Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anemia dan dispepsi merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di
negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Dilihat
dari kasus anemia diperkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang
prevelensinya 43%. Anak-anak, wanita usia subur merupakan kelompok yang paling beresiko.
Prevelensi terutama di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan
darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang besar terhadap kesejahteraan
sosial dan ekonomi, serta keadaan fisik. Sementara WHO dalam Worldwide Prevalensia of
Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah
1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4 dan 305 juta anak sekolah di
seluruh dunia menderita nemia (WHO, 2013). Sedangkan dari kasus dispepsi diperkirakan
bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologist
merupakan kasus dispepsia. berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-
30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari dari data pustaka negara barat
didapatkan angka prevelensinya berkisar 7-14%, tapi hanya 1020% yang akan mencari
pertolongan medis (Yuriko, 2013)

Di indonesia sendiri masalah anemia dan dispepsi juga merupakan salah satu masalah
utama. Dilihat dari prevalensi anemia secara nasional menurut riset kesehatan dasar (riskesdas,
2007) yaitu sebesar 11, 9% dan sebagian besar yang terkena anemia adalah anak-anak usia 1
tahun sampai 4 tahun merupakan sebesar 27,7%, sementara penderita anemia pada usia 5 tahun
ke atas prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007). Sedangkan prevalensi dispepsi
diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek
gastroenterologist merupakan kasus dispepsia. berdasarkan penelitian pada populasi umum
didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari dari data
pustaka negara barat didapatkan angka prevelensinya berkisar 7-14%, tapi hanya 1020% yang
akan mencari pertolongan medis (Yuriko, 2013)

1
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya menjaga
kesehatan terutama pada penyakit anemia dan dispepsia karena itu prevalensi anemia dan
dispepsi di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi. Dampak anemia dan dispepsi pada
masyarakat adalah meningkatnya angka kesakitan dan bahkan bisa menimbulkan kematian.
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah anemia dan diapepsi dilakukan agar
terpenuhinya kebutuhan cairan dan nutrisi pada klien dengan anemia serta hilangnya sakit, mual
dan muntah pada klien dengan dispepsi. Diharapkan agar perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien anemia dan dispepsi dengan memperhatikan aspek prefentiv,
promotif, kuratif, maupun rehabilitatif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan dan
pemenuhan kebutuhan dasar pada klien dengan anemia dan klien dengan dispepsi, maka dari itu
penulis ingin membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan dengan Pasien Anemia e.c
dispepsia.

1.2 Tujuan Studi Kasus

1.2.1 Tujuan Umum

. Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien


dengan anemia di ruang perawatan IV dengan proses pendekatan keperawatan dengan meliputi
aspek bio, psiko, sosial, spiritual.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Perawat mampu melakukan pengkajian keperawatan penyakit anemia pada Tn. N di
ruang perawat IV RSU Pakuwon.

1.2.2.2 perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan penyakit anemia pada Tn. N di
ruang perawatan IV di RSU Pakuwon.

1.2.2.3 perawat membuat perencanaan keperawatan penyakit anemia pada Tn. N di ruang
perawatan IV RSU Pakuwon.

1.2.2.4 perawat mampu membuat implementasi keperwatan penyakit anemia pada Tn. N di ruang
perawatan IV RSU Pakuwon.

2
1.2.2.5 perawat mampu membuat evaluasi keperawatan penyakit anemia pada Tn. N di ruang
perawatan IV RSU Pakuwon.

1.3 Metoda Telaahan

Makalah ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus melalui pendekatan
proses keperawatan. Adapun pengumpulan data dalam penyusunan karya tulis ini yang
menggunakan:

1.3.1 Wawancara

Dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara perawat kepada pasien beserta
keluarganya serta semua pihak yang terkait dengan anamnesa mengenai masalah-masalah yang
sedang diteliti sehingga mendapatkan data subjektif secara langsung yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi pasien.

1.3.2 Pemeriksaan Fisik

Dengan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien Tn. N dengan pemeriksaan
sistematis secara head to toe dengan teknik infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1.3.3 Observasi
Dilakukan secara langsung pada pasien yang mengalami gangguan anemia pada Tn. N di
ruang perawatan IV RSU Pakuwon..
1.3.3 Studi Dokumentasi
Dilakukan pengumpulan data dengan mencari keterangan keadaan pasien sebelum melakukan
pengkajian oleh penulis dan mencari hasil pemeriksaan penunjang diagnostik yang didapat dari
catatan status pasien di ruang perawatan IV RSU Pakuwon.
1.3.4 Studi Kepustakaan
Menganalisa teori-teori yang berkaitan pada gangguan anemia dan dispepsi di ruang
perawatan IV RSU Pakuwon.

3
1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi masyarakat

Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi sarana untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat di ruang perawatan IV RSU Pakuwon.

1.4.2 Bagi pengembangan Ilmu

Diharapkan dapat menjadi bahan/referensi bagi perpustakaan dan pedoman atau acun
bagi peneliti selanjutnya.

