Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. G
DENGAN DIAGNOSA AML (ACUTE MYELOID LEUKIMIA) RELAPS + FEBRIL
NEUTROPENIA
DI RUANG PUDAK RSUP PROF I.G.N.G NGOERAH
TANGGAL 25 – 27 JULI 2023

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan pada anak menjadi salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan di Indonesia. Salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian pada
anak adalah leukemia. Leukemia atau yang lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan
keganasan yang menyerang jaringan pembentuk darah atau yang dikenal sebagai sumsum
tulang (Keene, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) leukemia dapat
menyerang semua jenis usia dengan insidensi yang paling sering terjadi adalah pada anak
(WHO, 2015). Menurut American Cancer Society dari semua jenis kanker pada anak-
anak, leukemia merupakan jenis kanker yang terjadi sekitar 29 % pada anak-anak yang
berusia 0-14 tahun (ACS, 2018). Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia
(SriKanDI) tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa leukemia merupakan kanker tertinggi
yang terjadi pada anak di Indonesia yaitu sebesar 2,8 per 100.000 kasus (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)
Berdasarkan data Global Cancer Observatory tahun 2018 dari WHO, setiap
tahunnya terdapat sekitar 300 ribu anak yang didiagnosis menderita kanker di seluruh
dunia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI di Indonesia terdapat sekitar 11.000
kasus kanker anak setiap tahunnya (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Jumlah kasus baru
kanker di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lainnya di Asia
Tenggara, seperti Thailand (170.495), Vietnam (164.471), dan Filipina (141.021).
Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker di Indonesia
sebanyak 1,8 per mil, kejadian ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013
sebesar 1,4 per mil. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker di
provinsi Bali sebanyak 2,3 per mil, kejadian ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas
tahun 2013 sebesar 2,0 per mil. Berdasarkan data catatan medis di Instalasi Rawat inap
anak RSUP Sanglah Denpasar sendiri kasus leukimia dalam tiga tahun berturut – turut
adalah sebanyak 356 kasus ( Tahun 2018) ,502 kasus (tahun 2019) dan sebanyak 438
kasus pada tahun 2020.
Leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang dapat merusak darah dan
juga sumsum tulang, dimana sel-sel darah dibuat secara abnormal yang dapat terjadi
akibat adanya pertumbuhan yang bersifat irreversible dari sel induk dari darah (American
Cancer Society, 2018).). Adapun manifestasi dari leukemia adalah perdarahan.
Perdarahan yang sering muncul pada 40 -70% penderita leukemia antara lain petekie,
purpura atau ekimosis, selain itu, gejala klinis lainnya dapat berupa berupa lemas, gusi
mudah berdarah, sakit kepala ataupun memar-memar pada tubuh.

Pada tahun 60-an overall survival di negara maju kurang dari 10%. Namun
demikian, pengobatan LMA mengalami kemajuan dari waktu ke waktu yang berdampak
pada membaiknya prognosis LMA, baik pada anak maupun dewasa yang meningkat pada
dekade terakhir. Di negara maju, angka harapan hidup LMA mencapai 65%.8, 9
Keberhasilan tersebut bukan hanya karena pemberian kemoterapi saja, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh membaiknya supportive care dan klasifikasi LMA yang didasarkan pada
pemeriksaan sitogenetik dan respon awal terhadap pengobatan. Respon awal ini diukur
dengan respon sumsum tulang setelah pemberian kemoterapi tahap awal dan atau dengan
mengukur minimal residual disease (MRD) yang bisa dilakukan dengan teknik
polymerase chain reaction (PCR) maupun flow cytometer.

