PADA AN. G
DENGAN DIAGNOSA AML (ACUTE MYELOID LEUKIMIA) RELAPS + FEBRIL
NEUTROPENIA
DI RUANG PUDAK RSUP PROF I.G.N.G NGOERAH
TANGGAL 25 – 27 JULI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan pada anak menjadi salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan di Indonesia. Salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian pada
anak adalah leukemia. Leukemia atau yang lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan
keganasan yang menyerang jaringan pembentuk darah atau yang dikenal sebagai sumsum
tulang (Keene, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) leukemia dapat
menyerang semua jenis usia dengan insidensi yang paling sering terjadi adalah pada anak
(WHO, 2015). Menurut American Cancer Society dari semua jenis kanker pada anak-
anak, leukemia merupakan jenis kanker yang terjadi sekitar 29 % pada anak-anak yang
berusia 0-14 tahun (ACS, 2018). Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia
(SriKanDI) tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa leukemia merupakan kanker tertinggi
yang terjadi pada anak di Indonesia yaitu sebesar 2,8 per 100.000 kasus (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)
Berdasarkan data Global Cancer Observatory tahun 2018 dari WHO, setiap
tahunnya terdapat sekitar 300 ribu anak yang didiagnosis menderita kanker di seluruh
dunia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI di Indonesia terdapat sekitar 11.000
kasus kanker anak setiap tahunnya (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Jumlah kasus baru
kanker di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lainnya di Asia
Tenggara, seperti Thailand (170.495), Vietnam (164.471), dan Filipina (141.021).
Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker di Indonesia
sebanyak 1,8 per mil, kejadian ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013
sebesar 1,4 per mil. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker di
provinsi Bali sebanyak 2,3 per mil, kejadian ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas
tahun 2013 sebesar 2,0 per mil. Berdasarkan data catatan medis di Instalasi Rawat inap
anak RSUP Sanglah Denpasar sendiri kasus leukimia dalam tiga tahun berturut – turut
adalah sebanyak 356 kasus ( Tahun 2018) ,502 kasus (tahun 2019) dan sebanyak 438
kasus pada tahun 2020.
Leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang dapat merusak darah dan
juga sumsum tulang, dimana sel-sel darah dibuat secara abnormal yang dapat terjadi
akibat adanya pertumbuhan yang bersifat irreversible dari sel induk dari darah (American
Cancer Society, 2018).). Adapun manifestasi dari leukemia adalah perdarahan.
Perdarahan yang sering muncul pada 40 -70% penderita leukemia antara lain petekie,
purpura atau ekimosis, selain itu, gejala klinis lainnya dapat berupa berupa lemas, gusi
mudah berdarah, sakit kepala ataupun memar-memar pada tubuh.
Pada tahun 60-an overall survival di negara maju kurang dari 10%. Namun
demikian, pengobatan LMA mengalami kemajuan dari waktu ke waktu yang berdampak
pada membaiknya prognosis LMA, baik pada anak maupun dewasa yang meningkat pada
dekade terakhir. Di negara maju, angka harapan hidup LMA mencapai 65%.8, 9
Keberhasilan tersebut bukan hanya karena pemberian kemoterapi saja, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh membaiknya supportive care dan klasifikasi LMA yang didasarkan pada
pemeriksaan sitogenetik dan respon awal terhadap pengobatan. Respon awal ini diukur
dengan respon sumsum tulang setelah pemberian kemoterapi tahap awal dan atau dengan
mengukur minimal residual disease (MRD) yang bisa dilakukan dengan teknik
polymerase chain reaction (PCR) maupun flow cytometer.
Penanganan pada penderita leukemia harus diberikan secepatnya agar penyakit tidak
memburuk ataupun berkembang dengan cepat dan untuk mencegah komplikasi-
komplikasi lain akibat penyakit tersebut. Komplikasi yang dapat disebabkan oleh
leukemia yang tidak tertangani dapat berupa gagal sumsum tulang, infeksi, koagulasi
intravaskuler Diseminata (KID/DIC), splenomegali dan hepatomegali yang mana semua
itu bisa berakibat fatal dan mengancam jiwa penderitanya.
Penatalaksanaan leukemia meliputi kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum
tulang dan steroid. Masing-masing terapi memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap
kesehatan dan perkembangan pasien selanjutnya, oleh karena itu dampak setiap terapi
harus dikenali untuk memungkingkan akses. informasi pengobatan (Whitaker & Green,
2014). Terapi yang dinilai sangat efektif untuk leukemia adalah kemoterapi. Kemoterapi
dinilai efektif dalam pengobatan kanker, menjaga dan menahan penyebaran sel kanker,
memperlambat pertumbuhan sel kanker, membunuh sel kanker yang menyebar ke bagian
tubuh lainnya dan mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (ACS, 2018).
Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka kesembuhan pada
penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik maupun psikologis pada anak. Pada
penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo (2018) gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi
ialah mual, muntah mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi,
penurunan berat badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis.
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Bali
dan Nusa Tenggara. Sebagai rumah sakit rujukan tentunya dari berbagai daerah di Bali
dan Nusa Tenggara dengan berbagai jenis pasien yang datang untuk pengobatan. Rata-
rata pasien rujukan yang datang dengan kondisi yang kompleks dan stadium kanker yang
sudah lanjut. Berbagai masalah yang dikeluhkan pasien hendaknya dapat diberikan
asuhan keperawatan yang baik. Pada pasien anak, perawat perlu bekerjasama dengan
orang tua untuk memberikan terapi yang tepat bagi pasien. Berdasarkan uraian diatas,
penulis Menyusun studi kasus asuhan keperawatan pada pasien Acute Myeloid Leukemia
(AML) dengan modalitas kemoterapi di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengkaji individu secara mendalam yang
dihubungkan dengan penyakitnya melalui proses asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas
kemoterapi di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.
Hasil analisa praktik Training of Trainer Keperawatan Kanker Dasar ini dapat
memberikan manfaat terhadap pelayanan keperawatan dengan memberikan
gambaran dan menjadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi,
meningkatkan pengetahuan dan motivasi perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan dan menerapkan intervensi yang berbasis pembuktian ilmiah serta
meningkatkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang komprehensif.
2.1.1 Definisi
Acute Myeloid Leukemia (AML) adalah kelompok neoplasma dari
sumsum tulang yang menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan
trombosit yang dapat terjadi pada semua umur, namun frekuensinya semakin
meningkat dengan bertambahnya umur seseorang. Acute Myeloid Leukemia
merupakan suatu bentuk kelainan sel hematopoetik yang dikarakteristikkan
dengan adanya proliferasi berlebihan dari sel myeloid yang dikenal dengan
myeloblas (Rogers, 2010).
2.2.1. Epidemiologi
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada
dewasa seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak
(Rogers, 2010). Kejadian AML diperkirakan terjadi pada dua sampai tiga
orang dari 100.000 penduduk, dengan presentase penduduk usia dewasa
adalah 85% dan anak-anak adalah 15%. AML lebih sering ditemukan pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan (American Cancer Society, 2016).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun
ditemukan 650 kasus anak dengan leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di
antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML.Data
kejadian AML di Indonesia masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens
AML di Jogjakarta yaitu terdapat delapan orang dari satu juta populasi
(Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).
2.2.2. Patofisiologi
Patogenesis utama AML adalah adanya gangguan pematangan yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda
(blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi
Blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan terjadinya gangguan
hematopoesis normal yang akhirnya akan mengakibatkan sindrom kegagalan
sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya
sitopenia (anemia, leukopeni, trombositopeni). Adanya anemia akan
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan sesak
nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan,
serta adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi.
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga dapat bermigrasi keluar sumsum
tulang atau berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan
lunak dan sistem saraf pusat dan merusak organ-organ tersebut (American
Cancer Society, 2016).
Gejala AML biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi 3 tipe (Davis, Viera, & Mead, 2014).yaitu:
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolik seperti
hiperkalsemia (sangat jarang) (Davis, Viera, & Mead, 2014).
c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel
blast di kulit, gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan
menyebabkan leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan
tanpa rasa sakit. Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan
nodul di bawah kulit (kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan
menimbulkan nyeri tulang yang spontan atau dengan stimulasi ringan. Infiltrasi
sel-sel blast ke dalam gusi akan menyebabkan pembekakan pada gusi. Selain
itu dapat terjadi hepatomegali dan splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di
hati dan limpa.Meskipun jarang, pada AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel-
sel blast ke daerah meningen (Davis, Viera, & Mead, 2014).
2.2.4. Prognosis
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup lama
(30-40 % angka kesembuhan keseluruhan), namun jika tidak diobati, AML dapat
berdampak fatal dalam 3-6 bulan. Prognosis juga semakin buruk seiring dengan
pertambahan usia, serta apabila terdapat kelainan sel leukemia secara genetic (Price
and Wilson, 2006).
