Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM INTEGUMEN
“ LUKA BAKAR “

Asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi


Tugas mata kuliah sistem integumen yang di
Bimbing oleh dosen Ns. Mutmainnah.HS, S.kep

Disusun oleh : Kelompok II / Kelas A / IV

ANDRE IGNATIUS BONDE NOVIAT INDRI ADELITA

ASRANDI VAN GOBEL NI MADE RAI SARTIWI

SEPTIA WILANDANI FERNIKA AGUSINTA

HENGKY SAPUTRA NI WAYAN SUTARI

GABRIEL ABINAE NURHIDAYAH

MILVAN DUANI UMI KALSUM

NURANNISA LUSIANI

SELVIANI ASTIN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya


Program Studi Ilmu Keperawatan
T.A 2015 – 2015
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN “ LUKA BAKAR “

A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. ( Smeltzer, suzanna, 2002 )
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh panas, kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi
elektromagnetik. (Effendi. C, 1999)

B. ETIOLOGI
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan
berdasarkan agen penyebab antara lain :
a. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)
b. Listrik : Voltage tinggi, petir
c. Kimia : asam kuat, basa kuat.
d. Radiasi : termasuk X-Ray
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya
luka bakar dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas,
(misal: suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api,
air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan
saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999)
C. KLASIFIKASI
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi
dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab,
kerusakan luka, dan keseriusan luka, yakni :
a. Berdasrkan Penyebab
1. Luka bakar karena api.
2. Luka bakar karena air panas.
3. Luka bakar karena bahan kimia.
4. Luka bakar karena listrik.
5. Luka bakar karena radiasi.
b. Berdasarkan Kerusakannya
1. Derajat 1, kerusakan meliputi lapisan epidermis.
2. Derajat 2, kerusakan meliputi epidermis dan juga dermis.
3. Derajat 3, kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan
yang lebih dalam.
c. Bedasrkan keseriusan luka
American burn assosiation menggolokan luka bakar menjadi tiga
kategori :
1. luka bakar mayor
 luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan
lebih dari 20 % pada anak –anak.
 Terdapat luka bakar pada tangan, wajah, mata, telinga, kaki dan
perinium.
2. Luka bakar moderat
 Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada orang dewasa dan 10 –
20 % pada anak –anak.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, wajah, mata, kaki, dan
perinium.
3. Luka bakar minor
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak –anak.
D. PATOFISISOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi
panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler
keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan jaringan
masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal
dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi
sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan
pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit
dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan
intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan
perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro
yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak,
kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat
mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar
sesuai dengan kerusakannya :
a. Derajat 1, Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
b. Derajat 2, Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat
vesikel dan edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat,
sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
c. Derajat 3, Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka
merah keputih- putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering,
lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
a. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. SDP : Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi.
c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi.
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
e. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar.
f. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan
tempat pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan
disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat
kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
diruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar
memerlukan obat-obatan topikal karena eschar tidak dapat ditembus
dengan pemberian obat antibiotik sistemik. Pemberian obat- obatan topikal
anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi
untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi
kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikal secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang
seringkali masih terjadi penyebab kematian pasien.
a. Pertolongan Pertama
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat
efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera
menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam
air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-
kurangnya lima belas menit. Akan tetapi cara ini tidak dapat
dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya
hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
b. Penanganan Awal
1. Evaluasi awal, Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti
penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC
(Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan
khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder
Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar
inhalasi. Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu
hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah, oedem
oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila
benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal,
kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal
tube.Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya
dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada
luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang
lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan
prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk
meningkatkan jumlah cairan pengganti.
 Resusitasi cairan, Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah
untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa
menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4
jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari
pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar,
dan sel-sel tubuh.
 Penggantian darah, Luka bakar pada kulit menyebabkan
terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai dengan
ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap
suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang
bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran
sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah
yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam
pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia
terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah
dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat
kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah
proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan
c. Perawatan Luka
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik
dan ukuran dari luka.
1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di
balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi
rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID
(Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan.
2. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama- tama luka diolesi dengan salep antibiotik,
kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau
Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite,
biobrane, transcyte, integra).
3. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).
4. Nutrisi, Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas
yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita
luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
5. Antibiotik, Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya
barier pertahanan kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni
bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah mencapai
105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke
dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke
pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara
topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk
salep atau cairan untuk merendam.
H. DISCHARGE PLANNING
a. Jangan menaru es batu, margarine, atau air es langsung pada bagian
kulit yang mengalami luka bakar karena bisa mengakibatkan
kerusakan lebih lanjut.
b. Mempertahankan status nutrisi yang normal.
c. Oleskan krim antibiotika atau salep khusus luka bakar sesuai dengan
anjuran dokter.
d. Tutupi luka bakar dengan kasa sterill.
e. Cucilah tangan dengan sabun dan aii sebelum mengganti kasa
pembalut.
f. Jangan memecahkan dan menggaruk lepuhan luka bakar agar luka
tidak terinfeksi.
g. Bersihkan luka bakar dengan kasa sterill secaara berkala.

Anda mungkin juga menyukai