Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID / MYELOGENOUS


LEUKIMIA (AML)

OLEH :
IDA AYU SHRI ADHNYA SHWARI
NIM. 1202106011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Acute Myeloid / Myelogenous Leukimia (AML)

I. Konsep Dasar penyakit


1. Definisi
Akut myloid leukimia (AML) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
disfungsi sumsum tulang yang menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit,
neutrofil dan trombosit. (cecilyl, 2002).
AML adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi
neoplastik dari sel myeloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit,
monosit imatur yang berlebihan) (Whaley, 2000).

2. Klasifikasi
a. leukemia mieloblastik akut
b. leukemia monoblastik akut
c. leukemia mielositik akut
d. leukemia monomieloblastik
e. Promyelocytic
f. Myelomonocytic dan Myelomonocytic with eosinophilia
g. Monoblastic leukemia, Monoblastic without differentiation, Monocytic
with differentiation
h. Eryhtroleukemia
i. Megakaryoblstic leukemia
j. leukemia granulositik akut
(Cecilyl, 2002; WHO 2012).

3. Etiologi
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia),
etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga
karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah
(Brunner & Suddarth,2002):

a. Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML
meningkat pada pasien yang terkena Down Sindrom), herediter
(kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau
kembar satu telur).
b. Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen,
preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).

4. Tanda dan Gejala


a. Hipertrofi ginggiva
b. Kloroma spinal (lesi massa)
c. Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
d. Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)
e. Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia,
petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak
jelas, berat badan menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem
retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus)
f. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan
kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.
g. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem
yang terkena; kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan
belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari
terapi).
(Guyton,2006)

5. Patofisiologi / Pathway
(Terlampir)

6. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain
adalah
a. pemeriksaan darah lengkap Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang
umur.
b. pemeriksaan bone marrow, yang merupakan tes diagnostik defenitif ,
Pemeriksaan bone marrow merujuk kepada suatu analisis patologi
terhadap sampel bone marrow yang didapat melalui bone marrow biopsy
atau yang biasa disebut dengan trephine biopsy dan bone marrow
aspiration. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa beberapa
keadaan, seperti leukemia, multiple myeloma, lymphoma, anemia dan
pancytopenia. satu uji diagnostik paling diperhitungkan dalam
menegakkan diagnosis kelainan-kelainan hematologi.
c. Lumbal pungsi, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
d. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
e. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
(Seiter, 2012)

7. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali
(Cecilyl, 2002; WHO 2012).

8. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini memiliki dua fase, yaitu:
a. Terapi Induksi
Dalam fase ini sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang
dibunuh, tetapi untuk tujuan mencegah penyakit kembali kambuh,
perawatan lebih lanjut diperlukan karena induksi remisi biasanya tidak
mnghilangkan semua sel-sel leukemia.
b. Terapi Konsolidasi
Dalam fase ini sel-sel leukemia yang tersisa dihancurkan. Juga disebut
post-remisi, terapi pemeliharaan, atau intensifikasi. Terapi konsolidasi
dianggap penting untuk mengurangi risiko kambuh. Beberapa metode
terapi yang digunakan dalam fase ini, antara lain:
c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker. Salah satu bentuk
terapi biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal. Meskipun antibodi ini
diproduksi dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem
kekebalan tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel
leukemia. Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal
yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML.
d. Kemoterapi
Metode ini merupakan bentuk utama terapi induksi remisi, yang
menggunakan bahan kimia untuk membunuh sel kanker dalam tubuh.
e. Transplantasi stem cell sumsum tulang
Metode ini dapat membantu dalam membangun kembali sel-sel induk
yang sehat dengan mengganti sumsum tulang yang tidak sehat dengan sel
yang bebas dari sel induk leukimia yang akan menumbuhkan sumsum
tulang yang sehat. Metode ini dapat digunakan untuk terapi konsolidasi.
Untuk menghancurkan sumsum tulang dan menghasilkan manfaat pada
penyakit leukemia pasien, maka akan diberi dosis yang sangat tinggi dari
kemoterapi atau terapi radiasi sebelum transplantasi sel induk. Setelah itu,
akan diberikan infus sel induk dari donor yang kompatibel (transplantasi
alogenik). Sel induk sendiri seseorang juga dapat digunakan (transplantasi
autologous), yaitu dengan mengambil dan menyimpan sel-sel sehat induk
mereka untuk transplantasi di masa depan.
f. Terapi obat lain
Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML
disebut promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis
trans retinoic acid (ATRA).
(Detikhealth, 2011 ; Seiter, 2012)

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, suku bangsa, nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan
orangtua.
b. Keluhan utama
Keluahan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan AML
dapat ditemukan keluahan utama lemas, pucat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien biasanya diawali dengan tanda-tanda: anemia/pucat, tidak nafsu makan
dan perut membesar , ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan
hepatomegali.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Perlu dikaji apakah klien pernah
menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang memungkinkan
berpengaruh pada kesehatan sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dari anggota keluarga ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan klien Perlu ditanyakan silsilah keluarga (genogram).
f. Riwayat pertumbuhan
Apakah ada keterlambatan pertumbuhan atau tidak, sesuai dengan usianya.
g. Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh dan bagaimana hubungan klien dengan anggota
keluarga serta hubungan dengan teman sebayanya.

