Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN ANEMIA HEMOLITIK

DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT ALLAM MEDICA BUMIAYU

LAPORAN KELOMPOK KETERAMPILAN DASAR KLINIK II

NAMA KELOMPOK

1. Miranda Risang Ayu NIM 2101237


2. Nurjuliana NIM 2101243
3. Siti Holipatun Hasanah NIM 2101250
4. Adinda Arini Anisa NIM 2101251

AKADEMIK KEBIDANAN KH.PUTRA BREBES


PRODI D III KEBIDANAN
Jl.Raya Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah Telp.(0289)413 4010
Email : khputraalhikmah18@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KETERAMPILAN DASAR KLINIK II

Penguji

1. Efi Trusila Astuti, Amd keb


NIP :
2. Endang Susilowati,S. ST.M,Kes
NIP :

Mengetahui ;

Direktur Direktur

Akademi Kebidanan KH Putra Brebes Rumah Sakit Umum Allam Medica

dr. H. Ahmad Ridlo., Sp. OG., M. Kes dr. Muhammad F,Imamuddin,MM

NIP : 19724142201000205 NIP :


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kasus kelompok Keterampilan Dasar Klinik II
pada program studi D III Akademi Kebidanan KH Putra Brebes ini dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Ny. R dengan Anemia Hemolitik Di Ruang Edelweis Rumah Sakit
Allam Medica Bumiayu ini dapat di selesaikan.

Dalam menyusun laporan ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak untuk
itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. KH. Labib Sadiq Suhaemi Selaku Ketua Yayasan Alhikmah I


2. dr. H. Ahmad Ridlo.,Sp.Og.,M.Kes Selaku Direktur Akademmi Kebidanan KH. Putra
3. dr. Muhammad F,Imammudin,MM Selaku Direktur Rumah Sakit Allam Medica
4. Efi Trusila Astuti, Amd.Keb Selaku CI dan Pembimbing Lahan Rumah Sakit Allam
Medica
5. Endang Susilowati,S.ST.M,Kes Selaku Pembimbing Akademik
6. Selaku Kepala Ruangan Rumah Sakit Allam Medica
1) Dikara Nurlita S,ST
2) Dian ayu Amd.Kep
3) Jumrotus Solikha Amd.Kep
4) Moh. Iqbal Amd.Kep
7. Seluruh Staf Rumah Sakit Allam Medica
8. Para Dosen Akademi Kebidanan KH. Putra
9. Dan Seluruh Teman Teman Mahasiswi Akademi Kebidanan KH. Putra

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan menyadari bahwa penyusunan laporan
kasus Keterampilan Dasar Klinik II ini masih banyak kekurangan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bermanfaat dan membangun. Harapan penulis semoga penyusunan laporan
kasus Keterampilan Dasar Klinik II ini dapat bermanfaat khususunya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.

Penulis, Brebes 2022

Penulis
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization

AIHA = Aouto Immune Hemolytic Anemia

G/dl = Gram/Desiliter

Mmol/l = Milimoles/liter

SLE = Systemic Lupus Erythematosus

Ny = Nyonya

Gr = gram

HB = Hemoglobin

SMA = Sekolah Menengah Atas

BAB = Buang Air Besar

BAK = Buang Air Kecil

HBSAG = Hepatitis B Surface Antigen

Rt = Rukun Tetangga

Rw = Rukun Warga

MmHg = Milimeter Air Raksa

SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT = Serum Glutamic Pyruvate Transaminase

WIB = Waktu Indonesia Barat

TD = Tekanan Darah

ADCC = Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity

KID = Kolaguasi Intravaskuler Diseminata


DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR SKEMA

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum dan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Institusi Akademik
3. Bagi Penulis
4. Bagi Pasien

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi
E. Komplikasi
F. Pencegahan
G. Penata Laksanaan
H. Kerangka Teori
I. Patway

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Alasan Paien Datang
2. Riwayat Penyakit Saat Datang
3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien
4. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien
5. Kebutuhan Sehari-Hari Pasien
B. Pemeriksaan Fisik
C. Data Penunjang
D. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

