S
DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA (AML)
DI RUANG HEMATO DAN ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh:
Kelompok E
Oleh:
Kelompok E
Eka Santi, S.Kep, Ns., M.Kep Ayu Susanti, S. Kep., Ns., M. Kep
NIP. 19780615 200812 2 001 NIP. 19800930 200312 2 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu yang menjadi penyebab kematian utama
di seruluh dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kanker adalah terjadinya
pembelahan sel yang tidak terkendali. Sel-sel tersebut kemudian menyerang dan
merusak jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (Ghofar, 2009).
Jenis penyakit kanker yang sering menyerang anak-anak yaitu Leukemia (Bott,
2014).
Acute Myeloid Leukemia (AML) adalah salah satu jenis leukimia dimana
terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannya sel mieloid :
granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi leukimia mieloblastik
akut, leukimia monoblastik akut, leukimia mielositik akut, leukimia
monomieloblastik dan leukimia granulositik akut (Wong,2000).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami konsep dan asuhan keperawatan tentang penyakit
Acute Myeloid Leukemia (AML).
2. Tujuan khusus
a. Memahami konsep dan teori tentang penyakit Acute Myeloid Leukemia
(AML) .
b. Memahami asuhan keperawatan pasien dengan penyakit Acute Myeloid
Leukemia (AML) .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga
dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic
Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara
malignan melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan
penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal.
Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah
putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur
ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi.
Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit)
berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di
sumsum tulang.
B. Klasifikasi
AML terbagi atas berbagai macam subtipe. Hal ini berdasarkan morfologi,
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
penelitian sitokimia. Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat
membantu dalam memberikan terapi yang terbaik.6
Klasifikasi AML yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dibuat oleh
French American British (FAB) yang mengklasifikasikan leukemia mieloid akut
menjadi 7 subtipe yaitu sebagai berikut.
1. Mo
Mo merupakan bentuk yang paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
2. M1 (Acute Myeloid Leukimia tanpa maturasi)
M1 merupakan leukimia mieoblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari
kasus AML.
3. M2 (Akut Myyeloid Leukimia)
Sel leukimia pada M2 memperlihatkan kematangan secara morfologi berbeda
dengan jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit
matang berjumlah lebih dari 10%.
4. M3 (Acute Promyelocitic Leukimia)
Sel leukimia pada M3 kebanyakan adalah premielosit dengan granulasi berat.
5. M4 (Acute Myelomonocytic Leukimia)
Terlihat 2 type sel yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukimia lebih
dari 30% dari sel yang bukan eritrosit.
6. M5 (Acute Monocytic Leukimia
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritrosit adalah monoblas,
promonosit, dan monosit.
7. M6 (Erythroleukimia)
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritoblas dengan derajat berbeda dari
gambaran morfologi.
8. M7 (Acute Megakaryocytic Leukimia)
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit / megakariosit.
C. Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini
berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. AML mengenai semua
kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. AML
merupakan 20% kasus leukemia pada anak. Sekitar 10.000 anak menderita AML
setiap tahunnya di seluruh dunia. AML pada anak berjumlah kira-kira 15% dari
leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat
sedikit pada masa remaja. Di Amerika setiap tahunnya sekitar 2,4 per 100.000
penduduk atau sekitar 500 sampai 600 orang berusia kurang dari 21 tahun
menderita leukemia mielositik akut dan insiden ini meningkat sejalan dengan umur,
puncaknya 12,6 per 100.000 penduduk dewasa yang berumur 65 tahun atau lebih.
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650 kasus
leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta dan
sekitar 38% menderita jenis AML.11-14
Sekitar 80% anak di bawah usia 2 tahun dengan AML biasanya menderita
AML subtipe M4 atau M5. Subtipe M7 umumnya diderita anak berusia di bawah 3
tahun, terutama dengan Sindrom Down. Penelitian sitogenetik mengidentifikasi
adanya keabnormalan kromosom pada sel darah di sumsum tulang terdapat lebih
dari 70% anak yang baru didiagnosis LMA. Keabnormalan itu terletak pada t
(8;21), t (15;17), inversi 16, translokasi pita 11q23, dan trisomi 8.
D. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut adalah :
1. Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom
atom di Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden
penyakit ini. Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber
radiasi dosis tinggi. Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen),
dosisnya jauh lebih rendah dan tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian
leukemia.
2. Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida, pestisida
3. Obat – obatan : golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon,
heksaklorosiklokeksan
4. Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
menderita leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating
agents. Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan
dengan pertimbangan rasio manfaat-risikonya.
5. Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita AML
maka kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden
leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya
menderita AML. Insidensi leukimia meningkat pada penderita kelainan
konginetal diantaranya pada sindroma down, sindroma bloom. Kelainan-
kelianan konginetal ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misalnya pada kromosom 21 atau C-group trisomy atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy
6. Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang
disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker.
7. Kondisi perinatal : penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplementasi oksigen,
asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil
dan ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol.
8. Human T-Cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1). Virus tersebut menyebabkan
leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat
menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline.
9. Sindroma mielodisplastik : sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan
pembentukkan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel
(hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai
pre-leukemia. Orang dengan kelainan ini berisiko tinggi untuk berkembang
menjadi leukemia.
E. Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-
klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa
berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk
hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan
induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T
dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-
monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan
menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini
terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan
menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik
tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi organ
tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ.
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid dan
berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel
yang mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi
molekular tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui progeni
sel. Defek kualitatif dan kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang
berproliferasi pada gaya tak terkontrol dan menggantikan sel normal.
Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal.
Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ
lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri.
Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit
dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan
organ lainnya.
Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh
infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita
F. Manifestasi Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel
darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejala pasien leukemia bevariasi
tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal
tersebut. Adapun gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien AML
antara lain:
1. Kelemahan Badan dan Malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar 90
% mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter.
Rata-rata didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau
diagnosis AML dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga
beratnya gejala kelemahan badan ini sebanding dengan anemia.
2. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris
juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya
demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia.
Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan
tanda-tanda infeksi lain.
3. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana
penderita mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis,
purpura dan lain-lain. Beratnya keluhan perdarahan berhubungan erat dengan
beratnya trombositopenia. 27
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan berat
badan ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama. Penurunan
berat badan juga sering bersama-sama gejala anoreksia akibat malaise atau
kelemahan badan.
5. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
mengakibatkan terjadi infark tulang.
G. Pemeriksaan Penunjang
Berikut beberapa tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
Acute Myeloblastic Leukemia (AML) adalah:
a. Hitung darah lengkap
Anak dengan leukosit kurang dari 10.000 / mm3 saat di diagnosis memiliki
prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000 / mm3 adalah tanda
prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b. Lumbal pungsi, untuk mengkaji keterlibatan SSP
c. Foto thorax, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
d. Aspirasi sumsum tulang (Bone Marrow Aspiration), ditemukannya 25% sel blast
memperkuat diganosis
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang
f. Pemindaian ginjal, hatidan limpa, mengkaji inflitrasi leukimia
g. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan
H. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. Fase induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytrrabine dan hydrocotison
melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukimia ke otak.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukimia yang beredar dalam tubuh.
2. Terapi biologis
Orang dengan jenis penyakit leukimia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui suntikan didalan pembuluh darah balik. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukimia di dalam darah dan sumsum
tulang.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel leukimia.
4. Transplantasi sel induk
Transplantasi sil induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
leukimia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang tulang. Kemudian
pasien akan mendapatkan sel-sel induk yang sehat melalui tabung fleksibel yang
dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk hasil transplantasi ini.
I. Prognosis
Lowenberg et al mengelompokkan prognosis pasien AML menjadi 3 kelompok
berdasarkan temuan klinis dan laboratoris yaitu baik (favorable), menengah
(intermediate) dan buruk (unfavorable). Kelompok dengan prognosis baik meliputi
pasien usia < 60 tahun atau > 2 tahun, kelainan kromosomal minimal, infiltrasi sel
blas multiorgan minimal, kadar leukosit < 20.000/mm3, respon yang baik terhadap
kemoterapi induksi, tidak resisten terhadap multidrug therapy, tidak ditemukan
leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan hidup 2 tahun
kedepan (2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah 50-85% 29
Sedangkan kelompok dengan prognosis buruk meliputi pasien usia > 60 tahun
atau < 2 tahun, ditemukan dua atau lebih kelainan kromosomal, infiltrasi sel blas
pada banyak organ, kadar leukosit > 20.000/mm3, respon yang buruk terhadap
kemoterapi induksi, resisten terhadap multidrug therapy, serta ditemukannya
leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder.11,29 Angka harapan hidup 2 tahun
kedepan (2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah 10-20%.6 Sedangkan
kelompok dengan prognosis menengah adalah peralihan dari baik dan buruk dan
mencakup faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam kelompok prognosis baik
maupun buruk dengan angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years survival rate)
sekitar 40-50%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam selama ± 7 hari, ibu pasien
juga mengatakan anaknya di bawa kerumah sakit untuk melanjutkan pengobatan
kemoterapi.
b. Keluhan Saat ini
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Januari 2020, ibu pasien
mengeluhkan anaknya masih demam.
8
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Sistem pendukung/ keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Ibu pasien mengatakan lebih sering berdiskusi dengan suami dan kedua orang
tuanya terkait kondisi anaknya.
2. Lingkungan rumah
Pasien tinggal di komplek perumahan, kebersihan lingkungan baik, rumah jauh
dari jalan A. Yani dan jauh dari sungai. Pasien tinggal dirumah dengan tipe
permanen dengan ukuran 6 x 6 m2. Terdapat pintu di depan dan belakang rumah
serta ada jendela di samping-samping rumah.
3. Problem sosial yang penting
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki masalah sosial yang mengganggunya,
hubungannya dengan keluarga maupun dengan tetangganya baik-baik saja.
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Tindakan Operasi
Orang tua mengatakan, pasien tidak pernah di operasi sebelumnya.
2. Status Nutrisi
SMRS: ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien makan teratur
3 kali sehari namun dengan porsi yang sedikit, ibu pasien mengatakan anaknya
paling banyak makan nasi 1 cantong. Ibu pasien mengatakan ± 1 bulan yang lalu
BB pasien 19 Kg.
MRS: ibu pasien mengatakan di rumah sakit pasien makan teratur 3 x sehari
sebanyak ½ porsi dari yang disediakan rumah sakit, ibu pasien mengatakan
anaknya tidak bisa makan banyak karena cepat merasa kenyang. Ibu pasien
mengatakan BB pasien saat ini 21 Kg.
STATUS GIZI
a. IMT : BB/TB dalam meter = 21 / 1,16 2 = 15,6 (Berat badan kurang)
b. CDC:
3. Status Cairan:
Selama di rawat di rumah sakit, pasien mendapat cairan D5 ½ NS 1000 ml/ hari
(2 kolf), pasien minum ± 4 gelas/ hari (880 ml/ hari).
Input : 1000 ml + 880 ml
: 1.880 ml
Output : 900 ml
IWL Normal : 15 x BB
: 15 x 21 = 315 ml
IWL kenaikan suhu : (10% x cairan masuk) x kenaikan suhu /24 jam
: (10% x 1.880) x 2.5 = 295 ml
IWL Total : IWL Normal + IWL Kenaikan Suhu
: 315 + 295 = 610
Balance cairan : Input – Output
: 1.880 – 1.510 = 370 ml
4. Aktivitas Anak
Sebelum Masuk Rumah Sakit:
Anak sehari-harinya di dalam pengawasan orang tua, anak bisa bersosialisasi
dengan baik di lingkungan sekitarnya. Sebelum masuk rumah sakit pasien sering
bermain didalam rumah menggunakan mainan yang dimilikinya.
Saat Dirawat Di Rumah Sakit:
Selama dirawat di Rumah Sakit anak selalu dijaga oleh orang tuanya, anak
terkadang menangis ketika dilakukan tindakan oleh perawat, anak sering lebih
banyak menghabiskan waktu ditempat tidur karena merasa sulit untuk
beraktivitas.
5. Obat-Obatan
(Terlampir)
6. Hasil Laboratorium
Hari/Tanggal: Jum’at, 10 Januari 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.1 10.00-17.00 g/dl
Leukosit 258* 4.0-10.5 ribu/ul
Eritrosit 3.86 3.40-5.50 juta/ul
Hematokrit 32.2* 35.00-50.00 vol%
Trombosit 370 150-450 ribu/ul
RDW-CV 17.2 11.5-14.7 %
LED/ESR ................. 1-10 mm/jam
MCV,MCH, MCHC
MCV 83.4 80.0 – 97.00 fl
MCH 26.2* 27.0 – 32.0 pg
MCHC 31.4* 32.0 – 38.0 %
HITUNG JENIS
Gran% ................. 50.0 – 70.0 %
Limfosit% 5.5* 25.0 – 40.0 %
MID% ................. 4.0-11.0 %
Gran# ................. 2.50 – 7.00 ribu/ul
Limfosit# 14.13* 1.25-4.0 ribu/ul
MID# ................. ribu/ul
KIMIA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu ................. <200 mg/dl
HATI
SGOT 32 0-46 u/l
SGPT 33 0-45 u/l
GINJAL
Ureum 16 10-50 mg/dl
Kreatinin 0.63 0.7-1.4 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium ................. 135-146 mmol/l
Kalium ................. 3.4-5.4 mmol/l
Chlorida ................. 95-100 mmol/l
HITUNG JENIS
LEUKOSIT %
Sel Polimorfonuklear 100
Sel Mononuklear 0 %
/ul
Jumlah Sel 2
Polimorfunuklear
/ul
Jumlah Sel Mononuklear 0
KIMIA
Total protein cairan otak 16 15 - 45 mg/dl
DO :
- Pasien terlihat menggigil sambil
menutupi badannya dengan selimut
- Badan pasien teraba hangat
- Akral teraba hangat
- Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Nadi: 112x/m
Respirasi: 21x/m
Suhu: 40,0oC
2 DS :
- Ibu pasien mengatakan sebelum Asupan diet Ketidakseimbangan
masuk rumah sakit pasien makan kurang nutrisi kurang dari
teratur 3 kali sehari namun dengan kebutuhan tubuh
porsi yang sedikit
- Ibu pasien mengatakan anaknya
paling banyak makan nasi 1 cantong.
- Ibu pasien mengatakan di rumah
sakit pasien makan teratur 3 x sehari
sebanyak ½ porsi dari yang
disediakan rumah sakit
- Ibu pasien mengatakan BB pasien
saat ini 21 Kg.
DO :
- Pasien terlihat hanya menghabiskan
setengah porsi makanannya
- Berat badan saat ini : 21kg
- Panjang badan saat ini :116
- IMT : 15,6 (Berat badan kurang)
- CDC :
3 DS : - Faktor risiko : Risiko infeksi
Penyakit (Acute
DO : - Myloid Leukemia)
PRIORITAS MASALAH
Nama klien : An. S
Umur : 8 tahun
Ruangan/kamar : Onkologi IV
No. RM : 1-19-31-02
Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan
Ditemukan Teratasi (Nama Perawat)
1 Hipertermia berhubungan dengan Penyakit
14 – 01 – 2020 16 – 01 – 2020 .........................
(Acute Myloid Leukemia)
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan 14 – 01 – 2020 .........................
asupan diet kurang
3 Risiko infeksi dengan faktor risiko penyakit
14 – 01 – 2020 14 – 01 – 2020
(Acute Myloid Leukemia)
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Hipertermi NOC: NIC :
berhubungan dengan Pengaturan suhu Perawatan Demam
efek pengobatan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu dan warna kulit
keperawatan selama 3x8 jam 2. Monitor kehilangan cairan
keseimbangan antara produksi 3. Berikan antipiretik jika diperlukan
panas dan kehilangan panas 4. Monitor intake dan output
tubuh anak membaik dengan 5. Berikan dan pertahankan cairan IV
kriteria hasil: 6. Berikan kompres hangat dengan handuk.
1. Suhu tubuh dalam batas
normal Pengaturan Suhu
2. Tanda vital dalam batas 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
normal 2. Monitor TD, nadi, dan RR
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya panas
7. Ajarkan indikasi dari
hipotermi/hipertermi dan penanganan
yang diperlukan
8. Berikan anti piretik jika perlu
2 Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi: kurang dari Status Nutrisi: Asupan Monitor Nutrisi
kebutuhan tubuh Makanan dan Cairan, 1 Monitor adanya penurunan berat badan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 2 Monitor lingkungan selama makan
kurang asupan nutrisi keperawatan selama 7x24 jam 3 Monitor adanya mual dan muntah
masalah nutrisi pasien teratasi 4 Monitor kulit kering dan perubahan
dengan kriteria hasil: pigmentasi,
1. Intake makanan klien 5 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
adekuat 6 Catat adanya edema, hiperemik,
2. Intake minuman klien hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
adekuat
Manajemen Nutrisi
Berat Badan: Massa Tubuh 1. Kaji adanya alergi makanan
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor adanya penurunan berat badan
keperawatan selama 7x24 jam 3. Menganjurkan klien untuk makan sering
masalah nutrisi pasien teratasi walaupun dengan porsi sedikit
dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1. Diharapkan berat badan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
meningkat ±2 kg yang dibutuhkan pasien
2. Diharapkan berat badan 5. Berikan makanan yang terpilih (sudah
pasien ideal sesuai dengan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
tinggi badan 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
3. Tidak ditemui tanda-tanda kalori
malnutrisi pada pasien.
3 Risiko infeksi dengan NOC NIC:
faktor risiko penyakit Keparahan infeksi Kontrol Infeksi
(Acute Myloid Leukemia) Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan peralatan perawatan per
keperawatan selama 3x8 jam, pasien sesuai protocol
tidak terdapat keparahan dari 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tanda dan gejala infeksi, kegiatan perawatan
dengan kriteria hasil: 3. Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.
1. Tidak ada kemerahan 4. Pastikan tekhnik perawatan luka yang
2. Tidak terdapat demam tepat
3. Tidak ada peningkatan 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
jumlah sel darah putih tanda dan gejala infeksi dan kapan
4. Keluarga memahami tanda harus melaporkannya kepada petugas
dan gejala infeksi kesehatan
5. Keluarga memahami cara 6. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
menghindari infeksi menghindari infeksi
Perlindungan Infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Pertahankan teknik asespsi untuk
pasien berisiko
4. Jaga penggunaan antibitok pasien
dengan bijaksana.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No.
Waktu Waktu
Dx Implementasi TT Evaluasi TT
Tgl/jam Tgl/jam
Kep
1 14/01/2020 1. Memonitor suhu dan warna kulit Aisyah 14/01/2020 S: Eka
Dinas Sore pasien Senna Dinas Orang tua mengatakan badan
(15.00 2. Memonitor kehilangan cairan pasien Malam anaknya masih teraba panas dan ada
WITA) serta memonitor dan menghitung (21.00 muntah satu kali
intake dan output cairan pasien WITA) O:
3. Memberikan antipiretik berupa Pasien terlihat menggigil sambil
paracetamol 200mg melalui intravena menutupi badannya dengan selimut
20tpm Akral teraba hangat
4. Mempertahankan akses cairan Pemeriksaan tanda-tanda vital:
intravena. Nadi: 104x/m
5. Menganjurkan keluarga untuk Respirasi: 22x/m
memberika kompres hangat pada Suhu: 39,1oC
pasien. A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi perawatan
demam No. 1,2,3,4 dan 6
2 14/01/2020 1. Memonitor adanya penurunan berat Aisyah 14/01/2020 S: Eka
Dinas Sore badan. Senna Dinas Orang tua mengatakan berat badan
(15.00 2. Memonitor adanya mual dan muntah Malam anaknya sebelum masuk rumah sakit
WITA) 3. Mengkaji adanya riwayat alergi (21.00 19 kg (± 1 bulan yang lalu)
makanan WITA) Orang tua mengatakan berat badan
4. Menganjurkan pasien untuk makan anaknya saat masuk rumah sakit 21
sering walaupun dengan porsi sedikit kg
5. Memberikan pasien makanan yang Orang tua pasien mengatakan
terpilih dan makanan yang disenangi anaknya tidak memiliki alergi
pasien makanan
Orang tua pasien mengatakan
anaknya ada muntah satu kali
O:
Pasien terlihat hanya menghabiskan
setengah porsi makanannya
Berat badan saat ini : 21kg
Panjang badan saat ini :116
IMT : 15,6 (Berat badan kurang)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi manajemen
nutrisi 2, 3 dan 5
1 15/01/2020 1. Memonitor suhu dan warna kulit Ifdy 15/01/2020 S: Senna
Dinas Pagi pasien Zefry Dinas Sore Orang tua mengatakan badan
(08.00 2. Memonitor kehilangan cairan pasien (16.00 anaknya masih teraba panas.
WITA) serta memonitor dan menghitung WITA) O:
intake dan output cairan pasien Pasien terlihat berbaring menutup
3. Memberikan antipiretik berupa badannya dengan selimut
paracetamol 200mg melalui intravena Akral masih teraba hangat
20tpm Pemeriksaan tanda-tanda vital:
4. Menganjurkan keluarga untuk Nadi: 112x/m
memberika kompres hangat pada Respirasi: 24x/m
pasien. Suhu: 38,2oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi perawatan
demam No. 1,2,3,4 dan 6 serta lanjutkan
intervensi pengaturan suhu 5 dan 7.
2 15/01/2020 1. Memonitor adanya mual dan muntah Ifdy 15/01/2020 S: Aisyah
Dinas Pagi 2. Menganjurkan pasien untuk makan Zefry Dinas Orang tua pasien mengatakan tidak
(08.00 sering walaupun dengan porsi sedikit Malam ada keluhan mengenai nafsu makan
WITA) 3. Memberikan pasien makanan yang (16.00 pasien.
terpilih dan makanan yang disenangi WITA) Orang tua pasien mengatakan
pasien anaknya tidak ada muntah lagi
O:
Pasien terlihat hanya menghabiskan
setengah porsi makanannya
Pasien juga terlihat makan makanan
yang dibeli orang tuanya dari luar
Berat badan saat ini : 21kg
Panjang badan saat ini :116
IMT : 15,6 (Berat badan kurang)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi manajemen
nutrisi 2,3 dan 5
Betz, CL & Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta : EGC
Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2018. Nursing Intervention
Hoffband, A, dkk, 2005. Kapita selekta Hematologi. Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Mansjoer, arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2.Media
Aesculapius Fkul.
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2018. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Jakarta : EGC
Whaley`s and Wong. 2001. Clinical Manual Of Pediatric Nursing Edisi 4. USA
:Mosby