Oleh:
MEGA
PUSPITASARI
NIM. 2020.04.043
Oleh:
MEGA
PUSPITASARI
NIM. 2020.04.043
PENDAHULUAN
gawat darurat rumah sakit. Sebagian besar pasien datang dalam keadaan stabil
dan sebagian lainnya datang dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat (Mazen, 2011). Melena atau berak darah
atas (SCBA) (Fadila, 2016). Melena adalah tinja yang keluar berupa cairan
berwarna hitam seperti aspal serta berbau amis dan merupakan manifestasi
saluran cerna atas atau yang dikenal dengan hematemesis melena merupakan
negara barat mencapai 100 hingga 160 kasus per 100.000 penduduk atau
sekitar 40% di Amerika Serikat (Holster & Kuipers, 2012). Hasil yang sama
36%, diikuti oleh varises esofagus sebanyak 11%. Sementara itu pada tahun
2016, prevalensi melena di Indonesia yaitu sebanyak 1.673 kasus (Adi, 2017).
Berbeda dengan di negera barat yangmana penyebab melena terbanyak
hemoragika sekitar 25-30%, tukak peptik sekitar 10-15 %, dan karena sebab
melena merupakan salah satu penyakit saluran cerna bagian atas yang jarang
saluran cerna bagian atas. Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat berupa
Tanda dan gejala melena yang dapat ditemui antara lain anemia, mual dan
muntah, anoreksia, feses yang berwarna hitam dan gelap, perubahan sirkulasi
perifer, serta rasa cepat lelah dan lemah (Smeltzer & Bare, 2013).
akut. Selain dampak secara fisik, pasien melena akan mengalami dampak
tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan struktur tubuh serta
perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik (Nurarif & Kusuma, 2015).
teoritis
secara teoritis
anemia.
1.4 Pengumpulan Data
1.4.2 Interview
TINJAUAN TEORITIS
yang berfungsi untuk mengambil berbagai zat dari luar tubuh (air,
bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus.
dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat
gizi. Sebelum zat gizi ini diserap oleh tubuh, makanan harus bergerak
a. Mulut
vestibulum oris dan kavum oris propia. Waktu kita mengunyah gigi
b. Tenggorokan (Faring)
(Triagustina, 2015).
d. Lambung
(Triagustina, 2015).
e. Usus Halus
oleh usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang
oleh sfingter ani yang terdiri dari ; sfingter ani internus, sfingter
j. Pankreas
k. Hati
l. Kandung Empedu
hati. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
saluran cerna atas (Trihono et al., 2014). Melena adalah buang air
besar berwarna hitam seperti ter yang berasal dari saluran cerna
bagian atas. Saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di atas
yang masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
a. Kelainan Esofagus
1) Varises Esophagus
lambung.
2) Karsinoma Eshopagus
5) Esofagogastritris korosiva
b. Kelainan di lambung
1) Gastritis Erisovahemoragiika
2) Tukak lambung
nyeri ulu hati dan sebelum melena didahului rasa nyeri atau
3) Karsinoma lambung
2.1.4 Patofisiologi
tekanan dalam vena portal menjadi cukup tinggi, darah yang mengalir
darah akan memberikan efek pada sistem tubuh yang mana akan
Jauhar, 2014).
benda asing yang mengandung asam sitrat dan asam HCL yang
akan mengalami muntah darah, rasa panas terbakar dan nyeri pada
perdarahan.
lambung, pepsin dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen
akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna
muntah dan diare. Demam, berat badan turun, lekas lelah, dan
Ascites
Kecoklatan
hepatikum
i. Hiperperistaltik
lelah, pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak setelah beberapa
jam
n. Distensi abdomen
p. Lemah, pusing
q. Wajah pucat
2.1.6 WOC (Web of Caution)
Erosi mukosa lambung, Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan, Hematemesis & Melena
Volume Intravaskular ↓
Merangsang nosi reseptor hipotalamusNafsu makan ↓
Intake nutrisi
Penurunan Hb Agen cedera fisiologis MK : Defisit
adekuat ↓
Nutrisi
Transport O2 ↓ MK : Nyeri Akut
MK : Risiko syok
Kurang volume cairan
MK : Hipovolemia
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan laboratorium
Helicobacter pylori.
c. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
duodenum
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Medis
2. Tindakan operasi
Kusuma, 2015).
b. Penatalaksaan Non Medis
1. Penatalaksaan Keperawatan
meliputi:
a) Tirah baring
b) Pemeriksaan Hb, Ht
2. Penatalaksanaan Diit/Gizi
sering
berbau tajam
2.1.9 Komplikasi
a. Syok hipovolemik
intraventrikel.
b. Anemia karena perdarahan
c. Koma Hepatik
d. Aspirasi Pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
yang timbul apakah mendadak dan banyak, atau sedikit tetapi terus
BAB berdarah dengan warna lebih gelap, pusing, sesak nafas, dan
mukosa kering dan pucat, turgor kulit buruk, intake dan output
cairan tidak seimbang.
yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan
1) Keadaan Umum
dibagi atas tampak sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat.
2) Kesadaran
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
cuping hidung
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan sinus
d) Mulut
e) Telinga
f) Leher
g) Thoraks
(1) Paru-paru
wheezing, stridor.
(2) Jantung
h) Abdomen
kolateral di hati.
i) Ekstermitas
j) Genitalia
g. Pemeriksaan Penunjang
diantaranya adalah:
1) Pemeriksaan Laboratorium
varises esofagus.
g) Test faal ginjal untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
fungsi ginjal.
2) Pemeriksaan Radiologis
duodenum.
3) Pemeriksaan Endoskopi
makanan
konsenterasi hemoglobin
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
(PPNI, 2018a)
2018b) Observasi :
Edukasi :
Kolaborasi
NaCl 0,4%)
Observasi :
spiritual Terapeutik :
Edukasi :
terapi/pengobatan Kolaborasi
perlu
makanan
Observasi :
laboratorium Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi
konsenterasi hemoglobin
Observasi :
pasien
Terapeutik :
protokol
laboratorium Kolaborasi :
intervensi medis
Observasi :
kelelahan
Terapeutik :
suara, kunjungan)
menenangkan Edukasi :
Kolaborasi
makanan
Kemampuan
melakukan 1 2 3 4 5
aktivitas rutin
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Verbalisasi
1 2 3 4 5
lelah
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Selera makan 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Pola istirahat 1 2 3 4 5
Intervensi: Edukasi Aktivitas / Istirahat (I. 12362)
Observasi :
informasi Terapeutik :
bertanya Edukasi :
Observasi :
pupil Terapeutik :
alergi Edukasi :
awal syok
oral Kolaborasi :
(Nursalam, 2013).
2.2.5 Evaluasi
Adi. (2017). Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas: Ilmu Penyakit
Dalam (Ed. V). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 12).
EGC.
Juffrie, M. (2018). Saluran Cerna yang Sehat : Anatomi dan Fisiologi. Kesehatan
Pencernaan Awal Tumbuh Kembang Yang Sehat, 3–12.
Keegan, T., Taylor, Benjamin, & Diggle, P. (2016). Childhood Malnutrition and
Its Determinants among Under Five Children in Ghana. Paediatric &
Perinatal Epidemiology, 29(6), 552–561.
Scanlon, & Sanders. (2014). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi (Essentials of
Anatomy and Physiology) (Ed. III). EGC.
Smeltzer, & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 12).
EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8th ed.). EGC.
Sudoyo, A. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi V). Interna Publishing.
Trihono, P. P., Windiastuti, E., Gayatri, P., Sekartini, R., Indawati, W., & Idris, N.
S. (2014). Kegawatan Pada Bayi dan Anak. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM.