak selalu meminta
bantuan dengan keluarga saat
berakitivtas

3. DS : Penurunan Hb (D.0077)
 Klien mengatakan sakit kepala Nyeri Akut
seperti ditusuk-tusuk
 Klien mengatakan nyeri kepala Kompensasi jantung
hilang timbul
 Klien mengatakan pusing ketika
beraktivitas dan hilang saat Beban kerja dan curah
berbaring di tempat tidur jantung meningkat

DO : Takikardia, angina atau nyeri


 Klien tampak sering mengeluh dada, iskemia, miokardium,
pusing dan nyeri kepala beban kerja jantung
 Klien tampak gelisah meningkat
 Nyeri kepala menetap dengan
durasi 3 menit
 Skala nyeri 5 Nyeri akut
 Klien tampak meringis
kesakitan
m. Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi

hemoglabin

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1.
(D.0009) ( L. 02011) (I.02079) Perawatan Sirkulasi
Perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
perifer tidak keperawatan selama 3x24 jam 1. Periksa sirukulasi perifer (mis.
efektif b/d diharapkan perfusi perifer memabaik perifer, edema, pengisian ka
penurunan dengan KH : warna, suhu, anklebrachial inde
konsentrasi
1. Denyut nadi perifer meningkat 2. Identifikasi faktor resiko gan
hemoglabin
sirkulasi (mis. Diabetes, mer
2. Warna kulit pucat menurun
orang tua, hipertensi, dan
3. Pengisian kapiler membaik kolestrol tinggi
4. Akral membaik 3. Monitor panas kemerahan, nyer
bengkak pada ekstremitas
5. Turgor kulit membaik

Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus
pengambilan darah
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
pada ekdtremitas d
keterbatasan perfusi
3. Melakukan pencegahan infeksi
4. Melakukan perawatan kaki dan
5. Lakukan hidrasi

Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan
penurunan tekanan darah, a
agulan dan penurunan kolestro
perlu
4. Informasikan tanda dan gejala d
yang harus dilaporkan (mis.
sakit yang tidak hilang saat isti
luka tidak sembuh, hilangnya ras
2. (D.0056) (I.05178) Manajemen Energi
( L.05047 )
Intoleransi
aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi :
kelemahan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan intoleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
memabaik dengan KH : 2. Monitor kelelahan fisik dan emo
1. Kemudahan melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Keluhan lelah menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyam
3. Dispnea saat aktivitas menurun selama melakukan aktiivitas
4. Dyspnea setelah aktivitas
menurun Terapeutik:
5. Perasaan lelah menurun
Anjurkan tirah
baring
 Anjurk
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Terapeutik:
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah
stimulus
 Lakukan
latihan rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif
 Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat berpinda
atau berjalan
Kolaborasi
 Kolabora
dengan ahli giz
tentang cara
Terapeutik:
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah
stimulus
 Lakukan
latihan rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif
 Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat berpinda
atau berjalan
Kolaborasi
 Kolabora
dengan ahli giz
tentang cara
1. Sediakan lingkungan nyaman
rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
jika tidak dapat berpindah
berjalan

Edukasi :

Anjurkan tirah
baring
 Anjurk
melakukan
aktivitas secara
bertaha
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas s
bertahap

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi te
cara meningkatkan asupan maka
3. (D.0077) (I.08238) Manajemen Nyeri
(L.08066)
Nyeri Akut
b/d agen Setelah dilakukan tindakan Observasi :
pencedera keperawatan selama 3x24 jam 1. lokasi, karakteristik, durasi, frek
fisiologis kualitas, intensitas nyeri
diharapkan keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
dengan KH :
3. Identifikasi respon nyeri non ver
1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang mempe
dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun
5. Identifikasi pengetahuan
3. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya ter
4. Kesulitan tidur menurun
respon nyeri
5. TTV membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
komplementer yang sudah diberi
9. Monitor efek samping pengg
analgetik

Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis.
ruangan, pencahayaan, kebisinga
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
dalam pemilihan strategi mere
nyeri

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyer
3. Anjurkan memonitor nyri s
mandiri
4. Anjurkan menggunakan ana
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmak
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik
perlu
n. Intervensi Keperawatan
o. Implementasi Keperawatan

No Tgl Diagnosa Implementasi Respon Pasien


.
1. 3-6-22
Perfusi perifer (13.23) Memeriksa sirukulasi perifer nadi
tidak efektif b/d perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
penurunan suhu, anklebrachial index
konsentrasi
(13.50) Mengidentifikasi faktor resiko
hemoglabin
gangguan sirkulasi (Diabetes, merokok, orang
tua, hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi
(14.00) Monitor panas kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas

2. 3-6-22 Intoleransi aktivitas (15.12) Mengidentifikasi gangguan fungsi


b/d kelemahan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
(15.20) Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
(15.31) Monitor pola dan jam tidur
(15.45) Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan
aktiivitas
3. 3-6-22 Nyeri akut b/d agen (16.00) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis (16.10) Mengidentifikasi skala nyeri
(16.15) Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
(16.30) Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
(17.0) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

4. 4-6-22
Perfusi perifer (10.35) Memonitor panas kemerahan, nyeri
tidak efektif b/d atau bengkak pada ekstremitas
penurunan
(10.40) Menghindari pemasangan infus atau
konsentrasi
pengambilan darah diarea keterbatasan
hemoglabin
perfusi
(10.45) Menghindari pengukuran tekanan
darah pada ekdtremitas dengan keterbatasan
perfusi
(10.53) Melakukan pencegahan infeksi
(11.20) Menganjurkan menggunakan obat
penurunan tekanan darah, antiko agulan dan
penurunan kolestrol jika perlu

5. 4-6-22 Intoleransi aktivitas (12.00) Menyediakan lingkungan nyaman


b/d kelemahan dan rendah stimulus
(12.10) Melakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
(12.30) Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
(13.10) Memfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

6. 4-6-22 Nyeri akut b/d agen (14.00) Memberikan teknik nonfarmakologis


pencedera untuk mengurangi rasa nyeri
fisiologis (14.20) Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
(14.25) Mefasilitasi istirahat dan tidur
(14.40) Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
(15.00) Menjelaskan strategi meredakan
nyeri

7. 5-6-22
Perfusi perifer (14.15) Memeriksa sirukulasi perifer nadi
tidak efektif b/d perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
penurunan suhu, anklebrachial index)
konsentrasi
(14.23) Memonitor panas kemerahan, nyeri
hemoglabin
atau bengkak pada ekstremitas
(14.35) Menganjurkan berolahraga rutin
(14.47) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

8. 5-6-22 Intoleransi aktivitas (15.00) Menganjurkan tirah baring


b/d kelemahan (15.10) Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
(15.30) Berkolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan makanan

9. 5-6-22 Nyeri akut b/d agen (15.45) Menganjurkan memonitor nyri secara
pencedera mandiri
fisiologis (15.50) Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
(16.00) Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(16.10) Berkolaborasi pemberian analgetik

p. Evaluasi Keperawatan

Waktu/ tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
TTD Perawat
1. S:
Perfusi perifer tidak efektif
 Klien mengatakan badan masih
b/d penurunan konsentrasi
terasa lemas
hemoglabin
 Klien mengatakan pusing
berkurang

O:
 Klien tampak lemas
 Klien tampak terpasang tranfusi
darah golongan O yang ke 3
 Hb : 10 g/dl
 TD : 130/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 20 x/i
 S : 36,5 ͦ C

A : Masaah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
2. Intoleransi aktivitas b/d S :
kelemahan  Klien mengatakan badan masih
terasa lemas
 Klien mengatakan pusing
berkurang
 Klien mengatakan masih dibantu
duduk dan jalan ke kamar mandi
oleh keluarga dan terkadang
memakai kruk

O:
 Klien tampak lemas
 Klien tampak duduk walau
dibantu oleh keluarga dan alat
bantu kruk
 Hb : 10 g/dl
 TD : 130/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 20 x/i
 S : 36,5 ͦ C

A : Masaah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

3. Nyeri akut b/d agen S :


pencedera fisiologis  Klien mengatakan nyeri kepala
sudah mulai berkurang
 Klien mengatakan nyeri hilang
timbul berkurang

O:
 Klien tampak lebih tenang
 Klien tampak tidak gelisah
 Klien tampak tidak meringis
kesakitan
 Skala nyeri klien 3 (ringan)
 TD : 130/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 20 x/i
 S : 36,5 ͦ C

A : Masaah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori pada

asuhan keperawatan Tn. S dengan anemia di ruang rawat inap interne RSU

Mayjen H.A Thalib Kerinci, untuk memudahkan dalam membahas kesenjangan

yang terjadi penulis akan membagi pembahasan tahapan proses keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, sampai dengan

evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian dilakukan secara komprehensif dan

menghasilkan kumpulan data mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien

untuk mengelola kesehatan bio, psiko, sosial, dan spiritual. Pada tahap ini semua

data atau informasi tentang klien dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk

menentukan diagnosa keperawatan.