Penanganan pada penderita leukemia harus diberikan secepatnya agar penyakit tidak
memburuk ataupun berkembang dengan cepat dan untuk mencegah komplikasi-
komplikasi lain akibat penyakit tersebut. Komplikasi yang dapat disebabkan oleh
leukemia yang tidak tertangani dapat berupa gagal sumsum tulang, infeksi, koagulasi
intravaskuler Diseminata (KID/DIC), splenomegali dan hepatomegali yang mana semua
itu bisa berakibat fatal dan mengancam jiwa penderitanya.
Penatalaksanaan leukemia meliputi kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum
tulang dan steroid. Masing-masing terapi memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap
kesehatan dan perkembangan pasien selanjutnya, oleh karena itu dampak setiap terapi
harus dikenali untuk memungkingkan akses. informasi pengobatan (Whitaker & Green,
2014). Terapi yang dinilai sangat efektif untuk leukemia adalah kemoterapi. Kemoterapi
dinilai efektif dalam pengobatan kanker, menjaga dan menahan penyebaran sel kanker,
memperlambat pertumbuhan sel kanker, membunuh sel kanker yang menyebar ke bagian
tubuh lainnya dan mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (ACS, 2018).
Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka kesembuhan pada
penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik maupun psikologis pada anak. Pada
penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo (2018) gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi
ialah mual, muntah mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi,
penurunan berat badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis.
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Bali
dan Nusa Tenggara. Sebagai rumah sakit rujukan tentunya dari berbagai daerah di Bali
dan Nusa Tenggara dengan berbagai jenis pasien yang datang untuk pengobatan. Rata-
rata pasien rujukan yang datang dengan kondisi yang kompleks dan stadium kanker yang
sudah lanjut. Berbagai masalah yang dikeluhkan pasien hendaknya dapat diberikan
asuhan keperawatan yang baik. Pada pasien anak, perawat perlu bekerjasama dengan
orang tua untuk memberikan terapi yang tepat bagi pasien. Berdasarkan uraian diatas,
penulis Menyusun studi kasus asuhan keperawatan pada pasien Acute Myeloid Leukemia
(AML) dengan modalitas kemoterapi di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengkaji individu secara mendalam yang
dihubungkan dengan penyakitnya melalui proses asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas
kemoterapi di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis Acute Myeloid
Leukemia (AML)
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diagnosa medis Acute
Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi
3) Memberikan intervensi keperawatan pada pasien diagnosa medis Acute
Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi
4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien diagnosa medis Acute
Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diagnosa medis Acute Myeloid
Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi
1.3 Manfaat
Penulisan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pelaksanaan
pelayanan keperawatan dan pengembangan ilmu keperawatan :
1.3.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil analisa praktik Training of Trainer Keperawatan Kanker Dasar ini dapat
memberikan manfaat terhadap pelayanan keperawatan dengan memberikan
gambaran dan menjadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas kemoterapi,
meningkatkan pengetahuan dan motivasi perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan dan menerapkan intervensi yang berbasis pembuktian ilmiah serta
meningkatkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang komprehensif.

1.3.2 Pengembangan Ilmu Keperawatan


Hasil praktik Training of Trainer Keperawatan Kanker Dasar dapat memberikan
banyak manfaat dengan menjadikan salah satu bentuk memperkuat dukungan teori
keperawatan, memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan, menambah wawasan
dan pengetahuan bagi perawat klinik keperawatan kanker dasar yang menjalankan
praktik di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan modalitas
kemoterapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep AML (Acute Myeloid Leukemia)

2.1.1 Definisi
Acute Myeloid Leukemia (AML) adalah kelompok neoplasma dari
sumsum tulang yang menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan
trombosit yang dapat terjadi pada semua umur, namun frekuensinya semakin
meningkat dengan bertambahnya umur seseorang. Acute Myeloid Leukemia
merupakan suatu bentuk kelainan sel hematopoetik yang dikarakteristikkan
dengan adanya proliferasi berlebihan dari sel myeloid yang dikenal dengan
myeloblas (Rogers, 2010).

Acute Myeloid Leukemia atau AML dapat disebut dengan beberapa


nama diantaranya adalah leukemia mielositik akut, leukemia myelogenous
akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia non-limfositik akut. Menurut
American Cancer Society, istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat
berkembang cepat jika tidak diterapi dan berakibat fatal dalam beberapa bulan,
sedangkan istilah mieloid merujuk pada tipe sel asal, yaitu sel-sel mieloid
imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit)
(American Cancer Society, 2016).

AML merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi


neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid,
meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya
(Suryani dkk, 2014).

