DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII/ VI A
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VII/VI A
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul hemoglobin dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit atau
penyakit sel sabit homozigot (Hb SS) adalah gangguan autosom resesif bawaan yang
mempengaruhi pergantian valin dengan asam glutamat pada rantai hemoglobin. Ada
varian anemia sel sabit yang lain dan yang paling banyak ditemui adalah Hb SB, Hb
SD , Hb SE, Sel darah merah pada anemia ini kurang memiliki kemampuan dalam hal
membawa oksigen dan juga memiliki angka dekstruksi yang lebih besar dibanding sel
darah merah normal. Lama hidup sel sabit menurun hingga 10-30 hari (normalnya 120
hari).
Insiden penyakit pada orang afrika amerika diperkirakan 1 dari 12 orang dan
insiden penyakit diperkirakan 1 dari 375. Sekitar 2000 bayi dilahirkan dengan penyakit
sel sabit setiap tahun di amerika serikat, kematian paling sering terjadi pada anak yang
berusia 1 sampai 3 tahun.
Penyakit sel sabit/ anemia sel sabit merupakan gangguan genetik resesif
autosomal, yaitu individu memperoleh hemoglobin sabit (hemoglobin S) dari kedua
orangtua. Oleh karena itu, pasien homozigot (Gelehertr, 1999). Individu heterozigot
(gen abnormal diwariskan hanya dari salah satu oarangtua) dikatakan memiliki sifat sel
sabit. Individu-individu ini umumnya asimtomatik dan memiliki usia harapan hidup
yang normal. Sifat sel sabit tidak memperpendek harapan hidup seseorang atau
menyebabkan anemia. Ini tidak berubah jadi anemia sel sabit. Namun, selama
pemajanan pada lingkungan dengan oksigen sangat rendah, seperti pada saat anestasi,
di tempat ketinggian, penerbangan tanpa tekanan dan pada penyakit paru obstruktif
kronis (COPD), SDM dari individu dengan sel sabit dapat membentuk sabit yang
menyebabkan hipoksia jaringan sementara SDM kembali ke bentuk normal setelah
individu kembali ke lingkungan dengan oksigen normal.
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup laporan terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada Ny.
S dengan diagnosa medis Anemia Sel Sabit di ruang perawatan umum Kenanga Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu, yang meliputi tahap pengkajian, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan head to toe, aktivitas sehari – hari, data penunjang,
analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
diagnosa medis anemia Sel Sabit.
2. Tujuan khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mampu:
a. Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit anemia Sel Sabit.
b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
c. Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata
sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah
yang diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan pada pasien dengan penyakit anemia Sel Sabit.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
g. Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi
kasus.
D. Metode penulisan
Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yaitu metode yang
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui
proses keperawatan. Adapun tehnik – tehnik yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulisan mengadakan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan
data subjektif pasien.
2. Studi dokumentasi
Data – data yang didapatkan dari rekam medis pasien di ruangan seperti catatan
keperawatan dan catatan dokter.
3. Studi kepustakaan
Penulis mendapatkan literatur dan tinjauan teori mengenai konsep dasar penyakit
anemia sel sabit dan konsep dasar keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dan mengamati
perubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal –
hal penting termasuk pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah
terdapat luka, dan lain – lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba apakah ada
benjolan atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan
menggunakan refleks hummer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
stetoskop.
E. Sistematika penulisan
Penulis membagi penulisan laporan yang terdiri dari :
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B. Ruang lingkup
C. Tujuan penulisan
D.Metode penulisan
E. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Tanda dan gejala
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Data fokus
I. Riwayat kesehatan
J. Pemeriksaan fisik
K. Diagnosa keperawatan
L. Intervensi dan rasional
M . Evaluasi
Anemia Sel Sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul
hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Brunner edisi 8, vol.2, hal.943)
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah
berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah
H.M, 1999, hal 535)
B. Etiologi
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A Sylvia, 1995,
hal : 239)
a) Infeksi
b) Disfungsi jantung
c) Disfungsi paru
d) Anastesi umum
e) Dataran tinggi
f) Menyelam
Hemoglobin sabit (Hb S) berbeda dengan Hb dewasa normal karena substitusi asam
glutamat pada posisi 6 rantai β oleh valin. Pada keadaan teroksigenasi fungsi Hb S
normal. Bila Hb ini mengalami deoksigensi, interaksi antara valin β6 dan regio yang
komplementer pada rantai β molekul yang berdekatan menyebabkan pembentukan
polimer molekular bersusunan tinggi, polimer ini memanjang membentuk struktur
filamen, yang beragregasi menjadi batang yang kaku, seperti kristal. Proses prolimerasi
molekular ini menyebabkan sifat eritrosit sbait rapuh, berduri pada keadaan penurunan
oksigenasi.
Penyakit anemia sel sabit ini ditemukan di Afrika, Timur Tengah, daerah
Mediterania, dan India, yang diturunkan dengan sifat dominan autosomal. Sifat sel
sabit ditemukan pada heterozigot (HbA-HbS) yang dalam hemoglobinnya khas
mengandung 60% HbA dan 40% HbS. Pasien dengan sifat ini biasanya bebas gejala
kecuali bila tekanan oksigen sangat rendah, misalnya di ketinggian dan penggunaan
anestesia anoksik. Gambaran umumnya sangat baik. Prevalensi gen ini mungkin tinggi
karena HbS melindungi dari efek malaria falcifarum yang serius dan kadnag-kadang
mematikan.
Anemia sel sabit terjadi pada homozigot (HbS-HbS). Hemoglobin yang abnormal
membuat RBC rentan terhadap penurunan tekanan oksigen yang sangat kecil
sekalipun. Ini menyebabkan fenomena seperti sabit dan sekuenstrasi abnormal disertai
trombosis pada arteriol yang kecil. Selanjutnya bisa terjadi infark pada bagian
manapun.
Anemia sel sabit ditandai dengan penyakit hemolitik kronis yang disebabkan oleh
destruksi eritrosit prematur yang sukar berubah bentuk dan rapuh. Manifestasi penyakit
sel sabit lain yang dianggap berasal dari perubahan iskemik akibat oklusi vaskular oleh
massa sel sabit. Perjalanan klinis anak yang terkan adalah khas disertai dengan
kejadian-kejadian episodik intermitten, sering disebut sebagai “kritis”.
D. Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai β hemoglobin. Karena
hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β, maka terdapat dua
gen untuk sintesa setiap rantai. Orang dengan trait sel sabit hanya memiliki satu gen
abnormal, sehingga sel darah merah mereka masih mampu mensintesa kedua
rantai β dan βs , jadi mereka memiliki hemoglobin A dan hemoglobin S. Mereka tidak
menderita anemia dan tampak sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit menikah, beberapa anaknya akan
membawa dua gen abnormal dan hanya mempunyai rantai βs dan hemoglobin S saja.
(Smeltzer, 2002)
Anemia sel sabit merupakan suatu kelainan pada darah yang disebabkan karena
adanya perubahan asam amino ke-6 pada rantai hemoglobin β yang menyebabkan
adanya perubahan bentuk dari sel darah merah yang semula berbentuk bikonkav
menjadi sel darah merah berbentuk serupa dengan bulan sabit yang dsebut HbS. (
Suwiryawan, dkk. 2013)
Hemoglobin sabit mempunyai sifat buruk karena mempunyai bentuk seperti kristal
bila terpajan tekanan oksigen rendah (Deoksigenasi). Penyebab dari deoksiganisi dapat
bermacam-macam. Ketika terjadi deoksigenasi sel yang mengandung HbS akan rusak,
kaku dan berbentuk seperti bulan sabit. Sel yang panjang dan kaku dapat terperangkap
dalam pembuluh kecil, dan ketika mereka saling menempel satu sama lain, aliran darah
ke daerah organ mengalami perlambatan dan dapat menyebabkan iskemia atau infark
dan pasien akan merasakan nyeri, pembengkakan dan demam.
Sel darah merah sabit memiliki usia hidup yang pendek yaitu sekitar 15 sampai 25
hari. Sum sum tulang dapat membesar saat kanak-kanak sebagai kompensasi dari
menurunnya jumlah SDM.
E. Pathway (Terlampir)
F. Pemeriksaan Penunjang
Saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapa mengembalikan sel sabit
menjadi normal. Sehingga, pengobatan ditujukan pada pencegahan dan penunjang.
Karena infeksi tampaknya mencetuskan sle krisis sel sabit, pengobatan ditekankan
pada pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan segera.
Pemeriksaan penunjang yang lazim digunkan pada penderita anmia sel sabit adalah
a. Pemerikaaan darah lengkap : terjadi penurunan Ht, Hb, dan hitung sel darah
merah, LED, AGD, bilirubin serum meningkat,
b. Pemeriksaan darah atau sel janin saat prenatal mengidentifikasi adanya status
homozigot pada janin
c. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel
bentuk bulan sabit.
d. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya
hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang
diwariskan (trait).
e. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
Sebaiknya dilakukan pada saat bayi lahir sebagai bagian dari penapisan bayi
baru lahir uji ini menghitung presentasi HbS yang ada.
f. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
g. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
G. Penatalaksanaan
Eritrosit Mengandung Hb S
Deoksigenasi lama
Elongasi
Membentuk Sabit
Hipotensi
Penurunan transport O2
H. Data Fokus
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan
data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa
yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang
diperoleh dari pemeriksaan. Biasanya data fokus yang didapatkan adalah :
Data Subjektif :
a) Keletihan / kelemahan.
b) Nokturi.
c) Nafsu makan menurun.
d) Nyeri pada punggung.
e) Sakit kepala.
f) Berat badan menurun.
g) Gangguan penglihatan.
Data Objektif :
a) Konjungtiva pucat.
b) Gelisah.
c) Warna kulit pucat.
d) Gangguan gaya berjalan.
e) Tekanan darah menurun.
f) Demam ringan.
g) Eritrosit menurun.
h) Bilirubin serumen : meningkat.
i) JDL : leukosit dan trombosit menurun.
j) LDH meningkat.
(Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585)
I. Riwayat Keluhan Utama
1. Keluhan utama
Pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat
itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat..
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia sel Sabit sebelumnya ?.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti Diabetes Militus, penyakit jantung, stroke ?.
J. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari. Kebutuhan tidur lebih
besar dan istirahat.
Tanda :Gangguan gaya berjalan
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat
atau sianosis, konjungtiva pucat.
3) Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
4) Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah
5) Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak
kulit dan membran mukosa kering.
6) Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
7) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
9) Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
10) Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
11) Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
K. Diagnosa Keperawatan
Tindakan keperawatan :
a. Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan
intervensi selanjutnya.
b. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi
kebutuhannya.
e. Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru.
M. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
Evaluasi pada pasien dengan diagnosa medis anemia Sel Sabit adalah :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
4. Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Nama : Ny. S
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : kaili/indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Registrasi : 3210
Diagnosa medis : Anemia Sel Sabit
Tanggal masuk Rumah Sakit : 20 Maret 2017/ Senin
ga l Pengkajian :
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. I
Umur :47 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
at
2. Keluhan utama
Keluhan utama klien masuk rumah sakit sakit kepala (pusing).
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 20 Maret 2017, Senin, pukul 09.30 WITA, Klien Masuk Rumah Sakit
Undata Palu dengan Keluhan sakit kepala, klien mengatakan kepala terasa pusing
karena kelelahan setelah pulang bekerja, sebelum masuk rumah sakit klien dibawah
kepuskesmas namun tidak ada perubahan akhirnya Keluarga klien memutuskan
membawah klien ke rumah sakit. Keluhan disertai dengan Tidak Nafsu Makan, mual-
muntah, dan badan terasa lemas.
Pengkajian Nyeri
P : Klien Mengatakan sakit kepala dirasakan akibat kelelahan pulang kerja
Q : Kualitas Nyeri yang dirasakan seperti teremas-remas
S : Skala Nyeri 5 (nyeri Sedang)
T : Nyeri dirasakan pada saat klien bergerak
4. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang dialami
sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes
militus, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
I. Aktivitas dan Kebiasaaan sehari-hari
No Aktivitas Sebelum sakit sekarang
1 Pola makan
Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
Jumlah 12 sdm 5 sdm
Menu Favorit Roti, Nasi, Ikan, Sayur Tidak ada
Kebiasaan ngemil Tidak ada Tidak ada
Ada Keluhan Tidak ada Mual Muntah
2 Pola tidur dalam Siang Hari : 3 Jam Siang Hari : 1 Jam
sehari Malam hari : 6 Jam Malam Hari : 4 Jam
4 Pola BAB
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lunak Lunak
Ada Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Pola Seksual aktif Pasif
Ada Keluhan?
6 Kebiasaan Olahraga Tidak ada Tidak ada
7 Ritual Keagamaan Sholat, Mengaji di rumah Tidak ada
8 Merokok Tidak ada Tidak ada
7. WAJAH
Inspensi
- Bentuk : Simetris
- Warna Kulit : Simetris
Palpasi
8. MATA
Inspeksi :
- Alis mata : Simetris Kanan dan Kiri
- Bulu mata:penyebaran, warna: Penyebaran Merata, Warna Hitam
- Keadaan palpebral, warna : tidak ada edema, sawo matang
- Keadaan Konjungtiva, warna : anemis, Bening
- Warna Sklera : Hiperemis
- Ukuran pupil : Kanan = ± 3 mm Kiri = ± 3
mm
- Reaksi pupil cahaya langsung : Kanan +/- Kiri +/-
Alat bantu : tidak ada
Diplopia : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Horsdeolum : tidak ada
- Test lapang pandang : Koordinasi baik
- Tes otot/ reaksi dekat : baik
- Tes buta warna : tidak ada buta warna
- Tes ketajaman penglihatan : Klien dapat melihat dalam jarak 6
meter
9. TELINGA
Inspeksi
- Keadaan telinga : Normal
- Kebersihan telinga : Kotor kanan dan kiri
- Membran timpani : Normal
- Serumen : (Ada) Kanan dan Kiri
- Pengeluaran cairan : Tidak ada
- Tinnitus : Tidak ada
- Menggunakan alat bantu : tidak ada
Palpasi
Asam : Normal
Asin : Normal
Palpasi
12. LEHER
Inspeksi :
- Letak trachea, posisi leher : letak depan tenggorokan,
posisi leher simetris
- Vena jugularis, ketinggian (cm) : Tidak ada peningkatan Vena
jugularis
- Struma : tidak ada struma
- Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid
- Tonic neckrefleks : Bergerak Bebas
Auskultasi
inspeksi
- Keadaan kulit : Warna Kulit sama dengan yang lain
- Bentuk dada : Normochest
- Pergerakan dada saat napas : Simetris
- Upaya pernapasan : tidak menggunakan otot-otot bantu
- Pola pernapasan : teratur
- Jenis pernapasan : Dada/ Diagfragma
Empisema subkutis : tidak ada
Palpasi
b. Jantung
menggunakan benda asing : Ring atau stent + / - tidak
menggunakan
inspeksi
- Ictus cordis, lokasi : terlihat ICS 5 Mid Clavicula Sinistra
Spider naevi, lokasi : Tidak ada
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
inspeksi
Palpasi
inspeksi
- Bentuk tulang punggung : lordosis
- Menggunakan implant : tidak ada
Palpasi
14. ABDOMEN
Inspeksi
- Bentuk perut : Normal
- Kulit : Sama dengan Kulit yang lain
- Umbilicus : HERNIA +/- INFLAMASI +/-
- Menggunakan benda asing : -
Stoma (kolostomi) :-
Ascites :-
Auskultasi
Perkusi
- Bunyi : timpani
15. Reproduksi
a. wanita
Pola menstruasi : teratur
Menarche, kapan : pada Umur 13 tahun
Menopause, kapan :-
Status reproduksi : hamil : tidak Hamil
Kehamilan ke : tidak ada
Anak ke : tidak ada
Riwayat abortus : tidak ada
Inspeksi
- Hygiene : Kurang Bersih
- Sekret vagina : jenis = darah/lochea/ keputihan/
Jumlah = tidak ada Keluar
- Menggunakan benda asing : tidak ada
Lesi : tidak ada