Dalam tahap ini, penulis tidak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi

dengan klien, sehingga penulis bisa mendapatkan data, baik data subjektif dan

data objektif dari klien dan keluarga klien. Klien dan keliarga sangat komperatif

dan menerima kehadiran penulis dalam proses pengumpulan data.

Pada proses pengkajian pada Tn. S dengan anemia di rawat inap interne RSU

Mayjen H.A Thalib Kerinci, tanggal 03 Juni 2022 di dapatkan beberapa

kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh dilahan praktek sebagai

berikut:

1. Makanan dan cairan


Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat Moorhouse

dan Geissler (2014) ada yang tidak di temukan pada pasien seperti :

mual/muntah

a. Mual/muntah

Mual adalah sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok,

epigastrium, atau abdomen yang bersifat subjektif dan tidak

menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan untuk

muntah (Herdman, 2012). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena

Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning

sickness atau mual.

Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Tn. S dikarenakan tidak

ditemukan adanya mual/muntah. Klien masih mampu dalam mencerna

makanan. Klien dapat menghabiskan makanan yang disajikan

2. Eliminasi

Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada

Moorhose, dan Geissler (2014), ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti:

diare dan gagal ginjal.

a. Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada

biasanya lebih dari 200 gram atau ml/24 jam dengan frekuensi lebih dari 3

kali per hari (Nurarif & Kusuma, 2015). Pada pasien anemia hal ini terjadi

karena Pada saat diare, proses penyerapan zat besi terganggu, akibatnya kadar
hemoglobin (Hb) akan menurun dan akan mempengaruhi lama rawat pasien

diare (Gunawan, 2014).

Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Tn. S dikarenakan tidak

ditemukan adanya diare. Hal ini terjadi karena tidak menunjukan gejala

seperti BAB berbentuk cair, BAB sehari lebih dari 3 kali.

b. Gagal ginjal

Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk

menyaring zat sisa dari darah dengan baik. Jika ginjal kehilangan kemampuan

untuk menyaring, akan terjadi penumpukan limbah dan zat kimia pada darah

menjadi tidak seimbang. Pada psien anemia hal ini terjadi karena Anemia

pada pasien dengan gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi

eritropoetin oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang

mempermudah terjadinya anemia antara laindefisiensi zat besi, inflamasi akut

maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

eritrosit.

Pengkajian tersebut tidak ditemukan pada Tn. S dikarenakan tidak

ditemukan adanya gagal ginjal. Hal ini terjadi karena pasien tidak

menunjukan gejala seperti anoreksia, kelebihan volume cairan.

3. Aktifitas/istirahat

Dari data pengkajian pada pasien anemia yang terdapat pada

Moorhouse, dan Geissler (2014) ada yang tidak ditemukan pada pasien

seperti : takikardi dan ataksia.

a. Takikardi
Menurut Willy (2018), takikardia adalah keadaan dimana detak

jantung melebihi 100 kali per menit. Dalam keadaan normal, jantung

berdetak sebanyak 60 sampai 100 kali per menit. Kondisi percepatan

detak jantung tersebut normal terjadi saat seseorang sedang berolahraga,

atau merupakan respon tubuh terhadap stress, trauma, serta penyakit.

Keadaan ini disebut sinus takikardia, pada pasien anemia hal ini terjadi

karena gangguan pada sinyal elektrik yang mengatur detak jantung untuk

memompa darah.

Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Tn. S dikarenakan tidak

ditemukan adanya takikardi pada pasien. Hal ini tidak terjadi karena

pasien tidak menunjukan adanya gejala seperti jantung berdebar-debar,

nyeri dada, stress, dan trauma.

b. Ataksia

Menurut Willy (2018), Ataksia adalah gangguan gerakan tubuh

yang disebabkan masalah pada otak. Saat terserang ataksia, seseorang sulit

menggerakkan tubuh seperti yang diinginkan atau anggota tubuh dapat

bergerak di saat tidak diinginkan. Dengan kata lain, ataksia berarti juga

gangguan saraf atau neurologis yang berpengaruh pada koordinasi,

keseimbangan, dan cara bicara. Pada pasien anemia hal ini terjadi karena

ketika ataksia dan gangguan koordinasi gerakan tubuh, seseorang akan

mengalami berbagai keluhan yang dapat membuatnya sulit untuk bekerja

atau beraktivitas, misalnya tubuh gemeteran atau tremor, otot lemah

(Adrian, 2020).

Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Tn. S dikarenakan tidak


ditemukan adanya ataksia, nadi 80 kali per menit. Hal ini terjadi karena

pasien tidak menunjukan gejala seperti kehilangan sensasi dan kekuatan

pada tungkai.

B. Diagnosa Keperawatan
Berikut akan dibahas tentang diagnosa keperawatan yang muncul

pada tinjauan kepustakaan dengan yang ditegakkan ditinjauan kasus. Dari

beberapa diagnosa yang ada di tinjauan pustaka ditemukan ditinjauan

kasus, yaitu :

1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi

2. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglabin

3. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis d.d nafsu makan menurun

4. Resiko infeksi b/d penurunan hemoglobin

5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

Dari ke lima diagnosis keperawatan menurut DPP PPNI SDKI

(2018), tersebut terdapat 1 diagnosis keperawatan yang sama. Adapun 4

diagnosis keperawatan tersebut ada pada DPP PPNI SDKI (2018) tetapi

tidak terdapat pada klien Tn. S dengan anemia adalah :

1. Pola nafas efektif b/d penurunan energi

Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara

inspirasi dan ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2006). Pola nafas tidak

efektif suatu keadaan dimana inspirasi atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi adekuat (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. S tidak ditemukan


tanda dispnea, Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi

memmanjang dan pola nafas abnormal, oleh sebab itu diagnosis

keperawatan ini tidak diangkat pada pasien.

2. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis d.d nafsu makan menurun

Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dengan

karakteristik kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makanan,

berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang normal, cepat

kenyang setelah makan, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif,

otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin

menurun, rambut rontok berlebihan dan diare (Tim Pokja DPP PPNI,

2016).

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. S tidak ditemukan

adanya Berat badan menurun, kram perut, nafsu makan menurun dan

bising usus hiperaktif, oleh sebab itu diagnosisi keperawatan ini tidak

diangkat pada pasien.

3. Resiko infeksi b/d penurunan hemoglobin

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik, dengan faktor resiko seperti penyakit kronis

(misalnya, diabetes melitus), efek prosedur infasif, malnutrisi,

peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan

ketahanan tubuh primer (misalnya gangguan paristaltik, kerusakan

integritas kulit, perubahan sekresi pH, ketuban pecah lama, statis cairan
tubuh), dan ketidakadekuatan ketahanan tubuh sekundr (misalnya

penurunan hemoglobin, leukopenia, suprei respon inflamasi dan

vaksinasi tidak adekuat) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. S tidak ditemukan

faktor resiko seperti, penyakit kronis (mis. Diabetes melitus),

malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen lingkungan dan

ketidak adekuatann pertahanan tubuh primer, oleh sebab itu diagnosis

tersebut tidak diangkat pada pasien ini.

4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

Defisit perawatan diri adalah sala satu kemampuan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan

suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan

dalam melakukan atau melewati aktifitas perawatan secara mandiri.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. S tidak ditemukan

adanya kelemahan atau kemampuan tidak melakukan perawatan diri

secara mandiri.

Terdapat 3 diagnosis keperawatan yang terdapat pada klien Tn.

S dengan anemia namun tidak terdapat pada teori menurut DPP PPNI

SDKI (2018) adalah:

1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin

Perusi perifer tidak efektif secara umum merupakan penurunan

sirkuasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu

metabolism tubuh (TIM Prokja SDKI DPP PPNI, 2017). Pada saat
dilakukan pengkajian pada Tn. S ditemukan batasan karakteristik

klien tampak pucat dan akral dingin. Dari batasan karakteristik

yang terdapat pada pasien, maka diagnosis ini menunjang untuk

diangkat pada pasien ini

2. Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan

Keletihan adalah suatu kondisi pada tubuh manusia merasa

lelah secara alami, yang biasa terjadi setelah latihan fisik atau

mental yang berat. Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba atau

kronis dan bertahan.

Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. S ditemukan

batasan karakteristik klien tampak lemah dan lesu. Dari batasan

karakteristik yang terdapat pada pasien, maka dagnosis ini

menunjang untuk diangkat pada pasien ini.

3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan

perasaan yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang

disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atau yang

berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf adalah serat serat

yang menghubungkan organ tubuh dengan sistem saraf pusat (otak

dan sumsum tulang belakang).

Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. S ditemukan

beberapa batasan karakteristik yaitu, mengeluh kesakitan, gelisah,

klien tampak meringgis, mengeluh nyeri. Dari batasan karakteristik


yang terdapat pada pasien, maka diagnosis keperawatan ini

menunjang untuk diangkat pada pasien ini.

C. Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan setelah merumuskan diagnosis keperawatan. Rencana

keperawatan yang dilakukan penulis sesuai DPP PPNI SDKI (2018) :

Pada tahapan perencanaan ini penulis tidak menemukan banyak

kesulitan karena penulis memiliki sumber banyak. Semua tindakan

disesuaikan dengan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya dan

disesuaikan dengan kondisi klien. Adapun beberapa tidakan yang tidak

dimasukan dalam perencanaan yaitu:

1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan kadar hemoglobin

Pada DPP PPNI SIKI (2018) terdapat beberapa intervensi , namun penulis

hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak

diambil tersebut adalah

a. Lakukan perawatan kaki dan kuku

Penulis tidak mengambil intervensi tersebut karena pada saat

melakukan pengkajian keadaan kaki klien tampak lengkap, dan

bersih. Oleh karena itu intervensi tersebut tidak perlu diangkat

pada pasien ini.

b. Anjurkan berhenti merokok

Penulis tidak mengambil intervensi tersebut dikarenakan pada saat

pengkajian klien tidak merokok, oleh karena itu intervensi tersebut


tidak perlu diangkat pada pasien ini.

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Pada DPP PPNI SIKI (2018) terdapat beberapa intervensi, namu penulis

hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak

diambil tersebut adalah:

a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat

dilakukan pengkajian pasien tidak ditemukan adanya penurunan

asupan makanan. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diambil

pada pasien ini.

3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

Pada DPP PPNI SIKI (2018) terdapat beberapa intervensi, namu penulis

hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak

diambil tersebut adalah:

a. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan

pengkajian pasien telah dilakukan pengecekan alergi terhadap obat-

obatan yang diberikan kepada pasien. Oleh sebab itu, intervensi ini

tidak perlu diangkat pada pasien ini.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bentuk dinamis dari tahap atau

proses keperawatan berdasarkan pada intervensi keperawatan yang telah


ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini penulis berusaha melaksanakan asuhap

keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam melaksanakan

asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOAP)

tindakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat profesional.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan

observasi dan pengumpulan data untuk melihat perkembangan selanjutnya.

Pada tahap implementasi penulis melakukan tindakan mandiri berdasarkan

teori Nurarif (2015) & SDKI (2017), yaitu mengajarkan tehnik

nonfarmakologis seperti kompres air hangat untuk meredakan rasa nyeri .

Dalam melakukan implementasi penulis tidak mendapatkan hambatan

yang berarti, semua intervensi dapat terlaksanakan dengan melibatkan klien

dan keluarganya, klieb bersikap terbuka, kooperatif dan mudah di ajak

kerjasama, mudah menerima penjelasan dan saran, klien berpartisipasi aktif

dalam tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi yang kelompok dapatkan dari masing-masing diagnose

keperawatan disesuaikan dengan tujuan kriteria hasil yang akan dicapai dan

ternyata setelah dilakukan evaluasi masalah teratasi sebagian dan intervensi

dilanjutkan
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukan

suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.

Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien yang

menderita anemia di ruang rawat inap interne RSU Mayjen H.A Thalib pada

tanggal 03 juni 2022 kelompok menemukan beberapa factor yang menghambat

dan factor yang mendukung dari kasus yang kelompok ambil. Dalam

kesempatan ini kelompok akan mencoba membahas hasil studi kasus sesuai

dengan tahap asuhan keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Masing-masing dari factor-faktor tersebut ada yang

merupakan factor penghambat dan factor pendukung.

B. Saran

Pada kasus anemia ini mahasiswa dituntut mampu melakukan proses

keperawatan dalam membantu penanggulangan gejala dan keluhan yang

dialami oleh pasien yang diagnosis anemia. Oleh karena itu, mahasiswa

dituntut untuk mengetahui dan memahami lebih detail lagi tengtang proses
keperawatan yang berkaitang dengan anemia dengan menggali lebih banyak

informasi lagi tentang anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Barasi, (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media.


DPP PPNI SDKI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Jakarta: PPNI
DPP PPNI SLKI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Jakarta : PPNI
DPP PPNI SIKI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Jakarta : PPNI
Fadli, (2021). Menarik Diri Pada Pasien Anemia. Diakses dari:
https://www.alodokter.com. Diunduh pada tanggal 4 juli 2021.
Handayani dan Haribowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, (2016). Gagal Ginjal Pada Pasien Anemia. Diakses dari:
httsp://Jurnal.fk.unand.ac.id
Jitowiyono, S. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
hematologi. Yogyakarta
Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Edisi
8 Volume 2. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sandra, (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai