Anda di halaman 1dari 24

APLIKASI TERAPI PUZZLE UNTUK ANSIETAS PADA ANAK DENGAN AML DI

RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARIADI

DISUSUN OLEH :
Rizka Rossalia Puspita
G3A021055

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga
dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia
merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi
abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan
transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen sumsum
tulang belakang yang normal. Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu
banyak sel darah putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah
yang imatur ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya
infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi
granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal
di sumsum tulang (Asputra H, 2015).
Terdapat berbagai macam pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
kanker, salah satu pengobatan tersebut adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan dari sel
kanker (cancer council, 2012). Pada anak prasekolah keadaan sakit dan diharuskannya
anak untuk dirawat inap menimbulkan krisis pada kehidupan mereka. Pada saat di rumah
sakit, anak dihadapkan pada lingkungan yang asing, orang-orang yang tidak dikenal, dan
gangguan terhadap gaya hidup mereka (Wong, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan (2015) kemoterapi pada penderita kanker berpengaruh pada kecemasan.
Penelitian oleh Pandey et. al. (2006) juga mengemukakan bahwa pengobatan jangka
panjang, hospitalisasi berulang dan efek samping dari kemoterapi dapat mengganggu
keadaan psikis seorang penderita kanker, dampak psikis yang paling sering ditemui pada
Pasien anak dengan kanker yaitu cemas.
Kecemasan adalah perasaan samar-samar takut atau ketakutan merupakan respon
terhadap rangsangan eksternal atau internal berupa gejala perilaku, emosi, kognitif, dan
fisik (Lippincott Williams, 2014) . Kecemasan dibedakan dari takut berdasarkan
penyebab, durasi dan penatalaksanaannya, anak yang sedang sakit hampir selalu
memperlihatkan sikap yang sangat mudah cemas, pemarah, agresif, penakut, curiga, dan
sensitif (Hurlock, 2013). Ningsih et. al (2015) mengatakan bahwa anak yang sedang
menjalani kemoterapi menunjukkan kecemasan dan distress psikososial yang
mempengaruhi kepuasan anak dalam berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.
Menurut Wong (2004) bermain merupakan cara koping yang efektif untuk mengurangi
kecemasan yang dialami oleh anak . Bermain dapat digunakan sebagai terapi karena
terapi bermain membantu pelepasan stress dan cemas yang sedang dirasakan anak
dikarenakan bermain memiliki manfaat sebagai sarana pengalih perhatian (distraksi) yang
mengakibatkan anak menjadi rileks. Hal ini menyebabkan anak yang awalnya mengalami
kecemasan menjadi tidak cemas lagi (Hidayat, 2012)
Puzzle merupakan permainan dengan cara menyusun gambar tertentu, saat anak
bermain maka perhatian anak akan teralihkan dari kecemasan yang sedang dirasakannya.
Penggunaan metode bermain dengan menggunakan puzzle disamping manfaatnya yang
banyak, juga dapat memberikan kesenangan kepada anak saat memainkannya sehingga
kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat menurun. Bermain puzzle juga bermanfaat
untuk membantu meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak (Ball et al, 2012)
Penelitian oleh Kaluas et. al. (2015) mendapatkan hasil bahwa terapi bermain
puzzle efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak usia prasekolah yang sedang
dihospitalisasi .Penelitian oleh Pratiwi dan Deswita (2013) juga menyatakan bahwa terapi
bermain puzzle mampu menurunkan angka kecemasan anak usia prasekolah yang
dihospitalisasi . Pemilihan puzzle sebagai terapi bermain juga dikarenakan bermain
puzzle tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak akan capek.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan terapi distraksi bermain puzzke , ansietas pada anak menurun

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui manfaat dan cara bermain puzzle untuk membantu menurunkan
kecemasan pada anak
2. Mengevaluasi hasil penerapan terapi distraksi bermain puzzle
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering
juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic
Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara
malignan melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan
penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal. Pada kebanyakan
kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih yang disebut
myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur ini tidak sebaik sel
darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. Pada AML, mielosit
(yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas
dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang (Asputra H,
2015).

2. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut menurut Asif N, Hassan K (2013) adalah :
1. Umur dan jenis kelamin
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LMA terdapat
pada umur 15-39 tahun. Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan
pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit
putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.10 Leukemia menyumbang
sekitar 2% dari semua jenis kanker. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang
leukemia daripada anak-anak
2. Radiasi dosis tinggi
Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di Jepang pada masa
perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan 7 insiden penyakit ini. Terapi medis
yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih
rendah dan tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian leukemia
3. Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida, pestisida
4. Obat – obatan : golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon,
heksaklorosiklokeksan
5. Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita AML
maka kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden
leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya
menderita AML.
6. Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang
disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker
3. Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan
klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak
bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel
induk hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk
limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan
membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel
eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi
dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel
muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam
sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang
kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan
metabolisme sel dan fungsi organ.

4. Pathways
5. Gejala klinis
1. Kelemahan Badan dan Malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar
90 % mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke
dokter. Rata-rata didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom
lain atau diagnosis AML dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia,
sehingga beratnya gejala kelemahan badan ini sebanding dengan anemia.
2. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris
juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya
demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau
netropenia. Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing,
mual dan tanda-tanda infeksi lain.
3. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana
penderita mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis,
purpura dan lain-lain. Beratnya keluhan perdarahan berhubungan erat dengan
beratnya trombositopenia. 20
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan
berat badan ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama.
Penurunan berat badan juga sering bersama-sama gejala anoreksia akibat
malaise atau kelemahan badan.
5. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi
yang mengakibatkan terjadi infark tulang

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
1. Infeksi, seperti infeksi kulit, infeksi saluran kemih, dan pneumonia
2. Gagal sumsum tulang
3. Perdarahan
4. Splenomegali
5. Hepatomegali

7. Klasifikasi
Menurut Marc M (2011) :
1. MO Leukimia Mieloblastik Akut dengan diferensiasi Minimal (3%)
2. M1 Leukimia Mieloblastik Akut tanpa maturasi (15-20%)
3. M2 Leukimia Mieloblastik Akut dengan maturasi granulositik (25-30%)
4. M3 Leukimia Promielositik Akut (5-10%)
5. M4 Leukimia Mielomonositik Akut (20%) M4Eo Leukimia Mielomonositik
Akut dengan eosinofil abnormal (5-10%)
6. M5 Leukimia Monositik Akut (2-9%)
7. M6 Eritroleukimia (3-5%)
8. M7 Leukimia Megakariositik Akut (3-12%

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah,
trombosit rendah.
b. Pemeriksaan sumsum tulang Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan
blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum
tulang (BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
c. Lumbal punksi Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
d. Biopsi limpa Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit (Wijaya
& putri, 2013).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien AML, yaitu:
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk leukemia pada anak.Saat
kemoterapi, Anak akan mendapatkan obat antikanker melalui mulut,
pembuluh darah vena, atau cairan tulang belakang.Beberapa pilihan yang
biasanya digunakan untuk kemoterapi, yaitu vincristine, daunorubisin,
(daunomycin), doksorubisin (adriamisin), idarubicin, atau sitarabin (sitosin
arabinoside atau ara-C).
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi yang menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
menghancurkan sel kanker. Selain itu, terapi ini juga bermanfaat untuk
mencegah sel kanker menyebar ke seluruh tubuh.Sebelum melakukan terapi
radiasi, anak biasanya perlu melakukan CT scan atau MRI terlebih dahulu
3. Terapi obat
Terapi obat bisa digunakan bersamaan dengan kemoterapi atau bisa juga
dilakukan tanpa ada terapi lain. Terapi ini berguna untuk mengontrol sel
kanker agar tidak berkembang. Beberapa obat yang biasanya digunakan, yaitu
imatinib (Gleevec), dasatinib (Sprycel), dan nilotinib (Tasigna).
4. Transplantasi sel punca (stem cell)
Transplantasi dilakukan dengan menanamkan sel punca sehat dari pendonor
ke dalam tubuh penderita. Cara ini bisa dilakukan jika cara mengobati lainnya
tidak juga efektif untuk mengobati leukimia.
( Pada kasus kelolaan pasien dilakukan penatalaksanaan kemoterapi siklus 1
hari ke 7 a )
10. Konsep
1. Pengkajian fokus
a. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak
diderita oleh anak yang berusia β sampai 5 tahun, diamana penderita laki –
laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
b. Keluhan utama Riwayat Kesehatan sekarang Biasanya orang tua anak
mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak bernafas cepat,
terdapat petekie pada tubuh anak, anak tampak letih. Anak meneguluh
nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
c. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup
riwayat kesehatan keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran Riwayat kesehatan ibu saat hamil
adanya pemaparan sinarX saat hamil muda, riwayat keluarga dengan
Sindrom down karena kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya
leukemia.
2. Riwayat pertumbuhan Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak mudah
terserang infeksi. Poltekkes Kemenkes Padang
3. Riwayat psikososial dan perkembangan Kelainan juga dapat membuat anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini
disebabkan karena aktivitas bermain anak dibatasi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran composmentis
Tekanan darah hipotensi
Nadi takikardi
Suhu tubuh tinggi
Pernapasan takipnea sesak napas
b. Kepala-leher Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
c. Mata Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis, Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
d. Mulut Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi perdarahan pada
gusi
e. Thorax Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
f. Abdomen Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali,
limfadenopati, nyeri abdomen
g. Kulit Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat
perdarahan
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah,
trombosit rendah.
b. Pemeriksaan sumsum tulang Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh
dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak.
Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak
terdapat sel muda.
c. Lumbal punksi Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
d. Biopsi limpa Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit
(Wijaya & putri, 2013).
6. Diagnose
1. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
2. Resiko infeksi b.d penyakit kronis (AML – M4 )
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d anemia
4. Hipertermi b.d proses penyakit (kanker)

7. Rencana keperawatan

NO. DX TUJUAN & KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN

1. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan (I.02067)


keperawatan selama 3x24 jam Tindakan :
diharapkan tingkat perdarahan Observasi
menurun, dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala perdarahan
hasil : - Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
- Bitnik-bintik merah tidak - Monitor tanda-tanda vital
bertambah Terapeutik
- Tidak ada tanda-tanda - Pertahankan bedrest
perdarahan - Batasi tindakan invasif, jika perlu
- Ttv dalam batas normal Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
2 Setelah dilakukan selama 3x24 Pencegahan infeksi ( I.14539)
jam diharapkan tidak ada Observasi
tanda-tanda infeksi dengan - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
kriteria hasil : Terapeutik
- Demam menurun dari - Berikan perawatan kulit pada area yang terdapat luka
39.5 c menjadi 36 c - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
- Nafsu makan meningkat pasien dan lingkungan pasien
- Kebersihan badan - Pertahankan teknik aseptic
membaik Edukasi
- Kebersihan tangan - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotic jika diperlukan
- Kolaborasi dengan gizi asupan nutrisi tinggi protein
3 Setelah dilakukan pemeriksaan Pemantauan hasil laboratorium (I.02057)
laborat diharapkan suhu tubun Observasi
menurun, dengan kriteria hasil - Identifikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
: - Monitor hasil laboratorium yang diperlukan
- Nilai hb meningkat - Periksa kesesuain hasil laboratorium dengan
- Akral teraba hangat penampilan klinis pasien
- CRT kurang dari 2 detik Terapeutik
- Tidak ada sianosis - Ambil sampel darah sesuai protocol
- RR,N,S dalam batas - Membatasi aktivitas
normal Kolaborasi
- Kolaborasi medis pemberian tranfusi
4 Setelah dilakukan manajemen Manajemen hipertermia (I.15506)
hipertermia selama 1x24 jam Observasi :
diharakan suhu tubun - Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
menurun, dengan kriteria hasil terpapar lingkungan panas )
: - Monitor suhu tubuh
- Tidak kejang - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Ventilasi membaik Terapeutik :
- Kompres pada dahi, leher, dada, abdomen
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antipiretik

B. Konsep Teori Terkait Evidence Based Nursing


1. Permainan
a. Pengertian
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu
perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah. Puzzle merupakan alat
permainan asosiatif sederhana. Permainan mengenai terapi bermain menggunakan
puzzle untuk mengatasi kecemasan 13 sendiri telah dilakukan, dengan hasil terapi
bermain puzzle dapat mengatasi kecemasan pada anak yang dihospitalisasi
(Mutiah, 2015).
Penelitian oleh Kaluas (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle dapat
menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini karena saat bermain puzzle anak
dituntut untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat laun hal ini akan
berakibat pada mental anak sehingga anak terbiasa bersikap tenang, tekun, dan
sabar dalam menghadapi sesuatu. Bermain puzzle tidak hanya memiliki manfaat
untuk mengatasi kecemasan namun juga membantu untuk perkembangan anak
(Pratiwi & Deswita, 2013)

b. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


Meskipun anak sedang sakit atau dirawat di rumah sakit, tugas pekembangan
tidaklah terhenti. Hal ini bertujuan, melanjutkan tumbuh dan kembang selama
perawatan, sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan, dapat
mengembangkan kreativitas dan pengalaman, anak akan mudah beradaptasi
terhadap stress karena penyakit yang dialami. Prinsip bermain di rumah sakit
yaitu:
a. Tidak banyak mengeluarkan energi diberikan secara singkat dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
c. Kelompok usia yang sebaya. d. Permainan tidak bertentangan dengan
pengobatan.
d. Tidak bertentangan dengan pengobatan
e. Efisiensi waktu dalam penerapan
f. Melibatkan orang tua atau keluarga (Suriadi & Rita, 2010)

c. Fungsi Bermain di Rumah Sakit


Meskipun anak sedang mengalami perawatan di rumah sakit, kebutuhan aktivitas
anak akan aktivitas bermain tidak boleh terhenti. Bermain di rumah sakit juga
dibutuhkan. Menurut Ikhbal (2016) bermain di rumah sakit memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan.
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentanng bagian-bagian tubuh dan
fungsinya.
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan serta proedur medis.
f. Memberi peralihan dan relaksasi.
g. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan.
h. Memberikan solusi untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi
perasaan
i. Mengembangkan kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain di rumah
sakit.
j. Mencapai tujuan terapeutik.

2. Kecemasan
a. Pengertian
Cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Kecemasan 16 berbeda dengan ketakutan , ketakutan melibatkan pendekatan
intelektual untuk mempersiapkan stimulus yang mengancam, sedangkan
kecemasan membutuhkan respon emosi (Herdman H. T 2014). Cemas pada anak
usia prasekolah sering disebabkan oleh perpisahan dengan orangtua, rasa takut
dengan nyeri, cidera tubuh, serta kehilangan aktivitasnya ( Purwandari, 2011).
b. Tanda-tanda kecemasan
Menurut Utami, Yunani, & Livana (2017) tanda dan gejala
kecemasan pada anak yaitu:
a. Sakit kepala
b. Sulit bernafas
c. Takut jauh dari orangtua
d. Takut teradap orang asing
e. Sakit perut
f. Gelisah
g. Jantung berdebar
h. Gemetar
i. Mimpi buruk
j. Ketakutan dan berkeringat
c. Respon Kecemasan Pada Anak
Menurut Triana (2012), respon kecemasan yang muncul pada anak yang
mengalami kecemasan antara lain:
a. Respon motorik Menghindar, menangis, meronta, berteriak-teriak, kaku,
pucat, mengghindari kontak mata, memejamkan mata, memaki-maki, bicara
gemetar dan gugup, menggigit kuku dan menghisap jari.
b. Respon fisiologis Denyut nadi meningkat, berkeringat banyak, respirasi
meningkat, tubuh teraba dingin, terjadi kekakuan otot, mualmuntah, sakit
kepala, palpitasi, gangguan bak dan bab.
c. Respon kognitif Berfikir dirinya menjadi cacat, membayangkan tubuhnya
akan cidera, dan merasa tidak berdaya
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Initial : An. M
Umur : 4th
Jenis Kelamin :L
No. RM : C******
Tanggal masuk : 2 Januari 2022
Diagnose Medis : AML
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin :P
Hub.dengan pasien : Ibu