BAB V PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan menderita anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada orang
orang tersebut lebih rendah dari nilai normal hemoglobin yang sesuai dengan jenis
kelamin dan umur dari orang tersebut. Menurut badan kesehatan dunia (WHO: World
Health Organization) telah di tetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabila
konsentrasi hemoglobinnya di bawah 12 g/dl (7,5 mmol/l), dan untuk pria apabila
konsentrasinya di bawah 13 g/dl (8,1 mmol/l). (Yuni, 2019) .
Riset Kesehatan Dasar (Riskedas,2018) menunjukkan anemia di Indonesia
menurut karakteristik umur 5-14 tahun sebesar 26,8% dan umur 15-24 tahun sebesar
32,0% dan berdasarkan jenis kelamin kejadian anemia pada laki-laki sebesar 20,3% dan
perempuan sebesar 27,2% dapat dilihat dari data tersebut bahwa kejadian anemia lebih
tinggi pada perempuan dan menurut World Health Organization (WHO), 2021 pada
tahun 2019 di Indonesia anemia pada perempuan umur 15-49 tahun yaitu sebesar 31,2%.
Anemia merupakan suautu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-
laki dan perempuan. Untuk, pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gr% dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0
gr% angka kejadian anemia di Indonesia sebesar 21,7%, 18,4% terjadi pada laki-laki dan
23,9% terjadi pada perempuan. Berdasarkan kriteria usia 5-14 tahun mencapai 26,4% dan
pada usia 15-25 tahun mencapai 18,4%. Berdasarkan data semua kelompok umur
tersebut, wanita memiliki prevelensi yang tertinggi mengalami anemia.
Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri usia 13-18 sebesar 23%
sedangkan prevalensi anemia pada remaja putra sebesar 17% (Kemenkes, 2018).
Persentase prevalensi anemia di Provinsi Jawa Tengah yaitu 57,7% dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena persentasenya >20% (Direktur Bina Gizi 2015).
Aneia hemolitik autoimun atau yang umum disebut dengan aoutoimmune
hemolytic anemia (AIHA) adalah sebuah kelainan yang jarang dan yang
dikarakteristikkan dengan adanya proses hemolisis oleh reaksi auto antibody yang
menyerang sel darah merah penderita, dengan insidensi 1-3 orang per 100.000 populasi
pertahun dan rata-rata mortalitasnya mencapai kurang lebih 11%. Mortalitas lebih rendah
pada anak-anak (4%) tapi akan meningkat (hingga 10%) pada evans syndrom (terdapat
trombositopenia autoimun) serta AIHA di percampuran. AIHA diklasifikasikan sebagai
AIHA warm type (disebabkan oleh adanya reaksi hemolisis extravaskuler yang bersuhu
tinggi yang dimediasi oleh igG, kurang lebih 75% kasus AIHA), AIHA cold type
(disebabkan oleh adanya reaksi hemolysis intravascular bersuhu rendah yang dimediasi
oleh komplomen, kurang lebih 15% kasus AIHA), dan tipe campuran (kurang dari 5%),
pembagian ini didasarkan pada rentan suhu dari autoantibodi yang berperan dalam
pathogenesis. Penyebab AIHA bermacam-macam, umumnya idiopatik (50%), sindrom
limfoproliferatif (20%), penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE)
(20%) hingga infeksi dan tumor (Okta pany, Deborah Natasha, 2017)
Berdasarkan data pasien rawat inap di Rumah Sakit Allam Medica Bumiayu dari
bulan juni 2022 terdapat 0,94% dari 4273 pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut peniulis tertarik untuk melakukan pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Anemia Hemolitik di Ruang Edelweis Rumah
Sakit Allam Medica Bumiayu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penulisan Asuhan Keperawatan adalah bagaimana gambaran dalam penerapan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien Ny. R dengan Anemia Hemolitik di Rumah
Sakit Umum Allam Medica Bumiayu.

