Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk

sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak

terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang. Ini adalah suatu

penyakit darah dan organ-organ dimana sel-s el darah tersebut dibentuk

dan ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormal yang mempengaruhi

produksi dari sel-sel darah normal lainnya. Penyakit ini menyebabkan terjadinya

kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif

membuat sel-sel darah tetapi yang dihas ilkan adalah s el darah yang tidak

normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal (Sudoyo,2008).

Acute myeloid leukaemia (AML), yaitu leukemia yang terjadi pada seri

myeloid, meliputi (neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan lain - lain).

Di negara maju seperti Amerika Serikat, LMA merupakan 32% dari seluruh kasus

leukemia. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada dewasa (85%) dari pada anak

(15%), (Sudoyo,2008).

Penyebab dari leukemia ini idiopatik, namun banyak faktor yang berperan,

baik faktor elektrogen maupun faktor endrogen. Penyakit leukemia ini menunjukkan

bahwa produksi sel darah putih tidak terkontrol, sehingga jumlah darah putih

meningkat. Leukemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, karena semua

sistem dan organ dapat terlibat, manifestasi ini tergantung pada kecepatan timbulnya

leukemia, umur, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitas. Oleh karena itu leukemia

harus cepat ditangani guna mencegah akibat lanjut dari leukemia tersebut

( Djojodibroto,2009).

1
Menurut WHO (2011) leukemia terjadi hampir di seluruh dunia. Dari 75%

kasus kanker 35% diantaranya adalah Leukemia dengan presentase 15% Leukemia

Mielositik Akut (LMA), 10% Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan 9,2% Leukemia

Limfositik Kronik (LLK). Menurut WHO (2014) angka kejadian leukemia

khususnya di wilayah Asia telah mencatat 350.000 kasus atau sekitar 18,2% di

antaranya 4,8% Jepang, 4,2% China, 3,8% Korea Selatan, 3% Thailand, 1,4%

Vietnam, dan 1% Indonesia.

Menurut data Depertemen Kesehatan Indonesia (2011), terdapat 28% kasus

leukemia yaitu Leukemia Mielositik Akut (LMA) sebanyak 16%, Leukemia

Limfositik Akut (LLA) 12%, yang ditemukan pada usia dewasa 67% dan pada anak-

anak sekitar 33%. Menurut data Depertemen Kesehatan Indonesia (2013) pada

wilayah Sumatra ditemukan kasus leukemia sebanyak 18,2%, Sumatra Utara 5,6%,

Sumatra Selatan 4,7%, Aceh 4,3% dan Sumatra Barat 3,6%. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di ruang infeksi bangsal anak di dapatkan prevalensi

anak kanker yang menjalani kemoterapi satu tahun terakhir yaitu berjumlah 758

orang.

Penderita leukemia ini banyak mengalami permasalahan, terutama

pendarahan, dan infeksi. Bila penyakit ini tidak segera ditangani dengan baik maka

dapat mengalami berbagai komplikasi. Infeksi merupakan penyakit yang sering

dijumpai dan merupakan penyebab utama kematian. Oleh karena itu diperlukan

asuhan keperawatan yang optimal dan professional, dimana hal tersebut dilakukan

secara komprehensif meliputi aspek biopsikospritual dengan pendekatan proses

keperawatan (Sitti, 2008 )

2
Mencermati fenomena diatas, maka diperlukan peran perawat yang handal dan

professional meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Secara

promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit

Leukemia mulai dari penyebab sampai komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera

di tangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan

bagaimana cara penyebaran penyakit Leukemia dan bagaimana cara menghindari

makanan yang mengandung pengawet. Secara kuratif perawat berperan memberikan

perawatan dan pengobatan dengan mengingatkan klien untuk minum obat dan

istirahat yang cukup. Aspek rehabilitative yaitu dengan memberikan dukungan

kepada keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan memberikan baik dan

benar sesuai dengan anjuran dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Wilson, 2013).

Maka dari itu penulis tertarik mengangkat masalah diatas untuk dituangkan

dalam Karya Ilmiah Ners yaitu Auhan Keperawatan Medikal Bedah pada Tn.D

dengan gangguan Hematologi : Leukemia Akut di Interne Pria RSUP Dr.M Djamil

Padang Tahun 2016.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukemia

Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil Padang Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada Tn.D dengan Leukemia Akut Di

Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil Padang Tahun 2016.

b) Mampu menganalisa data dan menegakkan diagnose keperawatan pada

Tn.D dengan Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil

Padang Tahun 2016.

3
c) Mampu penyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil

Padang Tahun 2016.

d) Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada Tn.D dengan

Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil Padang

Tahun 2016.

e) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan pada Tn.D dengan Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria

RSUP Dr.M Djamil Padang Tahun 2016.

f) Mampu mendokumentasi asuhan keperawatan pada Tn.D dengan

Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil Padang

Tahun 2016.

g) Mampu menganalisa hasil penerapan asuhan keperawatan pada Tn.D

dengan Leukemia Akut Di Ruangan Interne Pria RSUP Dr.M Djamil

Padang Tahun 2016.

C. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi secara langsung dibidang perawatan tentang asuhan keperawatan

pasien dengan leukemia akut.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Penulis

Dapat menerapkan asuhan keperawatan secara teoritis kepada pasien

langsung dengan Leukemia Akut.

4
b. Bagi Institusi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan

keperawatan klien dengan Leukemia Akut sehingga dapat secara langsung

digunakan sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

c. Bagi Institusi RSUP Dr.M Djamil Padang

Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan teoritis pada pasien Leukemia Akut.

d. Bagi Perawat

Dapat digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan implementasi

keperawatan berdasarkan intervensi yang telah disusun.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Leukemia

Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk

sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak

terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu

penyakit darah dan organ-organ dimana sel-s el darah tersebut

dibentuk dan ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormal yang

mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya.Penyakit ini

disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu pada sum-

sum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihas ilkan

adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak

pertumbuhan sel darah normal (Sudoyo,2008).

Leukimia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai

dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari

seri mieloid. Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian

secara cepat dalam waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis.

Kemajuan pengobatan LMA ini dicapai dengan regimen kemoterapi yang lebih

baik, kemoterapi dosis tinggi dengan dukungan cangkok sumsum tulang dan

terapi suportif yang lebih baik seperti antibiotik generasi baru dan transfusi

komponen darah untuk mengatasi efek samping pengobatan (Sudoyo,2008).

6
2. Penyebab Leukemia

Menurut Susilo, (2012) penyebab dari leukemia ini belum diketahui.

Leukemia, sama halnya dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatik

pada DNA yang mengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor

tumor, dan menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi. Tetapi

penelitian telah dapat mengemukakan faktor resiko dari leukemia ini, antara

lain:

a. Tingkat radiasi yang tinggi

Orang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah terkena

leukemia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasi

tingkat tinggi bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang terjadi di

Jepang.

b. Orang – orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu

Terpapar oleh benzene dengan kadar benzene yang tinggi si empat kerja

dapat menyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri

kimia. Terpapar dengan zat kimia menyebabkan dysplasia sumsum tulang

belakang, anemia aplastik dan perubahan hormone dan akhirnya

menyebabkan leukemia.

c. Kemoterapi

Pasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadang

berkembang menjadi leukemia.

d. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya

Beberapa penyakit disebabkan oleh kromosom yang abnormal mungkin

meningkatkan resiko leukemia. Dan adanya kelainan genetic, mutasi gen

yang mengatur sel darah yang tidak diturunkan.

7
3. Klasifikasi

Menurut Susilo, (2012) terdapat empat klasifikasi dari leukemia berdasarkan

stem sel yang terlibat , waktu munculnya gejala dan fase perkembangan yang

terganggu, antara lain:

a. Leukemia Myeloid Akut

Terutama terjadi pada dewasa. Terjadi kerusakan/ gangguan pada

sistem sel hematopoetik yang berdiferensiasi menjadi semua sel myeloid:

monosit, granulosit (basofil, neutrofil, eosinofil), eritrosit, trombosit.

Perkembangbiakan myeloblast yang belum matang mengganggu

kenormalan produksi sel darah, sehingga mengurangi jumlah eritrosit.

Leukemia jenis ini merupakan bentuk paling sering dari leukemia non

limfositik. Prognosis pada pasien yang mendapatkan penanganan dapat

bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan penyebab kematian biasanya karena

infeksi dan perdarahan.

8
b. Leukemia Myeloid Kronik

Leukemia Myeloid Kronik adalah gangguan mieloproliferatif yang

ditandai dengan produksi berlebihan sel myeloid (seri granulosit) yang

relative matang. Leukemia Myeloid Kronik mencakup 20% leukemia yang

paling sering terjadi pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).

c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

9
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik

adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik

yang mengakibatkan organomegali.

d. Leukemia Limfositik Kronik

Karakteristik leukemia jenis ini adalah adanya proliferasi awal limfosit

B. Hasil pemeriksaan darah perifer ditemukan peningkatan jumlah sel limfosit

baik matur maupun imatur. Peningkatan jumlah limfosit akan memfiltrasi

kelenjar limfe, hati, limfa dan sumsum tulang. Perkembangan penyakit ini

mulai stage 0 – IV sampai dengan 5 tahun. Leukemia Limfositik Kronik

cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang

berusia 50-70 tahun.

4. Anatomi

Fisiologi

10
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi

mentransportasikan oksigen, karbohidrat dan metabolit; mengatur keseimbangan

asam dan basa; mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran),

membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk

mendistribusikan ke seluruh tubuh; dan pengaturan hormone dengan membawa

dan menghantarkan kelenjar ke sasaran (Susilo, 2012).

Menurut Susilo, (2012) membagi bagian-bagian darah yaitu :

a. Plasma darah

Sebagian besar terdiri dari 90% air dan zat-zat terlarut dimana 10%

mengandung protein, lemak, karbohidrat, elektrolit, vitamin (Vit A, B,C

dan K)

b. Sel darah ada 3 macam :

a) Eritrosit (Sel darah merah)

Jika dilihat di bawah mikroskop, bentuk darah merah seperti


saluran bikokaf tersebut mempunyai inti, warnanya kuning
kemerah-merahan karena mengandung suatu zat disebut
hemoglobin. sifatnya kenyal sehingga bias berubah bentuk sesuai
dengan pembuluh darah. Sel darah merah atau eritrosit berupa
saluran kecil,cebung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari
samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang. Sel darah merah berfungsi sebagai mengantarkan
oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon
dioksida. Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang
belakang, limfa dan hati. Nilai normal Hb wanita 12-16 g/dl dan
pada laki-laki 14-18 g/dl.

11
b) Sel darah putih (Leukosit)

Bentuknya bening dan tidak berwarna ukurannya lebih besar dari

pritosit, bentuknya lebih besar 2 kali lipat dari sel darah merah.

Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan arena

gerakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh dari

serangan bakteri. Nilai normal leukosit adalah 5.000-10.000/mm³

a. sel darah putih b. leukemia

c) Sel darah pembeku (trombosit)

Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah


merah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah.
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati. Bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong, warnanya putih. Trombosit bukanlah sel melainkan
berbentuk keping-keping yang merupakan bagian-bagian terkecil
dari sel besar. Trombosit dibuat di susunan tulang dan limpa

12
dengan ukuran kira-kira 2 – 4 miliron umur peredarannya sekitra
10 hari. Nilai normal trombosit 150.000-400.000/mm³.
5. Patofisiologi

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat

sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang

disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah

yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang

sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang

dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan

sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai

leukemia, yaitu:

a. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering

ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini

diakibatkan karena produksi yangdihasilkan adalah sel yang immatur.

b. Sel imamatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah

normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses

infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk

mendapatkan elemen makanan metabolik.

Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produk normal sel

hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan

sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah

yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke dalam bagian organ,

termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal.

Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer

13
sehingga menganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan

penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Infiltrasi sel

kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa sakit kepala,

mual dan muntah, nyeri tulang. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan

anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya pendarahan.

Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat

menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami

infeksi. Adanya sel kanker juga menganggu metabolisme tubuh di karenakan

sel tubuh tidak mendapatkan asupan makanan, karena sel darah merah yang

membawa O2 dan nutrisi yang penting bagi tubuh tidak sampai atau

asupannya berkurang sehingga menyebabkan penderita leukemia akan

mengalami kelelahan bahkan tidak mampu untuk beraktifitas secara normal

(Suriadi, 2008).

6. Manifestasi Klinis

Menurut Suriadi, (2008) pada penderita leukemia akan menunjukkan beberapa

tanda dan gejala tergantung dari peningkatan jumlah leukosit. Gejala leukostatis

sangat bervariasi yaitu :

a. Leukemia Mieloblastik Akut

14
Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, ptekie, perdarahan, nyeri

tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar

mediatinum, sakit kepala.

b. Leukemia Mieloblastik Kronik

Rasa lelah, penurunan berat badan, rasa penuh di perut, kadang – kadang

rasa sakit di perut, mudah mengalami perdarahan.

c. Leukemia Limfositik Akut

Rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi, anemia,

macam-macam infeksi, penurunan berat badan, ada massa abnormal,

muntah, gangguan penglihatan, nyeri kepala.

d. Leukemia Limfositik Kronik

Mudah terserang infeksi, anemia, lemah, pegal – pegal. Trombositopenia,

respons antibodi tertekan, sintesis immonuglobin tidak cukup

7. Komplikasi

Menurut Suriadi, (2008) komplikasi dari leukemia adalah :

a. Leukemia Myeloid Akut

 Perdarahan gastro intestinal, paru, intracrinal

 Nyeri akibat pembesaran hati dan limpa

 Sakit tulang akibat penyebaran ke sumsum tulang

 Peningkatan kadar asam urat dan laktat dehidrogenesis

b. Leukemia Myeloid Kronik

 Perdarahan

 Pembesaran lien

 Takikardi

 Nafas pendek

15
 Anemia

 Memar

c. Leukemia Limfositik Kronik

 Limpadenopati

 Anemia

 Trombositopenia

 Pneumonia

8. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap

HB : biasanya kurang dari 10gr/100ml

Rekolusit : rendah

Leukosit : biasanya melebihi dari 10.000/mm³

Trombosit : biasanya < 50.000/mm³

(Djojodibroto, 2009)

9. Penatalaksaan

Kemoterapi, terbagi atas tiga fase menurut Irwanto, (2008):

a. Fase induksi

Dimulai 2-6 minggu diagnose di tegakkan, diberi terapi korikostoid

dinyatakan hasil dalam sum-sum tulang belakang ditemukan kurang 5%.

16
b. Face profilaksasi

Sistem saraf diberikan terapi neophoprexate cyzarabine dan hidrokartise

untuk mencegah inflamasi sel leukemia ke otak.

c. Konsetidasi

Dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel

leukemia yang berear dalam tubuh

d. Pengobatan maintenance

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Biasanya pada kasus Leukemia Akut terjadi pada jenis kelamin pria, terjadi pada

usia dewasa 30-50 tahun, lebih banyak terjadi pada ras berkulit putih, lebih banyak

terjadi pada seseorang bekerja di tempat beradiasi, terpapar bahan kimia, memiliki

riwayat kelainan sumsum tulang belakang (Zelly dkk, 2012).

b) Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien pernah terpajan kimiawi dan mendapatkan pengobatan

seperti benzene, arsen, fenibutazon, kloramfenikol. Kemungkinan klien pernah

mendapatkan radiasi dengan kadar ionisasi yang berlebihan. Kemungkinan

klien pernah mengalami demam yang tidak diketahui sebabnya (Brunner &

Sudarth, 2010 ).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya ada riwayat perdarahan seperti ptekie, purpura pada kulit, nyeri sendi

dan tulang. Biasanya klien mengeluh demam, sakit kepala, mual muntah, rasa

tidak enak pada perut dan buang air besar tidak teratur. Adanya fatigue,

17
pembengkakan pada abdomen, pembengkakan pada nodus limfe terutama pada

leher dan ketiak, berat badan menurun, anemia, hipertropi gusi, pembengkakan

gusi, panas tanpa infeksi, pegal-pegal (Brunner & Sudarth, 2010 ).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ada hubungan antara penyakit leukemia dengan penyakit keturunan,

misalnya adalah sindrom down yang punya resiko terkena leukemia 20 kali

lebih besar dibanding orang normal, dan itu hanya berlaku pada kasus down

sindrom saja (Zelly dkk, 2012).

c) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum :

Biasanya keadaan umum pada penderita leukemia akan mengalami kelemahan

atau kejang sampai koma, hal itu disebabkan adanya infiltrasi sel-sel abnormal

ke otak (Supandiman, 2010).

2) BB :

Biasanya penderita kanker darah mengalami penurunan 5% dari berat badannya

atau menurut kategori IMT akan termasuk dalam kategoriberat badan kurang

<18,5 (N = 18,5-23)

(Supandiman, 2010).

3) Tanda-Tanda Vital

- TD : biasanya menurun

- Nadi : biasanya melemah

- Suhu : biasanya tinggi

- Pernafasan : biasanya pernafasan lemah.

(Supandiman, 2010).

18
4) Menurut Sudirman (2010) bahwa pemeriksaan fisik head toe to yang dapat

ditemukan pada pengkajian teoritis diantaranya melipuiti :

Kepala

- Rambut : biasanya terdapat tanda-tanda kemerahan, sakit kepala

Rambut rontok dan kering

- Mata :biasanya konjungtiva anemis

- Mulut :biasanya stomatitis, bibir pucat, perdarahan gusi

pembengkakan gusi

- Hidung : biasanya epistaksis

- Telinga : biasanya ada gangguan pendengaran

5) Thorax

- Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan

- Palpasi : biasanya ekspansi

- Perkusi : biasanya sonor

- Auskultasi : biasanya vesikuler

6) Jantung

- Inspeksi :biasanya ictus cordis tampak

- Palpasi : biasanya ictus cordis teraba

- Perkusi : biasanya batas jantung dapat ditemukan

- Auskultasi : BJ I (+), BJ II (+)

7) Abdomen

- Inspeksi : biasanya distensi abdomen¸ada massa

- Palpasi : biasanya ada pembengkakan

19
- Perkusi : biasanya tympani

- Auskultasi :biasanya terjadi penurunan bising usus

8) Ekstremitas

- Inspeksi : biasanya nyeri pada sendi dan tulang

- Palpasi : biasanya tidak ada pembengkakan

9) Integumen

- Inspeksi : biasanya terdapat ptekie, tidak ada lesi

- Palpasi : biasanya akral hangat, CRT >3 detik

10) Neurologi

- Biasanya klien sulit membina hubungan dengan lingkungannya

11) Mamae

- Inspeksi : biasanya tidak ada benjolan, tidak ada lesi

- Palpasi : biasanya tidak ada pembengkakan, tidak ada massa

12) urogenital : biasanya tidak ada gangguan

d) Aktifitas Sehari-hari

1) Nutrisi

Minum : biasanya klien minumnya kurang

Makan : biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan

2) Eliminasi

Miksi : biasanya ada darah dalam urin, terjadi penurunan output urin

Defekasi : biasanya diare, ada bercak darah segar pada tinja dan kotoran

berampas

3) Pola aktifitas sehari-hari

Mandi :

20
Biasanya terjadi perubahan, dimana untuk kebersihan diri klien dibantu oleh

keluarga atau perawat (Djojodibroto, 2009).

4) Istirahat dan tidur:

Biasanya terjadi perubahan pola tidur, dimana klien tidak dapat tidur dengan

nyaman dikarenakan nyeri pada hati (Djojodibroto, 2009).

e) Data sosial ekonomi

Biasanya kesulitan menurunkan kondisi, contoh tidak mampu bekerja dan

mempertahankan fungsi peran dalam keluarga (Djojodibroto, 2009).

f) Data spiritual

Biasanya klien selama dirumah sakit susah untuk melaksanakan shalat dan ibadah

lainnya (Djojodibroto, 2009).

g) Data Psikososial

Biasanya klien mengalami stress, ansietas dan depresi, meliputi informasi

mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang di alami penderita sehubungan

dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita

(Djojodibroto, 2009).

h) Data Psikologis

Biasanya klien mempunyai perasaan tak berdaya. Tidak ada harapan dan tidak ada

kekakuan bahkan klien juga mengalami kecemasan khususnya pada pasien yang

baru menjalani kemoterapi (Djojodibroto, 2009).

i) Pemeriksaan penunjang

Menurut Ngastiyah, (1987) dalam suriadi (2008) pemeriksaan yang dilakukan pada

penderita leukemia adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
21
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum
tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan
gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik
untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam
urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya
terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut
terdapat pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas
(mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan
sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES,
Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan
protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya
kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21.
5. Darah lengkap
Hb : kurang dari 14g/dl
Leukosit : lebih dari 10.000/mm³
Retikulosit : kurang dari 0,5%
Trombosit : kurang dari 150.000/mm³
2. Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan Leukemia Nanda (2015) :

1. Resiko infeksi b.d penurunan sistem kekebalan tubuh

2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia

22
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)

4. Nyeri b.d agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia)

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya asupan

makanan

6. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (kemoterapi, radioterapi)

3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


O
1 Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem Indicator : Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh  Tidak adanya infeksi  Ciptakan lingkungan
berulang. yang aman untuk pasien.
 Tidak adanya tumor  Hindari objek yang
 Status pencernaan dari berbahaya dari
skala yang diharapkan lingkungan.
 Status pernapasan dari Berikan protokol cuci
skala yang diharapkan tangan
 Tingkatkan kebersihan
 Berat badan dalam batas
normal  Monitor nadi, TD dan
 Suhu tubuh normal suhu
 Tidak adanya kelelahan Cegah menggigil dan
secara terus menerus kompres air hangat pada
 Jumlah sel darah putih area axial dan poplitea
dalam batas normal  Tingkatkan
cairan/konpensasi
Status nitrusi kehilangan cairan karena
Indicator : peningkatan suhu tubuh
 Pemasukan nutrisi  Inspeksi membran
 Pemasukan makanan dan mukosa
cairan  Sediakan kamar khusus
 Energi  Sediakan tempat tidur
 Masa tubuh yang bersih dan nyaman.
 Berat badan  Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
 Hindari pencahayaan
yang tidak penting,
sirkulasi udara, keadaan
yang terlalu panas,
ataupun dingin.
 Atur suhu lingkungan
sesuai kebutuhan pasien,
jika suhu tubuhnya

23
berubah.
 Batasi jumlah
pengunjung.
 Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan
penting lainnya.

2 Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


trombositopenia Indicator : Intervensi yang dilakukan :
 Gumpalan pembentukan  Monitor kemungkinan
 Waktu protrombin terjadinya perdarahan
 Hb pada pasien
 Perdarahan  Catat kadar HB dan Ht
 Memar setelah pasien mengalami
 Petechiae kehilangan banyak darah
 Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan
yang berkelanjutan 9cek
sekresi pasien baik yang
terlihat maupun yang
tidak disadari perawat)
 Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
 Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih
ada indikasi pendarahan
 Lindungai pasien dari
hal-hal yang
menimbulkan trauma dan
bias menimbulkan
perdarahan
 Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan
oral pasien
 Instruksikan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
yang mengandung vit K
 Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
mengenali tanda-gejala
terjadinya perdarahan
dan tindakan pertama
untuk penanganan selama
perdarahan berlangsung

3 Intoleransi aktivitas b.d Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


kelemahan umum Indicator : Intervensi yang dilakukan:
(anemia)  Saturasi oksigen ketika  Kolaborasi dengan

24
beraktivitas terapis dalam
 Denyut nadi ketika merncanakan dan
beraktivitas memonitor program
 Laju pernapasan ketika aktivitas
beraktivitas  Tingkatkan komitmen
 Tekanan darah pasien dalam beraktivitas
 Warna kulit  Bantu mengekplorasi
 Kekuatan tubuh atas aktivitas yang bemanfaat
 Kekuatan tubuh bawah bagi pasien
Daya tahan  Bantu mengidentifikasi
Indicator : sumber daya yang
 Kinerja dari rutinitas dimiliki dalam
 Aktivitas beraktivitas
 Konsentrasi  Bantu pasien/keluarga
 Kepulihan energy setelah dalam beradaptasi
beraktivitas dengan lingkungan
 Tingkat oksigen darah  Bantu menyusun
aktivitas fisik
Tingkat kegelisahan  Pastikan lingkungan
Indicator : aman untuk pergerakan
 Nyeri otot
 Cemas  Jelaskan aktivitas
motorik untuk
 Mengerang
meningkatkan tonus otot
 Stress
 Berikan reinforcemen
 Takut
positif selama
 Kegelisahan beraktivitas
 Nyeri otot  Monitor respon
 Meringis emosional, fisik, sosial
 Sesak nafas dan spiritual
 Mual Manajemen energy
 Muntah Intervensi yang dilakukan :
 Tentukan pembatasan
aktivitas fisik pasien
 Jelaskan tanda yang
menyebabkan kelemahan
 Jelaskan penyebab
kelemahan
 Jelaskan apa dan
bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun energi
 Monitor intake nutrisi
yang adekuat
 Monitor respon
kardiorespirasi selama
aktivitas
 Monitor pola tidur
 Monitor lokasi

25
ketidaknyamanan/nyeri
 Batasi stimulus
lingkungan
 Anjurkan bedrest
 Lakukan ROM aktif/pasif
 Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
 Monitor respon
oksigenasi pasien

4 Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:


biologis (efek fisiologis Indicator : Intervensi yang dilakukan:
dari leukemia)  Menghindari perasaan  Tenangkan klien dan
gelisah. melakukan pendekatan.
 Menghindari serangan  Kaji perspektif situasi
panik stress klien.
 Menghindari Rasa cemas  Berikan informasi faktual
yang berlebihan. mengenai diagnosis,
 Mengontrol tekanan terapi, dan prognosis.
darah.  Bantu pasien untuk untuk
 Mengontrol peningkatan meminimalisir rasa
denyut nadi. cemas yang timbul.
 Mengontrol peningkatan  Kaji tanda-tanda
jumlah pernafasan. kecemasan baik secara
 Menghindari hal-hal verbal maupun non
yang bisa mengganggu verbal.
tidur. Menajemen nyeri
Intervensi yang dilakukan:
 Kaji nyeri secara
Tingkatan nyeri komprehensif
Indicator :  Ajarkan klien tentang
 Mengendalikan rasa bagaimana cara
nyeri. mengontrol rasa nyeri.
 Mengontrol diri dari  Ajarkan klien teknik-
kehilangan nafsu makan. teknik relaksasi.
 Ajarkan klien bagaimana
cara menghindari diri
dari rasa cemas.

5 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan


nutrisi kurang dari Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d Indicator :  Anjurkan asupan kalori
faktor biologi (anoreksia)  Pemasukan nutrisi yang sesuai dengan
 Pemasukan makanan kebutuhan dan gaya
 Pemasukan cairan hidup.
 Energy  Kontrol asupan nutrisi

26
 Berat badan dan kalori.
 Tonus otot  Anjurkan kepada klien
 Hidrasi untuk mengkonsumsi
nutrisi yang cukup.
Nafsu makan Pengontrolan nutrisi

Indicator : Intervensi yang dilakukuan:


 Menyeimbangkan nafsu  Tanyakan apakah pasien
makan mempunyai alergi
 Menyeimbangkan terhadap makanan
Pasokan cairan tubuh  Tentukan makanan
 Menyeimbangkan pilihan pasien
Pasokan nutrisi tubuh  Tentukan jumlah kalori
dan jenis zat makanan
Weight gain behavior : yang diperlukan untuk
Indicator : memenuhi nutrisi, ketika
 Mengidentifikasi berkolaborasi dengan ahli
penyebab kehilangan makanan, jika diperlukan
berat badan  Tunjukkan intake kalori
 Memilih sebuah target yang tepat sesuai tipe
sehat berat badan. tubuh dan gaya hidup
 Mengidentifikasi  Timbang berat badan
pemasukan kalori pasien pad jarak waktu
 Memilihara suplai nutrisi yang tepat
makanan dan minuman Terapi Nutrisi
yg adekuat Intervensi yang dilakukan :
 Meningkatkan nafsu  Monitor pemasukan
makan cairan dan makanan dan
menghitung pemasukan
kalori sehari-hari
 Bantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar
sebelum makan
 Ajarkan pasien dan
kelurga tentang memilih
makanan

6 Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit


kulit b.d zat kimia membran mukosa
Intervensi yang dilakukan:
(kemoterapi, radioterapi) Indicator :
 Temperatur  Amati warna kulit,
 Sensasi
kehangatan (suhu),
 Elastisitas
 Pigmentasi bengkak, getaran, tekstur
 Warna kulit, udem.
 Ketebalan
 Jaringan bebas lesi.  Pantau area yang tidak
berwarna dan memar
kulit serta membran
27
mukosa.
 Pantau kelainan
kekeringan dan
kelembaban kulit.
 Catat perubahan kulit
atau membran mukosa.
 Periksa keketatan
pakaian.
 Pantau warna kulit.
 Pantau suhu kulit.
 Instruksikan anggota
keluarga / pemberi
perawatan tentang tanda
– tanda dari kerusakan
kulit.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasi intervensi keperawatan.

Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang

diperlukan untuk melaksanakan intervensi atau program keperawatan. Perawat

melaksanakan atau mendegelasikan tindakan keperawatan untuk intevensi yang disusun

dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat

tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010).

5. Evaluasi Keperawatan

Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase

terakhir dri proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang

28
direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan

menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana

asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting dari proses keperawatan karena

kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus

diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier, 2010).

29

Anda mungkin juga menyukai