2.2.1. Epidemiologi
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada
dewasa seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak
(Rogers, 2010). Kejadian AML diperkirakan terjadi pada dua sampai tiga
orang dari 100.000 penduduk, dengan presentase penduduk usia dewasa
adalah 85% dan anak-anak adalah 15%. AML lebih sering ditemukan pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan (American Cancer Society, 2016).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun
ditemukan 650 kasus anak dengan leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di
antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML.Data
kejadian AML di Indonesia masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens
AML di Jogjakarta yaitu terdapat delapan orang dari satu juta populasi
(Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).

2.2.2. Patofisiologi
Patogenesis utama AML adalah adanya gangguan pematangan yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda
(blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi
Blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan terjadinya gangguan
hematopoesis normal yang akhirnya akan mengakibatkan sindrom kegagalan
sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya
sitopenia (anemia, leukopeni, trombositopeni). Adanya anemia akan
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan sesak
nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan,
serta adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi.
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga dapat bermigrasi keluar sumsum
tulang atau berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan
lunak dan sistem saraf pusat dan merusak organ-organ tersebut (American
Cancer Society, 2016).

Pada hematopoiesis normal, myeloblast merupakan sel myeloid yang belum


matang yang normal dan secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah putih
dewasa. Namun, pada AML myeloblast mengalami perubahan genetik atau
mutasi sel yang mencegah adanya diferensiasi sel dan mempertahankan
keadaan sel yang imatur, selain itu mutasi sel juga menyebabkan terjadinya
pertumbuhan tidak terkendali sehingga terjadi peningkatan jumlah sel blast
(Suryani dkk, 2014).
2.2.3. Manifestasi Klinis
Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah putih/ mm3) terjadi pada AML dan
dapat menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan okuler
dan serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun hal ini
jarang terjadi. Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML, sedangkan 15%
pasien mempunyai angka leukosit yang normal dan sekitar 35% pasien mengalami
netropenia. Meskipun demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang signifikan di
darah tepi akan ditemukan pada 85% kasus AML. Oleh karena itu sangat penting
untuk memeriksa rincian jenis sel-sel leukosit di darah tepi sebagai pemeriksaan
awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis pada orang yang diduga menderita
AML (Handayani & Haribowo, 2008).

Gejala AML biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi 3 tipe (Davis, Viera, & Mead, 2014).yaitu:

a. Gejala kegagalan sumsum tulang


Gejala kegagalan sumsum merupakan keluhan umum yang paling sering.
Leukemia menekan fungsi sumsum tulang sehingga menyebabkan kombinasi
dari anemia, leukopenia dan trombositopenia. Gejala yang khas adalah lelah
dan sesak nafas (akibat anemia), infeksi bakteri (akibat leukopenia) dan
perdarahan (akibat trombositopenia atau terkadang akibat koagulasi
intravaskuler diseminata/DIC). Pada pemeriksaan fisik juga sering ditemukan
kulit pucat, memar dan perdarahan serta demam sebagai tanda
infeksi.Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia yang
sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan gusi
dan retina (Davis, Viera, & Mead, 2014).

b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolik seperti
hiperkalsemia (sangat jarang) (Davis, Viera, & Mead, 2014).

c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel
blast di kulit, gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan
menyebabkan leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan
tanpa rasa sakit. Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan
nodul di bawah kulit (kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan
menimbulkan nyeri tulang yang spontan atau dengan stimulasi ringan. Infiltrasi
sel-sel blast ke dalam gusi akan menyebabkan pembekakan pada gusi. Selain
itu dapat terjadi hepatomegali dan splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di
hati dan limpa.Meskipun jarang, pada AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel-
sel blast ke daerah meningen (Davis, Viera, & Mead, 2014).

2.2.4. Prognosis
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup lama
(30-40 % angka kesembuhan keseluruhan), namun jika tidak diobati, AML dapat
berdampak fatal dalam 3-6 bulan. Prognosis juga semakin buruk seiring dengan
pertambahan usia, serta apabila terdapat kelainan sel leukemia secara genetic (Price
and Wilson, 2006).