B. KELUHAN UTAMA
Orang tua pasien mengatakan anaknya demam, ada bitnik-bintik merah di seluruh badan
dan sedikit batuk

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Orang tua pasien mengatakan pada tanggal 30 november anaknya panas batuk pilek
kemudian dibawa ke RSUD Batang didiagnosis suspek keganasan (bisitopenia dengan
organomegali), dirawat selama 3 x dengan keluhan yang sama, kemudian pasien selama
dirawat di RSUD Batang mendapatkan transfusi TC 6 kantong, kemudian dari RSUD
Batang dikasih rujukan pada bulan Desember ke RSDK , tanggal 13 desember pasien ke
poli kemudian pemeriksaan lab dan pemeriksaan BMP , kemudian pasien pulang dan
mengambil hasil BMP pada tanggal 23 Desember didapatkan hasil BMP yaitu kesan :
gambaran acute myelomonocyite leukemia , AML M4 dengan myelodysplasia syndrome.
Kemudian pasien pulang dan menunggu kabar untuk kemo kemudian masuk lagi tanggal
2 januari 2022 dan dirawat di ruang Anak lt dasar dan sudah menjalani kemo course 1
hari ke 7A dan untuk perawatan lebih lanjut

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Penyakit yang pernah diderita
Orang tua pasien mengatakan anaknya pernah sakit tipus

2. Pengalaman dirawat dirumah sakit


Orang tua pasien mengatakan anaknya pernah dirawat di RSUD Batang selama 3 x

3. Riwayat operasi/pembedahan
Orang tua pasien mengatkan anaknya tidak pernah riwayat operasi dan pembedahan
4. Riwayat kehamilan/persalinan ibu yang berhubungan dengan kondisi saat ini
Orang tua pasien mengatakan tidak ada riwayat kehamilan yang berhubungan dengan
kondisi anaknya

5. Riwayat alergi
Orang tua pasien mengatakan anaknya pernah alergi tranfusi darah (prc)

6. Riwayat imunisasi
Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah di imunisasi lengkap

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Orang tua pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai penyakit menular ,
orang tua pasien ibu pasien mempunyai riwayat Hipertensi.

F. VITAL SIGN
- Suhu : 37,5 C
- Rr : 26 kali/menit
- HR : 120 kali/menit
- Berat Badan : 12 kg
- Tinggi/Panjang Badan : 92 cm

G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
1) Bentuk kepala : simetris
2) Warna rambut : hitam
3) Tekstur rambut : halus
4) Bentuk wajah : simetris
2. Mata
1) Penempatan dan kesejajaran : simestris
2) Ukuran pupil : simetris
3) Konjungtiva : anemis
3. Telinga
1) Penempatan dan kesejajaran : simetris
2) Bentuk telinga : simetris
3) Pendengaran : baik
4) Hygiene telinga : bersih
4. Hidung
1) Bentuk hidung : simetris
2) Hygiene hidung : bersih
5. Mulut
1) Membran mukosa : normal
2) Mengunyah : tidak ada masalah
3) Gigi : ada yang ompong
6. Kulit
1) Warna kulit : sawo matang, ada bintik2 merah
2) Tekstur : kasar
3) Membrane mukosa : lembab
4) Crt kurang dari 2 detik
5) Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
7. Ekskremitas atas (tangan)
1) Kesimetrisan : tangan kanan dan tangan kiri simetris
2) Pergerakan : tidak tampak kesulitan dan tidak sakit saat bergerak
3) Panjang tangan : panjang tangan kanan dan tangan kiri sama
4) Terdapat bitnik-bintik merah
8. Eksremitas bawah (kaki)
1) Kesimetrisan : kaki kanan dan kaki kiri simetris
2) Pergerakan : tidak tampak kesulitan dan tidak sakit saat bergerak
3) Panjang kaki : panjang kaki kanan dan kaki kiri sama
4) Terdapat binti-bintik merah
9. Paru-paru
I : Bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris ada bitnik merah, tidak terdapat
alat bantu nafas
P : tidak ada benjolan
P : sonor
A : suara nafas vesikuler
10. Abdomen
I : perut acites, ada bitnik merah , perut acites
A : bising usus ada
P : tidak ada nyeri tekan
P : terdapat bunyi timpani
11. Dada
I : tidak ada benjolan, dada simetris
A : bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. BMP : 13/12/21
Kesan : gambaran acute myelomonocytie – AML M4 dengan myelodysplasia
syndrome

2. Imunofenotyping 13/12/21
Kesan : gambaran leukemia akut myeloid dengan expresi cd7

3. Laborat 16/1/22
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 7.7 gr/dL 10.7-14.7
Hematokrit 23.6 % 32-62
Eritrosit 2,69 pg 3-5.4
Leukosit 1.7 ul 5-14.5
Trombosit 1 ul 150-400
Gambaran darah tepi :

Eritrosit :
sebaran eritrosit tampak longgar anisositosis ringan ( normalistik beberapa mikrositik )
Teombosit :
estimasi jumlah trombosit tampak sangat menurun bentuk dan ukuran normal
Leukosit :
Estimasi jumlah leukosit tampak menurun neutroprnia (+) hipergranulasi (+)
ditemukan AML 4% Dengan ratio inti sitoplasma besar , sitoplasma keunguan,
kromaten longgar ananak intik tidak jelas dengan blast 2%
Kesan : Gambaran keganasan hematologi akut

I. TERAPI
Nama Obat Dosis

Inj. Paracetamol 150mg/4-6 jam

Inj. Dexamethasone 1amp/premed

Inj. Dipenhidramin 1amp/premed

Ceforizine p.o 5ml/24 jam

N-asefulsistein 50mg/8jam

Obat kemoterapi
-Daunorubicin 50 mg/m2 ( I.V)
-Cytarabine Bolus 100 mg stiap 12 jam
(I.V)
-Etoposide 100 mg (I.V)
-Cytarabine 60 mg (I.T)
J. Diagnose
Ansietas b.d hospitalisasi (D.0080)

K. Fokus intervensi
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (Slki) Intervensi (Siki)
Keperawatan
Ansietas b.d setelah dilakukan intervensi selama 3 Teknik distraksi (I.14584)
hospitalisasi x pertemuan diharapakan masalah Observasi:
klien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi pilihan teknik distraksi
- Klien tidak menangis dan tidak yang diinginkan
rewel Terapeutik :
- Klien tenang setiap ada orang lain 1. Gunakan tehnik distraksi misalnya
yang datang ke ruangannya (bermain puzzele)
- Klien tampak ceria Edukasi
- Tanda-tanda vital klien 1. Jelaskan manfaat dan jenis distraksi
bagi pasien ( mis permainan
menggabungkan puzzle )
2. Anjurkan berlatih tehnik distraksi

J. Implementasi
Dx Waktu
(Tanggal Diagnosa
Tindakan Respon
/ Keperawatan
Jam)
Hari.1
1 27/12/20 Ansietas b.d 1. Mengidentifikasi S:
22 hospitalisasi pilihan teknik - Ibu pasien mengatakan anaknya
distraksi yang suka bermain yang ada gambar
nya, ibu pasien mengatakan
diinginkan
11.00 tidak masalah jika ingin
WIB 2. Jelaskan mengajak anaknya bermain
memperkenalkan puzzle jika anaknya mau
diri , BHSP,
menjelaskan manfaat O :
dan jenis distraksi - SpO2 99%
untuk pasien ( mis - Pasien tampak memalingkan
wajahnya saat diajak bicara
permainan
- Ekspresi muka datar
menggabungkan - Menghindar dari perawat
puzzle ) - Kontrak waktu dengan ibu dan
An.M untuk mengajak anak
bermain puzzle di kamar
- Jelaskan manfaat bermain
puzzle untuk anak nya
11.10 1. Memberikan tehnik S:
distraksi (puzzle) -
O:
- An. M tampak masih
mengalihkan wajahnya dan
menunduk , tetapi mau
memegang permainan puzzle
yang dibawakan perawat
- An. M tampak mau diajak
bermain puzzle tetapi tidak
mau melihat wajah perawat,
menunduk saja.
- An. M tidak menyelesaikan
menyusun puzzle karena
mood nya sedang tidak
bagus menyusun puzzle blm
sampai selesai
- Bermain hanya selama 7
menit yang seharusnya 10
menit dan
- kontrak waktu untuk
bermain lagi besok dengan
An.M
- Score 21 ( cemas sedang )

Hari.2

28/12/22 1. Memberikan tehnik S:


distraksi (puzzle) - An. M mengatakan mau
Jam bermain puzzle
17.00 O:
- SpO2 100%
- BHSP
- An.M tampak mood nya
lebih bagus dari hari
sebelumnya
- An.M ada kontak mata
dengan perawat, tampak
K. Evaluasi
Dx Waktu / tgl Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 29/12/2022 Ansietas b.d S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah agak tidak takut
Jam hospitalisasi dan mau menjawab jika ada perawat yang menyapanya.
11.00 O:
Nilai score kecemasan diukur dengan scale (HARS)
sebelum dan sesudah bermain puzzle yaitu 23(ansietas
sedang)
Hari 1 sebelum 23 menjadi 21 (ansietas sedang)
Hari 2 sebelum 21 menjadi 19 (ansietas ringan)
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Data Fokus Pasien

Masalah Keperawatan Data fokus


- DS :
Ibu pasien menyatakaan anak lebih banyak diam, jika
disapa jarang merespon, menangis dan menyembunyikan
wajah pada perawat atau orang lain. Saat akan dilakukan
tindakan dari dokter maupun perawat seperti saat hendak
Ansietas diberikan injeksi, akan di infus dan diambil darahnya
ataupun saat hendak diukur vital sign An.M langsung
ketakutan dan menangis.

- DO:
 Pasien tampak baik, composmentis
 N : 100x/menit
 RR : 26 x/menit
 Suhu : 37.6ºC
 Skor HARS : 23 (Ansietas sedang)

B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d hospitalisasi (D.0080)

C. Evidence based nursing practice yang diterapkan


Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74: Terapi Bermain
Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak
D. Analisa sintesa justifikasi

AML HOSPITALISASI
KEMOTERAPI

MK : CEMAS

PENGAPLIKASIAN
E. Mekanisme Penerapan EBNTERAPI DISTRAKSI
a. kriteria inklusi BERMAIN PUZZLE
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami kecemasan yang sedang
menjalani kemoterapi
b. Alat dan bahan
1. Puzzle
2. Kuesioner HARS
Standar prosedur operasional (SPO)
No Waktu Kegiatan Bermain Kegiatan peserta
1 3 Menit Pelaksanaan :
Fase orientasi
1. Memberikan salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan pada ibu pasien
3. Menjelaskan prosedur pelaksanaan
terapi stoy telling pada ibu pasien
4. Mengontrak waktu
5. Pre test, sebelum terapi dilakukan
terlebih dahulu mengukur tingkat
ansietas pada anak dengan
menggunakan scale HARS
6. Membaca bismillah sebelum dilakukan
tindakan

2 10 menit Fase kerja Klien menyusun


1. Menjaga privasi pasien puzzle, Orangtua
2. Mencuci tangan mendampingi
3. Mempersilahkan pasien untuk memilih anak saat
posisi yang nyaman bermain
4. Memulai dengan mengajak pasien
bermain dan menjalin trust pada pasien
5. Menemani bermain dan menyusun
puzzle dengan pasien
6. Setelah selesai, memberikan reward
pada pasien
3 2 menit Evaluasi dan Penutup Mer pertanyaan ,
1. Menanyakan tentang perasaan anak berekspresia ceria
setelah diberi terapi bermain
puzzle
2. Menilai ekspresi wajah
3. Memberikan salam penutup
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat hasil score ansietas

BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidence Based Nursing


Upaya untuk mengatasi efek dari hospitalisasi pada anak adalah
meminimalkan stressor, untuk meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi anak
membutuhkan perawatan yang sensitif dan kompeten. Salah satunya upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi hospitalisasi adalah dengan terapi bermain, pada
anak usia prasekolah jenis permainan yang sesuai usianya adalah bermain game
sederhana, salah satunya yaitu bermain dengan puzzle.
Metode bermain puzzle ini dipilih sebagai media bermain terapeutik
selama anak usia prasekolah menjalani perawatan di rumah sakit untuk
mengurangi dampak hospitalisasi akibat prosedur keperawatan karena permainan
ini tidak memerlukan energi yang besar dan mudah, sehingga dalam
menyelesaikan sesuatu lambat laun mental anak juga terbiasa untuk bersikap
tenang, sabar dan tekun.
Penelitian Fitriani, et all (2017) terapi bermain puzzle terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3 sampai dengan 6 tahun) di ruang
Hematologi Onkologi yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian menggunakan
wilcoxon sign rank test menunjukkan bahwa terapi bermain puzzle memberikan
pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang
menjalani kemoterapi.

B. Hasil yang dicapai


Setelah diberikan terapi distraksi bermain puzzle di ruang Anal lantai
dasar RSDK sebanyak 2x pertemuan, dan diukur dengan Hamilton Rating Scale
For Anxiety (HARS) didapatkan hasil ada penurunan kecemasan pada pasien. dari
sebelum diberikan terapi distraksi bermain puzzle didapatkan skore 23 (anxiety
sedang) .
Hari pertama pertemuan nilai scale anxiety pre yaitu 23 dan post 21 yang
artinya (anxiety sedang). Hari kedua pertemuan nilai scale anxiety pre yaitu 21
dan post 19 yang artinya (anxiety ringan).
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2017) yaitu
terdapat penurunan kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi sebelum
diberikan terapi bermain puzzle yaitu 20,94 dan sesudah diberikan terapi yaitu
13,38 Ada perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
dengan selisih nilai 7,563.

C. Kelebihan, kekurangan & hambatan


 Kelebihan
Bermain puzzle dapat disarankan sebagai salah satu terapi bermain
untuk menurunkan tingkat kecemasan. Menurut peneliti pada saat dirawat di
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
Dengan demikian, permainan merupakan media komunikasi antar anak
dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah
sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi
nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui
interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya
 Kekurangan & hambatan
Kekurangan dalam pemberian terapi ini yaitu, kurangnya waktu
pemberian terapi pada pertemuan pertama dan kedua, serta hambatan mood
pasien yang tiba-tiba berubah.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil pemberian terapi bermain puzzle yang dilakukan selama 2 x


pertemuan bermain puzzle pada pasien anak dengan kanker efektif untuk
menurunkan kecemasan dari ansietas sedang menjadi ringan, dengan score
sebelum pemberian yaitu 23 menjadi 19 dukur dengan scale HARS.

B. Saran
Terapi bermain puzzle ini bisa menjadikan intervensi keperawatan non
farmakologis untuk menurunkan kecemasan pada anak yang menjalani
hospitalisasi di rumah sakit.
Daftar Pustaka
Kaluas. (2015). Perbedaan terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan anak
usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasidi ruang anak RS.TK.III
R.W.Mongisidi Manado. ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article
/download/7969/7527 skripsi dipublikasikan
Riskesdas. (2013). Ringkasan Kesehatan dasar tahun 2013. Jakarta
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan aplikasi dlam praktik keperawatan
profesional edisi 3. Salemba Medika Jakarta.
Adriana dian. (2011). Tumbuh Kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai