PEMBAHASAN
Pada studi kasus ini, dalam memilah jenis kecemasan pada anak peneliti
cemas sedang, cemas berat dan sangat berat. Studi kasus ini dalam proses
yang diadopsi dari Heri Saputro, S.Kep., Ns., M.Kep dan Intan fazrin,
menggunakan tehnik pree dan post dimulai ketika anak masuk ruang
datanya yaitu dimulai dari awal ketika pasien masuk ruangan perawatan d
kemudian ketika selesai terapi akan dikaji lagi status kecemasannya. Dalam
Pada studi kasus ini, sampel yang digunakan yaitu 10 anak dengan rentang
yaitu 3 minggu dengan rentang frekuensi terapi bermain 1kali/3 hari dengan
jenis permainan yang berbeda. Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan 4
puzzle, arsitek menara dan menebak gambar. Proses permainnya berbeda beda
dari setiap permainan, akan tetapi perawat akan mempraktekkan terlebih
perubahan yaitu ringan 7, sedang 3, dan berat 0. Dan jenis permainan yang
paling banyak disukai oleh anak yaitu puzzle dengan jumlah 5 peminat dari 10
sampel. Dari hasil ini kita dapat melihat perubahan yang signifikan terhadap
oleh anak yang sudah dirawat cukup lama. Fase kecemasan ini diminimalisir
oleh peneliti menggunakan terapi bermain dengan hasil yang cukup terbukti
belum ada penelitian yang mengungkapkan bahwa anak diusia 3-3,5 tahun
karakteristik anak berbeda beda dan minat mereka pun berbeda beda.
Hal ini juga sependapat dengan teori Daniel L smith (2005) dalam IKPI
(2010) yang mengatakan bahwa minat anak anak bersifat egosentris, karna
minat disetiap anak berbeda beda tergantung apa yang sedang dibutuhkannya
dan dirasa senang olehnya. minat bisa muncul secara kebetulan ketika anak
orang lain.
mengurangi kecemasan.
Hal ini juga sependapat dengan penelitian Noverita (2017) tentang terapi
bermain terhadap tingkat kecemasan anak 3-4 tahun dirumah sakit Peukan
Baro Kabupaten Pidie dengan sampel 15 anak yang hasilnya ada perbedaan
perlakuan terapi bermain yang dimana tingkat kecemasan anak sebelum diberi
tindakan terapi yang mengalami cemas ringan (20%) sedang (50%) dan berat
(30%) dan sesudah terapi ringan (60%), sedang (30%), berat (10%).
pasien yang kadang tidak kooperatif dan pasien yang masih dalam kategori
1. Perasaan Cemas
a. Cemas
b. Takut
c. Mudah tersinggung
d. Firasat buruk
2. Ketegangan
a. Lesu
c. Gemetar
d. Gelisah
e. Mudah terkejut
f. Mudah menangis
3. Ketakutan Pada :
a. Gelap
b. Ditinggal sendiri
c. Orang Asing
d. Binatang besar
e. Keramaian lalulintas
a. Sukar tidur
e. Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
6. Perasaan Depresi
a. Kehilangan minat
b. Sedih
7. Gejala somatic
b. Kedutan otot
c. Gigi gemertak
8. Gejala Sensorik
a. Tinitus
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah dan pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan di tusuk – tusuk
9. Gejala kardiovakuler
a. Tachicardi
b. Berdebar – debar
c. Nyeri dada
b. Perasaan tercekik
a. Sulit menelan
b. Mual, muntah
c. Enek
d. Konstipasi
e. Perut melilit
f. Defekasi lembek
g. Gangguan pemcernaan
h. Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
i. Rasa panas di perut
j. Berat badan menurun
k. Perut terasa panas atau kembung
12. Gejala Urogenital :
a. Sering kencing
a. Mulut kering
b. Muka kering
c. Mudah berkeringat
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
e. Muka tegang
h. Muka merah
Noverita .(2017) Jurnal Terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak 3-4
tahun dirumah sakit Peukan Baro Kabupaten Pidie. Diakses 23 agustus
2019 14.00 WIB
Saputro H. Dan Fazrin I. (2017) Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit;Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo: FORIKES