2.2.5. Pemeriksaaan Penunjang


a. Pemeriksaan darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui perubahan pada
jumlah dari masing-masing komponen darah yang ada. Dari pemeriksaan ini
akan didapatkan gambaran adanya anemia, trombositopenia, leukopenia,
leukositosis ataupun kadar leukosit yang normal(Dohner, Estey, Amadori,
Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
b. Morfologi, Biopsi aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan
rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa
dengan pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil
yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari sumsum tulang dan
200 sel darah putih dari perifer. Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20%
diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21),
inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis terlepas dari persentase blast (Dohner,
Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
c. Immunophenotyping, Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering
untuk menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria
yang digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk
sebagian besar penanda) (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner,
Burnett, et al., 2010).
d. Sitogenetika, Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML
dewasa (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti
translokasi, inversi, delesi, adisi (American Cancer Society, 2016).
e. Sitogenetika moleculer, Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in
situ hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika
gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari
kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan
EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum,
Buchner, Burnett, et al., 2010).
f. Pemeriksaan imaging, Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer
Society, 2016).
2.2.6. Penatalaksanaan
AML dilakukan dalam 2 fase, yaitu fase induksi, yang bertujuan untuk mencapai
remisi, dan fase paska remisi untuk mempertahankan remisi.

a. Terapi induksi remisi


Remisi dicapai ketika dalam sumsum tulang ataupun darah tepi ditemukan
kurang dari 5% sel blast.Terapi induksi remisi menggunakan kombinasi dari
anthracycline (seperti idarubicin, daunorubicin) dan cytaribine. Golongan
anthracycline biasanya diberikan 40-60 mg/m2 secara rutin selama 3 hari
sedangkan cytaribine diberikan 100-200 mg/m2 secara rutin selama 7 hari
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009). Penggunaan kombinasi golongan
anthracycline dan cytaribine secara rutin menghasilkan persentase CR
(complete remission) 70-80% pada usia ≤60 tahun dan 50% pada usia lebih tua
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

b. Terapi postremisi
Terapi postremisi bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan.Terdapat 2
pilihan terapi postremisi, yaitu transplantasi sumsum tulang (autolog atau
alogenik) dan kemoterapi. Transplantasi yang bersifat autolog dilakukan
dengan cara mengambil sel sumsum tulang sebelum pasien mendapatkan terapi
induksi untuk kemudian diinfusikan kembali ke paien, sedangkan transplantasi
yang bersifat alogenik dilakukan dengan mengambil sel sumsum tulang dari
donor yang memiliki kecocokan HLA atau dari saudara kandung (Newton,
Hickey, & Marrs, 2009). Selain terapi standar untuk mengatasi AML, terdapat
beberapa penanganan terhadap tanda gejala yang muncul atau tindakan
resusitasi untuk memperbaiki kondisi umum pasien yaitu dengan pemberian
antibiotic dosis tinggi untuk mengatasi infeksi, serta pemberian transfusi darah
dengan PCR (Packed red cell) atau darah lengkap untuk mengatasi anemi dan
transfusi konsetrat trombosit untuk mengatasi trombositopenia yang terjadi
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker.Salah satu bentuk terapi
biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal.Meskipun antibodi ini diproduksi
dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem kekebalan
tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel
leukemia.Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal
yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML (Newton, Hickey, & Marrs,
2009).

d. Transplantasi stem cell sumsum tulang


Metode ini dapat membantu dalam membangun kembali sel-sel induk yang
sehat dengan mengganti sumsum tulang yang tidak sehat dengan sel yang bebas
dari sel induk leukimia yang akan menumbuhkan sumsum tulang yang sehat.
Metode ini dapat digunakan untuk terapi konsolidasi. Untuk menghancurkan
sumsum tulang dan menghasilkan manfaat pada penyakit leukemia pasien,
maka akan diberi dosis yang sangat tinggi dari kemoterapi atau terapi radiasi
sebelum transplantasi sel induk. Setelah itu, akan diberikan infus sel induk dari
donor yang kompatibel (transplantasi alogenik). Sel induk sendiri seseorang
juga dapat digunakan (transplantasi autologous), yaitu dengan mengambil dan
menyimpan sel-sel sehat induk mereka untuk transplantasi di masa depan
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

e. Terapi obat lain


Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML disebut
promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis trans retinoic
acid (ATRA) (Newton, Hickey, & Marrs, 2009)

2.2. Konsep asuhan keperawatan pada AML (Acute Myeloid Leukemia)


2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian secara umum yang dilakukan pada pasien meliputi:

1) Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,


agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, serta diagnosa
medis.
2) Keluhan utama:
3) Biasanya keluhan utama klien adalah adanya tanda-tanda perdarahan pada kulit
seperti petekie, tanda-tanda infeksi seperti demam, menggigil, serta tanda
anemia seperti kelelahan dan pucat.
4) Riwayat penyakit sekarang
5) Biasanya klien tampak lemah dan pucat, mengeluh lelah,dan sesak. Selain itu
disertai juga dengan demam dan menggigil, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan.
6) Riwayat penyakit dahulu
7) Adanya riwayat penyakit dengan gangguan pada kromosom atau pernah
mengalami kemoterapi atau terapi radiasi.
8) Riwayat kesehatan keluarga
9) Adanya keluarga yang pernah menderita leukemia atau penyakit keganasan lain
sebelumnya.
10) Riwayat kehamilan dan kelahiran
11) Riwayat imunisasi
12) Riwayat Tumbuh Kembang

Pola kebutuhan dasar

1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan


Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

Komponen:

a. Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini


b. Alasan kunjungan dan harapan
c. Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang
Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual / muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan
kulit, akanan kesukaan.

Komponen:

a. Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)


b. Tipe dan intake cairan
c. Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
d. Penggunaan obat diet
e. Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
f. Penggunaan suplemen makanan
g. Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
h. Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i. Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j. Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi,
defisit sensori, penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.

Komponen :

a. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin


b. Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu
c. Gambaran pola BAB, karakteritik
d. Penggunaan alat bantu
e. Bau badan, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.

Komponen:

a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga


b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada,
palpitasi, nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL : Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.

Komponen:

a. Berapa lama tidur dimalam hari


b. Jam berapa tidur-Bangun
c. Apakah terasa efektif
d. Adakah kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6) Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.

Komponen:

a. Kemampuan menulis dan membaca


b. Kemampuan berbahasa
c. Kemampuan belajar
d. kesulitan dalam mendengar
e. Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f. Bagaimana visus
g. Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
h. Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin,panas,nyeri
i. Apakah merasa nyeri (Skala dan karaketeristik)
7) Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,harga
diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.

Komponen:

a. Bagaimana menggambarkan diri sendiri


b. Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
c. Apa hal yang paling menjadi pikiran
d. Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya
8) Peran –Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.

Komponen:

a. Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)


b. Apakah mempunyai orang dekat ? Bagaimana kualitas hubungan? Puas?
c. Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan
d. Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e. Bagaimana keadaan keuangan
f. Apakah mempunyai kegiatan sosial?
9) Seksualitas –Reproduksi
Menggambarkan kepuasan / masalah dalam seksualitas-reproduksi.

Komponen:

Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/ menopause


riwayat kehamilan, masalah terkait denganhaid

10) Koping – Toleransi Stres


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung.

Komponen:
a. Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir
b. Dalam menghadapi masalah apa yangdilakukan? efektif?
c. Apakah ada orang lain tempat berbagi? apakah orang tersebut ada sampai
sekarang?
d. Apakah anda selalu santai / tegang setiap saat
e. Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai –Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup. Komponen:

a. Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan


b. Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c. Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d. Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan
Keadaan Umum

Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat


composmentis selama belum terjadi komplikasi.

Tanda-TandaVital

Antropometri

- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
Pemeriksaan fisik Head ToToe

1). Pemeriksaan Kepala


Bentuk : Perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada
penderita leukemia betuk kepala simetris.

Rambut : Perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna,


hygiene.

Nyeri tekan: Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak
ada nyeri tekan.
2). Pemeriksaan Mata
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : Anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan


konjungtiva yang anemis.

Sclera : Ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat


tidak ikterik.

3). Pemeriksaan Hidung


Inspeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip.
Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.

4). PemeriksaanMulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),
perdarahan gusi. Pada penderita leukemia,biasanya ditemukan bibir pucat,
sudut – sudut bibir pecah – pecah.

5). Pemeriksaan Telinga


Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal.

6). Pemeriksaan Leher


Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP,
normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer
tiroid.

7). Pemeriksaan Thorak Jantung:


Inspeksi : Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita
leukemia, iktus terlihat

Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.

Perkusi: Tentukan batas jantung.

Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.

8). Paru – paru:


Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.

Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

Auskultasi : Biasanya bunyi nafas vesikuler.

9). Pemeriksaan abdomen


Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi,
dsb.

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasanya
terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.

Perkusi : Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua

daerah abdomen

10). Pemeriksaan Ekstremitas


Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan
bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang
dan persendian.

Hasil pemeriksaan penunjang

1) Dari hasil pemeriksaan darah akan didapatkan adanya penurunan jumlah


eritrosit sampai dengan ≤7,5 g/dl (anemia berat), penurunan trombosit <100.000
g/ml (trombositopenia) dan penurunan leukosit (leukositopenia).
2) Dari hasil biopsi sumsum tulang belakang akan didapatkan gambaran adanya
peningkatan jumlah sel blast (myeloblas) ≥20%.
3) Dari hasil pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan Suddan
Black B atau myeloperoxidase akan didapatkan hasil yang positif.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016). Diagnosis atau
masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan leukimia antara lain :
1). Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
2). Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis:
inflamasi, iskemia, neoplasma)
3). Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan penyakit ( mis: infeksi, kanker).
4). Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor psikologis (mis : stress,
keengganan untuk makan)
5). Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri
6). Nausea (D.0076) berhubungan dengan efek agen farmakologis (kemoterapi)
7). Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin, imununospresi leukopenia, supresi respon
inflamasi)
8). Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan gangguan koagulasi (misalnya
trombositopenia).
2.2.3. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1) Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
berhubungan dengan penurunan keperawatan selama …x… jam
konsentrasi hemoglobin(D.0009) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
diharapkan :
Tindakan
Luaran Utama : Perfusi Perifer
(L.02011) meningkat Observasi
Kriteria Hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
- Warna kulit pucat meningkat 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
- Nyeri ekstremitas menurun ekstremitas
- Paratesia menurun Terapeautik
- Kelemahan otot menurun
- Akral membaik 1. Lakukan pencegahan infeksi
- Turgor kulit membaik 2. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
di area keterbatasan perfusi
Edukasi
1. anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
2. informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Intervensi Pendukung
Transfusi Darah (I.02089)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan
setelah transfusi
3. Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
4. Lakukan double check pada label darah
5. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan
2) Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
agen pencedera fisiologis (mis: keperawatan selama …x… jam
inflamasi, iskemia, neoplasma) 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
diharapkan :
(D.0077). Tindakan
Luaran Utama : Tingkat nyeri
Observasi
(L.08066) menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Gelisah cukup menurun 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Kesulitan tidur menurun Terapeautik
- Frekuensi nadi membaik 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Pola napas membaik rasa nyeri (mis : terapi music, aromaterapi, tehnik
- Pola tidur cukup membaik imajinasi terbimbing, terapi ermain)
Luaran Tambahan : Kontrol
Nyeri(L.08063) meningkat 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Kriteria Hasil :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol 2. Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
meningkat 3. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Dukungan orang terdekat rasa nyeri
meningkat Kolaborasi
- Keluhan nyeri (penggunaan
analgetik) menurun 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
dengan penyakit (mis: infeksi, keperawatan selama …x… jam
kanker)(D.0130) 1. Manajemen hipertermia ( I.15506)
diharapkan :
Observasi
Luaran Utama : Termoregulasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
(L.14134) membaik terpapar lingkungan panas)
Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Pucat menurun Terapeautik
- Takikardia menurun
- Takipnea menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Suhu tubuh membaik 2. Berikan cairan oral
- Pengisian kapiler membaik 3. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Tekanan darah membaik 4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

4) Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi utama


dengan faktor psikologis (mis : keperawatan selama …x… jam
stress, keengganan untuk makan) diharapkan :
(D.0019) 1. Manajemen nutrisi (I.03119)
Luaran Utama : Defisit nutrisi Tindakan
(L.03030) membaik
Observasi
Kriteria hasil :
1. Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi makanan yang disukai
cukup meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
- Verbalisasi keinginan untuk 4. Monitor berat badan
meningkat nutrisi cukup Terapeautik
meningkat
1. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
- Berat badan membaik
2. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
- Nafsu makan membaik
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Membrane mukosa membaik
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Luaran tambahan : Nafsu makan
Kolaborasi
(L.03024) meningkat
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
- Keinginan makan meningkat
- Asupan cairan meningkat
- Asupan nutrisi meningkat
5) Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama :
berhubungan dengan keperawatan selama …x… jam
nyeri(D.0054) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
diharapkan :
Tindakan
Luaran Utama : Mobilitas fisik
(L.05042) meningkat Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Rentang gerak (ROM) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat Terapeutik
- Nyeri menurun
- Kelemahan fisik menurun 3. Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
6) Nausea (D.0076) berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
dengan efek agen farmakologis keperawatan selama 3x24 jam
(kemoterapi) Manajemen mual (I.03117)
diharapkan :
Tindakan
Luaran Utama : Tingkat
nausea(L.08065) menurun Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor mual
2. Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Nafsu makan meningkat 3. Identifikasi faktor penyebab mual
- Keluhan mual menurun Terapeutik
- Perasaan ingin muntah menurun
4. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
5. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
mual (akupresure pada titik P6)
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
7) Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
ketidakadekuatan pertahan tubuh keperawatan selama 3x24 jam
sekunder (penurunan Pencegahan infeksi (I.14539)
diharapkan :
hemoglobin, imununospresi Tindakan
leukopenia, supresi respon Luaran Utama : Tingkat infeksi
inflamasi)(D.0142) (L.14137) menurun Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
- Kadar sel darah putih membaik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

8) Risiko perdarahan dibuktikan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama


dengan gangguan koagulasi keperawatan selama …x… jam
(misalnya trombositopenia) 1. Pencegahan perdarahan (I.02067)
diharapkan :
(D.0012) Tindakan
Luaran Utama : Tingkat perdarahan
Observasi
(L.02017) menurun
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Kriteria hasil : 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
- Kelembapan membrane mukosa sesudah kehilangan darah
meningkat 3. Monitor koagulasi (mis. Partial Thromboplastin
- Hemoglobin membaik Time(PTT))
- Suhu tubuh membaik Terapeautik
- Hematokrit membaik 4. Pertahankan bed rest selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasive, jika perlu
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
jika perlu
10. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. G
DENGAN DIAGNOSA AML (ACUTE MYELOID LEUKIMIA) RELAPS + FEBRIL
NEUTROPENIA
DI RUANG PUDAK RSUP PROF I.G.N.G NGOERAH
TANGGAL 25 – 27 JULI 2023

A. PENGKAJIAN
I. Identifikasi Pasien
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Kesehatan Saat Ini
pasien datang
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
saat usia 3 bulan pasien menderita kuning seluruh tubuh  RS Gianyar lalu
dilakukan pemeriksaan darah diketahui HGB 7 gr/DL. Lalu dilakukan
transfuse trombosit dan PRC kondisi membaik.
Saat agustus 2022 kulit anak tampak lebam- lebam di seluruh kulit, bercak
merah di bagian leher, dilakukan pemeriksaan darah diketahui PLT turun, dan
dila
V. Riwayat Pertumbuhan
VI. Tingkat Perkembangan
VII. Riwayat Sosial
a. Sosial ekonomi
b. Lingkungan rumah
c. Penyakit keluarga
VIII. Riwayat Keluarga
IX. Pengkajian Simptom (Edmontom Symptom Assessment Scale = ESAS)
X. Pola Kesehatan
XI. Pemeriksaan Fisik
XII. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil BMA pada tanggal 22 Juni 2023 : Relaps AML M-7
Hasil Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Batas normal
23 juli 2023 25 juli 2023
WBC 2,30 3,09 103/µL 6,0 – 14,0
HGB 8,10 7,30 gr/dl 12,0 – 16,0
HCT 24,9 22,10 % 36,0 – 49,0
PLT 47 7 103/µL 140 – 440
Neutrophil 1,13 0,99 103/µL 1,10 – 6,60

XIII. Terapi Yang Diperoleh

B. DIAGNOSA

Anda mungkin juga menyukai