b. Terapi postremisi
Terapi postremisi bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan.Terdapat 2
pilihan terapi postremisi, yaitu transplantasi sumsum tulang (autolog atau
alogenik) dan kemoterapi. Transplantasi yang bersifat autolog dilakukan
dengan cara mengambil sel sumsum tulang sebelum pasien mendapatkan terapi
induksi untuk kemudian diinfusikan kembali ke paien, sedangkan transplantasi
yang bersifat alogenik dilakukan dengan mengambil sel sumsum tulang dari
donor yang memiliki kecocokan HLA atau dari saudara kandung (Newton,
Hickey, & Marrs, 2009). Selain terapi standar untuk mengatasi AML, terdapat
beberapa penanganan terhadap tanda gejala yang muncul atau tindakan
resusitasi untuk memperbaiki kondisi umum pasien yaitu dengan pemberian
antibiotic dosis tinggi untuk mengatasi infeksi, serta pemberian transfusi darah
dengan PCR (Packed red cell) atau darah lengkap untuk mengatasi anemi dan
transfusi konsetrat trombosit untuk mengatasi trombositopenia yang terjadi
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker.Salah satu bentuk terapi
biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal.Meskipun antibodi ini diproduksi
dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem kekebalan
tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel
leukemia.Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal
yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML (Newton, Hickey, & Marrs,
2009).
Komponen:
Komponen:
Komponen :
Komponen:
Komponen:
Komponen:
Komponen:
Komponen:
Komponen:
Komponen:
a. Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir
b. Dalam menghadapi masalah apa yangdilakukan? efektif?
c. Apakah ada orang lain tempat berbagi? apakah orang tersebut ada sampai
sekarang?
d. Apakah anda selalu santai / tegang setiap saat
e. Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai –Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup. Komponen:
Tanda-TandaVital
Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
Pemeriksaan fisik Head ToToe
Nyeri tekan: Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak
ada nyeri tekan.
2). Pemeriksaan Mata
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
4). PemeriksaanMulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),
perdarahan gusi. Pada penderita leukemia,biasanya ditemukan bibir pucat,
sudut – sudut bibir pecah – pecah.
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasanya
terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
daerah abdomen
Intervensi Pendukung
Transfusi Darah (I.02089)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan
setelah transfusi
3. Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
4. Lakukan double check pada label darah
5. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan
2) Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
agen pencedera fisiologis (mis: keperawatan selama …x… jam
inflamasi, iskemia, neoplasma) 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
diharapkan :
(D.0077). Tindakan
Luaran Utama : Tingkat nyeri
Observasi
(L.08066) menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Gelisah cukup menurun 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Kesulitan tidur menurun Terapeautik
- Frekuensi nadi membaik 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Pola napas membaik rasa nyeri (mis : terapi music, aromaterapi, tehnik
- Pola tidur cukup membaik imajinasi terbimbing, terapi ermain)
Luaran Tambahan : Kontrol
Nyeri(L.08063) meningkat 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Kriteria Hasil :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol 2. Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
meningkat 3. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Dukungan orang terdekat rasa nyeri
meningkat Kolaborasi
- Keluhan nyeri (penggunaan
analgetik) menurun 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
dengan penyakit (mis: infeksi, keperawatan selama …x… jam
kanker)(D.0130) 1. Manajemen hipertermia ( I.15506)
diharapkan :
Observasi
Luaran Utama : Termoregulasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
(L.14134) membaik terpapar lingkungan panas)
Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Pucat menurun Terapeautik
- Takikardia menurun
- Takipnea menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Suhu tubuh membaik 2. Berikan cairan oral
- Pengisian kapiler membaik 3. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Tekanan darah membaik 4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
A. PENGKAJIAN
I. Identifikasi Pasien
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Kesehatan Saat Ini
pasien datang
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
saat usia 3 bulan pasien menderita kuning seluruh tubuh RS Gianyar lalu
dilakukan pemeriksaan darah diketahui HGB 7 gr/DL. Lalu dilakukan
transfuse trombosit dan PRC kondisi membaik.
Saat agustus 2022 kulit anak tampak lebam- lebam di seluruh kulit, bercak
merah di bagian leher, dilakukan pemeriksaan darah diketahui PLT turun, dan
dila
V. Riwayat Pertumbuhan
VI. Tingkat Perkembangan
VII. Riwayat Sosial
a. Sosial ekonomi
b. Lingkungan rumah
c. Penyakit keluarga
VIII. Riwayat Keluarga
IX. Pengkajian Simptom (Edmontom Symptom Assessment Scale = ESAS)
X. Pola Kesehatan
XI. Pemeriksaan Fisik
XII. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil BMA pada tanggal 22 Juni 2023 : Relaps AML M-7
Hasil Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Batas normal
23 juli 2023 25 juli 2023
WBC 2,30 3,09 103/µL 6,0 – 14,0
HGB 8,10 7,30 gr/dl 12,0 – 16,0
HCT 24,9 22,10 % 36,0 – 49,0
PLT 47 7 103/µL 140 – 440
Neutrophil 1,13 0,99 103/µL 1,10 – 6,60
B. DIAGNOSA