h. Pengkajian pola fungsi Gordon


- Pola Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Pengetahuan klien tentang penyakitnya saat ini, kebiasaan yang dilakukan
oleh klien untuk menjaga kesehatannya. Kebiasaan buruk yang dimiliki oleh
klien terkait dengan penyakit yang dialami. Tindakan yang dilakukan ketika
klien sakit apakah memanfaatkan fasilitas kesehatan atau bagaimana.
- Pola nutrisi/ metabolic
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolic, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain itu juga ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama di RS. Makanan yang disukai atau adakah riwayat alergi terhadap
salah satu jenis makanan.
- Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan BAB
dan BAK sebelum dan sesudah MRS. Kaji mengenai frekuensi berkemih
maupun BAB setiap harinya, konsistensi, warna, dan baunya.
- Pola aktivitas dan latihan
Tanyakan kepada klien mengenai kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Tanyakan apakah cepat mengalami kelelahan pada saat
melakukan aktivitas. Kegiatan olahraga apa yang biasa dilakukan atau
kegiatan apa yang menyebabkan penyakitnya kambuh.
- Pola tidur dan istirahat
Apakah kondisi mempengaruhi kualitas tidur dan istirahat karena pasien akan
mengalami kesulitan tidur yang disebabkan oleh ketidaknyamanan ataupun
karena lingkungan yang bising atau suasana yang baru.
- Pola hubungan dan peran
Hubungan anak dengan orang tuanya, yang penting dalam mengidentifikasi
kekuatan dan support sistem dalam kehidupan klien. Perawat juga harus
mengkaji tingkat kenyamanan atau ketidaknyamanan dalam menjalankan
fungsi peran yang berpotensi menjadi stress atau konflik

- Pola persepsi dan konsep diri


Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang sebelumnya sehat
tiba-tiba mengalami sakit. Pasien akan berfikir penyakitnya bersifat
membahayakan dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
- Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indra pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga proses
berpikirnya.
- Pola seksual dan reproduksi
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan
kondisi fisik masih lemah. Pada anak-anak bisa dikaji mengenai bagaimana
caranya mengungkapkan kasih sayang kepada orangtuanya. Apakah dengan
memeluk kedua orangtuanya atau yang lain.
- Pola Manajemen Koping Stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami
stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter
yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai
penyakitnya. Tanyakan tindakan apa yang dilakukan ketika klien mempunyai
masalah. Perilaku-perilaku dan kesiapan menerima penyakitnya serta
tindakan terapi yang harus dijalaninya secara rutin dapat meningkatkan
ansietas. Informasi tentang suport sistem keluarga, teman-teman, psikolog
atau pemuka agama dapat memberikan sumber yang terbaik untuk
mengembangkan rencana perawatan.
- Pola keyakinan dan nilai
Nilai-nilai dan kepercayaan individu dipengaruhi oleh kultur dan kebudayaan
yang berperan penting dalam tingkat konflik yang dihadapi klien ketika
dihadapkan dengan penyakit yang dialami. Biasanya sebagai seorang
beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada tuhan dan
menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari tuhan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. PK Anemia
b. PK Perdarahan
c. Risiko Infeksi Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh sekunder akibat leucopenia, penurunan granulosit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidaknyamanan pada perut, anoreksia, perubahan absorbsi nutrisi ditandai
dengan pasien mengeluh mengalami penurunan berat badan, BB 10%-20%
atau lebih di bawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, adanya
penurunan toleransi untuk aktivitas dan kelemahan otot, penurunan albumin
serum.
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri

3. Intervensi Keperawatan
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol
2. Jakarta : EGC.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2008). Nursing Intervention


Clasification (NIC). 5th edition. St Louis, Missouri: Mosby.

Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. (2006). Blood Cells, Immunity, and Blood
Clotting. Textbook of Medical Physiology. 11th. Philadelphia : Elsevier
Saunders, 2006, hal. 429-438.

Detikhealth. (2011). Acute Myelogenous Leukemia, Salah Satu Jenis Kanker


Darah. Access at,
http://health.detik.com/read/2011/09/28/091352/1731990/770/acute-
myelogenous-leukemia-salah-satu-jenis-kanker-darah. Diakses 27
Agustus 2016

Morhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. St Louis, Missouri: Mosby

NANDA. (2015). Diagnose Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


Edisi 10. Jakarta : EGC

Seiter, Karen. (2012). Medscape Reference ; Drugs, Diseases & Procedures :


Acute Lymphoblastic Leukemia; Acute Myelogenous Leukemia. [Online]
2012. [Dikutip: 27 Agustus 2016.]
emedicine.medscape.com/article/207631- overview.

Whaleys and Wong. (2000). Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA:
Mosby.

Whaleys and Wong. (2001). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA:
Mosby.

Anda mungkin juga menyukai