C. Tujuan
 Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus keterampilan dasar klinik II ini
adalah untuk memperoleh gambaran dalam pelaksanaan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia Hemolitik“ di Rumah Sakit Umum
Allam Medica Bumiayu.
 Khusus
a. Mahasiswa mampu Melakukan pengkajian pada pasien anemia hemolitik
b. Mahasiswa mampu Mengumpulkan dan menganalisa data pada pasien anemia
hemolitik
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien anemia
hemolitik
d. Mahasiswa mampu Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
anemia hemolitik
e. Mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan pada pasien
anemia hemolitik
f. Mahasiswa mampu menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien
anemia hemolitik

D. Manfaat
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam pelayanan khususnya pada pasien dengan kasus anemia
hemolitik serta meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Anemia Hemolitik di Rumah Sakit Umum Allam Medica
2. Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat ,menambah pengetahuan khususnya tentang anemia
hemolitik serta untuk menambah daftar kepustakaan pihak kampus.
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat lebih memahami, meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta
keterampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien anemia
hemolitik sehingga dapat di gunakan sebagai pengalaman untuk bekal yang dapat di
terapkan dilahan praktek.
4. Bagi pasien
Dapat menambah inforamsi tentang gambaran umum penyakit anemia hemolitik
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta
mampu melakukan perawatan yang tepat bagi dirinya dan keluarganya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana keadaan hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. (Kemenkes, 2019). Pengertian
anemia secara umum adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Astriana, 2017).
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Sintesis
hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein
berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul
hemoglobin yang baru (Kulsum, 2020).
Klasifikasi anemia yaitu ringan sekali apabila kadar hemoglobin 11 g/dl, ringan
apabila kadar hemoglobin 8 g/dl - <11g/dl (Muchlisin riadi 2017). Sedang apabila kadar
hemoglobin 5 g/dl - <6 g/dl, dan berat apabila kadar hemoglobin 5 g/dl (Rahmi 2019)
B. Etiologi
Anemia hemolitik dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Intrinsik
Kelainan membrane seperti sferositosis herediter. Hemoglobinuria nocturnal
parasismal.
 Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase.
 Kelainan enzyme, seperti definisi glukosa 6 fosfat dehydrogenase (G6PD).
 Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit,methemoglobinemia.
2. Ekstrinsik
 Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limfoperiferatif,
keracunan obat.
 Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombosipenik, kolaguasi
intravaskuler diseminata (KID).
 Infeksi, seperti akibat pada plasmodium, klostridium, borreelia.
 Hipersplenisme.
 Luka bakar.

C. Patofisiologi
Anemia hemolitik autoimun (AIHA) disebabkan oleh peningkatan kerusakan
SDM oleh anti-auto-antibodi sel darah merah ( anti RBC autoantibodies) dengan atau
tanpa aktivasi komplemen, kerusakan sel darah merah dapat terjadi baik karena lisis
langsung melalui aktivasi sitem komplemen, atau oleh antibody dependent cell mediated
cytotoxicity (ADCC). Peran antiautobodi dalam terjadinya AIHA tergantung pada
kelasnya (yang paling sering adlah IgG dan IgM). Subkelas, bentuk amplitude antibody
(hangat dan dingin), serta afinitas dan efisiensi dalam mengaktifkan komplemen.
Beberapa sitokin dan mekanisme sitotoksik (CDS’ T dan sel NK) terlihat dalam
penghancuran sel darah merah lebih lanjut. Selain itu, aktivasi makrofag juga dapat
dikenali dalam proses fagositosis eritrosit.
Lisis SDM yang terjadi secara langsung bisa terjadi terutama disirkulasi dan hati,
sedangkan ADCC, sitotoksisitas, dan fagositosis terjadi secara khususu di organ limpa
dan limfoid. Tingkat hemolysis intravascular 10 kali lipat lebih besar daripada
ekstravaskular.

D. Manifestasi
Manifestasi klinis dari AIHA umumnya akan terlihat perlahan beberapa bulan
hingga tahunan bergantung pada keparahan anemia yang diderita penderitanya, dari
asimtomatik yang terkompensasi dengan retikulositosis dengan hiperbilirubinemia ringan
hingga hemolisis fulminan dengan jaundice, hepatosplenomegali, takikardi dan angina.
Manifestasi klinis tersebut juga dibedakan berdasarkan adanya penyakit dasar dan derajat
hemolisis yang bergantung pada tipe autoantibodi. Pasien dengan reaksi hangat IgM
dilaporkan cenderung memiliki keparahan hemolisis yang tinggi dan angka mortalitasnya
lebih tinggi jika dibandingkan dengan AIHA tipe dingin. Derajat anemia umumnya
bergantung pada kemampuan kompensasi tubuh dengan peningkatan kadar retikulosit
dan pada pasien dengan retikulositopenia umumnya memiliki keadaan klinis yang lebih
buruk dan memerlukan transfusi sel darah merah yang sesuai (Okta pany,Deborah
Natasha, 2017)
Anemia ini bervariasi dari yang ringan dampai yang berat (mengancam
jiwa).pasien mengeluh fatig dan keluhan ini dapat terlihat bersama dengan angina atau
gagal jantung kongesif. Pada pemeriksaan fisik, biasanya dapat ditemukan icterus dan
slenomegaly, apabila pasien mempunyai peyakit dasar seprti LES atau leukemia
limfositik kronik, gambaran klinis tersebut dapat dilihat.

E. Komplikasi
Komplikasi seperti kelelahan berat, masalah jantung, dan kematian. Beberapa
anemia turunan seperti sel sabit dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Hal ini terjadi karena kehilangan banyak darah dapat cepat mengakibatkan anemia akut
dan berat yang dapat berakibat fakta4 . Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Autoimmune Hemolytic Anemia
(AIHA) (jurnal Rino Prastyo Utomo, Volume 2, 2020 ).

F. Pencegahan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu upaya mencegah terjadinya
anemia lebih baik daripada mengobati ketika sudah mengalami anemia. Karena anemia
disebabkan tubuh kekurangan sel darah merah karena kadar hemoglobin rendah, sehingga
pencegahan anemia dapat dilakukan melalui upaya:mempertahankan kadar hemoglobin
dalam darah dengan cara:
1. Mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi seimbang, kaya protein, tinggi kalsium
dan zat besi serta asupan vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi dalam
tubuh.
2. Mempraktikkan pola hidup yang sehat dan bersih (untuk menghindari kasus
kecacingan), tidak merokok karena zat radikal bebas dalam rokok mengganggu
penyerapan zat besi, tidak mengkonsumsi alkohol yang dapat merusak ginjal.
3. Mengkonsumsi suplemen zat besi atau tablet tambah darah (TTD) paling tidak sekali
seminggu. (Ayun Sriatmi,2020).

G. Penata Laksanaan
Penata laksanaan awal AHAI tipe hangat adalah pemberian kortikosteroid yang
efektif untuk menurunkan hemolisis. Respon pengobatan AHAI tipe hangat terhadap
kortikosteroid berdasarkan literatur berkisar antara 60-90% setelah mendapatkan
pengobatan kortikosteroid 3-4 minggu.13-15 Pada AHAI tipe dingin, kortikosteroid
seringkali tidak efektif, sedangkan pada tipe campuran tampaknya memberikan respon
terhadap kortikosteroid yang mirip dengan AHAI tipe hangat.12-15 Namun, data tentang
proporsi respon pengobatan pasien-pasien AHAI terhadap kortikosteroid di Indonesia
masih jarang ditemukan, yaitu hanya pernah dilaporkan pada satu laporan kasus pada
tahun 2005.
H. Patway Anemia Hemolistik

Faktor Intrinsik, Kelainan Membran,


Faktor Ekstrinsik, Imun, Non imun
Kelainan HB, Kelainan Enzime

Anemia Hemolistik
Anemia
Anemia sel sabit
Hemolitik
Turunan
HB Menurun

Splenomegali Kerusakan sel darah merah


Penurunan suplai oksigen
dalam tubuh
Distensi Sel-sel berisi molekul HB
yang tidak sempurna
Sesak, kelemahan
fisik
Intoleransi aktivitas
Cacat kaku
Ketidak mampuan
mengunyah makanan
Tirah baring lama
Sel-sel macet dipembuluh
darah
Mual, muntah, tidak nafsu
Penekanan salah satu daerah makan, terjadi penurunan
tubuh yang lama berat badan
Sirkulasi darah lambat

Ketidak seimbangan
Gangguan integritas
nutrisi kurang dari Gangguan perfusi
kulit
jaringan perifer
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN ANEMIA HEMOLITIK

DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT ALLAM MEDICA BUMIAYU

A. Pengkajian
Tanggal : 22 Juli 2022
Jam : 13.30 WIB
Ruang : Edelweis

Nama : Ny. Rika Nurhayati


Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Kubang Urang Rt 03/Rw 08 Cilibur Paguyangan
No. Registrasi : 19020980002

1. Alasan Datang
Ibu mengatakan seluruh tubuhnya lemas dan nyeri dibagian perut.
2. Riwayat Penyakit Saat Datang
Ibu mengatakan tubuhnya lemas, nyeri perut terutama nyeri dibagian ulu hati,
mual, muntah, nafsu makan berkurang sejak satu hari kemarin
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat transfuse darah pada tanggal , dan pernah
dirawat beberapakali dalam setahun.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit anemia dari
kaka kandung.
5. Kebutuhan Sehari-Hari

Kebutuhan Sehari –Sehari


Sebelum Sakit Selama Sakit
a. Pola Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Konsisten : Lunak Ampas
Warna : Kuning Kuning
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
 BAK
Frekuensi : 3-4x sehari 3x sehari
Warna : kuning jernih Kuning jernih
Keluhan : Tida ada Tidak ada
b. Pola Nutrisi
 Makan
Jenis : Nasi, sayur, daging dan Bubur,sayur dan daging
buah-buahan
Frekuensi : 3x sehari 2x sehari
Nafsu makan : Baik Menurun

 Minum
Air putih dan susu
Jenis : Air putih
5 gelas/hari
Frekuensi : 8 gelas/hari
Menurun
Nafsu Minum : Baik

c. Pola Istirahat dan Tidur


 Tidur siang
Frekuensi : 2 jam 1 jam
Keluhan : Tidak ada Tidak aada

 Tidur malam
Frekuensi : 8 jam 5 jam
Keluhan : Tidak ada Tidur tidak nyenyak
d. Mobillisasi dan Aktivitas
Dapat beraktivitas seperti menyisir, Tidak dapat bergerak bebas karena
makan, minum, berjalan. kelemahan fisik
e. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari 1x sehari
Cuci rambut : 2 hari sekali Tidak pernah

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmetis
2. Keadaan umum : Sedang
Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 100/60 mmHg Suhu : 36 ,4 0C

Nadi : 113 x/menit Respirasi : 22 x/menit

Spo2 : 97%

3. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala : Mesochepal tidak ada caput dan cephal hematoma, tidak ada masa dan
pembengkakan.
 Rambut : Warna hitam, tidak ada kotoran, bersih.
 Mata : Simetris, seklera kuning, konjungtiva anemis.
 Wajah : Bentuk wajah oval, simetris.
 Hidung : Bersih, simetris tidak ada pembesaran polip
 Mulut : Bersih, tidak ada lesi, bibir merah muda, palatum tertutup, tidak ada
palatoskisis.
 Telinga : Simetris, tidak ada kelainan.
 Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe.
 Kulit : Kulit kekuningan, turgor kulit baik.
b. Dada : Bentuk siemtris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada penumpukan
cairan pada pleura.
 Inspeksi : Bentuk simetris
 Palpasi : Tidak ada benjolan
 Perkusi : Suara jantung pekak, suara paru sonor
 Aukultasi : Bunyi paru vesikuler, bunyi jantung regular
c. Jantung : Detak jantung normal 90 x/menit
d. Abdomen : Simetris, tidak ada busunng tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada
penumpukan cairan.
 Inspeksi : Simetris kanan kiri
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Suara tympani
 Auskultasi : Terdengar peristaltic usus 26 x/menit
e. Genetalia : Tidak ada keluhan
f. Eksternitas
 Atas : Simetris, ada nyeri tekanan pada tangan kanan Karena terpasang infus,
tidak ada kelainan agak lemah kekuatan otot lemah
 Bawah : Simetris tidak ada nyeri tekan, tampak ebrsih, kekuatan otot kuat
C. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
 Sebelum Tranfusi

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


DARAH RUTIN
HEMOGLOBIN 6.2 g/dr 12-14
LEUKOSIT 6.800 /ul 5.000-10.000
ERITROSIT 2.01 Jt 4-5
TROMBOSIT 191.000 /ul 200.000-500.000
HEMATOKRIT 16.1 % 37-43
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Batang 2 % 2-6
Segmen 81 % 50-70
Limfosit 13 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
GULA DARAH SEWAKTU
Gula Darah Sewaktu 106 Mg/dl < 180
HBSAG
Hbsag Negatif Negatif
SGOT
Sgot 32 u/i L : <25 p :<21
SGPT
44 u/i L : <29 p : <22
Sgpt
GOLONGAN DARAH
O rh+
Golda
RAPID CVD-19 ANTIGEN RI Negatif Negatif
Antigen SARS Cov19

D. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


1. Analisis Data

No Tanggal /jam Data Masalah Etiologi


22 juli 2022 DS : Pasien mengatakan Nyeri akut Adanya gangguan
13.30 WIB nyeri perut lemes, nyeri berhubungan di sistem
ulu hati, mual, muntah dengan agen injuri pencernaan
dan pusing biologis

DO : TD : 110/60
mmHg
S : 36.7 0C
N : 91 x/menit
Spo2 : 99 %
RR : 23 x/menit
23 juli 2022 DS : Pasien mengatakan Nyeri akut Agen cidera
11.30 WIB yeri perut dan ulu hati berhubungan biologis
berkurang dengan agen injuri
biologis
DO : TD :118/70
mmHg
S : 36,5C
N : 69x/menit
Spo2 : 95%x/menit
23 juli 2022 RR : 22X/menit Berhubungan
20.00 WIB DS : Pasien mengatakan Gangguan pola dengan lingkungan
keadaannya sudah tidur
yang kurang
membaik tetapi nyaman
tidurnya tidak nyenyak

DO : TD : 100 /80
mmHg
S : 36,6 0C
N : 88 x/menit
Spo2 : 99 %
RR : 22 x/menit
24 juli 2022 DS : Pasien mengatakan
06.00 WIB pusing berkurang,

DO : TD : 100/70
mmHg
S : 36,4 0 C
N : 82 x/menit
Spo2 : 98%
RR : 20 x/menit

2. Diagnosa Keperawatan meliputi


(Intervensi, Implimentasi dan evaluasi)

No Tanggal/jam Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


1 22 juli 2022 Nyeri akut - Monitor tanda - Memonitor tanda- S : Pasien
13.30 WIB berhubungan tanda vital dan tanda vital dan mengatakan
dengan agen keadaan umum keadaan umum nyeri perut dan
cidera - Lakukan - Melakukan ulu hati
biologis pengkajian pengkajian berkurang
manajemen nyeri, manajemen nyeri
meliputi : meliputi: O : TD :
skala nyeri, P: 110/60 mmHg
intensitas nyeri, Q : Tertusuk-tusuk S: 36.7 0C
kualitas nyeri dan R : Di bagian ulu hati N : 91 x/menit
frekuensi nyeri S : Skala nyeri 4-6 Spo2 : 99 %
- Identifikasi T : Kembali di waktu RR: 23 x/menit
responsi nonverbal tertentu
- Berikan teknik - Mengidentifikasi A : Masalah
nonofarmakologis response nonverbal belum teratasi
untuk mengurangi - Memberikan teknik
rasa nyeri non farmakologi P:
- Fasilitasi istirahat untuk mengurangi - Monitor
dan tidur rasa nyeri seperti keadaan umum
- Kolabirasi dokter mengompres air dan tanda –
pemberian terapi hangat tanda vital
obat terapi - Memfasilitasi - Lanjutkan
PRC 1 kalf dengan istirahat dan tidur intervensi
golongan darah O seperti : menyiapkan
tempat tidur pasien
- Memberikan terapi
sebagai berikut :
injeksi omeprazole,
injeksi
ondansetron,injeksi
ketorolac, obat oral
sanmol dan curcuma
- Memberikan terapi
PRC 1 kalf dengan
golongan darah O
pada jam 20.30 WIB
23 juli 2022 Nyeri akut - Monitor tanda - Memonitor tanda- S : Pasien
11.00 WIB berhubungan tanda vital dan tanda vital dan mengatakan
dengan agen keadaan umum keadaan umum pusing
cidera - Lakukan - Melakukan berkurang ,
biologis pengkajian pengkajian nyeri ulu hati
manajemen nyeri, manajemen nyeri berkurang,
meliputi : meliputi: mual dan
skala nyeri, P: muntah
intensitas nyeri, Q : Perih berkurang
kualitas nyeri dan R : Dibagian ulu hati
frekuensi nyeri S : Skala nyeri 1-3 O : TD:118/70
- Identifikasi T : kembali di waktu mmHg
responsi nonverbal tertentu S :36,5C
- Berikan teknik - Mengidentifikasi N: 69x/menit
nonofarmakologis response nonverbal Spo2 :
untuk mengurangi - Memberikan teknik 95%x/menit
rasa nyeri non farmakologi RR : 22
- Fasilitasi istirahat untuk mengurangi x/menit
dan tidur rasa nyeri seperti
- Kolabirasi mengompres air A: Masalah
pemberian terapi hangat sebagian
obat dan PRC 1 - Memfasilitasi teratasi
kalf dengan istirahat dan tidur
golongan darah O seperti : menyiapkan P:
tempat tidur pasien Memonitoring
- Memberikan terapi keadaan umum
sebagai berikut : dan tanda-
injeksi omeprazole, tanda vital
injeksi lanjutkan
ondansentron,injeksi intervensi
keterolak,obat oral
sanmol dan curcuma
- Memberikan terapi
PRC 1 kalf dengan
golongan darah O
20.00 WIB Gangguan -Monitor keadaan - Memonitoring S : pasien
pola tidur umum dan tanda- keadaan umum dan mengatakna
berhubungan tanda vital tanda-tanda vital keadaan sudah
dengan -Identifikasi pola - Mengkaji dan mebaik dan
lingkungan tidur dan aktivitas mengidentifikasi tidur nyenyak
pasien kebiasaan tidur pasien
-Lakukan prosedur - Memberikan raasa O : TD : 100
untuk nyaman agar pasien /80 mmHg
meninngkatkan mengatasi rasa S: 36,6 0C
kenyamanan tidurnya seperti N : 88 x/menit
- Jelaskan mengatur posisi Spo2 : 99 %
pentingnya tidur pasien dan RR : 22
yang adekuat merapihkan tempat x/menit
- Kolaborasi tidur pasien
pemberian terapi - Memberikan edukasi A : Masalah
obat kepada pasien istirahat teratasi
yang cukup dapat
meningkatkan status P : Konsul
emosional yang baik dokter pasien
- Memberikan terapi pulang
obat : injeksi
ondansetron, injeksi
metilpretnisolon, obat
oral sanmol dan
betahistin
24 juli 2022 Tidak Ada - Monitor keadaan - Memonitoring S : Pasien
06.00 WIB umum dan tanda- keadaan umum dan mengatakan
tanda vital tanda-tanda vital keadaan sudah
- Edukasi kepada - Memberikan edukasi mulai
pasien tentang kepada pasien tentang membaik
kebutuhan kebutuhan kesehatan
kesehatan berkelanjutan meliputi O : TD :
berkelanjutan istirahat yang cukup, 100/70 mmHg
setelah pasien mengatur pola makan S: 36,4 0 C
pulang dari rumah yang baik seperti N : 82 x/menit
sakit makanan yang Spo2 : 98%
- Berikan terapi mengandung zat besi, R : 20x/menit
obat kepada pasien meminum obat teratur
saat pulang sesuai - Mengedukasi dan A : Masalah
intruksi dokter memberikan surat teratasi
Kontrol sebelum
pulang pada pasien. P : Lanjutkan
- Memberikan terapi rawat jalan
obat pada pasien
meliputi : sanmol 15
tablet 3x500, curcuma
5 tablet 1x1, vitamin
D3 5 tablet 1x5000,
betahistin 10 tablet
2x6 mg,
metilpretnisolon 5
tablet

 Setelah Tranfusi

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


DARAH RUTIN
HEMOGLOBIN 7.0 g/dl 12-14
LEUKOSIT 4.000 /ul 5.000-10.000
ERITROSIT 2.08 Jt 4-5
TROMBOSIT 189.000 /ul 200.000-500.00
HEMATOKRIT 17.0 % 37-43
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-3
Batang 2 % 2-6
Segmen 88 % 50-70
Limfosit 8 % 20-40
Monosit 2 % 2-8
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai