MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
oleh :
Mahbub Ramadhani
(122310101003)
Ananta Erfrandau
(122310101015)
Desi Rahmawati
(122310101021)
(122310101029)
(122310101043)
(122310101057)
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
klien likopenia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KK VI
B.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns.Ratna SH,S.Kep,M.Kep selaku dosen mata kuliah KK VI B;
2. Rekan kerja kelompok satu pada mata kuliah KK VI B;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah imi dapat berguna dan bermanfaat
dengan baik khususnya dalam pembelajaran KK VI B.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
ii
iii
iv
11
12
12
23
24
29
30
32
32
32
33
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun
tujuan
umum
dari
penulisan
makalah
ini
yaitu
agar
terhadap
suatu
permasalahan
kesehatan,
termasuk
2.1. Pengertian
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
daripada normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm. (Suzanne C.
Smeltzer, 2001) Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah,
jumlahnya sama dengan 5000/mm atau kurang. (Poppy, 2000)
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000/mm (Dorlan 1994).
Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam
sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10/ L . pada sebagian kasus, penyakit ini
dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen
mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. Leukopenia adalah kondisi klinis
yang terjadi bila sunsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
sehingga tubuh tidak terlindung terhadapa bayak bakteri dan agen-agen lain yang
mungkin masuk mengenai jaringan (Guyotn 2008).
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu
kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
pada sirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm.
2.2. Epidemiologi
Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka
untuk menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu persen
leukosit berada di bawah 5000 cells/mm3. Neutropenia dengan jumlah neutrofil <
2,0 x 10 (3) ditemukan di 15,4% dari jumlah sel darah, secara signifikan
penurunan neutrofil terdapat rata-rata dalam populasi, tidak ada variasi yang
signifikan dalam prevalensi neutropenia dengan usia. Sebaliknya, rata-rata
dihitung limfosit dan eritrosit normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa di antara
2.3. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya leucopenia adalah sebagai berikut:
a. Penyebab tersering adalah keracunan obat; fenotiazin merupakan yang
tersering; begitu juga dengan Clozapine, suatu neuroleptikal atipikal.
b. Infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor fisik
(radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol,
kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga
karena kelainan genetik.
c. Meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit menular,
corticotrophin dan kortison.
d. Faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis
e. Batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis (misalnya,
dalam penyakit radiasi.
2.5. Patofisiologi
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Radiasi
sinar X dan sinar ( gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang
berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan
leukosit
yang
mengalam
penurunan).
Kondisi
tersebut
akhirnya
akan
terjadilah
leukopenia.
Dalam waktu dua hari sesudah sumsum tulang berhenti memproduksi sel
darah putih, di dalam mulut dan kolon dapat timbul ulkus, atau orang tersebot
dapat mengalami beberapa bentuk infeksi pernapasan yang berat. Bakteri yang
berasal dari ulkus secara cepat menginvasi jaringan sekitar dan darah. Tanpa
pengobbatan, dalam waktu kurang dari satu mingggu setelah dimulainya
leucopenia total akut, ddapat terjadi kematian.
Radiasi tubuh dengan sinar-x atau siner gamma, atau settelah terpajan
dengan obat-obatan dan bbahan kimia dengan inti benzene atau inti antrasena,
kemungkinan besar dapat menimbulkan aplasia sumsum tulang. Memang,
beberapa obat umum seperti kloramfenikol (antibiotik0, tiourasil (dipakai untuk
mengobbati tirotoksikosis), dan bahkan berbagai macam obat hiptonik barbiturate,
dalam keadaan yang sangat jarang dapat menimbulkan leucopenia, hingga
membuat keseluruhan rangkaian infeksi pada orang tersebut.
Patofisiologi terjadinya penyakit ini adalah Sel kanker menghasilkan leukosit
yang imatur/ abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini
menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsurunsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu
2.7. Pengobatan
a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g%. Pada trombositopenia yang
berat dan pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila
terdapat tanda- tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitotastika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase,
siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
d. Prednisone
Pada pemberian obat- obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2000/mm3.
e. Infeksi sekunder dihindarkan
f. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah , imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat
daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk
antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis
akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh
sempurna.
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. untuk mencapai keadaan tersebut,
pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
1. Induksi
Dimaksudkan untuk baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast
dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat- dapatnya suatu masa remisi
yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis
biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap3-6
bulan dengan pemberian obat- obat seperti pada induksi selama 10- 14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia
meningeal dan radiasi kranial sebanak 2500 rad. untuk mencegah leukemia
meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
6. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan
dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
2.8. Pencegahan
Pencegahan terhadap leukopenia tergantung dari penyebab terjadinya
leukopenia. Jika klien mengkonsumsi obat-obatan yang berlebih, maka setiap
obat yang dicurigai harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah, klien
harus dilindungi dari setiap sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium
10
(misalnya, hidung atau mulut) dan darah sangat penting, dan jika terjadi demam
harus ditangani dengan antibiotik spectrum luas sampai organisme dapat
ditentukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi tenggorokan dengan salin
panas dapat dilakukan untuk menjaga agar teap bersih dari eksudat nekrotik.
Kenyamanan dapat ditingkatkan dengan pemberian kerah es dan analgeik,
antipiretik, dan sedatif bila perlu. Tujuan penanganan selain pemusnahan infeksi
adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang
akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2
atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
11
BAB 3. PATHWAYS
MK:
Hipertermi
MK: Gangguan
Pertukaran Gas
Mobilitas
terganggu
MK:
Diare
Anoreksia
Gangguan
metabolisme
sel
Metabolisme
meningkat
Proses infeksi
Terpapar
bakteri, jamur,
virus, parasit
MK:
Kerusakan
Membran
Mukosa
Oral
Kekurangan
energi
Sel
kekurangan
makanan
Produksi mukus
meningkat
Infeksi
pernapasan
Infeksi
saluran
pencernaan
MK:
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Ronchi
Demam
Pertukaran O2 di
alveolus terganggu
MK:
Intoleransi
Aktivitas
Kelemahan
n
Dispnue
MK: Risiko
Infeksi
Tubuh rentan
terhadap
penyakit
MK:
Nyeri
Akut
Echimosis,
perdarahan gusi,
epistaksis
Peradangan
Perdarahan
Ulkus dalam
mulut dan kolon
Pertahanan
tubuh menurun
LEUKOPENIA
Neutropenia
Monositopenia
Eritrosit menurun
Eosinopenia
Leukosit menurun
Trombosit menurun
Limfopenia
Obat-obatan berlebih
12
Identitas
Identitas Klien: Leukopenia dapat terjadi pada klien dengan infeksi virus, campak,
demam tipus, rickettsia, kelebihan obat-obatan, terpapar radiasi sinar X dan
berlebihan, shock anafilatik, sindrom chusing, penyakit menular, dan penyakit
menular.
b. Keluhan Utama
Klien dengan leukopenia dapat mengeluh nyeri pada tubuhnya, keletihan, demam,
dan tidak nafsu makan.
c.
e.
Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
pada klien dengan leukopenia, biasanya ibu sang anak pernah menderita
penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, dan infeksi virus.
13
2) Intra natal:
pada klien dengan leukopenia biasanya saat proses kelahiran terjadi infeksi
virus atau radiasi sinar X dan berlebihan.
3) Post natal:
pada klien dengan leukopenia biasanya klien tinggal di lingkungan dengan
keterpaparan radiasi sinar X dan berlebihan serta terinfeksi virus.
f.
Klien dengan leukopenia biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah
menderita penyakit HIV/AIDS, kanke, dan infeksi virus. Akibat dari penyakit
yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap
terjadinya leukopenia. Leukopenia bukan merupakan penyakit keturunan.
g.
sehingga
kebutuhan
nutrisinya
kurang
tercukupi
dan
akan
i.
14
konsep
diri:
bagaimana
persepsi orang
tua
dan/atau
anak
j.
Pemeriksaan Fisik
Nadi
: takikardi
RR
15
Mata
Hidung
Telinga
: bersih
Lidah
Perkusi
: Jantung : dullness
Paru
: sonor
Perkusi
: timpani
k. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan leukopenia
adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan labolatorium
Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia.
16
2) Imaging Studies
Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai radiografi
(misalnya, gambar dada) ditandai.
3) Temuan Histologi
Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak
adanya neutrofil. Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid
hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor. Dalam banyak kasus,
sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang
belakang.
4) Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow.
l.
Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai
berikut:
1) Transfusi darah
2) Kortikosteroid
3) Sitostatika
4) Prednisone
5) Infeksi sekunder dihindarkan
6) Imunoterapi.
17
m. Analisa Data
Tanggal
No
18/09/2014 1
Data Fokus
DO:
- Ronchi, wheezing
Etiologi
Bersihan jalan napas
tidak efektif
- Produksi sputum
DS:
Problem
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
sputum
Gangguan
pertukaran gas
Dispnue, ronchi
- Klien mengeluh
sesak napas
Produksi mukus
meningkat
Infeksi pernapasan
Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
18/09/2014 2
DO:
- Frekuensi dan
Gangguan
pertukaran gas
kedalaman napas
abnormal
- Warna kulit pucat
Dispnue, pernapasan
cuping hidung
18
DS:
- Klien mengeluh
sesak napas
Pertukaran O2 di
alveolus terganggu
Infeksi pernapasan
Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
18/09/2014 3
DO:
Nyeri: akut
Nyeri: akut
- Klien terlihat
melindungi daerah
yang nyeri
- Klien terlihat
meringis menahan
nyeri
Produksi leukosit di
sumsum tulang
DS:
menurun
- Klien mengeluh
nyeri
18/09/2014 4
Leukopenia
-
Risiko infeksi
Risiko infeksi
19
Sistem pertahanan
tubuh menurun
Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
18/09/2014 5
DO:
Hipertermi
- Kenaikan suhu
tubuh diatas rentang
- Kulit kemerahan
Demam
Metabolisme
meningkat
DS:
- Klien/keluarga
Proses infeksi
mengatakan kulit
teraba panas/hangat
Hipertermi
Terpapar bakteri,
virus, jamur, parasit
20
18/09/2014 6
DO:
Pertahanan tubuh
menurun
Diare
Diare
Produksi leukosit
dalam sumsum
tulang menurun
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
anoreksia
- Bising usus
hiperaktif
Infeksi saluran
pencernaan
DS:
- Klien/keluarga
Peradangan
mengatakan BAB
lebih dari 3 x/hari
- Klien mengeluh
nyeri perut
18/09/2014 7
DO:
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
kebutuhan tubuh
- Faringitis, ulkus
pada mulut
tubuh
Anoreksia
DS:
- Klien mengatakan
Echimosis,
21
perdarahan gusi,
epistaksis, serta
peradangan mukosa
oral
mengatakan klien
mengalami diare
18/09/2014 8
DO:
- Mukosa bibir pucat,
Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
Kerusakan membran
mukosa oral
inflamasi bibir,
faringitis, ulkus
Kerusakan
membran mukosa
oral
Peradangan
mulut, moniliasis
DS:
- Klien mengatakan
nyeri pada
mulutnya
Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
18/09/2014 9
DO:
Intoleransi aktivitas
- Respon abnormal
dari tekanan darah
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
kelemahan
22
Kekurangan energi
Sel kekurangan
makanan
- Klien mengeluh
kelelahan
Gangguan
- Klien mengeluh
metabolisme sel
Risiko gangguan
integritas kulit
Mobilitas terganggu
Kelemahan
Kekurangan energi
Risiko gangguan
integritas kulit
23
Gangguan
metabolisme sel
4.2. Diagnosa
Tanggal
No
Diagnosa Keperawatan
18/09/2014 1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
18/09/2014 2
18/09/2014 3
18/09/2014 4
18/09/2014 5
18/09/2014 6
18/09/2014 7
18/09/2014 8
18/09/2014 9
18/09/2014 10
24
4.3. Perencanaan
Diagnosa
Kriteria Hasil
Keperawatan
Tujuan Jangka
Tujuan
Pendek
Jangka
Intervensi
Rasional
Panjang
Bersihan jalan
Mampu
Bersihan
melakukan
jalan napas
berhubungan
dengan
suara nafas
peningkatan
nyaman untuk
klien
produksi sputum
dyspneu
memaksimalkan ventilasi
oksigen ke paru-paru.
Menunjukkan
paten (irama
nafas klien.
nafas, frekuensi
teratasi
produktif
3. Batuk
dapat
meningkatkan
produktif
diharapkan
asupan
dapat
pernafasan
dalam rentang
memaksimalkan
normal, tidak
dibatukkan.
abnormal)
25
(dahak).
Peningkatan
pertukaran gas
ventilasi
berhubungan
oksigenasi
dengan
adekuat
Gangguan
dan pertukaran
yang gas teratasi
bibir,
mampuan
perfusi ventilasi
berbincang.
Catat
penyakit.
sistemik
pada
jantung.
3. kental dan banyaknya sekresi adalah
pengeluaran
bernafas dengan
pada
diindikasikan.
pursed lips)
Tanda tanda vital
dalam
rentang
fungsi
jalan
napas.
Penghisapan
napas dalam.
26
normal
5. Kolaborasikan
dalam
pemberian
tambahan
yang
sesuai
memburuknya hipoksia.
Skala nyeri
Nyei: akut
berkurang
teratasi
1. Kaji
keluhan
perhatikan
lokasi
karakter
(biologi)
(skala 0-10).
tidak meringis
kesakitan
dan
2. Berikan
atau
intensitas
tekhnik
suara
relaksasi,
bising
dan
istirahat/relaksasi.
4. Pernyataan
pengungkapan
memungkinkan
emosi
dan
dapat
meningkatkan
penumpukan
vasokontriksi,
resepsi
sensori
yang
27
6. Kolaborasikan
dalam 6. Mungkin
pemberian analgetik
diperlukan
untuk
kenyamanan
dan
kontraindikasi
sehingga
berada Risiko
berhubungan
dalam
batas infeksi
dengan penurunan
normal
(5000- teratasi
status imunologi
10.000 / mm3)
Risiko infeksi
Integritas
dan
kulit
mukosa
membaik
Suhu tubuh dalam
batas normal (36370 C 0,50 C)
penyakit lain.
dalam
nadi
cepat
dan
lemah
dapat
takipnea,
takikardia,
28
infeksi
lanjut,
antiinflamasi
untuk
Ketidak
seimbangan
nutrisi
efektif.
terjadi.
kebutuhan tubuh
klien meningkat
Menghabiskan
berhubungan
porsi makan
kurang dari
dengan anoreksia
yang disediakan
kebutuhan
teratasi
dianjurkan
Berat badan
meningkat
29
4.4. Pelaksanaan
No
1
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan
2. Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial untuk
masukan O2 seperti posisi semi fowler 300 - 450
3. Ajarkan klien untuk batuk produktif dengan cara memaksimalkan penghirupan nafas
lalu dibatukkan.
4. Memposisikan klien untuk dapat dilakukan postural drainase pada klien.
5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam terapi medikasi, misalnya mukolitik,
espektoran.
2
Gangguan
pertukaran
gas 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
ventilasi
Nyeri: akut berhubungan dengan 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (skala 0-10).
agen injuri (biologi)
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi dengan
sering.
30
Risiko
infeksi
dengan
penurunan
imunologi
Ketidakseimbangan nutrisi
1. Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang terjadi.
4.5. Evaluasi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif
Evaluasi
S : orang tua klien mengatakan anak saya mampu melakukan batuk efektif.
berhubungan dengan peningkatan O : suara napas bersih, tidak ada sesak napas
31
produksi sputum
A : tujuan tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan
Gangguan
pertukaran
berhubungan
ketidakseimbangan
ventilasi
S : klien mengatakan nyeri yang saya rasakan sudah berkurang dan hilang
Risiko
infeksi
dengan
berhubungan S : orang tua klien mengatakan anak saya sudah tidak demam.
penurunan
imunologi
Ketidakseimbangan nutrisi
S : orang tua klien mengatakan anak saya menghabiskan porsi makan yang disediakan
32
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari
normal. Jumlah leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit
lebih rendah dari 2000/mm3 merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda
kelainan sumsum tulang . Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi
bila sunsun tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih, sehingga tubuh
tidak terlindung terhadap banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk
menginvasi jaringan. Akibatnya timbulah ulkus pada organ-organ yang terinvasi.
Ketika memasuki masa akut dan tidak segera diobati, leucopenia akan
mengakibatkan kematian. Tetapi asalkan tersedia waktu yang cukup. Tranfusi
dengan cepat diberikan beserta terapi antibiotik, infeksi dapat ditanggulangi.
5.2. Saran
Leukopenia merupakan penyakit imun yang efloresensinya terlihat pada
seluruh tubuh. Hal ini menjadikan begitu luas cakupan pembelajaran penyakit
leukopenia, yaitu dari segi hematologi dan dari segi imunitas serta pertahanan
hemostasis tubuh. Oleh karenanya penting bagi mahasiswa untuk mengetahui
secara mendetail konsep penyakit leukopenia, untuk nantinya digunakan sebagai
dasar atau pedoman dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan. Perlu untuk diketahui dan ditanamkan mengenai patofisiologi
penyakit, karena perjalanan penyakit leukopenia berawal dari tidak hemostasisnya
system imun dan hematologi tubuh hingga dampaknya pada system pertahanan
tubuh dari infeksi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, AV.dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta: EGC.
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-1014. Jakarta: EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC