OLEH :
IDA AYU SHRI ADHNYA SHWARI
NIM. 1202106011
2. Klasifikasi
a. leukemia mieloblastik akut
b. leukemia monoblastik akut
c. leukemia mielositik akut
d. leukemia monomieloblastik
e. Promyelocytic
f. Myelomonocytic dan Myelomonocytic with eosinophilia
g. Monoblastic leukemia, Monoblastic without differentiation, Monocytic
with differentiation
h. Eryhtroleukemia
i. Megakaryoblstic leukemia
j. leukemia granulositik akut
(Cecilyl, 2002; WHO 2012).
3. Etiologi
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia),
etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga
karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah
(Brunner & Suddarth,2002):
a. Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML
meningkat pada pasien yang terkena Down Sindrom), herediter
(kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau
kembar satu telur).
b. Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen,
preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).
5. Patofisiologi / Pathway
(Terlampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain
adalah
a. pemeriksaan darah lengkap Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang
umur.
b. pemeriksaan bone marrow, yang merupakan tes diagnostik defenitif ,
Pemeriksaan bone marrow merujuk kepada suatu analisis patologi
terhadap sampel bone marrow yang didapat melalui bone marrow biopsy
atau yang biasa disebut dengan trephine biopsy dan bone marrow
aspiration. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa beberapa
keadaan, seperti leukemia, multiple myeloma, lymphoma, anemia dan
pancytopenia. satu uji diagnostik paling diperhitungkan dalam
menegakkan diagnosis kelainan-kelainan hematologi.
c. Lumbal pungsi, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
d. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
e. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
(Seiter, 2012)
7. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali
(Cecilyl, 2002; WHO 2012).
8. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini memiliki dua fase, yaitu:
a. Terapi Induksi
Dalam fase ini sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang
dibunuh, tetapi untuk tujuan mencegah penyakit kembali kambuh,
perawatan lebih lanjut diperlukan karena induksi remisi biasanya tidak
mnghilangkan semua sel-sel leukemia.
b. Terapi Konsolidasi
Dalam fase ini sel-sel leukemia yang tersisa dihancurkan. Juga disebut
post-remisi, terapi pemeliharaan, atau intensifikasi. Terapi konsolidasi
dianggap penting untuk mengurangi risiko kambuh. Beberapa metode
terapi yang digunakan dalam fase ini, antara lain:
c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker. Salah satu bentuk
terapi biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal. Meskipun antibodi ini
diproduksi dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem
kekebalan tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel
leukemia. Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal
yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML.
d. Kemoterapi
Metode ini merupakan bentuk utama terapi induksi remisi, yang
menggunakan bahan kimia untuk membunuh sel kanker dalam tubuh.
e. Transplantasi stem cell sumsum tulang
Metode ini dapat membantu dalam membangun kembali sel-sel induk
yang sehat dengan mengganti sumsum tulang yang tidak sehat dengan sel
yang bebas dari sel induk leukimia yang akan menumbuhkan sumsum
tulang yang sehat. Metode ini dapat digunakan untuk terapi konsolidasi.
Untuk menghancurkan sumsum tulang dan menghasilkan manfaat pada
penyakit leukemia pasien, maka akan diberi dosis yang sangat tinggi dari
kemoterapi atau terapi radiasi sebelum transplantasi sel induk. Setelah itu,
akan diberikan infus sel induk dari donor yang kompatibel (transplantasi
alogenik). Sel induk sendiri seseorang juga dapat digunakan (transplantasi
autologous), yaitu dengan mengambil dan menyimpan sel-sel sehat induk
mereka untuk transplantasi di masa depan.
f. Terapi obat lain
Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML
disebut promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis
trans retinoic acid (ATRA).
(Detikhealth, 2011 ; Seiter, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan
a. PK Anemia
b. PK Perdarahan
c. Risiko Infeksi Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh sekunder akibat leucopenia, penurunan granulosit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidaknyamanan pada perut, anoreksia, perubahan absorbsi nutrisi ditandai
dengan pasien mengeluh mengalami penurunan berat badan, BB 10%-20%
atau lebih di bawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, adanya
penurunan toleransi untuk aktivitas dan kelemahan otot, penurunan albumin
serum.
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri
3. Intervensi Keperawatan
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol
2. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. (2006). Blood Cells, Immunity, and Blood
Clotting. Textbook of Medical Physiology. 11th. Philadelphia : Elsevier
Saunders, 2006, hal. 429-438.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. St Louis, Missouri: Mosby
Whaleys and Wong. (2000). Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA:
Mosby.
Whaleys and Wong. (2001). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA:
Mosby.