Infeksi jamur : tidak ada
Palpasi
Inspeksi :
- Keadaan : Simetris
- Jumlah jari : 10 Jari
- Warna kuku : Merah Muda
- ROM : Kurang Baik
- Capillary refill time (CRT) : > 2 detik
Luka, lokasi :tidak ada
Clubbing finger : tidak ada
Palpasi
Kanan kiri
Perkusi
b. Ekstemitas Bawah
inspeksi
- Keadaaan : Simetris
- Jumlah jari : 10 Jari
- Warna kuku : Kekuningan
- ROM : Baik
Luka, lokasi : tidak ada lesi
Oedema : tidak ada
Palpasi
kanan kiri
5 5
Perkusi
- Refleks patella : ada refleks
- Refeks patologis : tidak ada
17. Kulit
- Warna : sawo matang
- Turgor : tidak Elastis
- Kelembaban : kulit kering
Rash : tidaak ada
Lesi : ada lesi
Benjolan : tidak ada
Masa : tidak ada
LABORATORIUM
Name : Ny S date : 20 Maret
2017
Test Result Range
RBU 4.58 I 106/mm3 4.50 – 6.50
HGB 9.7 I 9/dl 13.0 – 17.0
HCT 32.6 ‘L % 40.0 – 54.0
’
MCV 71 ‘L 80 – 100
MCH 27.1 Pg 27.0 – 32.0
MCHC 38.0 ‘H g/Dl 32.0 – 36.0
RDWcv 16.3 h % 11.0 – 16.0
PLT 368 ! 103/mm3 150 - 5000
ANALISA DATA
ANALISA DATA
BB saat sakit : 45 Kg
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan deoksigenasi Jaringan
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan
Hipoperfusi Jaringan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX 1 JAM EVALUASI
21/03/2017 1. Nyeri Akut 10.00 S : - klien mengatakan masih
merasakan sakit kepala
berhubungan dengan
O : - Skala nyeri 5 (nyeri
deoksigenasi Jaringan
sedang)
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
2. anjurkan teknik relaksasi
nafas dalam
3. anjurkan klien untuk minum
air hanga
4. Kolaborasi pemberian
Analgetik
(Ketorolac IV/12 jam)
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX 2 JAM EVALUASI
21/03/2017 Ketidakefektifan 11.15 S : - Klien mengatakan masih
Perfusi Jaringan Perifer merasa pusing
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX 3 JAM EVALUASI
22/03/2017 Ketidakseimbangan 10.20 S : - klien mengatakan
nutrisi kurang dari nafsu makannya
kebutuhan tubuh meningkat
berhubungan dengan - Klien mengatakan
Intake Inadekuat
bersemangat untuk
makan
O : Ku = Sedang
BB = 45 kg
Klien Nampak lahap
untuk makan
A : Tujuan sebagian
tercapai
P : Lanjutkan intervensi
2. Timbang Berat Badan
setiap hari
3. anjurkan klien untuk
istrahat sebelum
makan
4. berikan makanan
dalam bentuk hangat
dan lunak
5. Beri makan sedikit
tapi sering
6. Kolaborasi ahli gizi
BAB IV
PEMBAHASAN
C. Intervensi
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien
yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur
yang mendukung.
D. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung
terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang
mendukung, tersedianya alat – alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan,
pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diagnosa medis.
E. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan
dan melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan tim kesehatan yang lain dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh Rumah Sakit Undata Palu
F. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya
setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang
dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia Sel Sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul
hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Brunner edisi 8, vol.2, hal.943)
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk
menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu
selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Dengan cara pola hidup yang
sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan
melakukan pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA