Pendahuluan
A. Latar Belakang
Darah merupakan salah satu komponen yang penting dalam tubuh yag
berperan dalam mendistribusikan nutrisi maupun oksigen ke seluruh sel di
dalam tubuh. Darah terdiri dari beberapa komponen diantaranya, plasma darah,
eritrosit trombosit dan leukosit, yang memiliki peranan penting bagi tubuh
misalnya leukosit yang berfungsi sebagai system kekebalan tubuh dalam
melawan bakteri, virus, pathogen hingga inveksi yang dapat mengganggu
kesehatan.
Proses system kekebalan tubuh melawan infeksi juga dapat mengalami
gangguan akibat adanya kelainan yang disebabkan adanya sel-sel kanker yang
meyerang sel darah putih yang diproduksi sum sum tulang belakang, gangguan
ini dikenal dengan leukimia atau biasa disebut kanker darah. Leukimia
merupakan kanker yang paling umum terjadi pada anak-anak, namuan penyakit
ini kebih sering menyerang orang dewasa.
Terdapat beberapa faktor resiko seseorang dapat mengalami leukimia
diantaranya, faktor genetic atau keturunan, terpapar radioaktif dan virus juga
dapat menyebabkan seseorang mengalami leukimia.
Menurunnya system kekebalan tubuh akibat leukimia ini dapat
mengakibatkan penderitanya mudah terserang berbagai penyakit, sel kanker
yang menyerang sum sum tulang belakang juga dapat mengakibatkan anemia
akibat terganggunya produksi sel darah dalam tubuh penderitanya, kurangnya
pasokan sel darah juga dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan jika
terjadi perlukaan pada tubuh penderitanya. Menurut Globocan pada 2020,
terdapat 474.519 kasus baru leukimia dan 311.594 kematian akibat leukimia
diseluruh dunia, dengan kejadian paling banyak ditemukan di Asia. Menurut
WHO tahun 2019 di Indonesia terdapat 11.314 kematian akibat leukimia, yang
merupakan kanker dengan kasus kematian tertinggi nomor lima, setelah kanker
paru-paru, payuudara, serviks dan hati. Menurut National Cancer Intitute,
perkiraan kasus baru leukimia tahun 2023 sebanyak 18.740.
Berdasarkan jumlah kejadian dan dampak yang disebabkan oleh leukimia
maka pengetahuan mengenai leukimia penting untuk diketahui oleh seluruh
kalangan Masyarakat sehingga dapat meningkatkan derajad kesehatan
Masyarakat serta mengetahui penatalaksaan yang sebaiknya dilakukan untuk
meninimalisir dampak yang ditimbulkan dan meningkatkan angka harapan
hidup bagi penderita leukimia.
B. Manfaat Penulisan
1. Bagi Klien Dan Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penyakit leukimia dan menjadi pengingat untuk menjaga kesehatan diri
sendiri beserta keluarga sehingga dapat menekan angka kejadian
leukimia dan meminimalisir dapak yang ditimbulkannya.
2. Bagi Mahasiswa
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran mengenai
pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan keadaan pasien
dilapangan.
3. Bagi Para Perawat Dan Profesional Yang Bertugas Di Pelayanan
Keperawatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan acuan
dalam penanganan leukimia yang terjadi dilapangan dan dapat
menyesuaikan intervensi beserta implementasi sesuai dengan keadaan
di lapangan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dapat dimaksimalkan sebaik mungkin.
4. Bagi Profesi-Profesi Terkait
a. Dokter
Laporan ini diharapkan dapat memberi gambaran informasi
mengenai keadaan pasien di lapangan serta terapi yang
diberikan kepada pasien dengan leukimia.
b. Laboratory Technician
Laporan ini diharapkan dapat memberi gambaran informasi
mengenai tindakan laboratorium apa saja yang diperlukan oleh
pasien leukimia.
c. Diettition
Laporan ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
kondisi pasien dan diet yang diberikan kepada pasien di
lapangan.
d. Physiotherapist
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran mengenai kondisi pasien leukimia sehingga dapat
menjadi pertimbangan untuk pemberian tindakan yang
disesuaikan dengan kondisinya.
e. Pharmacist
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran mengenai kondisi pasien sehingga dapat menjadi
acuan maupun perbandingkan ketika akan memberikan terapi
obat tertentu yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
C. Batasan Masalah
Laporan Stase Keperawatan pediatrik ini dibatasi hanya pada lingkup asuhan
keperawatan klien An. A dengan leukimia di ruang perawatan Hematologi
Onlokogi Anak Rumah Sakit Ulin Banjarmasin Pada tanggal perawatan 15
Januari 2024 sampai 17 Januari 2024
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan umum penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk
menjelaskan mengenai penyakit leukimia beserta kondisi klinis pasien.
2. Tujuan Khusus
Laporan khusus penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan leukimia dalam masa perawatan di rumah sakit.
E. Metode
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada orangtua untuk megetahui secara
mendalam kondisi pasien sebelum dan sesudah terdiagnosa mengalami
leukimia, orang tua juga dapat menjadi sumber informasi mengenai
riwayat penyakit yang dialami pasien maupun keluarga sehingga
membuat pasien terdiagnosa mengalami leukimia. Pasien juga dapat
diwawancara untuk mengetahui perasaan yang dirasakan pada saat
menjalani perawatan dibandingkan dengan kesehariannya.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau kondisi pasien selama menjalani
perawatan, sehingga dapat menentukan tindakan yang harus diambil
ketika pasien mengalami perburukan kondisi untuk memberikan
penatalaksanaan yang sesuai prosedur.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji adanya perubahan
abnormal pada pasien sehingga dapat ditangani sebelum terjadi
perburukan keadaan.
4. Tinjauan Tes Dagnostik
Pemeriksaan diagnostic dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada pasien dan mengetahi penyebab kondisi
pasien saat ini serta membantu tenaga medis dalam menentukan terapi
yang harus dilakukan berdasarkan perubahan yang terjadi
5. Studi Kepustakaan
Pencarian informasi-informasi terbaru juga dapat dilakukan untuk
memperbaharui tindakan yang akan diberikan kepada pasien sehingga
tindakan yang diberikan kepada pasien berdasarkan evidence base
terbaru agar dapat meningkatkan tingkt keberhasilan terapi dan
meminimalisir efek samping yang dapat terjadi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi. Darah
adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal atau sekitar 5 liter.
Volume darah pada manusia berbeda dikarenakan perbedaan pada jenis
kelamin, yang menentukan proporsi ukuran tubuh. Laki-laki dewasa memiliki
kisaran volume darah 5-6 L, sedangkan pada wanita dewasa berkisar antara 4-5
L. Jumlah darah pada setiap orang tidak sama, bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah sendiri memiliki
dua komponen utama yang terdiri dari komponen cair dan komponen padat.
Komponen cair yaitu plasma darah, dan komponen padat terdiri dari sel darah
merah atau yang disebut sebagai eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan
keping darah atau trombosit yang berperan dalam proses pembekuan darah
(Hasdianah, 2018).
2. Fungsi Leukosit
Leukosit berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh yaitu membunuh
dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk dalam jaringan.
Lekosit juga berfungsi sebagai pengangkut zat lemak dari dinding usus
melalui limpa ke pembuluh darah. Granulosit dan monosit mempunyai
peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme
sebagai fagosit (fago - memakan), mereka memakan bakteria hidup yang
masuk ke sistem peredaran darah melalui mikroskop, adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.
Pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. Sebagai hasil
kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat
terbentuk nanah. Nanah dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh
dalam kinerjanya disebut sel nanah. Demikian juga terdapat banyak kuman
yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair.dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit (Hasdianah, 2018).
B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Leukemia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang, sumsum tulang dalam
tubuh memproduksi tiga tipe sel darah, diantaranya ialah sel darah putih
yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh untuk melawan infeksi, sel darah
merah berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh, dan platelet adalah
bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah (Ningsih,
et al., 2022).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mengghasilkan
sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah
lain di sumsum tulang utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka
tertimbun di sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut
gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel
leukemia mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-
sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia (Ningsih, et al., 2022).
2. Etiologi
Penyebab dari leukimia bisa berasal dari internal maupun
eksternal. Faktor internal terutama gen-gen yang berperan pada siklus sel
telah menjadi pusat perhatian dalam hubungannya dengan proses
terjadinya pertumbuhan tumor. Hubungannya dengan pertumbuhan tumor
adalah terdapatnya dua golongan gen. Pertama adalah kelompok pemicu
terjadinya tumor yang lazim disebut tumor oncogenes, seperti gen c-myc
dan gen ras. Kedua adalah kelompok penekan terjadinya tumor yang lazim
disebut tumor suppressor gene, seperti gen p53 dan gen Rb. Hingga saat
ini banyak peneliti sementara menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya
kanker (50%) adalah adanya mutasi pada gen-gen tersebut., secara garis
besar etiologi leukimia (Yuniftiadi, et al., 2022) :
a. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom
Down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar
identik yang akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami
leukemia.
b. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas
dapat menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini
dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan
menderita leukemia pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
c. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab
leukemia pada manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil
penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia,
yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah manusia.
3. Klasifikasi
Pendekatan klasifikasi leukemia saat ini didasarkan pada sistem
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016. Klasifikasi WHO
didasarkan pada kombinasi gambaran klinis, morfologi,
immunophenotypic, dan genetik. Sistem klasifikasi lain yang kurang
umum digunakan termasuk sistem Perancis-Amerika-Inggris (FAB),
yang didasarkan pada morfologi leukosit abnormal.
Leukemia merupakan penyakit hematologi yang ganas. Leukemia
dibagi menjadi beberapa tipe dan subtype, yang meliputi (Penyami,
2021) :
1. Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)
Leukimia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan klonal
dari sel sel precursor linfoid lebih dari 80% kasus. Sel sel ganas
berasal dari limfosit b, dan sisanya merupakan leukemia sel T.
Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak
kasusnya pada anak anak. Walaupun demikian , 20% dari kasus LLA
adalah dewasa. Jika tidak diobati, leukemia ini bersifat fatal.
2. Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL)
Leukemia limfositik kronik adalah suatu keganasan
hematologic yang ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan
linfosit B neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa,
hati, dan organ lain. CLL adalah gangguan proliferatif limfosit. Sel ini
terakumulasi di darah, sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL
adalah kasus di jumpai pada individu berusia di atas 50 tahun.
3. Acute Myelogenous Leukemia (AML)
Leukemia Mieloid Akut (LMA) dicirikan oleh infiltrasi darah,
sumsum tulang, dan jaringan lainnya oleh sel-sel sistem hematopoietik
yang proliferatif, klonal, dan tidak berdiferensiasi. AML jarang terjadi
pada anak dan insidennya meningkat seiring pertambahan usia. AML
sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati dengan kemoterapi
sitotoksik atau radioterapi.
4. Chronic Myelogenous Leukemia (CML)
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi
tidak beraturan dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai
semua kelompok usia, namun terutama berusia antara 40 dan 60
tahun.
5. Patofisiologi
Menurut Yuniftiadi, et al (2022), leukimia terjadi akibat dari
beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
Leukimia juga merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker
abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel
anak yang abnormal sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia. Kemudian leukimia atau limfositik akut merupakan
kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebih
sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ seperti sum-sum
tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan
jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel. Karena faktor-
faktor ini leukimia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan
klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemik mengambil alih sum-sum tulang.
Sehingga menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang
merupakan penyebab berbagai gejala umum leukimia. Trombosit pun
berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses masuknya leukosit yang
berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila terjadi pada hati,
splenomegali, dll.
6. Pathway
Faktor genetic, sinar radioaktif,
virus
Leukemia
Peningkatan jumlah
leukosit imatur/abnormal
Nyeri
Sel darah merah Trombosit Sel darah putih
menurun menurun normal menurun
Risiko syok
9. Penatalaksanaan medis
a. Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi
sitotoksik menggunakan kombinasi obat multiple. Obat sitotoksik
bekerja dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat
menghancurkan sel leukemia. Tetapi dengan metode ini beberapa sel
normal juga ikut rusak dan ini menyebabkan efek samping seperti
kerontokan rambut, mual, muntah, nyeri pada mulut (akibat kerusakan
pada mukosa mulut), dan kegagalan sumsum tulang akibat matinya sel
sumsum tulan. Salah satu konsekuensi mayor dari neutropenia akibat
kemoterapi adalah infeksi berat. Pasien harus diterapi selama
berbulan-bulan (AML) atau selama 2-3 tahun (ALL).
Menurut Suriadi (20022 dan Yuliani (2022), fase
penatalakasanaan kemoterapi meliputi tiga fase yaitu fase induksi,
fase proflaksis, fase konsolidasi.
b. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
c. Fase Profilaksis
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat,
cytarabine dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah
invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya
pada pasien leukemia yang mengalami gangguan system saraf pusat.
d. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang
beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi surpresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementra atau dosis obat dikurangi.
Penatalaksanaan medis dalam pemberian kemoterapi dan radioterapi:
a. Prednison untuk efek antiinflamasi
b. Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
c. Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor)
d. Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism asam
folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan yang
diperlukan sel-sel yang cepat membelah
e. Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik yang menekan sumsum tulang yang kuat.
f. Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia.
g. Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
h. Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut
i. Transplantasi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi
dan radioterapi pada beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi
dapat bersifat autolog, yaitu el sumsum tulang diambil sebelum pasien
meneraima terapi dosis tinggi, disimpan, dan kemudian diinfusikan
kembali. Selain itu, dapat jug bersifat alogenik, yaitu sumsum tulang
berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis
sangat tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut
tidak dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan
kembali akan mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut.
Pasien yang menerima transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi
yag lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima
transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat
menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik memiliki risiko
rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
menerima transplantsi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali
dapat menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik, terdapat bukti
kuat yang menunjukan bahwa sumsum yang ditransplantasikan akan
berefek antitumor yang kuat karena limfosit T yang tertransplantasi.
Penelitian-penelitian baru menunjukan bahwa transplantasi alogenik
menggunakan terapi dosis rendah dapat dilakukan dan memiliki
kemungkinan sembuh akibat mechanism imunologis.
j. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada
dalam keadaan sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau
perdarahan. Prioritas utamanya adalah resusitasi mengguakan antibiotic
dosis tinggi intravena untuk melawan infeksi, transfusi trombosit atau
plasma beku segar (fresh frozen plasma) utuk mengatasi anmia.
Penggunaan antibiotic dalam situasi ini adalah tindakan yang tepat
walaupun demam yang terjadi ternyata merupakan akibat dari penyakit
itu sendiri dan bukan akibat infeksi. Lebih mudah menghentikan
pemberian antibiotic daripada menyelamatkan pasien dengan syok dan
septicemia yang telah diberikan tanpa terapi antibiotik. (Patrick, 2021).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan SDKI :
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (leukimia) (D.0077)
2) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)
3) Risiko perdarahan (D.0149)
4) Risiko syok (D.0039)
5) Risiko infeksi (D.0142)
C. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA SLKI SIKI
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen Tujuan pengalaman sensorik atau Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis emosional yang berkaitan dengan Definisi mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
(leukimias) ( D.0077) kerusakan jaringan aktual atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional
fungsional, dengan onset dengan onset mendadak atau lambat dan berinensitas ringan hingga
mendadak atau lambat dan berat dan konstan
berintensitas ringan hingga berat Observasi
dan konstan menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil: intensitas nyeri.
Tingkat nyeri (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
Setelah dilakukan tindakan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
keperawatan selama 1x15 menit 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
diharapkan nyeri dapat teratasi 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
dengan kriteria hasil 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Meringis menurun Terapeutik
3. Gelisah menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kesulitan tidur menurun 2. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan
5. Frekuensi nadi membaik suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetic
5 Risiko infeksi (D.0142) Tujuan derajat infeksi berdasarkan Pencegahan infeksi (I.14539)
observasi atau sumber informasi Definisi mengidentifikasi dan menurnkan risiko terserang organisme
menurun patogenik
Kriteria hasil : Observasi
Setelah dilakukan tindakan Monitor tandaa dan gejala infeksi lokal dan sistemik
keperawatan selama 2x24 jam Terapeutik
diharapkan risiko infeksi dapat 1. Batasi jumlah pengunjung
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Demam menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
2. Kemerahan menurun lingkungan pasien
3. Nyeri menurun 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
4. Bengkak menurun Edukasi
5. Kadar sel darah putih 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Penyami, Y., Hartono, M., Ns, M. K., Kp, M. P. A. S., Aprilia, S., & Rohmah, M.
N. (2021). Complementary And Alternative Medicine (Cam) Pada Anak
Dengan Leukemia (Literature Review). Jurnal Lintas Keperawatan, 2(2).
Rovinda Dia Zelly (2022). Kelainan Hemostatis Pada Leukemia. Bagian Patologi
Fakultas Kedokteran UNAND
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Yanti, D. A., Sembiring, I. M., Ginting, J. I. S. B., & Yusdi, S. (2021). Pengaruh
Fototerapi Terhadap Penurunan Tanda Ikterus Neonatorum Patologis Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi
(JKF), 4(1), 16-21.
Yuliana, F., Hidayah, N., & Wahyuni, S. (2018). Hubungan Frekuensi Pemberian
Asi Dengan Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. Dinamika Kesehatan, 9, 526–534.