1.4.3 Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam melaksanakan praktek keperawatan yang dapat dipakai


sebagai acuan dalam bekerja.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan makalah ini di bagi menjadi 3 BAB, yaitu


BAB 1 pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan studi kasus, metode telaahan, manfaat
karya tulis ilmiah serta sistematika penulisan. Dalam BAB 1 penulisan menekankan pada
permasalahan awal yang menjadi dasar pembuatan makalah ini.
BAB II Tinjauan Teoritis, memuat teori dan konsep dasar anemia yang meliputi pengertian,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, manifestasi klinis . Pada BAB II ini
menekankan pada konsep secara teoritis tentang gangguan sistem muskuloskeletal akibat fraktur.
BAB III Tinjauan kasus merupakan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn.
N dengan anemia e.c dispepsi meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, dan implementasi.
BAB IV Kesimpulan dan saran, dalam bab ini meliputi kesimpulan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kasus anemia e.c dispepsi dan saran yang sifatnya membangun bagi pasien
dan institusi.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Anemia dan Dispepsia

2.1.1 Pengertian

2.1.1.1 pengertian anemia

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasar, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen darah. ( Doenges, 1999).

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011) Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka
pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2.1.12 pengertian dispepsia

Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali
menyerang individu husia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
5
Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum ditemukan.
Berdasarkan data kunjungan di klinik gastroenterologist di perkirakan hampir 30% kasus yang
dijumpai pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterology merupakan dispepsia
(Bobbi Hemriyantton, 2015).

2.1.2 Anatomi fisiologi

2.1.2.1 Anatomi fisiologi darah

2.1.2.1.1 Anatomi

Bagian-bagian darah menurut Syaifuddin (1997) meliputi : a. Air : 91% b. Protein : 3%


(albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen) c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium
bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi) d. Bahan organik : 0,1% (glukosa,
lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino) Darah terdiri dari 2 bagian yaitu : a.
Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :

a. sel-sel darah

1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2
mikron dan ditengah tebalnya 1mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang
memberinya warna merah.

2) Leukosit (sel darah putih)

6
Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar


(granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.

b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya


adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.

3) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)

b. Plasma darah

Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Cairan yang
tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.

2.1.2.1.2 fisiologi

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup
yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan
oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena
pulmonalis. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine. Komponen darah manusia terdiri dari dua
komponen :

a. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit, dan trombosit.

1) Eritrosit (sel darah merah) Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter
7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi).
Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin.

7
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang merah, dari proeritroblas, kemudian normoblas.
Keduanya masih memiliki inti. Normoblas kehilangan intinya dan masuk peredaran darah
sebagai eritrosit dewasa, Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer
hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. (Tambayong,
2001).

2) Leukosit (sel darah putih) Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000
sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit
penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk
adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia berkurangnya jumlah leukosit sampai
dibawah 6000 sel/cc darah. Leukositosis bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di
atas 9000 sel/cc darah).

3) Trombosit (keping darah) Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang dewasa
sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Didalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku
(hemostasis) antara lain adalah faktor VIII (anti haemophilic factor), jika seseorang secara
genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita
hemofili. Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan yang kasar
akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin). Pada masa embrio sel-
sel darah dibuat di limpa dan hati (extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah
cukup usia , fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.

b. Plasma darah Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen,
cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum
inilah yang berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).

8
2.1.2.2 anatomi fisiologi dispepsia
2.1.2.2.1 anatomi lambung

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah
diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk
seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat
cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter
kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter
esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi
lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia
dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk
kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik
isis usus halus kedalam lambung (Sain, 2008).

2.1.2.2.2fisiologi

Menurut Sain (2008) Fisiologi Lambung :

a. Mencerna makanan secara mekanikal.

9
b. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 –3000 mL gastric juice
(cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid),
pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
c. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi
polipeptida.
d. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan
beberapa obat.
e. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
f. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam
duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang
lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

2.1.3 Etiologi

2.1.3.1 etiologi anemia

 Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


 Perdarahan
 Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
 Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper.

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu

a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asamfolat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darahmerah.

b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawanterkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dandia tidak memiliki cukup
persediaan zat besi.

c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.

10
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus disaluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkananemia.

e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahanlambung (aspirin,


anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi
dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis.

f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan
anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

2.1.3.2 etiologi dispepsia

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik (struktual) dan
fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan disalurancerna
atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan
penyakit yang bersifat fungsionaldapatdipicukarena factor psikologisdan factor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).

11
2.1.4 Patofisiologi

2.1.4.1 patofisiologi anemia

Kurang Penghancur Terhentinya


bahan baku an eritrosit pembuatan
Perdarahan
pembuat sel yang sel darah
masif
darah berlebihan oleh
sumsum
tulang

anemia

anoreksia Resti gangguan Kadar HB


nutrisi kurang dari
kebutuhan
lemas Komparten sel
penghantar
oksigen/zat nutrisi ke
Cepat lelah sel kurang

Gangguan perfusi
Intoleransi jaringan
aktivitas

12
2.1.4.2 patofisiologi dispepsia

13
2.1.5 tanda dan gejala

2.1.5.1 tanda dan gejala anemia

Menurut proverawati & asfuah (2009), tanda-tanda anemia adalah :


a. Lesu, lemah, letih, lunglai.
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan talapak tangan menjadi
pucat.

2.1.5.2 tanda dan gejala dispepsia

Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang, mual, tidak ada
nafsu makan dan perut terasa panas.Rasa penuh, cepat keyang, kembung setalah makan, mual
muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau regurgitas asam
lambung kemulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan
meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama dan sering kambuh
dan disertai dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2017).

2.1.6 manifestasi klinis

2.1.6.1 manifestasi klinis anemia

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita defisiensi yang
berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah, atropi papila lidah
mengakibatkan lidah tampakpucat, licin, mengkilat, merah daging meradang dan sakit (Guyton,
1997).

2.1.6.2manifestasi klinis dispepsia

14
Menurut Sain (2008) faktor manifestasi klinis dispepsia terdiri dari:
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah

4. Nafsu makan berkurang


5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Menurut doenges, (2010) pengkajian merupakan langkah pertama / awal dari proses
keperawatan. Tujuan keperawatan adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus menerus
mengenai kesehatan klien, yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan
keperawatan kepada klien. Manfaat pengkajian adalah membantu mengidentifikasi status
kesehatan klien, pola pertahanan klien, kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan
diagnose keperawatan.

Menurut tucker (1998), pengkajian klien pada dispepsia adalah sebagai berikut :

a. Biodata

1) identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.

2) identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan
pasien, alamat

b. Keluhan utama

Nyeri pada epigastrum disamping atas dan bagian samping dada depan epigastrum, mual,
muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang.

c. Riwayat kesehatan masa lalu


15
Sering nyeri pada daerah epigastrum, adanya stress psikologis, riwayat minun-minuman
alkohol.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit yang sama

e. Pola aktivitas

Pola makan tidak teratur, makan makanan yang merangsang selaput mukosa lambung, berat
badan sebelum dan sesudah sakit.

f. Aspek psikososial

Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman adanya masalah interpersonal yang bisa
menyebabkan stress

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah suatu proses pemeriksaan terhadap tubuh klien yang dimulai
dengan wawancara. Pada saat pemeriksaan fisik digunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dilakukan secara head toe toe. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui
keadaan klien secara objektif.

1. Kulit

a. Inpeksi: tampak pucat

b. Palpasi: turgor kulit baik

2. Rambut

a. Inspeksi: lihat distribusi rambut merata/tidak, bersih/tidak, halus dan kasar.

b. Palpasi: mudah rontok/tidak.

3. Kepala

a. Inpeksi: lihat kesimetrisan, biasanya klien mengeluh sakit kepala

16
b. Palpasi: periksa adanya benjolan/nyeri

4. Mata

a. Inspeksi: konjungtiva biasanya anemis, lihat kedipan baik/tidak

5. Hidung

a. Inspeksi: lihat apakah ada pernafasan cuping hidung, apakah adanya secret atau lesi.

b. Palpasi: adanya nyeri tekan dan benjolan

6. Mulut dan faring

a. Inspeksi: apakah membrane mukosa kering atau tidak, bau atau tidak, kotor atau tidak.

7. Telinga

a. Inspeksi: adanya kotoran atau cairan dan bentuk tulang rawan

b. Palpasi: adanya respon nyeri

8. Kuku

a. Inspeksi: lihat kondisi kuku pucat atau tidak, sianosis atau tidak

b. Palpasi: CRT kurang dari 2 detik

9 thorak

a. Inspeksi: irama, kedalaman, frekuensi pernapasan, kesimetrisan dinding dada saat bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan, cuping hidung, sianosis pada ekstremitas.

b. Palpasi: kesimetrisan dinding dada, taktil fremitus

c. Auskultasi: ronckhi, voial fremitus.

d. Perkusi: resonance, perkusi dada hipersonor.

10. Abdomen

a. Inspeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen

17
b. Palpasi: biasanya pada pasien dispepsia terdapat nyeri tekan pada abdomen.

c. Auskultasi: pada pasien dispelsia Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar
( kurang dari 5x/menit)

d. Perkusi: pekak karena meningkatnya produksi HCT lambung dan perdarahan akibat
perlukaan.

11. Genital

a. Inspeksi: adanya kelainan genital skrotum atau tidak

b. Palpasi: adanya nyeri tekan dan benjolan.

12. Ekstremitas

a. Inspeksi: adanya odem, tanda sianosis dan sulit bergerak.

b. Palpasi: adanya nyeri tekan dan benjolan.

c. Perkusi: periksa reflek patella dengan reflek hummer.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia


(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (a Carpenito,
2000).

Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut Diagnosa
keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi
anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007)

Tujuan Pencatatan Diagnosa Keperawatan

a. Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama dalam
memahami kebutuhan klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.

18
b. Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri,
dengan profesi pelayanan kesehatan yang lain, dan masyarakat.

c. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.

2.2.2.1 diagnosa anemia

Menurut Doengoes (2000. Hal 573) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna

2.2.2.2 diagnosa dispepsia

Menurut Doenges (2001) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

2.2.3 intervensi

2.2.3.1 intervensi anemia

Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun


perencanaan menurut Doengoes (2000. Hal 573) adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel kemungkinan dibuktikan oleh
palpitasi, angina. Kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan ramput rapuh. Ektremitas
dingin, penurunan haluaran urine, mual/muntah dan distensi abdomen.

Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan

19
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

Tabel 2.1

Ketidakefektifan perfusi jaringan

n Intervensi Rasional
o
1 Awasi tanda vital kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menetukan kebutuhan intervensi

2 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru dan


toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi
bila ada hipotensi.

3 Awasi upaya pernapasan ; auskultasi Dispnea, gemericik menununjukkan


bunyi napas perhatikan gangguan jantung karena regangan jantung
bunyi adventisius. lama/peningkatan kompensasi

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan kemungkinan dibuktikan oleh kelemahan dan kelelahan, mengeluh
penurunan toleransi aktivitas, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi takikardia,
peningkatan TD/respon pernapasan dengan kerja ringan.

20
Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) -


menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.

Tabel 2.2

Intoleransi aktivitas

no Intervensi Rasional
1 Kaji kemampuan ADL pasien Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2 Kaji kehilangan atau gangguan Menunjukkan perubahan neurology karena
keseimbangan, gaya jalan dan defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
kelemahan otot. keamanan pasien/risiko cedera.

3 Observasi tanda-tanda vital sebelum Manifestasi kardiopulmonal dari upaya


dan sesudah aktivitas. jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.

4 Berikan lingkungan tenang, batasi


pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah kemungkinan dibuktikan oleh penurunan berat badan/berat badan
dibawah normal untuk usia tinggi dan bangun badan, penurunan lipatan trisep, perubahan pada
gusi dan membran mukosa mulut.

21
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil: Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai


laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Tabel 2.3

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

no Intervensi Rasional
1 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan
yang disukai intervensi.

2 Observasi dan catat masukkan Mengawasi masukkan kalori atau kualitas


makanan pasien. kekurangan konsumsi makanan.

3 Timbang berat badan setiap hari. Mengawasi penurunan berat badan atau
efektivitas intervensi nutrisi
4 Berikan makan sedikit dengan Menurunkan kelemahan, meningkatkan
frekuensi sering dan atau makan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
diantara waktu makan.

2.2.3.2 intervensi dispepsia

1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung Goal : Pasien dapat
mengontrol nyeri selama dalam proses keperawatan Objektif: Nyeri pasien akan berkurang
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2.Frekuensi nyeri berkurang
3.Lamanya nyeri berlangsung
4.Ekspresi wajah saat nyeri
5.Posisi tubuh melindungi

22
Tabel 2.4

Nyeri epigastrum

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
0-10). kemajuan penyembuhan
2 Berikan istirahat dengan posisi Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan
semifowler tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi telentang
3 Anjurkan klien untuk menghindari Mencegah terjadinya perih pada ulu
makanan yang dapat meningkatkan hati/epigastrium
kerja asam lambung
4 Observasi TTV tiap 24 jam Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi
berikutnya
5 Diskusikan dan ajarkan teknik Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
relaksasi
6 Kolaborasi dengan pemberian obat Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah
analgesik kerjasama dengan intervensi
terapi lain

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak


setelah makan, anoreksia.
Goal :
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi selama dalam perawatan
Objektif: Nutrisi pasien akan seimbang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil :
a. Asupan nutrisi meningkat
b. Pasien tidak mengalami hidrasi

23
c. Berat badan mengalami peningkatan
d. Asupan makanan tercukupi.

Tabel 2.5

Nutrisi kurang dari kebutuhan

No Intervensi Rasional
1 Pantau dan dokumentasikan dan Untuk mengidentifikasi
haluaran tiap jam secara adekuat indikasi/perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2 Timbang BB klien Membantu menentukan keseimbangan
cairan yang tepatmeminimalkan anoreksia.

3 . Berikan makanan sedikit tapi sering Mengurangi iritasi gaster


4 Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, Berguna dalam mendefinisikan derajat
timbang berat badan, integritas mukosa masalah dan
mulut, kemampuan menelan, adanya intervensi yang tepat
bising usus, riwayat mual/rnuntah atau
diare.
5 Kaji pola diet yang disukai/ tidak Membantu intervensi kebutuhan yang
disukai spesifik, meningkatkan intake diet klien.

3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


adanya mual, muntah
Goal :
Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan selama dalam perawatan

24
Tabel 2.6

Perubahan keseumbangan cairan

No Intervensi Rasional
1 Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian Indikator keadekuatan volume sirkulasi
kapiler, status membran mukosa, turgor perifer dan hidrasi seluler
kulit
2 Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, Klien tidak mengkomsumsi cairan sama
ukur haluaran urine dengan akurat sekali mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk masukan kalori
yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit
3 Diskusikan strategi untuk menghentikan Membantu klien menerima perasaan bahwa
muntah dan penggunaan laksatif/diuretic akibat muntah dan atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah kehilangan
cairan lanjut
4 Identifikasi rencana untuk Melibatkan klien dalam rencana untuk
meningkatkan/mempertahankan memperbaiki keseimbanganuntuk berhasil
keseimbangan cairan optimal misalnya :
jadwal masukan cairan
5 Berikan/awasi hiperalimentasi IV Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak
seimbangan cairan elektrolik

25
2.2.4 Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang akan memberikan perawatan
kepada pasien dan sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang lain
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016).

2.2.5 Evaluasi keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan tenagamedis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil
yang telah ditetapkan (Ida, 2016).

26
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
.1. Tinjauan kasus
3.1.1 Pengkajian
3.1.1.1 Identitas
3.1.1.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.N
Umur : Sumedang, 10 januari 1955
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani
Statur perkawinan : Kawin
Golongan Darah :B
Tanggal masuk RS : 21-11-2020
Tanggal pengkajian : 23-11-2020
No RM : 20202360
Diagnosa medis : Anemia e.c dispepsia
Alamat : Ds. D 02/01 Kec. G Kab. S
3.1.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Anak kandung
Alamat : Dsn. M 06/01 Ds. C Kec. K Kab. B

3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang


3.1.2.1 Anamnesa (alo anamnesa/auto anamnesa)
3.1.2.1.1 Apakah merasa nyeri: ya tidak
3.1.2.1.2 Keluhan Utama
Pusing

27
3.1.2.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Pada saat dikaji klien mengatakan pusing dan lemas, pusing bertambah apabila
beraktivitas, berkurang apabila beristirahat, pusing dirasakan seperti berputar-putar. Klien
mengatakan pusing disertai nyeri perut dan mual, nyeri bertambah apabila makan, berkurang
apabila beristirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri hanya dibagian perut,
skala nyeri 5 ( 0-10), waktu nyeri tidak menentu.
3.1.2.1.4 Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah di alami Tidak. Riwayat alergi Tidak
Pernah dirawat/dioperasi Tidak. Bulan Tidak. Tahun Tidak
Kebiasaan: rokok kopi. alkohol obat obatan
3.1.2.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keturunan tidak. Penyakit menular Tidak
3.1.3 Pemeriksaan Fisik

3.1.3.1 Keadaan Umum : Composmentis

Tanda-tanda Vital :

Tekanan darah: 130/90

Suhu: 37.8 oc

Respirasi : 42 x/ menit

Nadi : 86 x/menit

3.1.3.2 Pemeriksaan Head to Toe

1) Kepala

Inspeksi : Tidak terdapat lesi , keadaan rambut bersih .

Palpasi : Bentuk kepala bulat , tidak ada benjolan

2) Muka

Inspeksi : Muka tampak simetris

3) Mata

28
inspeksi : Simestris. konjungtiva anemis, sklera berwarna putih , reflek pupil ada +/+

4) Hidung

Inspeksi : Bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab.

5) Telinga

Inspeksi : Letak telinga simestris di kedua sisi , kebersihan telinga bersih.

6) Mulut

Inspeksi : Bibir tampak lembab, mulut bersih

7) Lidah

Inspeksi : Bentuk lidah simetris, lidah bersih.

8) Leher

Palpasi : Tidak terdapat pembesaran thyroid

9) Dada

Inspeksi: Pengembangan dada simetris

Auskultasi: suara nafas ronchi tidak ada.

10) Jantung

Auskultasi: jantung lub dub.

11) Abdomen

Inspeksi : Abdomen tampak datar.

Palpasi : ada nyeri tekan.

Auskultasi : Bising usus ada, bising usus 7x/menit.

12) Punggung

Inspeksi: Bentuk punggung lurus

29
13) Integumen

Palpasi: Turgor kulit <3 detik, badan teraba hangat

14) Ekstermitas

Ekstermitas Atas

Inspeksi Rentang gerak normal

Ekstermitas Bawah

Inspeksi: Rentan gerak normal.

Kekuatan Otot

5 5
5 5

3.1.4 Pola kebiasaan pasien

3.1.4.1 Pola kebiasaan pasien

Tabel 3.1
Pola kebiasaan pasien

Jenis Uraian Sehat Sakit


kebutuhan
Nutrisi Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
Jumlah 1 porsi 1/2 porsi

30
Jenis makan Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
Makanan - -
kesukaan
Makanan - -
pantangan
Masalah Mual/muntah....... TAK Mual/muntah.........
BAK Frekuen 3x sehari 3x sehari
Jumlah 300 cc 300 cc
Warna Jernih/kuning/kecoklatan Jernih/kuning/kecoklatan
Masalah TAK TAK
BAB Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Padat/cair/berdarah Padat/cair/ berdarah
Warna Kuning jernih/ kuning Kuning jernih/ kuning pekat
pekat
Masalah TAK TAK
Istirahat Lama tidur 8 jam 8 jam
Penghantar tidur Do`a Do`a
Istirahat Insomnia/hipersomnia/ insomnia/hipersomnia/
Masalah TAK TAK
Personal Mandi 2x sehari 2x sehari
hygiene

Sikat gigi 2x sehari 2x sehari


Cuci rambut 2x sehari 2x sehari
Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
Memotong kuku 1x seminggu 1x seminggu
Masalah TAK TAK

31
Bartle indeks Mandiri (skor 20)
Skala morse Ketergantungan ringan (skor 12-19)
Ketergantungan sedang (skor 9-11)
Ketergantungan berat (skor 5-8)
Ketergantungan total (skor 0-4)

3.1.4.2 Data psikologi, sosiologis, spiritual, budaya dan ekonomi

Psikologis TAK Menarik diri marah Apatis Lainnya....


Sosiologis TAK Menarik diri Komunikatif Lainnya...
Spiritual Ibadah Mandiri Dibantu Hanya berdoa saja
Agama: islam/kristen/hindu/budha
Budaya Berpengaruh terhadap kesehatan Tidak berpengaruh. Lainnya...
Bayar BPJS NON PBI/BPJS PBI/UMUM....

3.1.4.3 Kebutuhan pendidikan kesehatan

Kebutuhan pendidikan kesehatan


1. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang penyakitnya? Ya
2. Informasi apa yang ingin ibu/bapak ketahui? Penyakit dan
obat-obatan
3. Siapakah yang akannterlibat dalam perawatan lanjutan/di rumah? Keluarga

Skala nyeri

32
1. Untuk pasien yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakan menggunakan numeris rating scale. Skala nyeri 5 (0-10)
2. Untuk pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya, dengan skala, gunakan
wong bakerface scale, skala nyeri...
3. Untuk pasien tidak sadar ( lanjut ke formulir comport scale).

3.1.4.5 Perencanaan pasien pulang

Tabel 3.2

Perencanaan pulang

No Kriteria pasien Ya Tidak


1 Pengaruh rawat inap terhadap :
Pasien dan keluarga √
Pekerjaan √
Keuangan √

2 Bantuan di perlukan dalam hal :


Minum obat
Mandi
Makan
Diet
Menyiapkan makanan
Berpakaian
Edukasi kesehatan √
Transportasi

3 Adakah yang membantu keperluan √

33
tersebut di atas
4 Apakah pasien hidup / tinggal √
sendiri setelah keluar dari RS

5 Apakah pasien menggunakan


peralatan medis di rumah setelah √
keluar dari rumah sakit (cateter,
NGT, double lumen, oksigen)?
6 Apakah pasien memerlukan alat
bantu setelah keluar dari rumah
sakit ( tongkat, kursi roda, walker √
dll ?

7 Aakah memerlukan bantuan atau


perawatan khusus di rumah setelah
keluar dari rumah sakit (homecare, √
home visite?

8 Apakah pasien bermasalah dalam


memenuhi kebutuhan pribadinya
setelah keluar dari rumah sakit √
( makan, minum, toileting dll)

9 Apakah pasien memiliki nyeri


kronis dan kelelahan setelah keluar √
dari rumah sakit

10 Apakah pasien dan keluarga


memerlukan edukasi kesehatan
setelah keluar dari rumah sakit √
(obat-obatan,nyeri,diit,mencari
pertolongan ,follow up , dll
11 Apakah pasien dan keluarga √
memerlukan keterampilan khusus

34
setelah keluar dari rumah sakit
perawatan luka , injeksi,perawatan
bayi, dll
12 Kesimpulan :
13 Membutuhkan edukasi perencanaan √
pulang

2.1.4.6 Data penunjang

Tanggal 21-11-2020

Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan


Hematologi
Hematologi rutin
Hemoglobin - 5,6 gr/dr 13,2 - 17,3
Hematokrit -21,0 % 40 - 52
Lekosit 5,900 /uL 3,800 - 10,600
Trombosit 308,000 /mm3 150.000 - 440. 000
Golongan
darah+rhesus
Golongan darah B
Rhesus Positif

Tanggal 21-11-2020

Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan


Kimia klinik
Fungsi ginjal

35
Kreatinin 1.08 mg/dl 0,62 - 1,3
Karbohidrat
Glukosa Darah 95 mg/dl Kurang 196
Sewaktu

Tanggal 23-11-2020

Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan


Hematologi
CBC
Hemoglobin - 9,5 gr/dl 13,2 - 17,3

Terapi medik

Tanggal 21-11-2020

 Nacl 0,9% 10 gtt


 Domperidon 3x1 (oral)
 Episan 3x1 (oral)
 Xepazym 2x1(oral)
 Lansoprazole 2x1 (oral)

Tanggal 22-11-2020

 Nacl 0,9% 10 gtt


 Dimperidon 3x1 (oral)
 Episan 3x1 (oral)

36
 Xepazy 2x1 (oral)
 Lansoprazole 2x1 (oral)
 B-com 3x1 (oral)
 Sucralfat (oral)
 Curcuma (oral)

Tanggal 23-11-2020

 Nacl 0,9% 10 gtt


 Domperidone 3x1 (oral)
 Lansoprazol 3x1 (oral)
 B-com 3x1 (oral)
 Curcuma 3x1 (oral)

No Data Etiologi Masalah


1 S: Anemia Ketidakefektifan
- klien mengatakan pusing ↓ perfusi jaringan
Kadar Hb perifer
O: ↓
- klien tampak anemis Komparten sel
- Hb: 5,6 penghantar oksigen/
- TD: 130/90 Mmhg zat nutrisi ke sel
N: 86 x/menit kurang
R: 17 x/menit ↓
S: 36,6 C Gangguan pefusi
jaringan
2 S: Dispepsi Nyeti akut
- klien mengatakan nyeri dibagian perut ↓
- klien mengatakan nyeri dirasakan Dispepsia fungsional
seperti ditusuk-tusuk ↓
O: Kopi, alkohol

37
- tampak merintih ↓
- skala nyeri 5 (0-10) Respon mukosa
lambung

Vasodilatasi mukosa
gestar

HCL, kontak dengan
mukosa

Nyeri

3 S: Dispepsia Mual
- klien mengatakan mual ↓
O: Respon mukosa
- sensai ingin muntah lambung
- makan habis ½ porsi ↓
Peningkatan produksi
HCL di lambung

Mual

3.1.2 Diagnosa keperawatan:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi haemoglobin dalam darah

2. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung

3. Mual b.d distensi lambung

38
39
3.1.3 Intervensi, Implementasi, dan Catatan Perkembangan

ASUHAN KEPERAWATAN

No. Rekam Medis : 20202360

Nama : Tn. N

Ruang/kls : Pwt 3/kls 3

Tanggal lahir : 10-01-1955

Tabel 3.3

Intervensi, implementasi dan catatan perkembangan

TUJUAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA RENCANA
NO KEPERAW JAM KEGIATAN JAM EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
ATAN Nama
11 Ketidakefektipan perfusi Tujuan: Intervensi: Tanggal 21 19.30 Tanggal 21 November
11 jaringan (perifer) b.d perfusi November 2020 2020
Mandiri: 16.00
penurunan konsentrasi jaringan 1.
S : klien mengatakan
hemoglobin dalam perifer 1. Observasi Mengobservasi
pusing
darah. adekuat. keadaan tingkat keadaan tingkat
kesadaran monitor kesadaran O:
DS : Kriteria
tanda vital. monitor tanda
evaluasi: = klien tampak anemis
Klien mengatakan vital.

40
pusing - klien 2. Pantau nadi 16.05 R/ : k/u: compos Hb: 5,6
mengatakan perifer, edema, mentis.
A: Ketidakefektifan
tidak sakit CRT, warna dan
2. Memanantau perfusi jaringan perifer
DO : kepala suhu ekstermitas.
nadi perifer,
P:
- HB: 5,6 gr/dl - tanda-tanda 3. Tinggikan edema, CRT,
vital normal bagian kepala 16.05 warna dan suhu 1. Observasi keadaan
- anemis
tempat tidur ekstermitas. tingkat kesadaran
TD: 130/90 Mmhg. - CRT normal
2. Pantau nadi
Kolbarasi: R/ : CRT < 2
Nadi: perifer, edema,
detik
1. Berikan CRT, warna dan
Rr: 17 x/menit
pengobatan sesuai 3. Tinggikan suhu ekstremitas.
Suhu:36 , 4 °C indikasi bagian kepala 3. Tinggikan bagian
tempat tidur kepala

R/: klien 4. Berikan


mengatakan pengobatan

nyaman sesuai indikasi.


Elham Putra
Nugraha. Amd.
kep

41
TUJUAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA RENCANA JA
NO KEPERA JA KEGIATAN EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN M
WATAN M
Nama
11 Nyeri akut b.d Tujuan: Intervensi: Tanggal 21 19.3 S: klien mengatakan
11 peningkatan asam nyeri teratasi November 2020 0 nyeri perut
Mandiri:
lambung 1. Melakukan
Kriteria O:
1. Lakukan 16.0 pengkajian nyeri
DS: evaluasi:
pengkajian nyeri 7 meliputi lokasi, Tampak merintih
- klien mengatakan - skala nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, Skala nyeri 5 (0-10)
nyeri perut 0 (0-10 karakteristik, awitan awitas dan durasi.
dan durasi. A:
DO: - tidak R/: klien

mengeluh 2, latih relaksai nafas mengatakan nyeri Nyeri akut


- klien tampak merintih
nyeri dalam. perut, nyeri
P:
- skala nyeri 5 (0-10) dirasakan seperti
3. Kaji skala nyeri 1. Lakukan
di tusuk-tusuk
( 0-10) pengkajian nyeri
2. Latih relaksasi
16.1
4. Berikan therafi nafas dalam meliputi lokasi,
0
analgetik sesuar advis R/: klien karakteristik,
mengatkan nyeri awitan dan
berkurang durasi, frekuensi
3. Kaji skala 2. Latih reklaksasi
nyeri 0 (0-10) nafas dalam
R/: skala nyeri 5 3. Kaji skala nyeri

42
(0-10) (0-10)
4. Berikan therafi
16.1
analgetik
5
Elham Putra
Nugraha. Amd.
Kep

TUJUAN IMPLEMENTASI
DIAGNOSA RENCANA JA
NO KEPERAW JA KEGIATAN EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN M
ATAN M
Nama
11 Mual b.d distensi Tujuan: Intervensi: 19.3 S: Klien
11 lambung mual Tanggal 21 0 mengatakan mual
Mandiri:
berkurang November 2020 O:
Ds:
atau hilang 1. Indentifikasi faktor 16.2 1. Identifikasi Sensasi ingin
Klien mengatakan pencetus mual dan 0 faktor pencetus muntah
Kriteria hasil:
mual muntah. mual dan muntah. Makan habis ½
- tidak ada R/: klien porsi
Do: 2. Catat intake dan
mual mengatakan A:
out put
muntak tidak ada.

43
Sensasi ingin muntah - tidak 3. Ajarkan untuk 2. Catat intake Mual
muntah makan secara dan output P:
Makan habis ½ porsi
perlahan R/: intake: 400
1. Identifikasi
Output : 200
4. Berikan cairan faktor
3 ajarkan untuk
infus sesuai program pencetus
makan secara
18.0 mual
perlahan
0 2. Catat intake
R/: makan habis
output
1/2 porsi
3. Ajarkan
untuk makan
secara
17.0
perlahan
0
4. Berikan
cairan infus
sesuai
program. Elham Putra
Nugraha. Amd.
kep

44
Implementasi

No. RM : 20202360
Nama : Ny. P
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tanggal Lahir : 10/01/1955
RSU PAKUWON
Jl. Dewi Sartika No. 17 Sumedang
Tanggal : 21/11/2020 Shift : Siang
No Jenis Tindakan Waktu/jam Respon Nama Tandatangan
1. Melakukan assesmen awal 16.00 Pasien mengeluh pusing dan nyeri
Elham
perut
Orientasi Pasien
2. Penjelasan perawat yang jaga Pasein dan keluarga tahu perawat
16.00 Elham
yang jaga
3. Penjelasan pengunaan alat yaitu bedplang 16.00 Pasien dan keluarga paham Elham
4. Penjelasaan tata tertib ruangan 16.00 Pasien dan keluarga paham Elham
5. Penjelasan tempat : ruangan perawat, toilet 16.00 Pasien dan keluarga paham Elham
Personal hygiene dan pemenuhan nutrisi
6. Monitoring intake makanan 18.00 Makan habis ½ porsi, muntah tidak Elham
Mobilisasi dan Ambulasi
7. Merubah posisi tidur mika/miki, terlentang 16.00 Pasien nyaman Elham
Monitoring
8. Tanda-tanda vital TD : 13/90mmHg N : 86x/mnt
16.00 Elham
Rr : 17/mnt S : 364˚C
9. Monitoring tingkat kesadaran 16.00 KU CM Elham
10. Monitoring intake dan output I : 400 O : 200
18.00 Elham
Cairan dan Elektrolit
11. Monitoring tetesan infus 16.00 Tetesan infus lancar, Flebitis tidak Elham
Eliminasi
12. Membantu BAK 16.00 BAK lancar Elham

