NAMA KELOMPOK
Penguji
Mengetahui ;
Direktur Direktur
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kasus kelompok Keterampilan Dasar Klinik II
pada program studi D III Akademi Kebidanan KH Putra Brebes ini dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Ny. R dengan Anemia Hemolitik Di Ruang Edelweis Rumah Sakit
Allam Medica Bumiayu ini dapat di selesaikan.
Dalam menyusun laporan ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak untuk
itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan menyadari bahwa penyusunan laporan
kasus Keterampilan Dasar Klinik II ini masih banyak kekurangan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bermanfaat dan membangun. Harapan penulis semoga penyusunan laporan
kasus Keterampilan Dasar Klinik II ini dapat bermanfaat khususunya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
Penulis
DAFTAR SINGKATAN
G/dl = Gram/Desiliter
Mmol/l = Milimoles/liter
Ny = Nyonya
Gr = gram
HB = Hemoglobin
Rt = Rukun Tetangga
Rw = Rukun Warga
TD = Tekanan Darah
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum dan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Institusi Akademik
3. Bagi Penulis
4. Bagi Pasien
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi
E. Komplikasi
F. Pencegahan
G. Penata Laksanaan
H. Kerangka Teori
I. Patway
A. Pengkajian
1. Alasan Paien Datang
2. Riwayat Penyakit Saat Datang
3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien
4. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien
5. Kebutuhan Sehari-Hari Pasien
B. Pemeriksaan Fisik
C. Data Penunjang
D. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan menderita anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada orang
orang tersebut lebih rendah dari nilai normal hemoglobin yang sesuai dengan jenis
kelamin dan umur dari orang tersebut. Menurut badan kesehatan dunia (WHO: World
Health Organization) telah di tetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabila
konsentrasi hemoglobinnya di bawah 12 g/dl (7,5 mmol/l), dan untuk pria apabila
konsentrasinya di bawah 13 g/dl (8,1 mmol/l). (Yuni, 2019) .
Riset Kesehatan Dasar (Riskedas,2018) menunjukkan anemia di Indonesia
menurut karakteristik umur 5-14 tahun sebesar 26,8% dan umur 15-24 tahun sebesar
32,0% dan berdasarkan jenis kelamin kejadian anemia pada laki-laki sebesar 20,3% dan
perempuan sebesar 27,2% dapat dilihat dari data tersebut bahwa kejadian anemia lebih
tinggi pada perempuan dan menurut World Health Organization (WHO), 2021 pada
tahun 2019 di Indonesia anemia pada perempuan umur 15-49 tahun yaitu sebesar 31,2%.
Anemia merupakan suautu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-
laki dan perempuan. Untuk, pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gr% dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0
gr% angka kejadian anemia di Indonesia sebesar 21,7%, 18,4% terjadi pada laki-laki dan
23,9% terjadi pada perempuan. Berdasarkan kriteria usia 5-14 tahun mencapai 26,4% dan
pada usia 15-25 tahun mencapai 18,4%. Berdasarkan data semua kelompok umur
tersebut, wanita memiliki prevelensi yang tertinggi mengalami anemia.
Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri usia 13-18 sebesar 23%
sedangkan prevalensi anemia pada remaja putra sebesar 17% (Kemenkes, 2018).
Persentase prevalensi anemia di Provinsi Jawa Tengah yaitu 57,7% dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena persentasenya >20% (Direktur Bina Gizi 2015).
Aneia hemolitik autoimun atau yang umum disebut dengan aoutoimmune
hemolytic anemia (AIHA) adalah sebuah kelainan yang jarang dan yang
dikarakteristikkan dengan adanya proses hemolisis oleh reaksi auto antibody yang
menyerang sel darah merah penderita, dengan insidensi 1-3 orang per 100.000 populasi
pertahun dan rata-rata mortalitasnya mencapai kurang lebih 11%. Mortalitas lebih rendah
pada anak-anak (4%) tapi akan meningkat (hingga 10%) pada evans syndrom (terdapat
trombositopenia autoimun) serta AIHA di percampuran. AIHA diklasifikasikan sebagai
AIHA warm type (disebabkan oleh adanya reaksi hemolisis extravaskuler yang bersuhu
tinggi yang dimediasi oleh igG, kurang lebih 75% kasus AIHA), AIHA cold type
(disebabkan oleh adanya reaksi hemolysis intravascular bersuhu rendah yang dimediasi
oleh komplomen, kurang lebih 15% kasus AIHA), dan tipe campuran (kurang dari 5%),
pembagian ini didasarkan pada rentan suhu dari autoantibodi yang berperan dalam
pathogenesis. Penyebab AIHA bermacam-macam, umumnya idiopatik (50%), sindrom
limfoproliferatif (20%), penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE)
(20%) hingga infeksi dan tumor (Okta pany, Deborah Natasha, 2017)
Berdasarkan data pasien rawat inap di Rumah Sakit Allam Medica Bumiayu dari
bulan juni 2022 terdapat 0,94% dari 4273 pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut peniulis tertarik untuk melakukan pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Anemia Hemolitik di Ruang Edelweis Rumah
Sakit Allam Medica Bumiayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penulisan Asuhan Keperawatan adalah bagaimana gambaran dalam penerapan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien Ny. R dengan Anemia Hemolitik di Rumah
Sakit Umum Allam Medica Bumiayu.
C. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus keterampilan dasar klinik II ini
adalah untuk memperoleh gambaran dalam pelaksanaan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia Hemolitik“ di Rumah Sakit Umum
Allam Medica Bumiayu.
Khusus
a. Mahasiswa mampu Melakukan pengkajian pada pasien anemia hemolitik
b. Mahasiswa mampu Mengumpulkan dan menganalisa data pada pasien anemia
hemolitik
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien anemia
hemolitik
d. Mahasiswa mampu Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
anemia hemolitik
e. Mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan pada pasien
anemia hemolitik
f. Mahasiswa mampu menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien
anemia hemolitik
D. Manfaat
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam pelayanan khususnya pada pasien dengan kasus anemia
hemolitik serta meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Anemia Hemolitik di Rumah Sakit Umum Allam Medica
2. Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat ,menambah pengetahuan khususnya tentang anemia
hemolitik serta untuk menambah daftar kepustakaan pihak kampus.
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat lebih memahami, meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta
keterampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien anemia
hemolitik sehingga dapat di gunakan sebagai pengalaman untuk bekal yang dapat di
terapkan dilahan praktek.
4. Bagi pasien
Dapat menambah inforamsi tentang gambaran umum penyakit anemia hemolitik
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta
mampu melakukan perawatan yang tepat bagi dirinya dan keluarganya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana keadaan hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. (Kemenkes, 2019). Pengertian
anemia secara umum adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Astriana, 2017).
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Sintesis
hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein
berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul
hemoglobin yang baru (Kulsum, 2020).
Klasifikasi anemia yaitu ringan sekali apabila kadar hemoglobin 11 g/dl, ringan
apabila kadar hemoglobin 8 g/dl - <11g/dl (Muchlisin riadi 2017). Sedang apabila kadar
hemoglobin 5 g/dl - <6 g/dl, dan berat apabila kadar hemoglobin 5 g/dl (Rahmi 2019)
B. Etiologi
Anemia hemolitik dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Intrinsik
Kelainan membrane seperti sferositosis herediter. Hemoglobinuria nocturnal
parasismal.
Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase.
Kelainan enzyme, seperti definisi glukosa 6 fosfat dehydrogenase (G6PD).
Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit,methemoglobinemia.
2. Ekstrinsik
Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limfoperiferatif,
keracunan obat.
Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombosipenik, kolaguasi
intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi, seperti akibat pada plasmodium, klostridium, borreelia.
