Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnose,memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui factor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium


yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan
hemoglobin.Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah
awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium.
Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh
dari darah vena ataupun darah kapiler.

Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam
jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat
katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh
kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh
karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka
plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel.

Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna
lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan.
Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya
pertukaran gas.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis


penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan
pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan
pasien, pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas
kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil.
Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.
Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan
pemeriksaan hemoglobin melalui metodecyanmethehemoglobin. Cara ini mudah dilakukan
karena mempunyai standart yang stabil dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin kecuali
sulf hemoglobin.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis buat, yaitu :

1. Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostic ?


2. Apa saja jenis pemeriksaan diagnostic ?
3.
C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan penujang

2.      Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang

3.      Untuk mengetahui Tahap-tahap dalam pemeriksaan penunjang

4.      Untuk mengetahui manfaat dari pemeriksaan penunjang

5.      Untuk mengetahui Alat-alat yang di gunakan dalam pemeriksaan penunjang


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Hasil pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnose, memantau


perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui factor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

Terdapat tiga factor utama yang mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:

1. Pra instrumentasi.

Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter.
Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahap instrumentasi meliputi:

a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir.

Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan
kedalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak
penting.membantu persiapan pasien sehingga tidak dan menyakiti pasien dan merugikan
pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien: nama,
alamat/ruangan, umur jenis kelamin, data klinis/diagnose, dokter pengirim, tanggal dan kalau
diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya
hasil ataupun dapat membantu interpretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.

b. Persiapan penderita.
1. Puasa.

Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaiknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang.perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan
bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.

2. Obat.

Penggunaan obta dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya: asam


folat, Fe, vitamin B 12 dan lain-lain.
3. Waktu pengambilan.

Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap. Kadar bebrapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi
hari sehingga lebih midah diperiksa bila kadarnya rendah.kecuali ada instruksi dan indikasi
khusus atas perintah dokter.selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak yang tidak melihat
waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera
disebut pemeriksaan sito.

4. Posisi pengambilan.

Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula
sebaliknya.

 Persiapan alat.

Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.

 Pengambilan darah.

Yang harus dipersiapkan antara lain: kapas alcohol 70%, kerat pembendung (torniket)
semprit sekali pada umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.

 Penampungan urin.

Digunakan botol penampung urine yang bermulut lebar, berlabel,kering, bersih,


bertutup rapat dapat steril atau tidak steril.

 Penampung khusus.

Biasanya yang diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus


yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti
pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidaktertukar.

c. Cara pengambilan sampel

Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien  sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien
yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena  kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi.darah dapat diambil dari vena, arteri atau
kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit didaerah
tersebut, tidak pucat dan tidak sionosis.

d. Penanganan awal sampel dantransportasi.

Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan.

e. Interpretasi Data
 Menentukan aspek positif klien

Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan


bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau
membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.

 Menentukan masalah klien

      Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.

 Menentukan masalah klien yang pernah dialami

Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.

 Menentukan keputusan

Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan. Tidak


ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi kesehatan

 Masalah yang akan muncul

      Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah- masalah yang
akan muncul.

 Masalah kalaboratif

      Berkonsuktasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
B. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari sekian
banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein
yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen
yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di
dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ
tubuh. Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu
hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit
kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan lainnya, bisa saja terjadi
penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas,
tidak bertenaga dan mudah lelah.
 Nilai normal
 Dewasa Pria 13.5-18.0 Gram/Dl,                          
 Wanita Hamil 10-15 Gram/Dl
 Wanita 12-16 Gram/Dl                                           
 Anak 11-16 Gram/Dl,
 Balita 9-15 Gram/Dl,Bayi 10-17 Gram/Dl          
 Neonatus 14-27 Gram/Dl
 Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-
obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
 Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan:
metildopa dan gentamisin.
2. Hematokrit (Ht)
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi volume
sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter
per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini
bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi presentasenya berarti
semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar
hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.
 Nilai normal
 Dewasa Pria 40-54%                    
 Wanita 37-47%
 Wanita Hamil 30-46%                   
 Anak 31-45%, Balita 35-44%
 Bayi 29-54%                                  
 Neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara
kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.
 Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %)dapat ditemukan pada berbagai
kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar,
dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
 Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal
jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan
overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.
 Kadar ht normal 3x nilai hb
3. Leukosit (Hitung total)
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna alias
bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti basofil, eosinofil,
neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis,
biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat, terkena infeksi
kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar yang luas. Pada
saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar
normalnya. Jika kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit
lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Kadar leukosit akan turun
seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah
leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk
menurunkan kadar leukosit. Ada juga yang disebut leukopenia.
Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni
biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker,
keracunan benzene, urethane, dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga
faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada system
kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi, agranulositosis,
anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
 Nilai normal
 Dewasa 4500-10000 sel/mm3
 Neonatus 9000-30000 Sel/Mm3      
 Bayi Sampai Balita Rata-Rata 5700-18000 Sel/Mm3
 Anak 10 Tahun 4500-13500/Mm3  
 Ibu Hamil Rata-Rata 6000-17000 Sel/Mm3,
 Postpartum 9700-25700 Sel/Mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
 Anemia hemolitik
 Sirosis hati dengan nekrosis
 Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
 Keracunan berbagai macam zat
 Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis,


anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

4. Trombosit
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada
penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Trombosit
yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada kulit karena trombosit berfungsi
sebagai salah satu pembeku darah. Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan
dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi
karena produksi trombosit seseorang memang sangat rendah. Trombosit yang rendah
menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita DBD
dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada
kulit, hidung bahkan otak.
 Nilai normal
 Dewasa 150.000-400.000 Sel/Mm3                 
 Anak 150.000-450.000 Sel/Mm3.
 Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000 sel/mm3.
 Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan,
sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian
kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker sel darah putih), polisitemia vera
(kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-
penyakit vaskuler seperti lupus (gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah
operasi pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi
alcohol.
5. Laju endap darah(LED)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk endapan.
Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan dinilai pada berapa
millimeter pengendapan itu muncul. Laju endap darah dilakukan untuk menilai berapa
kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang
diukur selama satu jam.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti
polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah
menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan
timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama
dengan darah keseluruhan. Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi
adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.
 Nilai normal

*Dewasa Pria <15 Mm/Jam Pertama          * Wanita <20 Mm/Jam Pertama

*Ansia Pria <20 Mm/Jam Pertama              * Wanita <30-40 Mm/Jam Pertama


*Wanita Hamil 18-70 Mm/Jam Pertama    * Anak <10 Mm/Jam Pertama

 LED yang meninggi


Dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan meningkat :
menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia
hemolitik, dan penyakit keganasan. jika menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana
peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan logam,
radang ginjal maupun lever juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap
darah.
 LED yang sangat rendah
Menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa

Menurun : akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu
penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika
dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi
sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.

6. Hitung eritrosit
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan komposisi
terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme makanan
untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2 (oksigen) dan CO2 (karbon
dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia, dan leukemia bias
ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya
laboratorium akan melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-
rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang.
MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk mengukur indeks volume eritrosit
dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada
eritrosit dalam darah. Adapun MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration
untuk mengukur indeks saturasi eritrosit dalam darah.

Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita
seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel darah
merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sel darah merah.
 Nilai normal

*Wanita 4.0-5.5 Juta Sel/Mm3          * Pria 4.5-6.2 Juta Sel/Mm3.

*Bayi 3.8-6.1 Juta Sel/Mm3             * Anak 3.6-4.8 Juta Sel/Mm3.

 Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
 Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,
penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat
(kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat).
7. Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah
dalam darah, yang dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis,
defisiensi vitamin B dan C. apabila terjadi peningkatan kadar hematokrit dapa diindikasikan
adanya dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan dan lain-lain.
 Persiapan Pengambilan Specimen Darah Vena
1. Alat dan bahan
a. Bak instrument.
b. Torniquet .
c. Spuid 3 cc.
d. Botol untuk specimen darah.
e. Kapas alcohol.
f. Bengkok.
g. Sarung tangan.
h. Pengalas atau perlak kecil.
2. Pelaksanaan
a. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
c. Memasang sampiran
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
e. Mencuci tanga dengan sabun dan air mengalir , mengeringkan dengan handuk
bersih.
f. Memakai sarung tangan.
g. Membebaskan lokasi pengambilan specimen darah vena dari pakaian.
h. Mencari daerah yang terlihat jelas venanya.
i. Memasang pengalas dibawah daerah /tempat yang akan diambil darahnya.
j. Mengikat bagian diatas daerah yang akan diambil darahnya dengan karet
pembendung atau tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.
k. Mendesinfeksi kulit dengan kapas alcohol secara sirkuler dengan diameter kurang
lebih 5 cm.
l. Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan.
m. Memasukkan jarum kedalam vena, dengan tangan dominan (jarum dan kulit
membentuk sudut kurang lebih 200),
n. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk vena.
o. Membuka karet pembendung, anjurkan pasien membuka kepalan tangan (bila
darah telah terlihat pada tabung spuid).
p. Menarik penghisap sehingga darah masuk kedalam tabung spuid, hisap sebanyak
kebutuhan.
q. Menarik jarum keluar, dengan meletakkan kapas alcohol diatas jarum dan tarik
jarum keluar.
r. Memasukkan darah dalam spuid kedalam botol yang telah tersedia (memasukkan
agak miring dan tidak terlalu keras menyemprotkannya).
s. Memberi label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan.
t. Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar.
u. Melepaskan sarung tangan.
v. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
w. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
 Persiapan Pengambilan Specimen Darah Perifer
1. Alat dan bahan
a. Lancet
b. Kapas alcohol.
c. Kapas kering.
d. Sarung tangan.
e. Pengalas
f. Botol tempat darah yang diberi label, alat pengukur Hb (Hb sahli) dll tergantung
jenis pemeriksaan.
g. Bengkok.
2. Pelaksanaan:
a. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
c. Memasang sampiran.
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
f. Memakai sarung tangan.
g. Mendesinfeksi kulit dengan kapas alcohol (ujung jari manis atau jari telunjuk)
dan biarkan kering.
h. Menusuk dengan lancet secara tegak lurus.
i. Mengusap darah yang baru keluar dengan kapas kering, darah yang keluar
berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.
j. Menekan bekas tusukan dengan kapas kering.
k. Membereskan alat, buang lancet dengan benar.
l. Melepas sarung tangan.
m. Mencuci tangan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
n. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
C. Pemeriksaan Urine.
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan
saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan
specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai
dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
 Jenis pengambilan sampel urine :
a. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah
putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan
atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan
yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik
untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya
HCG (human chorionicgonadothropin) dalam urine.
c. Urine pasca prandial
Urine pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5 – 3 jam sesudah makan)
d. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus
dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine
dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan
pengawet, misalnya toluene.
 Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:
1. Volume urine         
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas
ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang
bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara /
penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian
oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
3. Buih           
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan
bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang
berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam
urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda
warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua.
Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika
didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada,
tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa
hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-
obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
5. Kejernihan 
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh
atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan
menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
 Persiapan alat
a. Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen
b. Label specimen
c. Larutan anti septic
d. Kapas sublimat
e. Formulir Laboratorium
f. Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
g. Baskom air hangat
h. Waslap
i. Sabun
j. Handuk
k. Skort
l. Selimut
m. Skala
n. Sfigmomanomater dengan menset yang sesuai
o. Kertas Etiket
p. Bengkok
q. Buku ekspedisi untuk pemerikaan laboratorium
 Prosedur pelaksanaan
1. Beri tahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
2. Untuk klien yang dapat berjalan
3. Antar klien ke kamar kecil
4. Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan
sabun dan air
 Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
desinfektan steril hanya sekali pakai
 Untuk klien laki – laki
 Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
 Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya
sekal pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis
 Pasien yang istirahat total di tempat tidur
 Memasang pengalas dibawah bokong pasien.
 Memasang pispot dibawah bokong pasien.
 Membantu pasien untuk cebok dulu sebelum berkemih.
 Membiarkan urine yang keluar permulaan dan menampung urine yang keluar
berikutnya dengan bengkok atau botol yang disediakan sesuai kebutuhan.
 Membantu pasien untuk cebok.
D. PEMERIKSAAN FESES
Pemeriksaan Feses merupakan pemeriksaan dengan menggunakan bahan feses yang
bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti kelompok salmonella, shigella, esherichia
coli, staphylococcus dan lain-lain.
 Persiapan pengambilan specimen feses.
1. Alat dan bahan.
a. Botol untuk specimen feses.
b. Sarung tangan.
c. Pispot.
d. Lidi kapas.
e. Pengalas atau perlak.
f. Bengkok.
2. Pelaksanaan:
a. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan alat dan membawa ke dekat pasien.
c. Memasang sampiran.
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
f. Memakai sarung tangan.
 Pasien yang tidak kuat berjalan.
a. Memasang pengalas dibawah bokong pasien.
b. Memberikan urinal atau pispot pada pasien untuk BAK atau kencing.
c. Mengganti urinal dengan pispot untuk BAB/berak.
d. Mengambil tinja sedikit dengan lidi kapas, memasukkan kedalam tempat/botol
yang sudah disediakan.
e. Membantu pasien untuk cebok.
 Pasien yang dapat berjalan.
a. Memberitahu pasien untuk mengambil tinja dengan lidi kapas dan memasukkan
ke tempat yang telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur air.
b. Memberi etiket yang jelas dan mengisi formulir pengiriman untuk segera dikirim
ke laboratorium.
c. Membereskan alat.
d. Melepas sarung tangan.
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
f. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
E. PEMERIKSAAN SPUTUM
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan. Pemeriksaan dengan bahan
secret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti tuberkolusis pulmonal,
pneumonia bakteri, bronchitis kronis, bronkhietaksis.
 Persiapan dan pelaksanaan.
a. Siapkan wadah dalam keadaan steril.
b. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan pagi.
c. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum.
d. Pertahankan agar wadah dalam keadaan tertutup.
e. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam), ikuti instruksi yang ada
pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum, yang dilakukan
selama tiga hari berturut-turut.
F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI (RONTGEN)
RONTGEN
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, dan rangka.pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan radiasi sinar x yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar x dan
digunakan untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.
 Persiapan dan pelaksanaan:
a. Lakukan informed consent.
b. Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
c. Pada dada pelaksanaan fotodengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan
dengan posisi berdiri dan foto AP (anterior posterior) lateral dapat juga dilakukan.
Baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain bisa
digunakan, dan perhiasan dapat dilepaskan. Anjurkan pasien untuk tarik napas dan
menahan napas pada waktu pengambilan foto sinar x.
d. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung, dalam pelaksanaannya, perhiasan pada leher harus
dilepaskan, baju diturunkan hingga ke pinggang.
e. Pada abdomen, baju haru dilepaskan dan digunakan baju kain/kertas, pasien tidur
telentang dengan tangan menjauh dari tubuh, serta testis harus dilindungi.
Pelaksanaan foto harus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP.
f. Pada tengkorak, penjepit rambut, kaca mata, dan gigi palsu harus dilepaskan
sebelum pelaksanaan foto.
g. Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur, maka anjurkan puasa dan immobilisasi
pada daerah fraktur.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1.      Hasil pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnose, memantau


perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui factor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

2.      USG atau ultrasonografi merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas
permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam
jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari
gelombang Doppler.
3.      Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks atau mendetyeksi sel pra kanker, mengkaji efek pemberian hormone seks dan
respon terhadap kemoterapi dan radiasi.

B.     SARAN

Sebaiknya dalam pengambilan sampel atau specimen harus sesuai dengan prosedur dan
anjuran dari dokter agar tidak mengalami kesalahan dalam pemeriksaan.

DAFTAR PUSTAKA

Eko,Nurul. Ardiani sulistiani. 2010.KDPK Kebidanan. Pustaka Rihana: Yokyakarta.

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan-diagnostik.html

http: // Riswanto. Blogspot. Com/2010/02/pengumpulan specimen-darah-urine sputum-


feses.html.

Musrifatul Uliyah. A. Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik


Kebidanan. Salemba Medika: Surabaya.

DAFTAR  PUSTAKA

Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta : Salemba Medika

http : // eny ratna ambarwati.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan diagnostic :                         html

http: // Riswanto. Blogspot. Com/2010/02/pengumpulan specimen-darah-urine-sputum-feses.html

Anda mungkin juga menyukai