45
Rasa nyaman (sesuai kebutuhan)
13. Assesmen awal nyeri 16.00 Skala nyeri 5 (0-10) Elham
14. Penatalaksanaan nyeri relaksasi nafas dalam 16.00 Nyeri masih Elham
15. Mengatur lingkungan yang nyaman batasi Pasien nyaman
16.oo Elham
pengunjung
16. Assesmen ulang nyeri 16.00 Skala nyeri 5 (0-10) Elham
17. Memberikan kompres hangat 16.00 Pasien nyaman, Nyeri masih
Rasa aman dan edukasi
18. Pemasangan bedplang 16.00 Bedplang terpasang, pasien aman Elham
29. Edukasi relaksasi nafas dalam, anjurkan makan Nyeri masih, pasien paham
17.00 Elham
sedikit-sedikit tapi sering
20. Edukasi relaksasi nafas dalam dan pemberian obat 16.00 Pasien paham Elham
21. Anjurkan pasien menggunakan alas kaki atau sepatu Pasien paham
16.00 Elham
yang tidak licin

46
47
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Catatan Perkembangan Paraf dan Nama Jelas


22-11- S : klien mengatakan pusing berkurang, badan
2020 lemas, nyeri perut berkurang

Jam 07.30 O : keadaan umum compos mentis, tampak


anemis, Hb: 5,6 gr/dl, nyeri tekan perut ada,
skala nyeri 4 (0-10), mual berkurang, muntah
tidak, makan 1/2 porsi

A:

1. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer


berlanjut.

2. Nyeri akut berlanjut

3. Mual teratasi

P:

1. Perfusi jaringan perifer adekuat

2. Nyeri akut berlanjut

3. Mual teratasi

Instruksi :

1. Observasi kesadaran umum dan TTV.

2. Atur posisi nyaman.

3. Kaji tanda perdarahan.

4. Catat 1-0

5. Kaji skala nyeri (0-10)

6. Anjurkan relaksasi saat nyeri

7. Ciptakan lingkungan yang nyaman

48
8. Kaji mual muntah.

9. Anjurkan makan sedikit tapu sering.

10. Beri therafi sesuai advis

11. Rencana tranfusi PRC s/d Hb: 9 labu ke 2


terpasang jam 09.00 s/d 12. rencana masuk 3
Elham putra nugraha, Amd, kep
labu baru cek ulang Hb form (-)

Jam 13.30 WIB

Evaluasi :

Kesadaran umum compos mentis tenang, pusing


berkurang, badan lemas, nyeri perut berkurang,
skala nyeri 3 (0-10), tampak anemis, mual
berkurang, muntah tidak ada, makan habis 1/2
porsi.
23-11- S : klien mengatakan pusing berkurang, badan
2020 lemas, nyeri perut berkurang

Jam 07.30 O : keadaan umum compos mentis, tampak


anemis, Hb: 5,6 gr/dl, nyeri tekan perut ada,
skala nyeri 4 (0-10), mual berkurang, muntah
tidak, makan 1/2 porsi

A:

1. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer


teratasi.

2. Nyeri akut berlanjut

3. Mual teratasi

P:

1. Perfusi jaringan perifer adekuat

2. Nyeri akut berlanjut

3. Mual teratasi

Jam 13.30

49
Instruksi :

1. Observasi kesadaran umum dan TTV.

2. Atur posisi nyaman.

3. Kaji tanda perdarahan.

4. Catat 1-0

5. Kaji skala nyeri (0-10)

6. Anjurkan relaksasi saat nyeri

7. Ciptakan lingkungan yang nyaman

8. Kaji mual muntah.

9. Anjurkan makan sedikit tapi sering.

10. Berikan therafi sesuai advis

Jam 13.00 WIB

Evaluasi :

Kesadaran umum compos mentis tenang, pusing


berkurang, badan lemas, nyeri perut berkurang,
skala nyeri 2 (0-10), tampak anemis, mual
berkurang, muntah tidak ada, makan habis 1/2
porsi, Hb: 9,5, dokter acc pulang..

50
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N periode dengan
anemia e.c dispepsia di ruang perawatan iv Rumah Sakit Umum Pakuwon pada
tanggal 21 November 2020, terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, dan implementasi maka penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1) Pengkajian

Pengkajian dilaksanakan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif,


untuk mendapatkan data tersebut penulis menggunakan teknik wawancara dan
melalukan pengkajian fisik pada Tn, N didapatkan hasil nyeri di bagian perut,
konjungtiva anemis, nyeri tekan perut ada.

2) Diagnosa keperawatan
Didapat diagnosa keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b,d penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah
2. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung
3. Mual b.d distensi lambung
3) Intervensi
Dalam tahap perencanaan asuhan keperawatan dengan anemis e,c dispepsia, penulis
merencanakan intervensi sesuai dengan diagnosa
4) Implementasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan, terutama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn. N dengan
anemia e.c dispepsia, pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan lancar.
4.2 Saran
a. Bagi pasien
Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit dan
melakukan hidup sehat disekitar lingkungan.
b. Bagi institusi rumah sakit

51
Hasil kasus ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu terapan dalam bidang
keperawatan dalam memberi dan menjelaskan pengakit anema dan dispepsia.

52

Anda mungkin juga menyukai