Hipersplenisme.
Luka bakar.
C. Patofisiologi
Anemia hemolitik autoimun (AIHA) disebabkan oleh peningkatan kerusakan
SDM oleh anti-auto-antibodi sel darah merah ( anti RBC autoantibodies) dengan atau
tanpa aktivasi komplemen, kerusakan sel darah merah dapat terjadi baik karena lisis
langsung melalui aktivasi sitem komplemen, atau oleh antibody dependent cell mediated
cytotoxicity (ADCC). Peran antiautobodi dalam terjadinya AIHA tergantung pada
kelasnya (yang paling sering adlah IgG dan IgM). Subkelas, bentuk amplitude antibody
(hangat dan dingin), serta afinitas dan efisiensi dalam mengaktifkan komplemen.
Beberapa sitokin dan mekanisme sitotoksik (CDS’ T dan sel NK) terlihat dalam
penghancuran sel darah merah lebih lanjut. Selain itu, aktivasi makrofag juga dapat
dikenali dalam proses fagositosis eritrosit.
Lisis SDM yang terjadi secara langsung bisa terjadi terutama disirkulasi dan hati,
sedangkan ADCC, sitotoksisitas, dan fagositosis terjadi secara khususu di organ limpa
dan limfoid. Tingkat hemolysis intravascular 10 kali lipat lebih besar daripada
ekstravaskular.
D. Manifestasi
Manifestasi klinis dari AIHA umumnya akan terlihat perlahan beberapa bulan
hingga tahunan bergantung pada keparahan anemia yang diderita penderitanya, dari
asimtomatik yang terkompensasi dengan retikulositosis dengan hiperbilirubinemia ringan
hingga hemolisis fulminan dengan jaundice, hepatosplenomegali, takikardi dan angina.
Manifestasi klinis tersebut juga dibedakan berdasarkan adanya penyakit dasar dan derajat
hemolisis yang bergantung pada tipe autoantibodi. Pasien dengan reaksi hangat IgM
dilaporkan cenderung memiliki keparahan hemolisis yang tinggi dan angka mortalitasnya
lebih tinggi jika dibandingkan dengan AIHA tipe dingin. Derajat anemia umumnya
bergantung pada kemampuan kompensasi tubuh dengan peningkatan kadar retikulosit
dan pada pasien dengan retikulositopenia umumnya memiliki keadaan klinis yang lebih
buruk dan memerlukan transfusi sel darah merah yang sesuai (Okta pany,Deborah
Natasha, 2017)
Anemia ini bervariasi dari yang ringan dampai yang berat (mengancam
jiwa).pasien mengeluh fatig dan keluhan ini dapat terlihat bersama dengan angina atau
gagal jantung kongesif. Pada pemeriksaan fisik, biasanya dapat ditemukan icterus dan
slenomegaly, apabila pasien mempunyai peyakit dasar seprti LES atau leukemia
limfositik kronik, gambaran klinis tersebut dapat dilihat.
E. Komplikasi
Komplikasi seperti kelelahan berat, masalah jantung, dan kematian. Beberapa
anemia turunan seperti sel sabit dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Hal ini terjadi karena kehilangan banyak darah dapat cepat mengakibatkan anemia akut
dan berat yang dapat berakibat fakta4 . Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Autoimmune Hemolytic Anemia
(AIHA) (jurnal Rino Prastyo Utomo, Volume 2, 2020 ).
F. Pencegahan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu upaya mencegah terjadinya
anemia lebih baik daripada mengobati ketika sudah mengalami anemia. Karena anemia
disebabkan tubuh kekurangan sel darah merah karena kadar hemoglobin rendah, sehingga
pencegahan anemia dapat dilakukan melalui upaya:mempertahankan kadar hemoglobin
dalam darah dengan cara:
1. Mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi seimbang, kaya protein, tinggi kalsium
dan zat besi serta asupan vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi dalam
tubuh.
2. Mempraktikkan pola hidup yang sehat dan bersih (untuk menghindari kasus
kecacingan), tidak merokok karena zat radikal bebas dalam rokok mengganggu
penyerapan zat besi, tidak mengkonsumsi alkohol yang dapat merusak ginjal.
3. Mengkonsumsi suplemen zat besi atau tablet tambah darah (TTD) paling tidak sekali
seminggu. (Ayun Sriatmi,2020).
G. Penata Laksanaan
Penata laksanaan awal AHAI tipe hangat adalah pemberian kortikosteroid yang
efektif untuk menurunkan hemolisis. Respon pengobatan AHAI tipe hangat terhadap
kortikosteroid berdasarkan literatur berkisar antara 60-90% setelah mendapatkan
pengobatan kortikosteroid 3-4 minggu.13-15 Pada AHAI tipe dingin, kortikosteroid
seringkali tidak efektif, sedangkan pada tipe campuran tampaknya memberikan respon
terhadap kortikosteroid yang mirip dengan AHAI tipe hangat.12-15 Namun, data tentang
proporsi respon pengobatan pasien-pasien AHAI terhadap kortikosteroid di Indonesia
masih jarang ditemukan, yaitu hanya pernah dilaporkan pada satu laporan kasus pada
tahun 2005.
H. Patway Anemia Hemolistik
Anemia Hemolistik
Anemia
Anemia sel sabit
Hemolitik
Turunan
HB Menurun
Ketidak seimbangan
Gangguan integritas
nutrisi kurang dari Gangguan perfusi
kulit
jaringan perifer
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal : 22 Juli 2022
Jam : 13.30 WIB
Ruang : Edelweis
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan seluruh tubuhnya lemas dan nyeri dibagian perut.
2. Riwayat Penyakit Saat Datang
Ibu mengatakan tubuhnya lemas, nyeri perut terutama nyeri dibagian ulu hati,
mual, muntah, nafsu makan berkurang sejak satu hari kemarin
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat transfuse darah pada tanggal , dan pernah
dirawat beberapakali dalam setahun.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit anemia dari
kaka kandung.
5. Kebutuhan Sehari-Hari
Minum
Air putih dan susu
Jenis : Air putih
5 gelas/hari
Frekuensi : 8 gelas/hari
Menurun
Nafsu Minum : Baik
Tidur malam
Frekuensi : 8 jam 5 jam
Keluhan : Tidak ada Tidur tidak nyenyak
d. Mobillisasi dan Aktivitas
Dapat beraktivitas seperti menyisir, Tidak dapat bergerak bebas karena
makan, minum, berjalan. kelemahan fisik
e. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari 1x sehari
Cuci rambut : 2 hari sekali Tidak pernah
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmetis
2. Keadaan umum : Sedang
Tanda-tanda Vital :
Spo2 : 97%
DO : TD : 110/60
mmHg
S : 36.7 0C
N : 91 x/menit
Spo2 : 99 %
RR : 23 x/menit
23 juli 2022 DS : Pasien mengatakan Nyeri akut Agen cidera
11.30 WIB yeri perut dan ulu hati berhubungan biologis
berkurang dengan agen injuri
biologis
DO : TD :118/70
mmHg
S : 36,5C
N : 69x/menit
Spo2 : 95%x/menit
23 juli 2022 RR : 22X/menit Berhubungan
20.00 WIB DS : Pasien mengatakan Gangguan pola dengan lingkungan
keadaannya sudah tidur
yang kurang
membaik tetapi nyaman
tidurnya tidak nyenyak
DO : TD : 100 /80
mmHg
S : 36,6 0C
N : 88 x/menit
Spo2 : 99 %
RR : 22 x/menit
24 juli 2022 DS : Pasien mengatakan
06.00 WIB pusing berkurang,
DO : TD : 100/70
mmHg
S : 36,4 0 C
N : 82 x/menit
Spo2 : 98%
RR : 20 x/menit
Setelah Tranfusi